• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Perubahan Sosial

Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan serta senantiasa berada dalam proses perubahan tersebut, dengan kata lain perubahan merupakan gejala yang melekat di setiap kehidupan masyarakat. Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur budaya dan sistem-sistem sosial yang secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat meliputi: pola pikir, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat dapat diketahui dengan membandingkan keadaan pada dua atau lebih rentang waktu yang berbeda.

Untuk dapat melakukan studi perubahan sosial, kita harus melihat adanya perbedaan dan perubahan kondisi objek yang menjadi fokus studi. Studi perubahan harus dilihat dalam konteks waktu yang berbeda atau melibatkan studi komparatif dalam dimensi waktu yang berbeda tetapi objek yang menjadi fokusnya haruslah sama. Dimensi ruang menunjukkan pada wilayah terjadinya perubahan sosial serta kondisi yang melingkupinya, dimensi ini mencakup pula konteks historis yang terjadi. Sedangkan dimensi waktu melingkupi konteks masa lalu, sekarang bahkan yang akan datang, sehingga sosiolog akan mampu menggambarkan kondisi perubahan yang dialami oleh masyarakat seperti dari aspek ekonomi (Martono, 2012 :3).

(2)

Alfred menyebutkan bahwa, masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai keadaan yang tetap tetapi sebagai proses, bukan objek semu yang kaku tetapi sebagai aliaran peristiwa terus menerus yang tiada henti. Pada dasarnya keadaan suatu perubahan yang dialami anggota masyarakat berubah ke arah yang positif namun, pada waktu tertentu kehidupan masyarakat dapat berubah ke arah yang sebaliknya pula. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi pada tingkat-tingkat makro yaitu, terjadi perubahan sistem internasional, ekonomi, politik. Ditingkat mezo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi, dan ditingkat mikro sendiri terjadi perubahan interaksi, dan perilaku individual (Sztompka, 2004 : 6).

Perubahan sosial menyangkut pada 3 (tiga) aspek menurut Bungin dalam Rini (2011 : 48) yaitu:

1. Perubahan pola pikir masyarakat, perubahan pola pikir dan sikap masyarakat menyangkut sikap masyarakat terhadap berbagai persoalan sosial dan budaya di sekitarnya yang berakibat terhadap pemerataan pola-pola pikir baru masyarakat sebagai sebuah sikap yang modern. 2. Perubahan perilaku masyarakat, menyangkut persoalan-persoalan

sistem-sistem sosial, dimana masyarakat meninggalkan sistem sosial lama dan menjalankan sistem sosial baru.

3. Perubahan budaya materi, menyangkut perubahan artefak budaya yang digunakan oleh masyarakat seperti model pakaian.

Menurut J.L Gillin dan J.P Gillin, perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi

(3)

ataupun penemuan baru dalam masyarakat. Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai sikap, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Menganalisis fenomena perubahan sosial dapat dilakukan apabila sejauh mana fenomena itu bisa diamati ataupun diukur seperti, mobilitas sosial (tenaga kerja), komposisi penduduk, perubahan sistem pemerintahan dan seterusnya. Perubahan-perubahan yang terjadi bisa merupakan kemajuan atau mungkin justru suatu kemunduran. Unsur-unsur yang mengalami perubahan biasanya adalah mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perikelakuan, organisasi sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan, stratifikasi sosial, kekuasaan, tanggung jawab, kepemimpinan dan sebagainya.

Perubahan sosial dari aspek ekonomi merupakan proses berubahnya sistem di masyarakat yang meliputi perubahan kehidupan perekonomian masyarakat. Hal tersebut meliputi perubahan mata pencaharian, perubahan penghasilan, bahkan sampai peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik lagi. Para ahli sosiologi mempercayai bahwa, masyarakat manapun pasti mengalami perubahan berlangsung puluhan atau bahkan ratusan tahun yang lalu. Perbedaannya dengan yang terjadi di masa yang lalu adalah dalam hal kecepatannya, intensitasnya, dan sumber-sumbernya.

