• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dark tourism memang berbeda dari jenis wisata lainnya, ketika wisata lain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dark tourism memang berbeda dari jenis wisata lainnya, ketika wisata lain"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Dark tourism masih terdengar asing dan belum populer di Indonesia, meskipun secara tidak disadari wisata ini sudah dilakukan oleh banyak wisatawan. Dark tourism memang berbeda dari jenis wisata lainnya, ketika wisata lain menunjukkan dan menawarkan kegembiraan, keriangan dan kesenangan, dark tourism memberikan hal-hal yang berhubungan tragedi manusia, kematian dengan kekerasan, bencana alam dan pembantaian.

Ada banyak daya tarik wisata yang berhubungan dengan kematian dan tragedi kemanusiaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Daya tarik wisata tersebut misalnya adalah tugu peringatan perang, museum perang, medan perang, penjara, kamp pengungsi, tempat-tempat bencana, wisata horor dan sebagainya. Orang-orang datang ke tempat-tempat tersebut untuk mendapatkan kilas balik tentang apa yang telah terjadi di masa lalu dan melihat sisa-sisa atau bekas-bekas suatu peristiwa tragedi yang memilukan dan mengenaskan.

Di dunia, banyak tempat yang merupakan lokasi dark tourism di antaranya yang paling terkenal yaitu Holocaust di Polandia, Killing Field di Kamboja dan Ground Zero di Amerika Serikat. Holocaust merupakan sebuah peristiwa pembantaian jutaan bangsa Yahudi yang dilakukan oleh Nazi pada masa sekitar Perang Dunia II. Salah satu kamp pembantaian yang paling terkenal adalah di Auschwitz-Birkenau, Polandia. Killing Field atau dalam Bahasa Indonesia adalah ladang pembunuhan merupakan nama sebuah tempat di Desa Cheoung Ek,

(2)

Kini, ketiga lokasi tersebut banyak dikunjungi wisatawan untuk mengenang peristiwa memilukan yang terjadi di masa lalu.

Saat ini, terdapat fenomena baru terkait dark tourism yang mulai berkembang di banyak negara, yaitu Death Café. Ini adalah sebuah tempat dimana orang-orang datang ke sana untuk makan, minum dan membicarakan tentang kematian. Café ini didirikan pertama kali di London, Inggris pada bulan September 2011 dan akhirnya terus berkembang di banyak negara di Eropa, Amerika Utara, Asia dan Australia. Di café ini, perlengkapan minum dan makan pun dihiasi dengan lambang kematian yaitu kepala tengkorak (sumber: www.deathcafe.com)

Di Indonesia, sumber daya pariwisata yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang kematian, sebagaimana ditemukan dalam dark tourism, belum banyak diteliti apalagi dalam lingkup yang formal. Walaupun Indonesia memiliki semua sumber daya tersebut, tetapi potensinya belum teridentifikasi karena terbatasnya penelitian tentang dark tourism ini. Beberapa tempat terkait dengan wisata ini yang sudah banyak dikenal di antaranya adalah Lubang Buaya di Jakarta tempat dibuangnya 7 jenazah jenderal yang dibantai oleh Partai Komunis Indonesia, Pulau Galang di Kepulauan Riau lokasi penampungan pengungsi Vietnam, dan Museum Tsunami di Banda Aceh yang memberikan gambaran betapa mengerikannya peristiwa tsunami yang terjadi pada bulan Desember 2004 silam.

(3)

Dalam penelitian ini, penulis meneliti wisata horor atau ghost tour di Bandung. Wisata ini dianggap sebagai salah satu bentuk dark tourism yang paling ringan karena berfokus pada hiburan serta menyajikan peristiwa-peristiwa kematian baik yang bersifat nyata maupun hanya fiksi belaka (Stone, 2006). Di beberapa negara seperti di Inggris, Spanyol dan Amerika Serikat, wisata horor sudah dikembangkan dengan adanya paket-paket wisata horor yang ditawarkan oleh perusahaan penyelenggara wisata.

