Solusi Sistem Persamaan Lanjar
(Bagian 2)
(Bagian 2)
Bahan Kuliah IF4058 Topik Khusus
Informatika I
Pemfaktoran dengan Metode Reduksi Crout
• Meskipun metode LU Gauss dikenal paling baik untuk
melakukan dekomposisi LU, terdapat metode lain yang
digunakan secara luas, yaitu metode reduksi Crout
• Nama lain: metode reduksi Cholesky atau metode Dolittle
Dalam membahas metode reduksi Crout, tinjau matriks 3 × 3 berikut:
a
11a
12a
131 0 0
u
11u
12u
13A
=
a
21a
22a
23L = l
211 0 U = 0 u
2,2u
23Karena LU = A, maka hasil perkalian L dan U itu dapat ditulis sebagai
u
11u
12u
13a
11a
12a
13LU
=
l
21u
11l
21u
12+ u
22l
21u
13+u
23= A =
a
21a
22a
23l
31u
13l
31u
12+ l
32u
22l
31u
13+ l
32u
23+ u
33a
31a
32a
33Dari kesamaan dua buah matriks LU = A, diperoleh
u
11= a
11, u
12= a
12, u
13= a
13} Baris pertama U
u
11= a
11, u
12= a
12, u
13= a
13} Baris pertama U
l
21u
1= a
21→
l
21=
11 21u
a
l
31u
11= a
31→ l
31=
11 31u
a
l
21u
12+ u
22= a
22→ u
22= a
22- l
21u
12}
Baris kedua U
}
Kolom pertama L
l
31u
12+ l
32u
22= a
32→ l
32=
22 12 31 32u
u
l
a
−
Kolom kedua L
l
31u
13+ l
32u
23+ u
33= a
33→
u
33= a
33- ( l
31u
13+ l
32u
23) } Baris
ketiga U
Kita perhatikan ada urutan pola teratur dalam menemukan
Kita perhatikan ada urutan pola teratur dalam menemukan
elemen-elemen L dan U, yaitu:
(1)elemen-elemen baris pertama dari U
(2)elemen-elemen baris pertama dari L
(3)elemen-elemen baris kedua dari U
(4)elemen-elemen baris kedua L
(5)…
Rumus umum menghitung u dan l untuk sistem dengan matriks A yang berukuran
3 × 3 dapat ditulis sebagai berikut:
u
pj= a
pj-
∑
− = 1 1 p kl
pku
kj,
(P.4.13)
dan
p
= 1, 2, 3, …., n
j
= p, p+1, …., n
l
iq=
qq q k kq ik iqu
u
a
∑
− =−
1 11
,
(P.4.14)
q
= 1, 2, 3, …., n-1
i
= q+1, q+2, …., n
dengan syarat u
qq≠ 0
Contoh: Selesaikan
x
1+ x
2- x
3= 1
2x
1+ 2x
2+ x
3= 5
-x
1+ x
2+ 2x
3= 5
dengan metode dekomposisi LU, yang dalam hal ini L dan U dihitung dengan
metode reduksi Crout.