Biersted dalam Mansyurdin (1994 : 146) mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan dalam organisasi sosial yaitu perubahan dalam status dan

(4)

peranan, hubungan sosial kelompok dan lembaga. Perubahan sosial bisa terjadi dengan cara direncanakan (planed) atau tidak direncanakan (unplaned). Menuju kearah kemajuan (progressive) atau kemunduran (regressive), mengarah pada suatu kemajuan atau kemunduran, bersifat tetap - sementara atau umum - terbuka, spontan ataupun terencana, hanya satu arah atau majemuk, menunjukkan suatu keuntungan ataupun kerugian.

Hal serupa juga terjadi pada masyarakat kota Pangkalan Brandan dimana arah perubahan sosial yang berlangsung sekarang adalah sebuah kemunduran walaupun kota ini merupakan penghasil minyak akan tetapi jika dibandingkan dengan keadaan di masa lampau sangat jelas terlihat bahwa semakin lama pola kehidupan serta aktifitasnya tidak menunjukkan suatu perubahan ke arah yang progress padahal kita tahu sewajarnya dalam perkembangan zaman yang semakin lama semakin berkembang masyarakat kota harus disertai dengan perubahan sosial masyarakatnya kearah progresif serta pada pekembangan kotanya itu sendiri.

2.2. Mobilitas Sosial

Membahas mobilitas sosial tidak hanya mengacu pada perpindahan status seseorang dari suatu tingkat yang rendah ketingkat yang lebih tinggi. Sesungguhnya, mobilitas sosial dapat berlangsung dalam dua arah. Sebagian orang mencapai status yang lebih tinggi, sebagian orang lagi mengalami kegagalan atau mengalami mobilitas menurun dan ada juga individu yang tetap tinggal pada status yang dimiliki atau tidak mengalami mobilitas.

(5)

Mobilitas sosial mempunyai dua tipe, yaitu mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal. Mobilitas sosial vertikal merupakan perpindahan individu dari suatu kedudukan sosial kepada kedudukan sosial lainya tetapi tidak sederajat, sedangkan mobilitas sosial horizontal merupakan peralihan individu dari satu kelompok sosial yang kedudukanya sederajat. Dalam mobilitas horizontal tidak terjadi perubahan dalam derajat status seseorang atau objek sosial lainnya.

Gerak sosial vertikal terbagi lagi dalam dua macam, yaitu:

a. Gerak sosial meningkat ( social climbing ), mempunyai dua bentuk yaitu peralihan kedudukan individu dari kedudukan rendah pada kedudukan yang lebih tinggi. Pada kelompok yang sama dan terbentuknya kelompok baru kemudian mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan pada kelompok pembentukan. b. Gerak sosial yang menurun ( sosial slinking ), juga

mempunyai dua bentuk, yaitu peralihan individu pada kedudukan yang lebih rendah dan turunya derajat kelompok karena ada disintergrasi dalam diri kelompok tersebut (Soerjono Soekanto, 2009: 220).

Menurut Horton dan Hunt, mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerakan perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial juga dapat berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan biasanya termasuk pula dari segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau keseluruhan anggota kelompok (Narwoko, 2007 : 208).

(6)

Horton dan Hunt, menerangkan ada 2 faktor yang mempengaruhi tingkat mobilitas pada masyarakat modern, yaitu:

a. Faktor struktural, yaitu jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. b. Faktor individu, yaitu kualitas orang per orang, baik ditinjau dari

segi tingkat pendidikannya, penampilanya, keterampilan pribadi, dan termasuk faktor kesempatan yang menentukan siapa yang akan berhasil mencapai kedudukan itu (Narwoko, 2007 : 211).

Menurut Kimbal Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial termasuk perubahan pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya (Soerjono Soekanto, 2007: 141).

