• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JARAK SENGKANG DARI METODE JAKET BETON BERTULANG BAMBU PADA KOLOM BETON BERTULANG RINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH JARAK SENGKANG DARI METODE JAKET BETON BERTULANG BAMBU PADA KOLOM BETON BERTULANG RINGAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JARAK SENGKANG DARI METODE JAKET BETON

BERTULANG BAMBU PADA KOLOM BETON BERTULANG

RINGAN

(Effect of Strirups Spacing of Bamboo Concrete Jacketing Method of Lightly Reinforced Concrete Column)

Rizky Adhi Perdana Saputra, Christin Remayanti, Ari Wibowo Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail: rizkyadhi_7@yahoo.com

ABSTRAK

Kolom merupakan salah satu elemen terpenting didalam suatu konstruksi bangunan. Sehingga diperlukan perhatian khusus apabila kolom mengalami kerusakan. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam perbaikan kolom adalah dengan cara jaket beton. Kolom retrofit dipasang tulangan dan sengkang bermaterialkan bambu. Hal ini dikarenakan bambu memiliki kuat tarik 100-400 Mpa lebih besar dibanding kuat tarik baja mutu sedang dan relatif lebih murah dibanding dengan baja. Pada penelitian ini akan diamati efektifitas pemasangan sengkang bambu pada kolom retrofit dengan variasi dimensi tulangan dan jarak sengkang yang berbeda. Kolom akan diuji tekan dengan menggunakan compression test

machine dan dipasang dial gauge sebagai pembantu bacaaan defleksi yang terjadi pada saat

kolom diuji tekan. Dari hasil penelitian didapatkan untuk kolom retrofit A.2 yang dipasang tulangan bambu sebanyak 4 buah ukuran 10 x 10 mm dan jarak antar sengkang 14 cm lebih efektif dibandingkan dengan kolom retrofit A.1 yang dipasang tulangan bambu sebanyak 4 buah ukuran 10 x 10 mm dan jarak antar sengkang 9.3 cm hal ini dikarenakan kolom retrofit A.1 memiliki gaya tekan maksimum 16.07% lebih besar dibanding dengan gaya tekan maksimum kolom retrofit A.2. Namun, untuk nilai kekakuan dan modulus elastisitas kolom retrofit A.1 lebih rendah 1.7% dibanding nilai kekakuan dan modulus elastisitas kolom retrofit A.2. Pada perbaikan kolom asli A, kolom retrofit A.2 mengalami peningkatan daktilitas sebesar 88.62 % dibanding dengan kolom retrofit A.1 yang hanya mengalami peningkatan daktilitas sebesar 35.84%. Lalu untuk hasil penelitian kolom retrofit B.1 yang dipasang tulangan bambu sebanyak 8 buah ukuran 10 x 5 mm dan jarak antar sengkang 9.3 cm lebih efektif dibandingkan dengan kolom retrofit B.2 yang dipasang tulangan bambu sebanyak 8 buah ukuran 10 x 10 mm dan jarak antar sengkang 14 cm hal ini dikarenakan kolom retrofit B.1 memiliki gaya tekan maksimum 47.64% lebih besar dibanding dengan gaya tekan maksimum kolom retrofit B2. Nilai kekakuan dan modulus elastisitas kolom retrofit B.1 lebih besar 11.5% dibanding nilai kekakuan dan modulus elastisitas kolom retrofit B.2. Pada perbaikan kolom asli B, kolom retrofit B.1 mengalami peningkatan daktilitas sebesar 75.54 % dibanding dengan kolom retrofit B.2 yang hanya mengalami peningkatan daktilitas sebesar 48.86%.