Penyelesaian: 1 1 -1 1 1 1 -1 1 A = 2 2 1 b = 5 -1 1 1 1 Diperoleh: u11 = a11 = 1 u12 = a12 = 1 u13 = a13 = -1 l21 = a21/u11 = 2/1 = 2 l31 = a31/u11 = -1/1 = -1
Karena u
qqtidak boleh nol, lakukan pertukaran baris, baik untuk matriks A maupun untuk
vektor b:
Matriks A
Vektor b
R
2⇔ R
31 1
-1
R
2⇔ R
31
-1 1
1
1
2 2
1
5
Hitung kembali nilai l , l , dan u (Perhatikan bahwa nilai u , u , u tidak berubah)
Hitung kembali nilai l
21, l
31, dan u
22(Perhatikan bahwa nilai u
11, u
12, u
13tidak berubah)
l
21= a
21/u
11= -1/1 = -1
l
31= a
31/u
11= 2/1 = 2
u
22= a
22- l
21u
12= 1 - (-1)(1) = 1 + 1 = 2
u
23= a
23- l
21u
13= 1 - (-1)(-1) = 1-1 = 0
l
32=
32 31 12u
u
l
a
−
=
( )
0
2
1
2
2
=
−
Diperoleh L dan U sebagai berikut,
1 1 -1
1 0 0
1
U
= 0 2 0
L
=
-1 1 0
dan b = 1
0 0 3
2 0 1
5
Berturut-turut dihitung y dan x sebagai berikut:
1 0
0
y
11
1 0
0
y
11
Ly
= b -1 1
0
y
2= 1
2 0
1
y
35
y
1, y
2, dan y
3dihitung dengan teknik penyulihan maju:
y
1= 1
-y
1+ y
2= 1 → y
2= 1 + y
1= 1 + 1 = 2
1 1 -1
x
11
Ux = y
0 2 0
x
2= 2
0 0 3
x
33
x
1, x
2, dan x
3dihitung dengan teknik penyulihan mundur:
3x
3= 3 → x
3= 1
3x
3= 3 → x
3= 1
2x
2+ 0x
3= 2
→ x
2= 1
x
1+ x
2- x
3= 1 → x
1= 1
• Jika diamati elemen segitiga bawah pada matriks U
semuanya bernilai nol, sehingga ruang yang tidak
terpakai itu dapat dipakai untuk menyimpan elemen
matriks L.
• Elemen diagonal matriks L seluruhnya 1, jadi tidak perlu
disimpan (default). Dengan demikian, penyimpanan
elemen L dan U pada satu matriks dapat menghemat
penggunaan memori.
• Selain itu, matriks A hanya dipakai sekali untuk
memperoleh L dan U, sesudah itu tidak dipakai lagi.
• Dengan demikian, setelah L dan U diperoleh, elemennya
dapat dipindahkan ke dalam A.
• Karena alasan ini, maka metode dekomposisi LU
dinamakan juga metode kompaksi memori.
Determinan
• Metode eliminasi Gauss dapat diterapkan untuk menghitung
determinan matriks n
×
n.
•
Determinannya dapat dihitung setelah ia ditransformasi
menjadi matriks segitiga atas U.
• Dua hukum penting determinan:
Hukum 1: det(BC) = det(B) × det(C)
Hukum 2: det(M) = hasil kali semua elemen diagonal M
jika M adalah matriks segitiga atas atau matriks segitiga
bawah.
Kasus 1: Bila eliminasi Gauss tidak menerapkan
tatancang pivoting.
• Jika pivoting tidak diterapkan, determinan matriks A
adalah:
det (A) = det (LU)
= det (L) × det(U)
= det (L) × det(U)
= det(U)
= u
11
u
22
u
33
... u
nn
• yang dalam hal ini det(L) = 1 sebab semua elemen
diagonal L adalah satu.
Kasus 2: Bila eliminasi Gauss menerapkan
tatancang pivoting.
• Tatancang pivoting mengakibatkan pertukaran baris.
Dekomposisi LU dengan pivoting setara dengan
mengerjakan dua proses terpisah berikut:
1. Transformasikan matriks A menjadi matriks A'
1. Transformasikan matriks A menjadi matriks A'
dengan cara permutasi baris-baris matriks (sama
dengan mengalikan A dengan matriks permutasi P),
A' = PA atau setara dengan A = P
-1A'
2. Dekomposisi A' menjadi LU tanpa pivoting
A' = LU
• Dari (1) dan (2), L dan U dihubungkan dengan A oleh
A = P
-1A' = P
-1LU
• Determinan A dapat ditulis sebagai
det (A) = det (P
-1) × det (L) × det (U)
det (A) = det (P ) × det (L) × det (U)
= det (P
-1) × 1 × det (U)
= det (P
-1) × det (U)
= α det (U)
yang dalam hal ini α = det (P
-1) = -1 atau 1 bergantung pada
• Jika pivoting dilakukan sejumlah p kali, maka
α
dapat
ditulis sebagai:
α
= (-1)
p
•
α
bernilai 1 untuk p genap dan -1 untuk p ganjil.
