186 *Corresponding Author
APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT KELINCI
MENGGUNAKAN METODE SAW
Ramadiani
1*, Muhammad Labib Jundillah
2,, Dyna Marissa Khairina
3Ilmu Komputer, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Mulawarman Kampus Gunung Kelua Barong Tongkok Samarinda, Kalimantan Timur Email : mmi_ugm04@yahoo.com,labibjundillah@gmail.com, dyna.ilkom@gmail.com
ABSTRAK
Kelinci merupakan salah satu hewan peliharaan yang banyak di pelihara oleh masyarakat umum di Indonesia. Seperti hewan peliharaan lain kelinci juga rentan terhadap berbagai macam penyakit. Masyarakat pada umumnya tidak memahami dengan benar macam-macam penyakit kelinci dan pengobatannya. Untuk membantu merawat kelinci yang sakit maka diperlukan sebuah sistem pendukung keputusan rekomendasi diagnosis penyakit kelinci. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat aplikasi sistem diagnosa penyakit kelinci sehingga dapat membantu user dalam merawat kelinci. Aplikasi ini mendiagnosa penyakit dengan melakukan penelusuran gejala-gejala yang ada dan dihitung rekomendasi penyakitnya menggunakan metode Simple Additive Weighting. Metode Simple Additive Weighting merupakan metode penjumlahan terbobot. Penelitian ini menghasilkan sebuah sistem penunjang keputusan berbasis web yang dimanfaatkan untuk membantu peternak kelinci dan masyarakat umum.
Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Penyakit Kelinci, Simple Additive Weighting
1. PENDAHULUAN
Kelinci merupakan binatang lucu dan menggemaskan yang bisa dipelihara oleh setiap masyarakat. Bulunya yang bersih, lembut seperti karpet, pakannya yang murah serta tidak banyak suara, menjadi penyebab masyarakat tertarik untuk memeliharanya. Selain itu, kelinci juga merupakan salah satu komuditas penting dalam memenuhi kebutuhan daging masyarakat.
Jenis kelinci beraneka ragam tergantung dari asal negara dimana kelinci tersebut hidup. Untuk mengembangbiakan kelinci dibutuhkan sejumlah kondisi yang akan menunjang kelancaran kelangsungan hidup kelinci. Setiap kelinci memiliki ke unikan masing-masing, seperti bulu, warna, telinga, dan ukuran badan. Beberapa jenis kelinci membutuhkan perhatian khusus dalam perawatan kesehariannya.
Seperti hewan peliharaan lain, kelinci rentan terhadap serangan penyakit. Tidak semua orang memahami dengan benar macam-macam penyakit kelinci dan pengobatannya [2]. Jika kelinci tersebut telah terjangkit penyakit maka perlu mendapatkan perawatan khusus. Jika lambat dalam penanganannya, maka akan menyebabkan kelinci lain yang tertular oleh kelinci yang sakit. Selain itu faktor penyebab tertinggi kematian kelinci peliharaan adalah penyakit, oleh sebab itu
pencegahan perlu dilakukan sejak awal dengan mengetahui gejala-gejala kelinci yang terkena penyakit. Dengan pencegahan yang baik diharapkan nantinya dapat mengurangi angka kematian kelinci.
Penelitian untuk penentuan Jenis penyakit Kelinci, penulis menerapkan metode Simple Addititve Weighting. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka diperlukan suatu sistem yang dapat memberikan diagnosa penyakit pada kelinci sebagai bahan pertimbangan untuk perawatan penyakit secara tepat. Penelitian ini menggunakan metode SAW karena metode ini merupakan salah satu penyelesaian multi kriteria, dimana dalam mendiagnosa penyakit kelinci terdapat banyak gejala atau kriteria yang perlu dipertimbangkan.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah suatu sistem informasi berbasis komputer yang melakukan pendekatan untuk menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu pihak tertentu dalam menangani permasalahan dengan menggunakan data dan model. Suatu SPK hanya memberikan alternatif keputusan dan
187 *Corresponding Author
selanjutnya diserahkan kepada user untuk mengambil keputusan[1].
Model yang menggambarkan proses pengambilan keputusan terdiri dari empat fase, yaitu [3]:
1. Penelusuran (Intelligence)
Tahap ini merupakan tahap pendefinisian masalah serta identifikasi informasi yang dibutuhkan yang berkaitan dengan persoalan yang dihadapi serta keputusan yang akan diambil.