Kata Kunci: Jaket beton, efektivitas, gaya tekan, kekakuan, modulus elastisitas, daktilitas. ABSTRACT

Column is one of the most important elements in a building construction. So need special attention when column has damaged. One method that can be used in column repair is by concrete jacketing method. Retrofit columns are installed bamboo reinforcement and bamboo stirrups. This is because bamboo has a tensile strength of 100-400 Mpa greater than the tensile strength of medium steel and relatively cheaper than steel. In this study the effectiveness of the installation will be observed in the column retrofit bamboo stirrups with reinforcement and dimensional variations within the different stirrups. The column will be

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

(2)

tested press by using compression test machine and mounted dial gauge as deflection reader that happened at the time column tested press. From the results for retrofit column A.2 use bamboo reinforcement of 4 pieces size 10 x 10 mm and the spacing between stirrups 14 cm are more effective than retrofitting column A.1 use bamboo reinforcement of 4 pieces size 10 x 10 mm and the spacing between stirrups 9.3 cm this matter because A.1 retrofit column has a maximum compressive force 16.07% higher than the maximum compressive force retrofit column A.2. However, for the value of stiffness and modulus of elasticity of retrofit column A.1 1.7% lower than the value of stiffness and modulus of elasticity of retrofit column A.2. On the improvement of the original column A, retrofit column A.2 has increased ductility by 88.62% compared than retrofit column A.1 only has increased ductility by 35.84%. Then the results for retrofit column B.1 use bamboo reinforcement of 8 pieces size 10 x 5 mm and the spacing between stirrups 9.3 cm are more effective than retrofitting column B.2 use bamboo reinforcement of 8 pieces size 10 x 5 mm and the spacing between stirrups 14 cm this matter because B.1 retrofit column has a maximum compressive force 47.64% higher than the maximum compressive force retrofit column B.2. For the value of stiffness and modulus of elasticity of retrofit column B.1 11.5% higher than the value of stiffness and modulus of elasticity of retrofit column B.2. On the improvement of the original column B, retrofit column B.1 has increased ductility by 75.54% compared than retrofit column B.2 only has increased ductility by 48.86%.

Keywords : concrete jacketing, effective, compressive force, stiffness, modulus of elasticity,

ductility.

PENDAHULUAN

Kolom merupakan suatu elemen terpenting didalam suatu konstuksi bangunan sehingga perlu diperhatikan ketika kolom mengalami suatu kegagalan. Hal ini dikarenakan biasanya terdapat kerusakan pada struktur bangunan terutama pada kolom akibat kebakaran, gempa bumi, dan pembebanan berlebih (overloading). Dengan semakin berkembangnya pembangunan konstruksi di Indonesia, saat ini berkembang pula inovasi – inovasi dalam perkuatan ataupun perbaikan struktur konstruksi. Metode yang digunakan untuk perkuatan ataupun perbaikan struktur konstruksi salah satunya adalah metode jaket beton (concrete jacketing). Pada penelitian ini kolom retrofit akan dipasang tulangan dan sengkang bermaterialkan bambu dikarenakan bambu mudah ditanam, murah, renewable, serta memiliki kuat tarik 100-400 Mpa lebih besar dibanding baja mutu sedang.

Didalam kehancuran struktur kolom, sengkang mempunyai peranan yang sangat penting dikarenakan sengkang sebagai penahan komponen

tulangan utama. Pemasangan sengkang sangat berpengaruh terhadap tingkat kekuatan kolom, karena semakin rapat jarak antar sengkang maka kolom akan semakin kuat dan bertambah efektivitas pengekangan yang terjadi pada kolom. Namun, jika semakin renggang jarak antar sengkang maka akan semakin banyak volume beton yang tidak terkekang dan kemungkinan terjadi runtuh pada kolom.

Pengujian kolom akan menggunakan compression test machine sebagai alat uji tekan dan dial gauge sebagai pembantu bacaaan defleksi yang terjadi pada saat kolom diuji tekan. Pada penelitian ini akan didapatkan gaya tekan maksimum, kekakuan, modulus elastisitas dan daktilitas pada kolom retrofit sehingga dapat diketahui efektifitas pada kolom retrofit dengan variasi dimensi tulangan dan pemasangan sengkang yang berbeda.

TINJAUAN PUSTAKA

Beton bertulang adalah beton yang menggunakan tulangan dengan jumlah dan luas tulangan tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan, dengan atau

(3)

tanpa pratekan dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama – sama dalam menahan gaya yang bekerja (Mulyono, 2004). Material penyusun beton bertulang antara lain : agregat halus, agregat kasar, semen, air, dan tulangan.

