• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROSES PERANCANGAN MESIN CONVEYOR SPIRAL DI PT.MUSTIKA AGUNG TEKNIK Tahap-tahap Proses Perancangan. Mengetahui kebutuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PROSES PERANCANGAN MESIN CONVEYOR SPIRAL DI PT.MUSTIKA AGUNG TEKNIK Tahap-tahap Proses Perancangan. Mengetahui kebutuhan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PROSES PERANCANGAN MESIN CONVEYOR SPIRAL DI PT.MUSTIKA AGUNG TEKNIK

3.1 Pengertian Proses Perancangan

Perancangan adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan mengubah suatu yang lama menjadi lebih baik atau membuat sesuatu yang baru. Dalam proses merancang ini tidak ada sesuatu ketentuan yang harus diikuti oleh setiap perancang. Setiap perancang memiliki prosesnya sendiri untuk mencapai tujuan.Namun secara umum proses perancangan dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini.

3.1.1 Tahap-tahap Proses Perancangan

Untuk menerangkan perancancangan lebih lanjut, maka di perlukan beberapa proses untuk mencapai tujuan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:

 Mengetahui kebutuhan  Mendefenisikan masalah  Mengumpulkan informasi  Membuat konsep

 Evaluasi

 Menyampaikan hasil rancangan

3.2 Tujuan Perancangan

 Untuk mempermudah mengangkut produksi makanan.

 Menyelamatkan produksi makanan agar tidak terjadi hal yang tak di

inginkan.

 Mencegah rusaknya makanan.

(2)

 Memudahkan distribusi pada makanan.

 Menambah estetika dan nilai jual makanan yang tinggi pada konsumen. 3.3 Aspek Tujuan Perancangan

Perancangan yang baik harus memenuhi beberapa tahapan atau aspek untuk dapat mencapai tujuan perancangan itu, yaitu:

Bahan atau material yang di perlukan harus memenuhi standard.

Metode atau teknik Perancangan harus di lakukan dengan yang di minta. Pola perancangan harus dilakukan sesuai dengan design gambar.

3.4 Jenis-jenis Bahan Atau Material Untuk Conveyor Spiral di PT. Mustika Agung Teknik

3.4.1 Plat T3

Merupakan bahan atau material dari salah satu pembuatan conveyor spiral yang digunakan untuk sebuah frame dan drum, bahan material ini digunakan dengan ukuran 4x8.

3.4.2 UNP

Merupakan Material besi dengan ukuran profil U. Aplikasi UNP hampir sama dengan WF, seperti rangka gudang, partisi, penyangga plafon dan lain lain, kecuali untuk kolom jarang digunakan karena relatif lebih mudah mengalami tekuk. Material UNP mempunyai variasi ukuran yang cukup banyak mulai dari UNP50 - UNP300 sehingga dapat dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan.

3.4.3 Besi Kotak / Square Bar ( As kotak )

Sebagai material pabrikasi pagar, kontruksi, dan lain lain. Maupun material bidang pemesinan. Bentuk dari besi ini kotak bujur sangkar.

(3)

3.4.4 Siku

Besi siku sebenarnya adalah besi plat yang bentuknya siku atau memiliki sudut 90 derajat. Panjang besi siku ini biasanya adalah 6 meter. Besi siku digunakan untuk membuat rak besi, tower air, dan konstruksi besi lainnya. Besi siku juga memiliki ukuran lebar dan ketebalan yang berbeda – beda sehingga konsumen bisa memilih besi sesuai dengan kebutuhan , dan yang dibutuhkan untuk material di PT. Mustika Agung Teknik adalah 40x40 ,50x50 , dan 60x60.

3.4.5 Plat T6

Merupakan bahan atau material dari salah satu pembuatan conveyor spiral yang digunakan untuk sebuah frame dan drum. Bahan material ini digunakan dengan ukuran 100x100 dan 100x150.

3.4.6 Plat T10

Merupakan bahan atau material dari salah satu pembuatan conveyor spiral yang digunakan untuk sebuah frame dan drum, bahan material ini digunakan dengan ukuran 1100x1100 dan 300x370.

