• Tidak ada hasil yang ditemukan

Miskiah Balai Diklat Keagamaan Palembang. Abstrak:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Miskiah Balai Diklat Keagamaan Palembang. Abstrak:"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN (RESILIENCE) KELUARGA DI MASA PANDEMI Miskiah

Balai Diklat Keagamaan Palembang *miskiahpahrul@yahoo.co.id

Abstrak:

Adanya pandemic Covid-19 ini menyebabkan isolasi yang berdampak pada ketahanan keluarga. Fungsi keluarga menjadi penting dalam pertahanan dan perlindungan anggotanya. Untuk itu perlu kepastian bahwa setiap keluarga telah memiliki modal yang baik agar dapat menghadapi berbagai situasi kehidupan yang sulit dan menantang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan keluarga di masa pandemic, serta faktor yang mendukung serta yang menghambat ketahanan keluarga tersebut dengan menggunakan kelompok demografi keluarga yaitu tipe keluarga, jenis pekerjaan orang tua, dan wilayah pemukiman dari perspektif anak. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan 50 partisipan dengan kriteria berada dalam tahap remaja akhir (usia 15-18 tahun), yang berdomisili di Palembang, Jakarta, Yogyakarta, dan Banjarmasin. Ketahanan keluarga dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Walsh Family Resilience Questionairre yang dikembangkan oleh Walsh (2012) dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif .

Kata Kunci: Ketahanan keluarga, COVID-19, pandemi

Pendahuluan

Fenomena pandemi Covid-19 yang melanda dunia telah mengubah tatanan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya manusia, tak terkecuali Indonesia. Perubahan yang harus dialami sekitar 270 juta penduduk dan 80.844.126 keluarga Indonesia (BPS 2020) ini menyebabkan Indonesia menetapkan kebijakan protokol isolasi mandiri untuk mencegah penularan corona virus (COVID-19). Diantara kebijakan tersebut adalah dengan dialihkannya aktivitas kerja dan belajar dari rumah (Yunus & Rezki, 2020), karantina (Rubin & Wesley, 2020), serta pembatasan sosial berskala besar (Pakpahan, 2020) di sejumlah daerah di Indonesia. Selain itu, untuk mengurangi risiko menularkan penyakit kepada orang lain (CDC, 2018; Manuell & Cukor, 2011) maka dilakukan isolasi mandiri. Dengan demikian, himbauan protokol isolasi mandiri telah disosialisasikan, dan dimplementasikan di lapangan. Namun hal ini masih menjadi tantangan mengingat kebijakan pembatasan ini jauh dari cerminan budaya di masyarakat (Djalante dkk., 2020).

(2)

Ada pun dampak protokol isolasi mandiri ini telah banyak diteliti dari berbagai perspektif, baik dari segi kesehatan fisik dan kesehatan mental (Ho dkk., 2020; Liu dkk., 2020; Setiati & Azwar, 2020; C. Wang dkk., 2020; Yang dkk., 2020), kesehatan masyarakat dan lingkungan (Dong & Bouey, 2020; Tsai & Wilson, 2020), gaya hidup dan komunikasi (Dani & Mediantara, 2020), maupun relasi sosial (Tanoue dkk., 2020). Secara individu, dampak isolasi juga dihubungkan dengan berbagai gangguan seperti depresi (Hawryluck dkk., 2004), stres (DiGiovanni dkk, 2004), kemarahan (Marjanovic dkk., 2007), kebingungan (Pan dkk., 2005), ketakutan (Caleo dkk., 2018), kesedihan (Wang dkk., 2011), kecemasan (Desclaux dkk., 2017), dan gangguan emosional lainnya (Yoon dkk., 2016) pada kehidupan keluarga.

Belum adanya kepastian kapan pandemi ini berakhir, maka dibutuhkan ketahanan keluarga untuk menghadapinya, ketahanan keluarga akan memengaruhi kehidupan anggota keluarga (Carr, 2015). Tugas utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial semua anggotanya, meliputi pemeliharaan dan perawatan anak-anak, membimbing perkembangan pribadi, serta mendidik agar mereka hidup sejahtera (Sariyati et al., 2016), (Yoga et al., 2015), (Suradi, 2013). Dengan demikian, di masa COVID-19 fungsi keluarga sangat penting untuk pertahanan dan perlindungan anggota keluarga, disamping mendorong penyesuaian dalam menghadapi kebiasaan baru, mencapai identitas baru, juga membangun koneksi baru (Buzzanell, 2018; Walsh, 2016). Maka, emosi yang muncul pada suatu keluarga dapat memengaruhi tekanan yang timbul (Folkman & Moskowitz, 2000), dan ini juga berkaitan dengan ketahanan keluarga dalam kesehatan maupun psikologis (Affleck & Tennen, 1996). Selain itu, ketahanan keluarga dapat melindungi anggota yang berisiko (Patterson, 2002) serta berfungsi untuk mencegah risiko masalah di keluarga (Puspitawati dkk., 2018).