Ada beberapa faktor yang memepengaruhi terjadinya mobilitas sosial, yaitu:

a. Perubahan kondisi sosial

Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya, misalnya karena masyarakat berubah pandangan terbuka. Selain itu perubahan kondisi sosial ekonomi suatu daerah apakah itu mengalami peningkatan atau penurunan.

b. Ekspansi teritorial dan gerak populasi

Ekspansi territorial akibat perkembangan kota dapat mendorong terjadinya mobilitas sosial. Gerak populasi pada suatu daerah, apakah gerak populasinya didominasi pada penurunan jumlah penduduk atau peningkatan jumlah penduduk sehingga terjadinya mobilitas sosial

(7)

c. Pembagian kerja

Besarnya kemungkinan terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Pembagian kerja berhubungan dengan spesifikasi jenis pekerjaan yang menuntut keahlian khusus. Jadi semakin spesifik kerjaan yang ada di masyarakat maka semakin sedikit pula kemungkinan untuk berpindah atau mendapatkan kerja.

d. Situasi politik

Kondisi politik yang tidak stabil memungkinkan terjadinya mobilitas sosial.

Gerak sosial atau social mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antar individu dengan kelompoknya, sehingga masyarakat dalam melakukan mobilitas sosial khususnya secara vertikal dapat dilakukann lewat beberapa saluran penting salah satunya di bidang organisasi ekonomi.

Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahaan maupun jasa pada umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang ataupun sekelompok orang untuk mencapai mobilitas sosial karena sifatnya relatif terbuka. Seperti halnya pada kota Pangkalan Brandan yang merupakan kota tambangdengan adanya unit pengolahan minyak yaitu sebesar Pertamina. Sehingga dapat di lihat bagaimana gerak mobilitas sosial masyarakat kota pangkalan dari aspek ekonomi pasca ditutupnya perusahan tambang tersebut.

(8)

2.3. Kota

Pengertian kota sebagaimana yang diterapkan di Indonesia mencakup pengertian town dan city dalam bahasa Inggris. Selain itu, terdapat pula kapitonim kota yang merupakan satuan administrasi negara di bawah provinsi. Pada hakekatnya kota itu lahir dan berkembang dari suatu wilayah pedesaan yang sebelumnya merupakan panorama alamiah berupa sawahan, kebun atau daerah perbukitan dengan kesejukan udara dan keindahan alamnya.

Dalam masyarakat yang modern seperti sekarang ini tampilan kota terus berkembang karena telah diubah oleh manusia yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang kehidupan menjadi bangunan-bangunan perkantoran, perumahan, pasar, pusat-pusat pertokoan dan tempat-tempat fasilitas lainnya. Kota juga merupakan wilayah pusat-pusat dari kegiatan manusia seperti pusat industri, perdagangan, sektor jasa, dan pelayanan masyarakat, pendidikan, pemerintahan, yang sudah merupakan bagian dari aktifitas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Kota-kota di Indonesia telah berkembang sejak zaman dahulu, sebagian besar kota-kota yang tumbuh dengan cepat adalah kota-kota yang terletak di dekat pelabuhan. Pemilihan lokasi didasarkan pada potensi-potensi yang dapat dikembangkan terutama potensi sumber daya alam dan letak yang strategis. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 4/1980, kota adalah wadah yang memiliki batasan administratif wilayah seperti kotamadya dan kota administrasi. Mayer, melihat kota sebagai tempat bermukimnya penduduk, baginya yang penting bukanlah rumah, jalan raya, rumah ibadat, kantor, taman, kanal dan sebaginya melainkan penghuni yang menciptakan segalanya. Max

(9)

Weber, memandang suatu tempat itu kota jika penghuninya sebagian besar telah mampu memenuhi kebutuhannya lewat pasar setempat (Daldjoeni, 2003 : 37).

Dari sudut Sosiologis, kota haruslah mencakup stuktur sosial dan pola-pola psikologis dan prilaku dengan pemahaman bahwa masyarakat kota berbeda dari masyarakat desa. Menurut Bintarto, kota adalah sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistik dibanding dengan daerah belakangnya. Dalam hal ini yang menjadi klasifikasi kota berdasarkan fungsinya yaitu, kota sebagai pusat industri, perdagangan, pemerintahan, kebudayaan, pendidikan, kesehatan. Sedangkan yang menjadi klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduknya adalah sebagai berikut:

1. Megapolitan, yaitu kota yang berpenduduk di atas 5 juta orang. 2. Metropolitan (kota raya), yaitu kota yang berpenduduk antara 1–5

juta orang.

3. Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk antara 500.000– 1 juta orang.