Karena itu,
• Contoh: Hitung determinan matriks A berikut:
2
3
-1
A =
4
4
-3
-2
3
-1
Penyelesaian:
2 3 -1 R
2-
4/
2R
12 3 -1 R
3-
6/
-2R
22 3 -1
2 3 -1 R
2- /
2R
12 3 -1 R
3- /
-2R
22 3 -1
4 4 -3 R
3-
-2/
2R
10 -2 -1 0 -2 -1
-2 3 -1
1 0 -2
0 0 -5
Tidak ada proses pivoting selama eliminasi Gauss, maka
det (A) = (2) (-2) (-5) = 20
Metode Lelaran Untuk Menyelesaikan SPL
• Metode eliminasi Gauss melibatkan banyak galat pembulatan. Galat
pembulatan yang terjadi pada eliminasi Gauss dapat menyebabkan
solusi yang diperoleh “jauh” dari solusi sebenarnya.
• Gagasan metoda lelaran pada pencarian akar persamaan nirlanjar
dapat juga diterapkan untuk menyelesaikan SPL.
dapat juga diterapkan untuk menyelesaikan SPL.
• Dengan metode lelaran, galat pembulatan dapat diperkecil, karena
kita dapat meneruskan lelaran sampai solusinya seteliti mungkin,
sesuai dengan batas galat yang kita perbolehkan.
• Jika metode eliminasi Gauss dan variasi-variasinya serta
metode dekomposisi LU dinamakan metode langsung (direct)
-karena solusi SPL diperoleh tanpa
lelaran-• maka metode lelaran dinamakan metode tidak langsung
(indirect) atau metode iteratif.
• Tinjau kembali sistem persamaan lanjar
a
11 111x
1+ a
1212 2x
2+ .... + a
1n n1nx
n= b
11a
21x
1+ a
22x
2+ .... + a
2nx
n= b
2:
:
a
n1x
1+ a
n2x
2+ .... + a
nnx
n= b
n• Dengan syarat a
kk≠
0, k = 1, 2, ..., n, maka persamaan
lelarannya dapat ditulis sebagai
x
1 (k+1)=
( ) 11 1 2 12 1....
a
x
a
x
a
b
−
k−
n n kx
2(k+1)=
( ) ( ) ( ) 22 2 3 23 1 21 2....
a
x
a
x
a
x
a
b
−
k−
k−
n n kM
M
x
n (k+1)=
( ) ( ) ( ) nn k n nn k n k n na
x
a
x
a
x
a
b
−
1 1−
2 2−
....
−
−1 −1dengan k = 0, 1, 2, …
Lelaran dimulai dengan memberikan tebakan awal untuk x,
=
) 0 ( ) 0 ( 2 ) 0 ( 1 0 nx
x
x
x
M
Sebagai kondisi berhenti lelarannya, dapat digunakan pendekatan galat relatif
( +1) ( )
−
k kx
x
( ) ( ) ( 1) 1 + +−
k i k i k ix
x
x
<
ε
untuk semua i = 1, 2, 3, …., n
Syarat cukup agar lelarannya konvergen adalah sistem dominan secara
diagonal:
| a
ii| >
∑
≠ = n i j j ija
, 1, i = 1, 2, 3, …, n
Sebagai contoh, SPL berikut
3x
1+ x
2- x
3= 1
2x
1+ 4x
2+ x
3= 5
-x
1+ 5x
2+ 8x
3= 5
dominan secara diagonal, karena
| 3 | > | 1 | + | -1 |
| 4 | > | 2 | + | 1 |
| 4 | > | 2 | + | 1 |
| 8 | > | -1 | + | 5 |
karena itu lelarannya pasti konvergen.