3.4.7 Gravity Roller Ms Galvanis

Suatu sistem conveyor yang penumpu utama barang yang ditransportasikan adalah roller. Roller pada sistem ini sedikit berbeda dengan roller pada conveyor jenis yang lain. Roller pada sistem roller conveyor didesain khusus agar cocok dengan kondisi barang yang ditransportasikan, misalnya roller diberi lapisan karet, lapisan anti karat, dan lain sebagainya. Sedangkan roller pada sistem jenis yang lain didesain cocok untuk sabuk yang ditumpunya.

(4)

Gambar 3.4.7 Gravity Roller Ms Galvanis Sumber: Google.com

3.5 Fungsi Dan Spesifikasi Roller Conveyor

Roller conveyor hanya bisa memindahkan barang yang berupa unit dan tidak bisa memindahkan barang yang berbentuk bulk atau butiran. Unit yang bisa dipindahkan menggunakan roller conveyor juga harus mempunyai dimensi tertentu dan berat tertentu agar bisa di transportasikan.

Untuk memindahkan barang dalam bentuk bulk, bulk tersebut harus dikemas terlebih dahulu dalam unit agar bisa ditransportasikan menggunakan sistem ini.

Gambar 3.5 Roller Conveyor Sumber: Google.com

Spesifikasi roller conveyor juga harus disesuaikan dengan dimensi dan beban unit yang akan ditransportasikan. Rancangan sistem roller conveyor harus mempu menerima beban maksimum yang mungkin terjadi pada sistem conveyor.

(5)

Selain itu, desain dimensi sistem juga harus dipertimbangkan agar sesuai dengan dimensi unit yang akan ditransportasikan. Dalam beberapa kasus dimensi unit yang lebih lebar dari dimensi lebar roller masih diperbolehkan.

Gambar 3.5 Jarak Roller Sumber: Google.com

Jarak antar roller disesuaikan dengan dimensi unit yang akan ditransportasikan. Diusahakan jarak antar roller dibuat sedekat mungkin agar tumpuan beban semakin banyak. Selain itu, dimensi unit yang ditranportasikan minimal harus ditumpu oleh 3 roller. Jika kurang dari 3 roller, maka unit tersebut akan tersendat bahkan bisa jatuh keluar sistem tranportasi roller conveyor.

Gambar 3.5 Transportasi Roller Sumber: Google.com

Kelebihan roller conveyor adalah bisa mentransformasikan pada kemiringan tertentu sehingga conveyor bisa mentranportasikan barang dari satu tingkat ke tingkat yang lain. Selain itu, roller conveyor juga bisa membelokkan jalur unit yang belokkannya sangat tajam.

(6)

3.6 Komponen Utama Dan Fungsi Roller Conveyor

Komponen utama alat dan fungsi dalam sistem roller conveyor adalah sebagai berikut:

3.6.1 Kerangka Badan

Kerangka badan mempunyai fungsi untuk menopang roller agar lokasi roller tidak berpindah-pindah. Pemasangan roller dengan kerangka badan ini harus pas agar tidak terjadi getaran yang tidak diinginkan saat roller berputar. Selain itu, kerangka badan ini juga menentuka jarak antar roller yang sesuai agar unit yang akan ditransportasikan tidak jatuh.

Gambar 3.6.1 Kerangka Badan Sumber: Google.com

3.6.2 Tiang Penyangga

Tiang peyangga mempunyai fungsi untuk pondasi kerangka badan sistem roller conveyor. Kerangka badan ini didesain sebagai tumpuan roller conveyor terhadap tanah yang dilalui oleh sistem conveyor.

Gambar 3.6.2 Tiang Peyangga Sumber: Google.com

(7)

3.6.3 Motor Penggerak

Motor penggerak mempunyai fungsi untuk menggerakkan drive roller agar selalu berputar sesuai dengan kecepatan yang diinginkan operator. Motor penggerak ini pada umumnya ditempatkan diujung paling akhir alur roller conveyor agar bisa menjaga rantai transmisi tetap tegang.

Gambar 3.6.3 Motor Penggerak Sumber: Google.com

3.6.4 Roller

Roller mempunyai fungsi sebagai pemindah barang yang akan ditransportasikan. Saat roller berputar diupayakan tidak bergetar agar tidak merusak barang yang ditransportasikan. Dimensi roller juga harus sama agar barang yang diangkut tidak tersendat dan roller dapat menumpu barang dengan sempurna.