Walsh (1995) mengelompokkan dimensi ketahanan keluarga menjadi tiga, yaitu keyakinan keluarga, pola pengelolaan keluarga, dan komunikasi keluarga. Penilaian terhadap tingkat resiliensi keluarga dapat dilakukan oleh salah satu anggota keluarga (uniperspektif), atau oleh beberapa anggota keluarga (multiperspektif). Penelitian tentang ketahanan keluarga ini akan melibatkan aspek demografi keluarga serta dilihat berdasarkan uniperspektif, yakni dari sudut pandang anak. Menurut Bhana dan Bhacoo (2011), anak merupakan indikator penting dalam menilai bagaimana resiliensi keluarga yang dimiliki. Keluarga yang tidak resilience saat menghadapi situasi sulit akan mempengaruhi bagaimana kondisi anak baik secara mental maupun dalam perkembangannya (Meadows dkk, 2008). Selain itu, kondisi ketahanan keluarga

(3)

juga berdampak signifikan pada anak, yang tidak kalah menariknya lagi, implikasi Covid -19 juga telah memasuki ranah keagamaan. Pendidikan yang ditanamkan kepada anak-anak sebagaimana dikatakan oleh Ulwan adalah pendidikan keimanan, pendidikan moral, pendidikan intelektual, pendidikan jasmani, pendidikan sosial dan kepribadian, dan pendidikan seksual. Semua itu merupakan tanggung jawab orang tua sebagai guru bagi anak-anak mereka (Menchik, 2014). Akan tetapi, dari hal itu semua, pendidikan yang paling pertama adalah pendidikan keimanan dan ketakwaan kepada Allah atau pendidikan agama. Karena pendidikan agama berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang. Oleh karena itu, pendidikan agama –dalam pandangan Islam diberikan ketika anak sejak dalam kandungan pendidikan prenatal (Dewi, 2012).

Berbagai penelitian tentang ketahanan keluarga pun banyak melibatkan aspek demografi keluarga dalam konteks situasi krisis yang berbeda, seperti pada pengungsi di Korea Utara (Nam dkk., 2016), pada kondisi keluarga dengan orang tua berpenyakit demensia (Deist dkk., 2017), pada kondisi anak penyandang skizofrenia di Afrika Selatan (Bishop & Greef, 2015), dan pada situasi bencana alam badai katrina di Amerika Serikat (Hackbart dkk., 2012). Meskipun penelitian sebelumnya tentang konteks ketahanan keluarga telah tersedia, namun belum jelas konteks ketahanan keluarga pada situasi COVID-19 saat ini. Salah satu cara untuk mengetahui tentang ketahanan keluarga di masa pandemi dari sudut pandang anak adalah dengan memaknai pengalaman yang anak alami selama masa pandemi dengan cara bertanya, observasi langsung serta melihat dokumen-dokumen pendukung lainnya.

Ketahanan (Resilience) Keluarga

Ketahanan keluarga atau family resilience merupakan proses dinamis dalam keluarga untuk melakukan adaptasi positif terhadap bahaya dari luar dan dari dalam keluarga. Ketahanan keluarga adalah suatu kondisi dinamik keluarga yang memiliki keuletan, ketangguhan, dan kemampuan fisik, materil, dan mental untuk hidup secara mandiri (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994).