2. Perancangan (Design)
Tahap ini merupakan suatu proses untuk merepresentasikan model sistem yang akan dibangun berdasarkan pada asumsi yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini, suatu model dari masalah dibuat, diuji dan divalidasi.
3. Pemilihan (Choice)
Tahap ini merupakan suatu proses melakukan pengujian dan memilih keputusan terbaik berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditentukan dan mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
4. Implementasi (Implementation)
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil. Pada tahap ini perlu disusun serangkaian tindakan yang terencana sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila diperlukan perbaikan- perbaikan.
2.2 Simple Additive Weighting
Merupakan metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua kriteria [4]. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matrik keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada. Adapun langkah penyelesaian dalam menggunakannya adalah [4]:
1. Menentukan alternatif, yaitu Ai.
2. Menentukan kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu Cj.
3. Memberikan nilai rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria.
4. Menentukan bobot preferensi atau tingkat kepentingan (W) setiap kriteria.
𝑊 = [ W1 W2 W3 … Wj ] (1)
5. Membuat tabel rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria.
6. Membuat matrik keputusan yang dibentuk dari tabel rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria. Nilai x setiap alternatif (Ai) pada setiap kriteria (Cj) yang sudah ditentukan, dimana, i=1,2,…m dan j=1,2,…n. 𝑋 = [ 𝑥11 𝑥12 ⋯ 𝑥1𝑗 ⋮ ⋮ 𝑥𝑖1 𝑥𝑖2 ⋯ 𝑥𝑖𝑗 ] (2)
7. Melakukan normalisasi matrik keputusan X dengan cara menghitung nilai x rating kinerja ternomalisasi (𝑟𝑖𝑗) dari alternatif
𝐴𝑖 pada kriteria Cj. 𝑟𝑖𝑗 = { 𝑥𝑖𝑗 𝑀𝑎𝑥𝑖 (𝑥𝑖𝑗) 𝑀𝑖𝑛𝑖 (𝑥𝑖𝑗) 𝑥𝑖𝑗 Keterangan :
a. Dikatakan kriteria keuntungan apabila nilai 𝑥𝑖𝑗 memberikan keuntungan bagi
pengambil keputusan, sebaliknya kriteria biaya apabila 𝑥𝑖𝑗 menimbulkan biaya bagi
pengambil keputusan.
b. Apabila berupa kriteria keuntungan maka nilai 𝑥𝑖𝑗 dibagi dengan nilai 𝑀𝑎𝑥𝑖 (𝑥𝑖𝑗)
dari setiap kolom, sedangkan untuk kriteria biaya, nilai 𝑀𝑖𝑛𝑖 (𝑥𝑖𝑗) dari setiap kolom
dibagi dengan nilai 𝑥𝑖𝑗.
8. Hasil dari nilai rating kinerja ternomalisasi (𝑟𝑖𝑗) membentuk matrik ternormalisasi (R)
𝑅 = [
𝑟11 𝑟12 ⋯ 𝑟1𝑗
⋮ ⋮
𝑟𝑖1 𝑟𝑖2 ⋯ 𝑟𝑖𝑗
] (4) 9. Hasil akhir nilai preferensi (Vi) diperoleh
dari penjumlahan dari perkalian elemen baris matrik ternormalisasi (R) dengan bobot preferensi (W) yang bersesuaian eleman kolom matrik (W).
𝑉𝑖= ∑ Wj rij 𝑛
𝑗=1
(5)
Hasil perhitungan nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai merupakan alternatif terbaik
2.3 Penyakit Kelinci
Pada awalnya kelinci merupakan hewan liar yang hidup di Afrika hingga daratan Eropa. Setelah manusia berimigrasi ke berbagai pelosok Amerika, Australia, dan Asia. Di Indonesia, khususnya di Jawa, kelinci di bawa oleh orang-orang Belanda sebagai ternak hias pada tahun 1835 [2].
Seperti hewan peliharaan lainnya kelinci rentan terhadap berbagai penyakit yaitu [5] : A. Diare
Penyakit ini menyerang alat pencernaan, dan menjadi penyebab kematian paling umum pada kelinci di peternakan. Korbannya anak-anak kelinci yang masih
Jika j merupakan kriteria keuntungan (benefit) Jika j merupakan kriteria biaya (cost)
188 *Corresponding Author
menyusu. Anak kelinci yang sembuh dari penyakit ini pertumbuhan selanjutnya kurang baik, tak ekonomis kalau dipelihara.