Bambu dipilih sebagai material tulangan pengganti tulangan material baja karena bambu merupakan produk hasil alam yang murah, renewable, mudah ditanam, pertumbuhan cepat, dapat mereduksi efek global warming serta memiliki kuat tarik sangat tinggi yang dapat dipersaingkan dengan baja (Setiya Budi, 2010).

Tabel 1. Kuat tekan bambu petung

Sumber : Sidik Mustafa (2010)

Tabel 2. Tegangan tarik bambu kering oven tanpa nodia dan dengan nodia

Gambar 1. Hubungan tegangan-regangan bambu dan baja

Sumber : Morisco (1999)

Dari gambar 1 tegangan-regangan bambu dan baja, dapat dilihat bahwa

bambu ori memiliki kekuatan yang cukup tinggi yaitu hampir dua kali nilai tegangan leleh baja. Selain bambu ori, kuat tarik rata-rata dari bambu petung juga lebih besar dari tegangan leleh baja.

Gambar 2. Grafik gaya tekan dan deformasi material yang dibebani aksial Sumber : Hongmei Zhang et al. (2014)

Pada beton terkekang setelah beban puncak terjadi penurunan tegangan yang lebih landai, artinya beton terkekang mempunyai daklititas yang lebih besar dibanding dengan beton tidak terkekang

Sengkang yang dipasang pada kolom dapat berfungsi sebagai kekangan untuk memperlambat pengembangan tulangan pada beton.

Gambar 3. Jarak antar sengkang mempengaruhi efektifitas pengekangan Sumber : Cusson dan Paultre (1995)

Pemasangan sengkang dapat mempengaruhi efektifitas pada struktur kolom. Pemasangan sengkang yang rapat pada struktur kolom lebih efektif dibandingkan dengan kolom yang dipasang sengkang yang renggang. Hal ini dikarenakan pada kolom yang dipasang sengkang rapat nilai kekuatan dan daktilitas lebih besar dibanding kolom yang dipasang sengkang renggang.

(4)

Karena pada kolom bersengkang rapat, volume beton yang tidak terkekang semakin sedikit.

Kuat Beban Aksial Kolom Rumus kolom bertulang baja

𝑃𝑛(𝑚𝑎𝑥)= 0.85 𝑓′𝑐 (𝐴𝑔− 𝐴𝑠𝑡) + (𝑓𝑦. 𝐴𝑠𝑡) Rumus kolom retrofit bertulang bambu

𝑃𝑛(𝑚𝑎𝑥)= 50%[0.85 𝑓′𝑐 (𝐴𝑔𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑠𝑙𝑖−

𝐴𝑠𝑡) + 𝑓𝑦. 𝐴𝑠𝑡] +

[0.85 𝑓′𝑐 (𝐴𝑔𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟𝑒𝑡𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡− 𝐴𝑏𝑎𝑚𝑏𝑢) +

(𝐴𝑏𝑎𝑚𝑏𝑢. 𝑓𝑡𝑘𝑏𝑎𝑚𝑏𝑢)] Keterangan :

Pn = Kuat Beban Aksial (kN)

Ag = Luas Penampang bruto beton (mm²)

Fy = Tegangan leleh baja (Mpa) Ast = Luas penampang baja (mm²)

f’c = Kuat tekan beton (MPa)

Abambu = Luas penampang bambu (mm²) ftk bambu = Kuat tekan bambu (Mpa)

Pada rumus kolom retrofit diambil rumus 50% kuat beban aksial kolom asli dikarenakan pada saat pengujian kuat beban aksial dihentikan pada saat kolom asli mengalami penurunan kuat beban sebesar 50% dari kuat beban puncak turun kolom asli.

Tegangan dan Regangan Kolom

Rumus tegangan pada kolom bertulang adalah :

𝜎 =𝑃 𝐴

Keterangan :

P = gaya tekan (kN)

A = luas tampang melintang (mm²)

Rumus regangan pada kolom bertulang adalah :

𝜀 =∆𝐿 𝐿 Keterangan :

ΔL = perubahan panjang akibat beban P

(mm)

L = panjang semula (mm)

Kekakuan dan Modulus Elastisitas Kolom

Gambar 4. Beberapa Alternatif Pengambilan Lendutan pada Titik Leleh Sumber : Park (1988)

Menurut Park (1988) lendutan pada titik leleh dapat diambil dari titik potong beban yang mana beban diambil 75% dari beban ultimate.