(4)

Walsh (2002) mendefinisikan resiliensi keluarga sebagai proses coping dan adaptasi di dalam sebuah keluarga sebagai unit fungsional sehingga keluarga dapat mengatasi dan menyesuaikan diri terhadap situasi sulit. Definisi lain yang diberikan Walsh untuk resiliensi keluarga adalah proses yang dilalui keluarga dalam mengatasi dan menyesuaikan diri terhadap situasi sulit atau menekan (Walsh, 2003). Resiliensi keluarga terbentuk dari dinamika interaksi antara faktor resiko dengan faktor protektif (Walsh, 2002). Pendapat lain yang dikemukakan oleh Mackay (2003) bahwa beberapa hal yang mendukung terbentuknya ketahanan keluarga (family resilience) adalah aspek kohesivitas keluarga, system kepercayaan keluarga, peranan agama, strategi coping, dan komunikasi. Sementara Simon, Murphy, dan smith (dalam Wandasri, 2012) mengemukakan bahwa ada tiga hal yang dapat memengaruhi resiliensi keluarga, yaitu: durasi sitausi suit yang dihadapi, tahap perembangan keluarga, dan sumber dukungan internal dan eksternal.

Dengan berkembangnya konsep resiliensi keluarga, fokusnya bergeser dari mengidentifikasi faktor kepribadian individu terhadap pengaruh penting hubungan positif dengan keluarga. Resiliensi keluarga merupakan hasil dari relasi keluarga (Patterson, 2002). Luthar dkk (2000) berpendapat bahwa proses dinamis resiliensi paling baik dipahami melalui konteks kerangka kerja yang lebih luas dan saling terkait. Black&Lobo (2008) menyatakan bahwa perspektif resiliensi keluarga adalah mengenali kekuatan orangtua, dinamika keluarga, hubungan timbal balik yang terjadi dalam keluarga dan lingkungan sosial. Pendekatan berbasis kekuatan ini mempertimbangkan stressor dan tantangan yang dihadapi keluarga tidak merusak melainkan sebagai peluang untuk membantu penyembuhan dan pertumbuhan (McCubbin & McCubbin, 1988, 1996;Walsh, 2003b).

Ketahanan keluarga merupakan alat untuk mengukur pencapaian keluarga dalam melaksanakan peran, fungsi dan tanggung jawabnya dalam mewujudkan kesejahteraan anggota (Shalfiah, 2013). Tingkat ketahanan keluarga ditentukan oleh perilaku individu dan masyarakat. Individu dan keluarga yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang ketahanan keluarga yang baik, akan mampu bertahan dengan perubahan struktur, fungsi dan peranan keluarga yang berubah sesuai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Thariq, 2017). Ketahanan keluarga bisa menunjukan kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materiil untuk mencapai kehidupan yang mandiri dan mampu

(5)

mengembangkan diri dan keluarga untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan, kebahagiaan lahir dan batin (Hoesni & Firmansyah, 2020, Rosidin et al., 2019).

Dari pengertian tersebut bahwa keluarga memiliki kekuatan untuk menghadapi krisis pandemi Covid-19 dengan lebih berperan dalam melaksanakan fungsi keluarga seperti :1) fungsi pendidikan; 2) fungsi kasih sayang: 3) fungsi perlindungan; 4) sosialisasi; 5) keagamaan dan 6) pembinaan lingkungan (Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994). Fungsi keluarga didefinisikan sebagai kemampuan sistem keluarga untuk bekerja secara keseluruhan dan menyesuaikan diri dengan situasi yang berbeda terutama yang menyebabkan stress (Yi-Ching, L,et al., 2019).

Faktor yang mempengaruhi Ketahanan (Resilience) Keluarga

Mackay (2003) menyebutkan kunci konsep resiliensi keluarga dapat dipahami dari tiga faktor yaitu faktor protektif, faktor risiko, dan faktor kerentanan. Sementara itu, McCubbin, McCubbin, Thomson, Han, & Alley (1997) mengidentifikasi faktor resiliensi keluarga terdiri atas faktor protektif, faktor pemulihan dan faktor resiliensi keluarga umum. Faktor protektif keluarga meliputi perayaaan keluarga, waktu dan rutinitas keluarga, dan tradisi keluarga. Faktor pemulihan meliputi integrasi keluarga, dukungan keluarga dan membangun harga diri, orientasi rekreasi keluarga dan optimisme keluarga. Sedangkan, faktor resiliensi keluarga umum adalah faktor yang dapat berperan sebagai faktor protektif dan faktor pemulihan keluarga yang meliputi strategi problem solving, proses komunikasi efektif, kesamaan, spiritualitas, fleksibilitas, kebenaran, harapan, dukungan sosial, serta kesehatan fisik dan emosional.