B. Bloat (Kembung)
Penyakit ini dikenal dengan nama kembung, mencret, dan bloat. Penyebab kembung bisa karena udara lembab, basah, atau terkena angin malam secara langsung, dan cuaca jelek. Kembung juga bisa disebabkan salah makanan, karena perbandingan serat kasar, protein, dan lemak tidak tepat.
C. Young Doe Syndrome (Pembengkakan Kelenjar Susu)
Penyakit ini terjadi pada kelinci betina pada kelompok kelahiran pertama dan kedua. Penyebabnya adalah septicemia akibat mastitis sehingga terjadi bengkak pada kelenjar susu. Kuman stapphyloccus aureus memasuki kelenjar susu melalui luka pada kelenjar atau puting susu karena mastitis, suhu badan induk panas, nafsu makannya kurang. Puting susu bengkak dan keras sehingga induk tak mau menyusui anaknnya.
D. Sembelit
Sembelit menunjukkan gejala tidak bisa berak. Kencing sedikit sekali. Kelakuan kelinci sangat gelisah. Penyebabnya pemberian ransum kering kurang diimbangi dengan kebutuhan air minum yang cukup. Imbangan serat kasar dalam ransum kering dengan pakan hijauan kurang tepat. Kelinci kurang gerak karena kandang sempit.
E. Pilek
Pilek menyebabkan penderita bersin-bersin. Gejalanya hidung mengeluarkan lender berwarna jernih atau keruh. Kaki depan selalu berusaha menggaruk hidung. Kaki dan bulu badannya ikut basah. Mata sembap, basah, berair.
Penyebab penyakit karena bakteri atau virus. Sifat penyakit sangat menular, menyerang selaput lendir pada saluran hidung. Infeksi dapat menyebar ke tenggorok dan paru sehingga menimbulkan sesak nafas.
F. Kudis
Kudis menimbulkan gatal-gatal. Bagian tubuh yang terserang mula-mula kepala, lalu menjalar ke mata, hidung, kaki, dan kemudian seluruh tubuh. Penyebabnya tungau Sarcoptes sacbiei sehingga
penyakitnya disebut scabesiosis alias kudis. Kerusakan kulit menimbulkan luka dan gatal-gatal. Akibatnya timbul infeksi kulit. Kulit kemerah-merahan, bulu rontok, disertai gatal-gatal yang sangat menyiksa.
G. Favus ( Infeksi pada kulit)
Favus adalah infeksi pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur. Serangan pada kulit kepala menimbulkan sisik berbentuk bulat pipih, merah, dan keras. Kulit kepala tampak pecah-pecah, dan bulunya rontok.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Data
Penulis melakukan pengumpulan data-data penelitian mengenai penyakit-penyakit yang menyerang kelinci serta gejala-gejalanya. Adapun penyakit yang didiagnosa pada sistem dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Macam-macam Penyakit Kelinci.
Jenis Penyakit Kelinci Alternatif
a. Diare A1
b. Bloat (Kembung) A2
c. Young Doe Syndrome (Radang
kelenjar susu) A3
d. Sembelit A4
e. Pilek A5
g. Kudis (Scabiosis) A6
h. Favus (Infeksi pada Kulit) A7 Setelah itu penulis menentukan gejala-gejala penyakit pada kelinci seperti pada tabel 2. Tabel 2 Kriteria Gejala Penyakit Kelinci
Gejala Penyakit Kelinci Kriteria
a. Nafsu makan C1 b. Suhu tubuh C2 c. Gejala lesu C3 d. Mata sayu C4 e. Diare C5 f. Kulit bersisik/koreng C6
g. Pembentukkan gas di perut C7 h. Puting susu keras dan panas C8
i. Sesak nafas C8
j. Hidung berair C10
k. Defekasi C11
l. Bulu di sekitar anus C12
Kemudian ditentukan relasi atau hubungan masing-masing kriteria pada setiap alternatif, sesuai dengan tabel 3. Dimana R = Rendah, N = Normal, dan T = Tinggi.