Gambar 3.6.4 Roller Barang Sumber: Google.com

Roller pada sistem roller conveyor mempunyai perhatian khusus karena merupakan komponen yang paling utama dalam sistem ini. Sehingga desain dan perawatan pada roller harus mendapatkan perhatian yang lebih

(8)

utama. Berikut desain komponen roller conveyor yang pernah dianalisis di mata kuliah Tugas Desain Mesin I.

Gambar 3.6.4 Dimensi Roller Sumber: Google.com

Gambar 3.6.4 Komponen Roller Sumber: Google.com

Komponen roller sendiri adalah terdiri dari pipa, rumah bearing, seal, poros, snapring, C-ring, dan bantalan. Susunan komponen tersebut seperti Gambar diatas.

(9)

3.6.5 Sistem Transmisi

Sistem transmisi mempunyai fungsi untuk mentranmisikan daya pada penggerak ke sistem conveyor. Transmisi pada sister roller conveyor terbagi menjadi 2 bagian, yaitu transmisi antara motor penggerak dengan drive roller dan transmisi antara drive roller dengan roller lain.

Sistem transmisi antara motor penggerak dengan drive roller biasanya ditempatkan di ujung paling akhir dari jalur conveyor. Sistem transmisi ini biasanya terdiri dari motor, speed reducer, coupling, sprocket, dan rantai.

Gambar 3.6.5 Sistem Transmisi Sumber: Google.com

Sistem transmisi antara drive roller dengan roller biasanya ditempatkan pada kerangka badan sistem conveyor. Transmisi antar roller biasanya digunakan sproket dan rantai dengan perbandingan kecepatan putar 1:1 agar kecepatan putar antar roller sama dan barang yang ditranportasikan dapat berjalan dengan baik.

Gambar 3.6.5 Transmisi Sprocket Sumber: Google.com

(10)

3.7 Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja roller conveyor secara umum adalah sebagai berikut: 1. Motor penggerak memutar poros pada motor yang telah terpasang

sistem transmisi menuju drive roller.

2. Putaran poros pada motor ditransmisikan ke drive roller melalui sistem transmisi yang telah dirancang khusus untuk sistem roller conveyor.

3. Drive roller yang terpasang sistem transmisi tersebut ikut berputar karena daya yang disalurkan oleh sistem transmisi.

4. Drive roller mentransmisikan putaran roller ke roller lain dengan tranmisi rantai.

5. Antar roller diberi jalur transmisi yang sama dengan perbandingan transmisi 1:1 sehingga putaran antar roller mempunyai kecepatan yang sama.

6. Tranmisi antar roller tersebut diteruskan sampai ke roller paling terakhir.

(11)

3.8 Proses Pembuatan Conveyor Spiral

3.8.1 Penekukan Plat Menggunakan Mesin Banding

Gambar 3.8.1 Mesin Banding Sumber: Lokasi Kerja Praktek

Mesin Press Brake adalah mesin yang berfungsi untuk menekuk atau membending plat logam dengan sudut tertentu (biasanya 90 derajat). Mesin ini banyak digunakan di industri karoseri (body, chassis, bak truk dll.), pembuatan box (panel listrik, rumah lampu, safety box, lift, silent box dll.), pembuatan kitchen set, dll. Mesin Press Brake dari tenaga yang digunakan umumnya terbagi menjadi 3 bagian:

1. Mesin Tekuk Plat Manual

Mesin ini menggunakan tenaga manusia yang dibantu dengan bandul pemberat. Mesin ini tidak menggunakan sumber daya listrik sedikitpun murni menggunakan tenaga manusia.

Kelebihan : mesin ini adalah murah dan hemat biaya operasionalnya, Kekurangan : hanya cocok untuk plat berbahan dasar mild steel tipis (tebal plat kurang dari 1-2 mm) atau alumunium.