Disamping itu, ketahanan keluarga tidak dapat dilepaskan dari faktor resiko dan faktor pelindung (Walsh, 2006). Faktor resiko adalah faktor yang mendorong munculnya hasil yang negative pada keluarga. sedangkan faktor pelindung adalah factor yang mengurangi kemungkinan munculnya hasil negative tersebut (Mackay, 2003). Untuk mengurangi hasil negatif, maka Walsh (2006) menyebutkan bahwa proses kunci ketahanan keluarga yang berperan sebagai faktor pelindung. Ketiga proses kunci tersebut adalah system keyakinan, pola organisasi dan proses komunikasi.

(6)

Berdasarkan uraian di atas, diperoleh gambaran tentang faktor-faktor utama yang dapat membangun resiliensi keluarga, faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua yakni: a) faktor internal, adalah faktor yang berasal dari diri individu, termasuk di dalamnya kapasitas kognitif, komunikasi, emosi, fleksibilitas, spiritual dan b) faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, termasuk di dalamnya dukungan dari anggota keluarga lain, menghabiskan waktu bersama keluarga, kondisi finansial yang baik, dan hubungan yang baik dengan lingkungan sosial.

Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan salaing ketergantungan (Depkes RI, 1998). Kertamuda (2009) mengemukakan bahwa keluarga di Indonesia dipengaruhi oleh system, baik itu kekerabatan, budaya, aturan-aturan yang berlaku dan system nilai yang ada. Bentuk keluarga juga berkaitan erat dengan status sosial. Terdapat beberapa tipe/bentuk keluarga diantaranya adalah: keluarga inti (nuclear family), keluarga luas (extended family), keluarga konjugal atau pertalian (conjugal family), dan keluarga dengan orang tua tunggal (single parent family).

Faktor demografi keluarga dikelompokkan berdasarkan tipe keluarga (Sharma, 2013), yaitu 72,6 persen berasal dari keluarga inti (nuclear family), 17 persen keluarga inti yang tinggal bersama dengan saudara-saudara kandung (joint family), dan 10,4 persen keluarga inti yang tinggal bersama dengan orang tua, saudara dan lebih dari dua generasi lain dalam satu rumah (extended family). Status sosial ekonomi keluarga dilihat dari latar belakang pekerjaan orang tua, yaitu wiraswasta (29,2 persen), pegawai swasta (23,3 persen), pegawai BUMN (23,3 persen), pegawai Aparatur Sipil Negara (12,6 persen), pegawai honorer (6,6 persen), dan TNI/Polisi (4,4 persen). Selain itu, jenis pemukiman keluarga (Sharp & Clark, 2008) terdiri dari 50,9 persen keluarga yang tinggal di kawasan pemukiman subdaerah kota dan terdekat dari pusat kota (suburban), 33,6 persen keluarga yang tinggal di kawasan pemukiman yang melingkari subdaerah kota (suburban fringe), dan 15,4 persen keluarga yang tinggal di kawasan pemukiman terletak di antara kota dan desa (rural urban fringe).

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Affleck, G., & Tennen, H. (1996). Construing Benefits from Adversity: Adaptational Significance and Dispositional Underpinnings. Journal of Personality, 64(4), 899–922. https://doi.org/10.1111/j.1467- 6494.1996.tb00948.x

Afifi, T. D., Merrill, A. F., & Davis, S. (2016). The theory of resilience and relational load. Personal Relationships, 23(4), 663–683. https://doi.org/10.1111/pere.12159

Azwar, S. (2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bhana, A., & Bhacoo, S. (2011). The Determinants Of Family Resilience Among Families in Low – And Middle Income Contexts: A Systematic Literature Review. South African Journal Psychology 41(2), 131-139.

Bishop, M, Greeff, A. P. (2015). Resilience in Families in Which a Member Has Been Diagnosed Wisk Schizoprenia. Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing, 2015, 22, 463–471

Black,K.,& Lobo,M. (2008). A Conceptual Review of Family Resilience Factors. Journal of Family Nursing,14,33-55.

Buzzanell, P. M. (2018). Communication Theory of Resilience. In Engaging Theories in Family Communication (pp. 98–109). https://doi.org/10.4324/9781315204321-9

CDC (2018). About HIV/AIDS. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.