4. Kota sedang, yaitu kota yang jumlah penduduknya antara 100.000– 500.000 orang.

5. Kota kecil, yaitu kota yang berpenduduk antara 20.000–100.000 orang.(http://driyanahfeb10.web.unair.ac.id/artikel.ANALISISPERK EMBANGAN-KOTA(STUDY-KASUS-KOTA-SEMARANG).html/ diakses 4 februari 2014)

(10)

Menurut Mumford, kota dilihat sebagai suatu tempat yang berkiblat keluar. Di sini, kota seperti magnet yang semakin kuat tarikannya baik bagi perekonomian maupun keagamaan. Sedangkan Marx dan Engels memandang kota sebagai perserikatan yang dibentuk guna melindungi hak milik dan memperbanyak alat produksi untuk mempertahankan diri para penduduknya. Dalam memberikan defenisi dari kota, para ahli mengajukan beberapa aspek yang akan mendasarinya menurut perhatian mereka masing-masing yaitu:

1. Morfologi, bentuk fisik kota dengan gedung-gedung besar dan tinggi.

2. Jumlah Penduduk, kota diukur berdasarkan jumlah penduduknya 3. Hukum, pengertian kota di sini dikaitkan dengan adanya hak-hak

hukum tersendiri bagi penghuni kota.

4. Ekonomi, hidup yang non-agraris; kota fungsi khasnya lebih kultural, industry, dan perdagangan.

5. Sosial, masyarakat kota hidup seperti terkotak-kotak oleh kepentingan yang berbeda-beda dan manusia bebas memilih hubungannya dengan siapa yang diinginkannya (Naldjoeni, 2003 : 40).

Dalam kaitannya, kota Pangkalan Berandan dahulunya memiliki ciri-ciri sebagai kota yang sangat berkembang walaupun dari segi luas wilayah kota Pangkalan Brandan sangat berbeda jauh dengan kota lainnya seperti kota Medan. Penjelasan diatas dapat kita kaitkan dari sektor ekonominya dan sosialnya dimana kota ini menjadi pusat penghasil minyak, jumlah penduduk yang banyak serta pola pemukiman yang berbentuk perumahan. Namun, kota Pangkalan Brandan

(11)

seiring berkembangnya zaman mengalami perubahan dan bila kita lihat tampilan kota Pangkalan Brandan berbeda jauh jika dibandingkan dengan kondisi yang dulu.

2.4. Perkembangan Kota

Sejalan dengan peradaban maka kota-kota di dunia telah mengalami perkembangan. Dahulu kota hampir seperti desa yang masih bersifat tradisional dan sederhana, masyarakat kota masih homogen dengan latar belakang historis yang sama. Seiring dengan waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka kotapun berkembang menjadi lebih maju. Kota mengalami sejarah pertumbuhan, perkembangan, mekar menjadi kota besar dan kemudian kita lihat kota yang hilang, yang tinggal namanya saja dalam sejarah, kotapun menunjukkan dinamika masyarakat manusia.

Bila kita membicarakan tentang perkembangan kota, maka berarti kita dihadapkan pada dua aspek. Pertama aspek yang menyangkut perubahan– perubahan yang dikehendaki dan yang dialami oleh warga kota. Kedua aspek yang menyangkut perluasan atau pemekaran kota. Mengikuti tahap–tahap perkembangan kota sejak sebelum masehi sampai zaman modern perkembangannya tidak hanya dalam arti kuantitatif seperti jumlah penduduk, bertambahnya bangunan dan jalur–jalur transportasi, tetapi juga dalam arti kualitatif yaitu terjadinya atau terbentuknya berbagai organisasi dan kelembagaan yang ikut menghidupkan kota. Kota sebagai perubahan mengubah masyarakat mulai dari lapisan terbawah hingga yang teratas. Perubahan yang didorong oleh kota secara sosiologis, ada yang menyangkut tentang penyebaran kebudayaan dan mental penduduk serta menyangkut perubahan status masyarakat antar lapisan,

(12)

perubahan dibidang ekonomi, politik, pendidikan dan sebagainya (Naldjoeni, 2003 : 102).