(12)

2. Mesin Tekuk Plat Mekanikal

Mesin ini menggunakan tenaga motor listrik yang dibantu dengan semacam roda gila yang berfungsi sebagai pengumpul tenaga. Kelebihan : mesin ini adalah berkecepatan tinggi dan tenaganya besar,Kekurangan: konsumsi listriknya besar dan suaranya sangat berisik serta tingkat kepresisinya rendah

3. Mesin Tekuk Plat Hidrolik

Mesin ini menggunakan sistem hidrolik sebagai sumber tenaga penekuknya. Mesin ini membutuhkan daya listrik yang lebih efisien (dibandingkan tipe mekanikal) untuk menggerakkan pompa hidroliknya, mesin ini menggunakan fluida dalam sistem hidroliknya berupa oli hidrolik yang secara berkala harus diganti (2000 jam). Kelebihan : mampu menekuk atau bending plat2 yang tebal (tergantung kapasitas mesin) seperti mild steel, stainless steel dan alumunium, akurasinya terkontrol.

Kekurangan : relatif lambat kerjanya, walaupun konsumsi listrik lebih efisien dibandingkan tipe mekanikal (tetapi ada tambahan biaya rutin untuk penggantian oli). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih mesin press brake bending tekuk plat ini adalah sebagai berikut:

 Tebal plat yang akan dibending atau ditekuk, satuannya mm  Panjang kerja bending atau tekukannya, satuannya mm  Lebar V opening yang dipakai, satuannya mm

 Tensile Strength dari material yang dipakai, satuannya kg/mm2 Dari hal2 yang tersebut diatas akan bisa ditentukan besarnya kebutuhan tonase dari mesin bending plat. Untuk keamanan baiknya ditambahkan safety factor sebesar 0,1 dari total kebutuhan tonase.

(13)

3.8.2 Milling

Gambar 3.8.2 Mesin Milling Sumber: Lokasi Kerja Praktek

Mesin milling adalah suatu mesin perkakas yang menghasilkan sebuah bidang datar dimana pisau berputar dan benda bergerak melakukan langkah pemakanan.Sedangkan proses milling adalah suatu proses permesinan yang pada umumnya menghasilkan bentukan bidang datar ( bidang datar ini terbentuk karena pergerakan dari meja mesin) dimana proses pengurangan material benda kerja terjadi karena adanya kontak antara alat potong (cutter) yang berputar pada spindle dengan benda kerja yang tercekam pada meja mesin.

Mesin milling jika dikolaborasikan dengan suatu alat bantu atau alat potong pembentuk khusus, akan dapat menghasilkan beberapa bentukan-bentukan lain yang sesuai dengan tuntutan produksi, misalnya: Uliran , Spiral ,Roda gigi, Cam, Drum Scale, Poros bintang, Poros cacing,dll.

Pada Tahun 1818 mesin milling pertama kali ditemukan di New Heaven Conecticut oleh Eli Whitney. Pada tahun 1952 John Parson mengembangkan milling dengan kontrol basis angka (Milling Numeric Control) dalam perkembangannya mesin milling mengalami berbagai perkembangan baik secara mekanis maupun secara teknologi pengoperasiannya.

(14)

3.8.3 Welding

Gambar 3.8.3 Mesin Las Sumber: Lokasi Kerja Praktek

Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu.

Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya. Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus, dan macam –macam reparasi lainnya.

Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat lasdengan kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya.

Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya didalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya

(15)

memerlukan bermacam-macam pengetahuan. Karena itu didalam pengelasan, penngetahuan harus turut serta mendampingi praktek, secara lebih bterperinci dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan.

Cara ini pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang.Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.

Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang disambungkan.klasifikasi dari cara-cara pengelasan ini akan diterangkan lebih lanjut. Pada waktu ini pengelasan dan pemotongan merupakan pengelasan pengerjaan yang amat penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku logam.

Dari pertama perkembangannya sangat pesat telah banyak teknologi baru yang ditemukan. Sehingga boleh dikatakan hamper tidak ada logam yang dapat dipotong dan di las dengan cara-cara yang ada pada waktu ini. Dalam bab ini akan diterangkan beberapa cara penngelasan dan pemotongan yang telah banyak digunakan sedangkan penerapannya dalam praktek akan diterangkan dalam bab-bab yang lain.

1. Klasifikasi Cara-cara Pengelasan Dan Pemotongan

Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan dalam bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal tersebut. Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut pada waktu ini dapat dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan.