Caleo, G., Duncombe, J., Jephcott, F., Lokuge, K., Mills, C., Looijen, E., Theoharaki, F., Kremer, R., Kleijer, K., Squire, J., Lamin, M., Stringer, B., Weiss, H,A., Culli, D., Di Tanna, G.L., & Greig, J. (2018). The factors affecting household transmission dynamics and community compliance with Ebola control measures: A mixed-methods study in a rural village in Sierra Leone. BMC Public Health, 18(1).https://doi.org/10.1186/s12889-018-5158-6 Dani, J. A., & Mediantara, Y. (2020). Covid-19 Dan Perubahan Komunikasi Sosial. Persepsi:,

3(1), 94–102. https://doi.org/10.30596/persepsi.v3i1.4510

Deist, M. D. & Greeff, A. P. (2016). Resilience in Families Caring for a Family Member Diagnosed with Dementia. Educational Gerontology, 41: 93–105

DEPKES.1998. Pedoman Praktek Hematologi. Pendidikan ahli madya analis kesehatan. Bandung

(8)

Desclaux, A., Badji, D., Ndione, A. G., & Sow, K. (2017). Accepted monitoring or endured quarantine? Ebola contacts’ perceptions in Senegal. Social Science and Medicine, 178, 38– 45. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2017.02.00

Dew, J. P., Anderson, B. L., Skogrand, L., & Chaney, C. (2017). Financial issues in strong African American marriages: A strengths-based qualitative approach.Family Relations, 66(2), 287-301. doi:http:// dx.doi.org/10.1111/fare.12248

Dewi, K. H. (2012). Javanese Women and Islam: Identity Formation since the Twentieth Century. Southeast Asia Studies, 1(1), 109–140.

DiGiovanni, C., Conley, J., Chiu, D., & Zaborski, J. (2004). Factors influencing compliance with quarantine in Toronto during the 2003 SARS outbreak. Biosecurity and Bioterrorism : Biodefense Strategy, Practice, and Science, 2(4), 265–272. https://doi.org/10.1089/bsp.2004.2.265

Djalante, R., Lassa, J., Setiamarga, D., Sudjatma, A., Indrawan, M., Haryanto, B., Mahfud, C., Sinapoy, M.S., Djalante, S., Rafliana, I., Gunawan, L.A., Suriarti, G.A.K., & Warsilah, H. (2020). Review and analysis of current responses to COVID-19 in Indonesia: Period of January to March 2020. Progress in Disaster Science 6, 1- 9. https://doi.org/10.1016/j.pdisas.2020.100091.

Dong, L., & Bouey, J. (2020). Public Mental Health Crisis during COVID-19 Pandemic, China. Emerging Infectious Diseases, 26(7). https://doi.org/10.3201/eid2607.200407

Folkman, S., & Moskowitz, J. T. (2000). Positive affect and the other side of coping. American Psychologist, 55(6), 647–654. https://doi.org/10.1037/0003-066X.55.6.647

Frankenberger, T.R., dan M.K.McCaston. (1998). The Household Livelihood Security Concept. Food, Nutrition, and Agriculture Journal. 22: 30-33.

Hackbarth M, Pavkov T, Wetchler J, Flannery M. (2012). Natural disasters: an assessment of family resiliency following Hurricane Katrina. J Marital Fam Ther. 38(2), 340‐351. Hawryluck, L., Gold, W. L., Robinson, S., Pogorski, S., Galea, S., & Styra, R. (2004). SARS control and psychological effects of quarantine, Toronto, Canada. Emerging Infectious Diseases, 10(7), 1206–1212. https://doi.org/10.3201/eid1007.030703

Ho, C. S., Chee, C. Y., & Ho, R. C. (2020). Mental Health Strategies to Combat the Psychological Impact of COVID-19 Beyond Paranoia and Panic. Annals of the Academy of Medicine, Singapore, 49(1), 1–3.

Hoesni, F. & Firmansyah, (2020). Analisis ketahanan dan 8 fungsi keluarga di Provinsi Jambi serta factor-faktor yang mempengaruhinya. Jurnal Ilmiah Universitas Batang hari Jambi 20(1). 309-319.

(9)

Liu, J.J., Bao, Y., Huang, X., Shi, J., Lu, L., 2020. Mental health considerations for chil- dren quarantined because of COVID-19. Lancet Child Adolesc. Health 4 (5), 347–349. https://doi.org/10.1016/S2352-4642(20)30096-1.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2016), Pembangunan

Ketahanan Keluarga 2016, Jakarta: CV. Lintas Khatulistiwa,

Kertamuda, F.E. (2009). Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia. Jakarta:Salemba Humanika.

Luthar, S. S., Cicchetti, D., & Becker, B. (2000). The construct of resilience: A critical evaluation and guidelines for future work. Child Development, 71. 543-562.