Tabel 3 Relasi Alternatif dengan Kriteria Kode Gejala Kode Penyakit A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 C1 R R T R R R R C2 T T T N N N N
189 *Corresponding Author C3 T T T T T T T C4 T T T T T T T C5 T T N N N N N C6 N N N N N T T C7 N T N N N N N C8 N N T N N N N C9 N N N N T N N C10 N N N N T N N C11 T T N R N N N C12 T R N N N N N 3.2 Perancangan Sistem
Pertama-tama perancangan sistem adalah rencana sistematis dalam proses pengembangan sistem setelah data cukup untuk menunjang kegiatan pengembangan sistem diagnosa penyakit kelinci. Dalam perancangan sistem ini penulis menggunakan dua diagram Unified Modelling Language (UML) yaitu use case diagram dan activity diagram [6].
Gambar 1 Use case Diagram Sistem Gambar 1 menjelaskan kegiatan yang dilakukan oleh pakar, user dan admin pada sistem. Kegiatan yang dilakukan oleh pakar pada sistem ini dimulai dengan login ke dalam akun pakar, setelah pakar berhasil login, pakar dapat dapat mengelola data gejala, mengelola data penyakit, mengelola data relasi antara gejala dengan penyakit, dan dapat melihat data kelinci.
Kegiatan yang dilakukan oleh user pada sistem ini di mulai dengan login ke dalam akun user, setelah user berhasil login ke dalam akun, user dapat mengisi data kelinci, lihat data kelinci, konsultasi, dan melihat informasi penyakit. Kegiatan yang dilakukan oleh admin juga dimulai dengan login ke dalam account admin, setelah admin berhasil login, admin dapat mengatur user sesuai perannya.
3.3 Implementasi Sistem
Tahap ini merupakan hal penting bagaimana tahapan rencana, tahapan analisis dan tahapan desain bisa diaplikasikan ke dalam
program sehingga dapat digunakan sesuai dengan tujuan dari peneliti yaitu membuat sebuah sistem pendukung keputusan untuk mendiagnosa penyakit kelinci menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW). 1. Halaman Awal
Halaman awal merupakan tampilan awal dari ketika pengguna membuka aplikasi.
Gambar 2 Halaman awal 2. Halaman Login
Halaman login merupakan halaman agar pengguna dapat masuk ke sistem sesuai dengan kepentingannya.
3. Menu Pengaturan Pengguna
Menu ini hanya terbuka khusus untuk admin, dimana admin dapat menentukan jenis pengguna berdasarkan nama pengguna yang ada di dalam sistem. 4. Menu Alternatif
Menu ini khusus diperuntukan untuk pakar dalam mengelola data alternatif serta relasinya dengan kriteria.
Gambar 3 Menu Alternatif 5. Menu Kriteria
190 *Corresponding Author
Menu kriteria ini juga khusus diperuntukan untuk pakar dalam mengubah data kriteria, menambah data kriteria, menghapus data kriteria serta menentukan nilai bobot masing-masing kriteria.
Gambar 4 Menu Kriteria 6. Menu Data Kelinci
Menu data kelinci merupakan menu dimana pengguna memasukkan data kelinci yang akan diagnose.
7. Form Konsultasi Data Kelinci
Form ini berisi data-data gejala yang harus diisi oleh pengguna berdasarkan keadaan kelinci, yang akan menjadi acuan dalam menghasilkan diagnosa.Setelah semua data-data gejala sudah terisi dengan penuh, maka ditekan tombol konsultasi.
8. Hasil Pengambilan Keputusan
Hasil pengambilan keputusan menampilkan hasil urutan perhitungan menggunakan metode SAW berdasarkan gejala atau kriteria yang telah diinputkan oleh pengguna. Informasi tentang penyebab dan penanganannya dengan mengklik untuk detail.
Gambar 5 Hasil Pengambilan Keputusan
3.4 Pengujian Sistem
Pengujian sistem dilakukan untuk membandingkan antara perhitungan sistem dengan perhitungan manual apakah sesuai. Perhitungan manual ini dilakukan oleh user dengan menginput nilai-nilai pada gejala-gejala penyakit. Nilai-nilai yang dipilih dan dimasukkan oleh user sesuai tabel 4.