Berdasarkan pengamatan penulis, Kota Bandung memiliki potensi untuk wisata horor karena memiliki banyak gedung tua, tempat yang dianggap menakutkan serta cerita-cerita seram dan mitos. Saat ini, wisata horor masih merupakan sebuah kegiatan jalan-jalan yang dilakukan oleh sebuah komunitas pecinta horor, bernama Komunitas Wisata Mistis, ke tempat-tempat seram di malam hari. Lokasi yang dikunjungi di antaranya yaitu gedung-gedung tua peninggalan Belanda seperti rumah sakit dan sekolah, patung-patung yang memiliki nilai sejarah yang ada di taman kota seperti patung pastor Belanda H.C.

Gambar 1.1 Piring di Death Café (Diunduh dari http://deathcafe.com/ tanggal 17 Desember 2014).

Gambar 1.2 Cangkir di Death Café (Diunduh dari http://deathcafe.com/ tanggal 17 Desember 2014).

(4)

cerita mitos yang beredar di masyarakat baik yang berada di sekitar lokasi peristiwa maupun yang beredar luas dan cerita sejarah lokasi. Meskipun masih merupakan sebuah kegiatan hobi jalan-jalan malam ke tempat-tempat seram, namun perjalanan ini sudah diikuti oleh sekitar 30 orang pada setiap jadwal perjalanannya. Dengan demikian kegiatan perjalanan ini memiliki potensi untuk menjadi wisata baru karena wisata alam, kuliner dan taman-taman hiburan sudah menjadi tujuan wisata yang biasa dikunjungi oleh para wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang datang ke Bandung.

Wisata horor merupakan wisata baru yang berbeda dari wisata lainnya di Bandung karena menyuguhkan suasana seram yang sebenarnya, berbeda dengan permainan rumah hantu yang ditemui di taman-taman hiburan dengan suasana seram yang dikondisikan. Kegiatan wisata ini dilakukan 2 kali dalam 1 bulan pada hari Sabtu di minggu ke-2 dan ke-4 pada malam hari. Lokasi yang dikunjungi pada setiap jadwal wisatanya berbeda-beda. Wisata ini memiliki peraturan khusus yang wajib dipatuhi oleh para peserta agar kegiatan wisata berjalan dengan lancar dan aman. Komunitas Wisata Mistis yang menyelenggarakan wisata ini melibatkan beberapa orang dengan kemampuan supernatural yang dinamai tim metafisik dalam perjalanan wisatanya untuk menyajikan atraksi terkait aktivitas paranormal dan berjaga-jaga jikalau terjadi kerasukan pada wisatawan wisata horor.

(5)

Tesis ini mencakup penelitian tentang wisata horor yang mengeksplorasi potensi atraksi, mengidentifikasi wisatawan yang sudah ada dilihat dari karakteristik dan jenis wisatawan, motivasi dan pengalaman wisatawan. Hal tersebut diteliti agar wisata horor ini dapat dikelola lebih baik lagi dan dikembangkan menjadi sebuah kegiatan wisata komersial karena melihat kegiatan ini telah menarik datangnya wisatawan. Dengan demikian, penyelenggara dapat mewujudkan keinginan-keinginan wisatawan yang ingin memperoleh pengalaman sesuai dengan harapannya. Penelitian wisata horor dilakukan di Goa Belanda di Kota Bandung. Goa tersebut merupakan goa peninggalan penjajahan Belanda dan terletak di kawasan konservasi Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda atau orang-orang lebih mengenalnya dengan sebutan Dago Pakar.

1.2 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana bentuk atraksi wisata horor di Bandung?

2. Bagaimana karakteristik dan jenis wisatawan wisata horor? 3. Apa motivasi wisatawan mengikuti wisata horor?

Gambar 1.3 Goa Belanda di Tahura Juanda, Bandung (Sumber: http://2.bp.blogspot.com/ diakses 29 Oktober 2014).