Mackay, R. (2003). Family resilience and good child outcomes: an overview of the research literature. Social Policy Journal of New Zealand, 20.

Manuell, M. E., & Cukor, J. (2011). Mother Nature versus human nature: Public compliance with evacuation and quarantine. Disasters, 35(2), 417–442. https://doi.org/10.1111/j.1467-7717.2010.01219.x

Marjanovic, Z., Greenglass, E. R., & Coffey, S. (2007). The relevance of psychosocial variables and working conditions in predicting nurses’ coping strategies during the SARS crisis: An online questionnaire survey. International Journal of Nursing Studies, 44(6), 991–998. https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2006.02.012

Mawarpury, M (2017). Dinamika resiliensi keluarga penyintas akibat konflik politik di Aceh. Disertasi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

McCubbin, H. I, McCubbin, A.N., Thompson, I.A., Han, Y-S, dan Allen, T.C. (1997). Families Under Stress: What makes them resilient. Journal of Family and Consumer Sciences, 89(3), 2.

McCubbin, M., & McCubbin, H. (1993). Families coping with illness: The resiliency model of family stress, adjustment and adaptation. In C. Danielson, B. Hamel-Bissell, & P. Winstead-Fry (Eds.), Families, health and illness: Perspectives on coping and inter-vention (pp. 21—61). St. Louis, MO: Mosby.

McCubbin, H. I., & Patterson, J. M. (1983). Family stress and adaptation to crisis. A double ABCX model of family behavior. In Olson, D. H dan Miller, B. C. Family Studies, Review Year book. (Volume 1). California: Sage Publication.

McCubbin, M. A. (1988). Family stress, resources, and family types: chronic illness in children. Family Relation, 37, 203-210.

McCubbin, H. I. (1979). Integrating coping behavior in family stress theory. Journal of marriage and the family.

(10)

Meadows, S. O., Beckett, M. K., Bowling, K., Golinelli, D., Fisher, M. P., Martin, L. S., Meredith, L. S., Osilla, K. C. (2015). Family Resilience in The Military: Definitions, Models, And Policies. Rand Corporation.

Menchik, J. (2014). The co-evolution of sacred and secular: Islamic law and family planning in Indonesia. South East Asia Research, 22(3), 359–378.

Musfiroh, M., Mulyani, S., Budi, E. C., Nugraheni, A., & Sumiyarsi, I., (2019). Analisis faktor-faktor ketahanan keluarga di kampung kB rw 18 kelurahan Kadipiro kota Surakarta. Placentum Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya, Vol. 7(2). 61-66.

Nam, B., Kim, J. Y., DeVylder, J. E., & Song, A. (2016) . Family functioning, resilience, and depression among North Korean refugees. Psychiatry Research, 245, 451–457.

Pakpahan, A. K. (2020). COVID-19 dan Implikasi bagi usaha mikro, kecil dan Menengah. JIHI: Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, 2–6. https://doi.org/https://doi.org/10.26593/jihi.v0i0. 3870.59-64

Pandanwati, K., S., Suprapti, V. (2012). Resiliensi Keluarga pada Pasangan Dewasa Madya yang Tidak memiliki Anak. Jurnal Psikologi Pendidikan & Perkembangan, 1(3), 1-8.

Patterson, J. (2002). Intergrating family resilience and family stress theory. Journal of Marriage and Family, 64(2), 349—360

Puspitawati, H., Herawati, T., & Sarma, M. (2018). Reliabilitas dan Validitas Indikator Ketahanan Keluarga di Indonesia. Jurnal Kependudukan Indonesia, 13(1), 1–14. https://doi.org/10.14203/JKI.V13I1.283

Rezi, M. R. (2020). Mempersiapkan ketahanan keluarga selama adaptasi kebiasaan baru di masa pandemic covid-19. Jurnal Kependudukan Indonesia. 61-68.

Rosidin, U., Sumarni, N., & Suhendar, I. (2019). Penyuluhan tentang aktivitas fisik dalam peningkatan status Kesehatan. Media Karya Kesehatan, 2(2).

Rubin, G.J., Wessely, S., (2020). The psychological effects of quarantining a city. BMJ 368, m313. https://doi.org/10.1136/bmj.m313.

Setiati, S., & Azwar, M. K. (2020). COVID-19 and Indonesia. Acta Medica Indonesiana, 52(1), 84– 89.