Rumus kekakuan : 𝑘 =𝑃 ∆ Keterangan : k = Kekakuan Struktur (kN/mm) P = Gaya Tekan (kN) ∆ = Defleksi (mm)

Pada analisis data untuk mencari nilai kekakuan kolom asli dan kolom retrofit memakai metode yang dilakukan oleh Park (1988) yakni, untuk nilai gaya tekan diambil dari 75 % dari nilai gaya tekan maksimum dan nilai defleksi diambil pada 75 % dari nilai gaya tekan maksimum.

Rumus modulus elastisitas : 𝐸 = 𝜎 𝜀 Keterangan : E = Modulus Elastisitas (kN/mm²) σ = Tegangan (kN/mm²) ε = Regangan

Pada analisis data untuk mencari nilai modulus elastisitas kolom asli dan kolom retrofit, nilai tegangan didapat dari 75 % dari nilai gaya tekan maksimum

(5)

dibagi dengan luas penampang kolom dan nilai regangan diambil dari nilai defleksi dari 75 % gaya tekan maksimum dibagi dengan panjang mula – mula kolom yakni 300 mm.

Daktilitas Kolom

Sifat dari suatu bahan yang memungkinkan bisa dibentuk secara permanen melalui perubahan bentuk yang besar tanpa kerusakan. Keliatan atau daktilitas diperlukan apabila terjadi perubahan bentuk pada struktur yang mengalami beban besar secara tiba-tiba akan memberikan ancaman-ancaman kerusakan. Rumus daktilitas : 𝜇 ∆ = ∆𝑢∆𝑦 Keterangan : μ∆ = Nilai daktilitas

∆u = Deformasi ultimate (cm) ∆y = Deformasi leleh (cm)

METODOLOGI PENELITIAN Tabel 3. Jumlah benda uji

Gambar 5. Diagram alir tahapan penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada analisa agregat halus didapatkan modulus halus = 4.97085, berat jenis (SSD) = 2.67641, berat satuan = 1528.68175 gr/cc, absorpsi = 1.09179 %. Sedangkan pada analisa agregat kasar didapatkan modulus halus = 1.27663, berat jenis (SSD) = 2.65326, berat satuan = 1427.59839 gr/cc, absorpsi = 5.57414 %.

Pada pengujian tarik tulangan Ø8 mm dan Ø6 mm didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4. Uji Tulangan Baja

Pada pengujian kuat tekan beton silinder diambil 2 benda uji kuat tekan setiap variasi kolom. Hasil uji tekan beton silinder sebagai berikut :

(6)

Tabel 5. Hasil uji kuat tekan beton benda uji silinder (sampel benda uji kolom asli)

Tabel 6. Hasil uji kuat tekan beton benda uji silinder (sampel benda uji kolom retrofit)

Pada pengujian kuat beban aksial kolom asli dan kolom retrofit didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 7. Tabel hasil kuat beban aksial kolom asli

Tabel 8. Tabel hasil kuat beban aksial kolom retrofit

Dari penelitian kuat beban aksial kolom asli dengan kolom retrofit didapatkan hasil kuat beban aksial maksimum pada kolom asli A.1 sebesar 228.9 kN sedangkan hasil kuat beban aksial maksimum pada kolom retrofit A.1 sebesar 192.45 kN, apabila di persentasikan maka terjadi penurunan kuat beban aksial kolom retrofit A.1 sebesar 15.92% dari kuat beban aksial maksimum kolom asli A.1. Untuk hasil kuat beban aksial maksimum pada kolom asli A.2 sebesar 236 kN sedangkan hasil kuat beban aksial maksimum pada kolom retrofit A.2 sebesar 161.52 kN, apabila di persentasikan maka terjadi penurunan kuat beban aksial kolom retrofit A.2 sebesar 31.56% dari kuat beban aksial maksimum kolom asli A.2. Untuk hasil kuat beban aksial maksimum pada kolom asli B.1 sebesar 202.3 kN sedangkan hasil kuat beban aksial maksimum pada kolom retrofit B.1 sebesar 243.12 kN, apabila di persentasikan maka terjadi peningkatan kuat beban aksial kolom retrfoit B.1 sebesar 20.18% dari kuat beban aksial maksimum kolom asli B.1. Untuk hasil kuat beban aksial maksimum pada kolom asli B.2 sebesar 199.3 kN sedangkan hasil kuat beban aksial maksimum pada kolom retrofit B.2 sebesar 127.3 kN, apabila di persentasikan maka terjadi penurunan kuat beban aksial kolom retrofit B.2 sebesar 36.13% dari kuat beban aksial maksimum kolom asli B.2.