Gambar 1.4 Rumah Ambulance Jalan Bahureksa, Bandung (Sumber:

http://2.bp.blogspot.com/ diakses 29

(6)

1. Mengidentifikasi atraksi wisata horor.

2. Mengidentifikasi karakteristik dan jenis wisatawan wisata horor. 3. Mengetahui motivasi wisatawan yang mengikuti wisata horor.

4. Mengetahui pengalaman yang diharapkan dan diperoleh wisatawan selama mengikuti wisata horor.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk menambah khasanah teori-teori yang berkaitan dengan dark tourism, khususnya wisata horor dan wisatawannya

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi bahan masukan dan inspirasi untuk mengemas dan mengembangkan wisata horor sebagai wisata alternatif untuk meningkatkan kegiatan wisata di Bandung.

(7)

1.5 Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis, penelitian tentang wisata horor di Bandung belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan lebih banyak bertema wisata alam, wisata belanja dan wisata kuliner. Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya bertema ghost tour atau wisata horor yang berlokasi di luar Indonesia.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Joy Fraser (2005) di Edinburgh terhadap 3 penyelenggara wisata horor. Ia mengeksplorasi tentang perilaku, nilai dan estetika ke 3 perusahaan penyelenggara wisata horor yaitu Mercat Tours, Wichery Tours dan City of Dead dalam penyelenggaraan wisata mereka. Temuannya adalah (1) wisata yang diselenggarakan oleh Mercat Tours menyajikan konstruksi keaslian cerita-cerita dalam wisata horor sehingga memberikan contoh model wisata modern yaitu pencarian otentisitas; (2) wisata yang diselenggarakan oleh Wichery Tours menunjukkan bahwa wisata ini dinilai hanya sebagai sebuah permainan untuk bersenang-senang dan bukanlah sesuatu yang serius; (3) wisata yang diselenggarakan oleh City of Dead menunjukkan bahwa perasaan takut menjadi faktor motivasi wisatawan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata dalam wisata horor.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Glenn W. Gentry (2007) tentang penyelenggaraan wisata horor yang disajikan oleh sebuah tour operator untuk memberikan pengalaman yang berbeda dari wisata horor lain pada wisatawan. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperkenalkan sebuah wisata horor dimana dalam satu program wisata horor, tour operator mengajak wisatawannya ke beberapa tempat seram yang berbeda dengan berjalan kaki. Ia menemukan bahwa tour

(8)

Gambar

Gambar  1.1  Piring  di  Death  Café  (Diunduh dari http://deathcafe.com/ tanggal  17 Desember 2014).
Gambar  1.3  Goa  Belanda  di  Tahura

Referensi

Dokumen terkait

Hukum dalam arti sempit atau formil tertulis, berupa undang-undang dan peraturan lainnya yang dibuat oleh penguasa atau badan legislatif suatu negara.. Hukum dalam arti luas

Situasi ini memaksa PRT untuk menerima apapun kondisi yang ditawarkan oleh pemberi kerja, terlebih lagi, kecil kemungkinan bagi PRT sebagai pekerja untuk

Potensi yang dimiliki oleh taman wisata alam Madapangga untuk pengembangan wisata alam memiliki beberapa potensi sektor wisata yaitu, keberadaan sumber mata air

Taman Wisata Grojogan Sewu merupakan salah satu dari 124 Kawasan Taman Wisata milik Departemen Kehutanan, dan merupakan taman wisata alam pertama di Indonesia

Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun

(creativity dan critical thinking) (apk. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan mengajak siswa melakukan tepuk semangat yang diberikan oleh guru, guna memotivasi

Penelitian mengenai “Pola Pengobatan Demam Berdarah Dengue Pada Pasien Anak di Intalasi Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta periode 2016” obat yang paling banyak

Managemen Kuantitatif Untuk Bisnis (Operations Research). Laju Tangkap Udang Dan Masalah Jaring Apong Di Pelawangan Timur Laguna Segara Anakan.. Perkembangan kapal trammel net