Ada dua metode lelaran yang akan kita bahas di sini:
1. Metode lelaran Jacobi
Metode Lelaran Jacobi
• Persamaan lelarannya adalah seperti yang ditulis di
atas.
• Misalkan diberikan tebakan awal x
(0)
:
• Misalkan diberikan tebakan awal x :
x
(0)
= (x
1
(0)
, x
2
(0)
, ..., x
n
(0)
)
T
• Prosedur lelaran untuk lelaran pertama, kedua, dan
seterusnya adalah sebagai berikut:
Lelaran pertama:
x
1 (1)=
( ) ( ) ( ) 11 0 1 0 3 13 0 2 12 1....
a
x
a
x
a
x
a
b
−
−
−
−
n nx
2 (1)=
( ) ( ) ( ) 22 0 2 0 3 23 0 1 21 2....
a
x
a
x
a
x
a
b
−
−
−
−
n nM
M
x
n (1)=
( ) ( ) ( ) nn n nn n n na
x
a
x
a
x
a
b
−
1 1 0−
2 2 0−
....
−
−1 −1 0Lelaran kedua:
x
1 (2)=
( ) ( ) ( ) 11 1 1 1 3 13 1 2 12 1....
a
x
a
x
a
x
a
b
−
−
−
−
n nx
2(2)=
( ) ( ) ( ) 22 1 2 1 3 23 1 1 21 2....
a
x
a
x
a
x
a
b
−
−
−
−
n nM ( ) ( ) ( )
x
a
x
a
x
a
b
−
1−
1−
.... −
1x
n(2)=
( ) ( ) ( ) nn n nn n n na
x
a
x
a
x
a
b
−
1 1 1−
2 2 1−
....
−
−1 −11Rumus umum :
( ) ( ),....
2
,
1
,
0
,
, 1 1=
−
=
∑
≠ = +k
a
x
a
b
x
ii n i j j k j ij i k iMetode Lelaran Gauss-Seidel
• Kecepatan konvergen pada lelaran Jacobi dapat
dipercepat bila setiap harga x
i
yang baru dihasilkan
segera dipakai pada persamaan berikutnya untuk
menentukan harga x
i+1
yang lainnya.
Lelaran pertama:
x
1(1)=
( ) ( ) ( ) 11 0 4 14 0 3 13 0 2 12 1a
x
a
x
a
x
a
b
−
−
−
x
2(1)=
( ) ( ) ( ) 22 0 4 24 0 3 23 1 1 21 1a
x
a
x
a
x
a
b
−
−
−
x
3(1)=
( ) ( ) ( ) 33 0 4 34 1 2 32 1 1 31 3a
x
a
x
a
x
a
b
−
−
−
x
4(1)=
( ) ( ) ( ) 44 1 3 43 1 2 42 1 1 41 4a
x
a
x
a
x
a
b
−
−
−
Lelaran kedua: x1(2) = ( ) ( ) ( ) 11 1 4 14 1 3 13 1 2 12 1 a x a x a x a b − − − x2 (2) = ( ) ( ) ( ) 22 1 4 24 1 3 23 2 1 21 1 a x a x a x a b − − − x3(2) = ( ) ( ) ( ) 33 1 4 34 2 2 32 2 1 31 3 a x a x a x a b − − − 33 a x4(2) = ( ) ( ) ( ) 44 2 3 43 2 2 42 2 1 41 4 a x a x a x a b − − − Rumus umum: ( 1) ( ) − −
∑
a x +∑
a x b n k j ij n k j ij i• Contoh: Tentukan solusi SPL
4x - y + z = 7
4x - 8y + z = -21
-2x + y + 5z = 15
dengan nilai awal P
0= (x
0, y
0, z
0) = (1, 2, 2). (Solusi sejatinya
adalah (2, 4, 3) )
Penyelesaian:
(a) Metode lelaran Jacobi
Persamaan lelarannya:
x
r+1=
4
7
+
y −
rz
ry
r+1=
8
4
21
+
x −
rz
rz
=
15
+
2
x −
ry
rLelarannya: x1 = 4 2 2 7 + − = 1.75 y1 =
( )
8 2 1 4 21+ + = 3.375 z1 =( )
5 2 1 2 15+ − = 3.000 x2 = 4 00 . 3 375 . 3 7 + − = 1.84375 4 y2 =(
)
8 00 . 3 375 . 3 4 21+ − = 3.875 z2 =(
)
5 375 . 3 75 . 1 2 15+ − = 3.025 ... x19 = 2.00000000 y19 = 4.00000000(b) Metode lelaran Gauss-Seidel
Persamaan lelarannya,
x
r+1=
4
7
+
y −
rz
ry
r+1=
8
4
21
+
x −
rz
rz
r+1=
5
2
15
+
x −
ry
rLelarannya,
x
1=
4
2
2
7
+
−
= 1.75
y
1=
(
)
8
2
75
.