Tabel 4 Nilai Parameter Kriteria Pengujian
KodeGejala Nilai Bobot Nilai (W)
C1 < 10% bobot tubuh (Rendah) 5
C2 38,5-40,1⁰C (Normal) 1
C3 Kelinci jarang bergerak (Tinggi) 5 C4 Matanya terlihat sayu (Tinggi) 5 C5 Feses padat dan lancar buang air (Normal) 1 C6 Kulit terlihat sehat dan bersih (Normal) 1 C7 Perut terlihat sehat (Normal) 1 C8 Puting susu sehat (Normal) 1 C9 Kelinci terlihat kesulitan bernafas (Tinggi) 5 C10 Terdapat cairan/leleran di sekitar hidung (Tinggi) 5 C11 Buang airnya lancar (Normal) 1
C12 Bersih (Norma) 1
Kemudian membentuk matriks X sesuai dengan persamaan (2). X= [ 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1 5 5 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 5 1 1 5 5 1 5 5 1 1 1 5 1 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 1 1 5 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 3 1 5 1 1 1 1 1 5 1 5 5 1 5 1 1 1 1 1 1 ]
Selanjutnya melakukan normalisasi matriks keputusan X dengan persamaan (3). Sehingga di dapatkan nilai matriks ternormalisasi R.
R = [ 1 1 1 1 1 1 0.2 1 1 1 1 0.2 1 1 0.2 1 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 1 0.2 0.2 0.2 1 0.2 0.2 1 1 0.2 1 0.6 0.2 0.2 0.2 1 0.2 1 1 0.2 1 1 0.2 1 1 0.2 0.2 1 0.2 0.2 1 0.2 1 0.2 0.2 0.2 0,2 0.2 1 0.2 0.2 0.2 0.2 0.6 0.2 1 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 1 0.2 1 1 0.2 1 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 ]
Menentukan hasi akhir nilai preferensi menggunakan persamaan (5). Sehingga didapatkan pengurutan hasil perhitungan adalah : 1) Penyakit Pilek 𝑉5= 𝟐𝟔. 𝟒 2) Penyakit Kembung 𝑉2= 22 3) Penyakit Diare 𝑉1= 21.6 4) Penyakit Kudis 𝑉6= 19.2 5) Penyakit Favus 𝑉7= 19.2 6) Penyakit Sembelit 𝑉4= 18.4
191 *Corresponding Author
Maka hasil perhitungan yang didapatkan adalah nilai 𝑽𝟓 memiliki nilai terbesar,
sehingga hasil diagnosis adalah penyakit Pilek. Hasil diagnosa sistem adalah :
Kelinci memiliki kemungkinan menderita pilek dengan nilai preferensi terbesar yaitu 26.4 Cara penanggulangan penyakit pada sistem adalah: Langkah penanganannya penderita (kelinci) harus dirawat. Hidung yang penuh ingus disemprot larutan antiseptic, kerak yang mengeras dibersihkan dengan air hangat. Obati kelinci dengan diberikan suntikan antibiotik. Sehingga hasil perhitungan sistem dibanding dengan perhitungan manual sesuai.
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
Dari perancangan dan implementasi yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan sebagai hasil dari penelitian, antara lain:
1. Telah dihasilkan sebuah sistem pendukung keputusan untuk diagnosis penyakit pada kelinci berbasis web yang di bangun dengan metode Simple Additive Weighting (SAW) yang dapat membantu memberikan hasil diagnosa pada kelinci yang sakit. 2. Sistem pendukung keputusan ini bekerja
bedasarkan gejala yang telah dipilih oleh user dan diproses oleh sistem sehingga dapat menghasilkan diagnosa penyakit. 3. Penentuan nilai bobot kriteria sangat
mempengaruhi nilai hasil perhitungan Simple Additive Weighting .
4.2 Saran
Beberapa saran yang berguna dalam pengembangan sistem lanjutan, antara lain desain website dapat yang memberikan kemudahan pengguna dalam menggunakan aplikasi ini serta pengembangan aplikasi selanjutnya menggunakan mobile.
5. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Daihani, Dadan Umar. 2001. Komputerisasi Pengambilan Keputusan. Jakarta: Elex Media Komputindo.
[2]. Hustamin, R. 2006. Panduan Memelihara Kelinci Hias, Jakarta : Agro Media [3]. Kosasi, S. 2002. Sistem Penunjang
Keputusan (Decision Support System). Pontianak.
[4]. Kusumadewi, Sri, dkk. 2006. Fuzzy Multi Attribute Decision Making. Yogyakarta: [5]. Sarwono, B. 2010. Kelinci Potong dan
Hias, Jakarta : Agro Media Pustaka. [6]. Nur Aini, Ramadiani, dkk. 2017. Sistem
Pakar Pendiagnosa Penyakit Tuberkulosis.
Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 12, No. 1, ISSN 1858-4853