Shalfiah. (2013). Peran Pemberdaya dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam Mendukung Program Pemerintah Kota Bontang. Jurnal UNMUL. Diterbitkan.

Sharma, R. (2013). The family and family structure classification redefined for the current times. Journal of Family Medicine and Primary Care, 2(4), 306. https://doi.org/10.4103/2249-4863.123774

(11)

Sharp, J. S., & Clark, J. K. (2008). Between the country and the concrete: Rediscovering the rural-urban fringe. City and Community, 7(1), 61–79. https://doi.org/10.1111/j.1540-6040.2007.00241.x

Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Tabi’in, A. (2020). Problematika Stay at Home. Jurnal Golden age, Universitas Hamzanwadi. Vol. 4 No. 1. 190-200.

Tanoue, Y., Nomura, S., Yoneoka, D., Kawashima, T., Eguchi, A., Shi, S., Harado, N., & Miyata, H. (2020). Mental health of family, friends, and co- workers of COVID-19 patients in Japan. Psychiatry Research, 113067. https://doi.org/10.1016/j.psychres.2020.113067 Thariq, M., Anshori, A. (2017). Komunikasi Adaptasi Mahasiswa Indekos. Jurnal Interaksi. Vol.

1, No. 2, Juli 2017.

Tsai, J., & Wilson, M. (2020). COVID-19: a potential public health problem for homeless populations. The Lancet Public Health, Vol. 5, pp. e186–e187. https://doi.org/10.1016/S2468-2667(20)30053-0

Walsh, F. (1996). The Concept of Family Resilience: Crisis And Challenge. Fam Proc, 35, 261-281.

Walsh, F. (2002). A Family Resilience Framework: Innovative Practice Approaches. Family Relations, 51(2), 130-137.

Walsh, F. (2003). Family Resilience: A Framework for Clinical Practice. Journal Family Process, 42(1), 1-18.

Walsh, F. (2006). Strengthening Family Resilience (Second). New York: The Guilford Press. Walsh, F. (2012). Successful Aging And Family Resilience. Annual Review of Gerontology and

Geriatrics, 32(1), 153-172.

Wandasari, W. (2012). Hubungan antara Resiliensi Keluarga dan Family Sense of Conherence pada Mahasiswa yang Berasal dari Keluarga Miskin. Skripsi, Universitas Indonesia.

Wang, C., Pan, R., Wan, X., Tan, Y., Xu, L., Ho, C. S., & Ho, R. C. (2020). Immediate psychological responses and associated factors during the initial stage of the 2019 coronavirus disease (COVID- 19) epidemic among the general population in China. International Journal of Environmental Research and Public Health, 17(5). https://doi.org/10.3390/ijerph17051729

Yang, Y., Li, W., Zhang, Q., Zhang, L., Cheung, T., & Xiang, Y. T. (2020). Mental health services for older adults in China during the COVID-19 outbreak. The Lancet Psychiatry, Vol. 7, p. e19. https://doi.org/10.1016/S2215-0366(20)30079-1

(12)

Yi-Ching, L., Washington-Nortey, P., Hill, O. W., & Serpell, Z. N. (2019). Family functioning and not family structure predicts adolescents’ reasoning and math skills. Journal of Child and Family Studies, 28(10), 2700-2707.

doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10826-019-Yoga, S. D., Suarni, N. W., Prabowo, S. . (2015). Peran Keluarga sangat penting dalam Pendidikan mental, karakter anak. Jurnal sosial Humaniora. 8(1). 46-54.

Yoon, M. K., Kim, S. Y., Ko, H. S., & Lee, M. S. (2016). System effectiveness of detection, brief intervention and refer to treatment for the people with post-traumatic emotional distress by MERS: A case report of community-based proactive intervention in South Korea. International Journal of Mental Health Systems, 10(1). https://doi.org/10.1186/s13033-016-0083-5

Yunianto, D. (2020). Ketahanan Keluarga sebagai Basis Pendidikan di Tengah Pandemi Covid 19. Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam.Vol. 3, No. 1, 1-12.

Yunus, N. R., & Rezki, A. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(3). https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.15083

Zhang, Y., Ma, Z.F., 2020. Impact of the COVID-19 pandemic on mental health and quality of life among local residents in Liaoning Province, China: a cross-sectional study. Int. J. Environ. Res. Public Health 17 (7), 2381. https://doi.org/10.3390/ ijerph17072381.

(13)

Referensi

Dokumen terkait