(16)

Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan lain-lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya. Bila diadakan pengklasifikasian yang lebih terperinci lagi, maka kedua klasifikasi tersebut diatas dibaur dan akan terbentuk kelompok-kelompok yang banyak sekali.

Diantara kedua cara klasifikasi tersebut diatas kelihatannya klasifikasi cara kerja lebih banyak digunakan karena itu pengklasifikasian yang diterangkan dalam bab ini juga berdasarkan cara kerja. Berdasarkan klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu : pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian.

1) Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar.

2) pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.

3) pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan denngan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair. Pemotongan yang dibahas dalam buku ini adalah cara memotong logam yang didasarkan atas mencairkan logam yang dipotong. Cara yang banyak digunakan dalam pengelasan adalah pemotongan dengan gas oksigen dan pemotongan dengan busur listrik. Pengelasan yang paling banyak ndigunakan pada waktu ini adalah pengelasan cair dengan busur gas. Karena itu kedua cara tersebut yaitu las busur listrik dan las gas akan dibahas secara terpisah. Sedangkan cara-cara penngelasan yang lain akan dikelompokkan dalam satu pokok bahasan. Pemotongan, karena merupakan

(17)

masalah tersendiri maka pembahasannya juga dilakukan secara terpisah.

3.8.4 Proses Pembubutan

Gambar 3.8.4 Mesin Pembubutan Sumber: Lokasi Kerja Praktek

Membubut adalah proses pembentukan benda kerja dengan menggunakan mesin bubut. Sedangkan mesin bubut adalah perkakas untuk membentuk benda kerja dengan gerakan utrama berputar.

1. Gerakan Dalam Membubut

 Gerakan berputar, yaitu bentuk gerakan rotasi dari benda kerja yang digerakan pahat dan dinamakan gerakan potong.

 Gerakan memanjang, yaitu bentuk gerakan apabila arah pemotongannya sejajar dengan sumbu kerja. Gerakan ini juga disebut gerakan pemakanan.

 Gerakan melintang, yaitu bentuk gerakan apabilah arah pemotongannya tegak lurus terhadap sumbu kerja. Gerakan ini juga disebut dengan gerakan melintan atau pemotongan permukaan.

(18)

 Pembubutan muka (facing), yaitu proses pembubutan yang dilakukan pada tepi penampang atau gerak lurus terhadap sumbu benda kerja, sehingga diperoleh permukaan yang halus dan rata.  Pembubutan rata (pembubutan silindris), yaitu pengerjaan benda

yang dilakukan sepanjang garis sumbu.

 Pembubutan ulir (threading), yaitu pembubutan ulir dengan pahat ulir.

 Pembubutan tirus (taper), yaitu proses pembubutan enda kerja berbentu konis.

 Pembubutan (drilling), yaitu pembubutan dengan menggunakan mata or, sehingga akan diperoleh lubang pada benda kerja.

 Perluasan lubang (boring), yaitu proses pembubutan yang bertujuan untuk memperbesar lubang.

 Knurling, yaitu proses pembubutan luar (pembubutan silindris) yang bertujuan untuk membubut profil pada permukaan benda kerja.

3. Parameter parameter Pemotongan Logam Dalam Mesin Bubut

 Kecepatan potong (Cutting Speed), yaitu kecepatan dimana pahat melintasi benda kerja untuk mendapatkan hasil yang paling baik pada kecepatan yang sesuai.

 Asutan (Feed), adalah penggerak titik sayat alat potong per satu putaran benda kerja.

 Kedalaman Pemotongan (Depth of Cut), adalah dimana dalamnya masuk alat potong menuju sumbu-sumbu benda.

 Waktu Pemesinan (Mechining Time), adalah banyaknya waktu penyayatan yang dibutuhkan untuk mengerjakan (membentuk atau memotong) suatu benda kerja.

(19)

4. Intruksi Kerja Dalam Proses Pembubutan

 Baca dulu intruksi manual sebelum memulai mengoprasikan mesin.  Upayakan tempat kerja tetap bersih dengan penerangan yang

memadai.

 Semua peralatan harus di grounded.

 Gunakan selalu kacamata pelindung setiap saat bekerja dengan mesin.