1
4
21
+
+
= 3.75
z
1=
(
)
5
75
.
3
75
.
1
2
15
+
−
= 3.000
x
2=
4
95
.
2
75
.
3
7
+
−
= 1.95
y
2=
8
95
.
2
75
.
3
7
+
−
= 3.96875
z
2=
(
)
5
968375
.
3
95
.
1
2
15
+
−
= 2.98625
...
x
10= 2.00000000
y
10= 4.00000000
z
10= 3.00000000
Contoh Soal Terapan
Dalam hal ini, semua arus i yang memasuki simpul dianggap bertanda positif.
Sedangkan hukum Ohm menyatakan bahwa arus i yang melalui suatu tahanan
adalah :
i
ij=
ij j iR
V
V −
yang dalam hal ini V adalah tegangan dan R adalah tahanan.
i1 i2 i3 Rij Vi Vj iij arah arus
Diberikan sebuah rangkaian listrik dengan 6 buah tahanan seperti pada Gambar di
bawah ini. Anda diminta menghitung arus pada masing-masing rangkaian.
R
32R
121
2
3
i
32i
12R
34R
45R
52R
656
5
4
i
52i
43i
54i
65Penyelesaian: Arah arus dimisalkan seperti diatas. Dengan hukum
Kirchoff diperoleh persamaan-persamaan berikut :
i
12+ i
52+ i
32= 0
i
65- i
52- i
54= 0
i
43- i
32= 0
i
54- i
43= 0
Dari hukum Ohm didapat :
i
32R
32- V
3+ V
2= 0
i
32R
32- V
3+ V
2= 0
i
43R
43- V
4+ V
3= 0
i
65R
65+ V
5= 0
i
12R
12+ V
2= 0
i
54R
54- V
5+ V
4= 0
i
52R
52- V
5+ V
2= 0
i12 i52 i32 i65 i54 i43 V2 V3 V4 V5 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 i12 0 0 -1 0 1 -1 0 0 0 0 0 i52 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 i32 0 0 0 0 0 1 -1 0 0 0 0 i65 0 0 0 R32 0 0 0 -1 1 0 0 i54 0 0 0 0 0 0 R43 0 1 -1 0 i43 = 0 0 0 0 R65 0 0 0 0 0 1 V2 V6 R12 0 0 0 0 0 1 0 0 0 V3 V1 0 0 0 0 R54 0 0 0 1 -1 V4
0 0 R52 0 0 0 0 1 0 0 -1 V5
0
Tentukan
i
12,
i
52, i
32,
i
65, i
54, i
13, V
2,
V
3,
V
4,
V
5bila diketahui
R
12= 5 ohm ,
R
52= 10 ohm , R
32= 10 ohm
R
65= 20 ohm , R
54= 15 ohm , R
14= 5 ohm.
Persoalan ini diselesaikan dengan metode eliminasi Gauss. Matriks awal sebelum
proses eliminasi Gauss adalah:
1.000 1.000 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -1.000