Lewis Mumford dalam bukunya yang terkenal berjudul The Culture of Cities (1938) menyimpulkan adanya enam tahap perkembangan kota, mulai dari munculnya sampai runtuhnya. Enam tahap perkembangan kota tersebut adalah sebagai berikut:

1. Neopolis, yaitu tahap perkembangan daerah kota yang sudah diatur ketahap kehidupan kota (kota kecamatan). kota ini menempati suatu pusat dari daerah pertanian dengan adat istiadat yang bercorak kesederhanaan

2. Polis, yaitu tahap perkembangan kota yang masih ada pengaruh kehidupan agraris (kota kabupaten). kota ini merupakan pusat dari kehidupan keagamaan dan pemerintahan.

3. Metropolis, yaitu tahap perkembangan kota sudah mengarah ke sektor industri. Merupakan kota besar tempat bertemunya orang dari berbagai bangsa untuk berdagang dan tukar-menukar harta budaya rohani juga terdapat percampuran perkawinan antara bangsa dan ras dengan akibat munculnya filsafat dan kepercayaan baru. Selain keagungan kota, secara fisik kota menjanjikan kontras yang menonjol antara golongan kaum kaya dan kaum miskin.

4. Megapolis, yaitu tahap perkembangan kota yang telah mencapai tingkat tertinggi diantaranya dengan dengan pemekaran atau perluasan kota. Dalam hal ini ada kekayaan dan birokrasi yang amat

(13)

menonjol, sedangkan dipihak lain meluaslah kemiskinan dan berontaklah kaum proletar.

5. Tyranopolis, yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya sudah sulit dikendalikan baik masalah lalu-lintas, pelayanan maupun kriminalitas. Tahap ini merupakan tahap kota besar yang dilanda kepincangan berupa degenerasi dan korupsi moral dan pada penduduknya merosot karena adanya relasi erat antara politik ekonomi dan kriminalitas, disamping itu kaum proletar menjadi kekuatan yang tidak diremehkan.

6. Nekropolis, yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya mulai sepi bahkan mengarah pada kota mati. Artinya peradaban kota runtuh dan kota menjadi bangkai (Hadi, 2006 : 22).

Tidak semua kota mengikuti jaur lengkap, banyak kota yang belum sampai mencapai tingkat metropolis sudah menurun kualitasnya. Hal tersebut dapat terjadi akibat politik atau pemindahan jalur-jalur ekonomi. Pada umumnya kota berfungsi ganda (multifungsional), baik sebagai pusat administrasi, pusat perdagangan, pusat industri, tempat tinggal, dan lain-lainnya. Akan tetapi ada juga kota yang memiliki fungsi tertentu, seperti Tembagapura yang secara khusus merupakan kota tambang tembaga, ataupun Pangkalan Brandan yang secara khusus merupakan kota tambang minyak.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor lain yang menyebabkan penelitian ini tidak signifikan adalah tidak seimbangnya data yang digunakan dalam peneilitian ini karena belum ada peraturan atau undang-undang

Secara khusus pengajaran remedial bertujuan agar murid yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui

Perbincangan dimulakan dengan paparan demografi sampel kajian, diikuti dapatan deskriptif ciri program media yang boleh mempengaruhi tingkahlaku pelajar, punca pelajar

Dengan menjadi user, paling tidak anda bisa mengerti pelayanan dari "calon partner" Anda, karena seberapa banyak Anda yang sudah jadi dropshipper yang malah dimarah-marahi pembeli

per meter panjang kapal per 1/4 etmal Rp. Jasa Tambat dan Labuh b Untuk Kapal Perikanan Berukuran sampai dengan 30 GT.. JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF

Metode menyuntikkan nutrien berupa cairan ke dalam amnion embrio ( in ovo feeding) , menyebabkan embrio tersebut secara alami mengkonsumsi nutrien tersebut secara oral sebelum

Persiapan yang dilakukan oleh guru Al-Qur’an Hadits sebelum masuk kelas adalah memperhatikan tujuan yang akan dicapai, menganalisis materi pelajaran, memilih dan

Pandangan tentang Zakat Fitrah juga berbeda dengan masyarakat Islam pada umumnya. Komunitas An-Nadzir menganggap bahwa Zakat Fitrah tidak berlaku untuk semua orang