 Hindari pengoprasian mesin pada lingkungan yang berbahaya, seperti lingkungan yang banyak mengandung bahan mudah terbakar.  Yakinkan bahwa tombol dalam keadaan off sebelum

menghubungkan mesin dengan sumber listrik.

 Pertahankan kebersihan tempat kerja, bebas dari kekacauan, minyak dan sebagainya.

 Tetapkan batas aman untuk pengunjung.

 Ketika membersihkan mesin, upayakan mesin dalam keadaan mati, maka lebih baik jika hubungan dengan sumber listrik diputus.

 Gunakan selalu alat dan perlengkapan yang ditentukan.  Gunakan selalu alat yang benar.

(20)

3.8.5 Proses Mesin Pon

Gambar 3.8.5 Mesin Pon Sumber: Lokasi Kerja Praktek Cara Kerja Mesin Pon Terhadap Roller

 Hanya untuk membuat rumah hoursing bearing kanan dan kiri pada roller.

3.9 Proses Perakitan Conveyor Spiral

Gambar 3.9 Conveyor Spiral Sumber: Lokasi Kerja Praktek

(21)

3.9.1 Perakitan conveyor Spiral Sebelum Pengecetan

 Pada proses perakitan ini yang di lakukan adalah pembersihan setelah pengelasan dengan di lakukan memakai mesin gerinda dengan batu fleksibel atau batu amplas kasar.  Pemasangan roller untuk mengetahui berapa banyak roller

yang akan di pakai.

 Pemasangan dudukan motor agar motor yang akan digunakan sesuai pas pada conveyor.

 Pemasangan baut dan mur yang akan di gunakan untuk keperluan yang akan di gunakan pada conveyor spiral.

 Pemasangan kaki conveyor spiral untuk menguji mesin conveyor spiral.

Gambar 3.9.1 Perakitan Conveyor Spiral Sumber: Lokasi Kerja Praktek

(22)

Gambar 3.9.1 Perakitan Conveyor Spiral Tampak Samping Sumber: Lokasi Kerja Praktek

Gambar 3.9.2 Hasil Jadi Conveyor Spiral Sumber: Lokasi Kerja Praktek

(23)

3.9.2 Perancangan Conveyor Spiral Setelah Pengecetan

 Perancangan conveyor spiral ini kembali di rakit setelah proses pengecetan.

 Setelah perakitan selesai dilakukan pengujian conveyor spiral.

 Jika sudah dilakukan pengujian dan tahapan selesai lalu mesin conveyor spiral di packing dan siap untuk dikirim dan digunakan untuk produktifitas kerja.

Gambar

Gambar 3.5 Roller Conveyor  Sumber: Google.com
Gambar 3.5 Jarak Roller  Sumber: Google.com
Gambar 3.6.1 Kerangka Badan  Sumber: Google.com
Gambar 3.6.3 Motor Penggerak  Sumber: Google.com
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pelaksanaan pelatihan, tim pelaksana menghibahkan satu unit Raspberry Pi versi 2 agar dapat digunakan sebagai perangkat praktikum siswa/siswi SMK Kartika 1 Surabaya untuk

Hal ini terbukti melalui penelitian dengan hasil perhitungan nilai t hitung sebesar 7,561 yang lebih besar dari t tabel 1,6606 yang menunjukkan bahwa harga

Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh POC limbah bakpia dan tahu terhadap pertumbuhan bayam hijau serta menentukan konsentrasi optimum POC limbah bakpia dan tahu dalam

Basis Data ( Database ) merupakan suatu kumpulan data terhubung ( interrelated data ) yang disimpan secara bersama-sama pada suatu media, tanpa mengatap satu

Oleh karena itu, penelitian ini diperlukan untuk menguji efektivitas daya bunuh dari produk pembersih lantai yang digunakan oleh masyarakat Indonesia terhadap bakteri

Untuk maksud tersebut, bersama ini kami kirimkan daftar isian terlampir untuk diisi dan mohon segera dikirim kembali melalui email kreativitas.belmawa@qmait.com paling

(7) Bentuk dan isi slip setoran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam Lampiran XII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Penelitian yang berkaitan dengan segmentasi pemilik hewan peliharaan dengan dimensi dari human-pet relationship sebagai variabel inti dan perilaku konsumsi yang dipengaruhi