Tabel 9. Tabel perbandingan hasil penelitian kolom retrofit A.1 dengan kolom retrofit A.2

Setelah dilakukan pengujian dan mendapatkan data dari penelitian perbaikan pada kolom asli A1 dan kolom asli A2 dengan metode concrete jacketing, didapatkan hasil bahwa kolom retrofit A2 yang dipasang 4 buah tulangan longitudinal bambu dimensi 10 x 10 mm

(7)

dengan jarak antar sengkang sebesar 14 cm lebih efektif dibandingkan dengan kolom retrofit A1 yang dipasang 4 buah tulangan longitudinal bambu dimensi 10 x 10 mm dengan jarak antar sengkang sebesar 9.3 cm. Hal ini dikarenakan pada kolom retrofit A2 mempunyai pengaruh yang sangat besar pada perbaikan kolom asli A. Meskipun pada saat pengujian didapatkan bahwa kolom retrofit A1 memiliki gaya tekan maksimum 16.07% lebih besar dibanding dengan gaya tekan maksimum kolom retrofit B2. Namun, kekakuan dan modulus elastisitas kolom retrofit A1 lebih rendah 1.7% dibanding kekakuan dan modulus elastisitas kolom retrofit A2. Pada perbaikan kolom asli A, kolom retrofit A.2 mengalami peningkatan daktilitas sebesar 88.62 % dibanding dengan kolom retrofit A.1 yang hanya mengalami peningkatan daktilitas sebesar 35.84%

Tabel 10. Tabel perbandingan hasil penelitian kolom retrofit B.1 dengan kolom retrofit B.2

Setelah dilakukan pengujian dan mendapatkan data dari penelitian perbaikan pada kolom asli B.1 dan kolom asli B.2 dengan metode concrete jacketing, didapatkan hasil bahwa kolom

retrofit B.1 yang dipasang 8 buah tulangan longitudinal bambu dimensi 10 x 5 mm dengan jarak antar sengkang sebesar 9.3 cm lebih efektif dibandingkan dengan kolom retrofit B.2 yang dipasang 8 buah tulangan longitudinal bambu dimensi 10 x 5 mm dengan jarak antar sengkang sebesar 14 cm. Hal ini dikarenakan pada kolom retrofit B.1 mempunyai pengaruh yang sangat besar pada perbaikan kolom asli B. Pada saat pengujian didapatkan bahwa terdapat perbedaan kekakuan dan modulus elastisitas kolom retrofit B.1 lebih besar 11.5% dibanding kekakuan dan modulus

elastisitas kolom retrofit B.2. Selain itu juga, pada kolom retrofit B1 memiliki gaya tekan maksimum 47.64% lebih besar dibanding dengan gaya tekan maksimum kolom retrofit B2. Pada perbaikan kolom asli B, kolom retrofit B.1 mengalami peningkatan daktilitas sebesar 75.54 % dibanding dengan kolom retrofit B.2 yang hanya mengalami peningkatan daktilitas sebesar 48.86%.

PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai gaya tekan maksimum kolom asli A.1 lebih besar 15.95% dibanding nilai gaya tekan maksimum kolom retrofit A.1, nilai gaya tekan maksimum kolom asli A.2 lebih besar 31.56% dibanding nilai gaya tekan maksimum kolom retrofit A.2, nilai gaya tekan maksimum kolom asli B.2 lebih besar 36.13% dibanding nilai gaya tekan maksimum kolom retrofit B.2. Namun, terjadi peningkatan nilai gaya tekan maksimum kolom retrofit B.1 lebih besar 20.18% dari nilai gaya tekan maksimum kolom retrofit B.1 2. Kolom retrofit A.2 yang dipasang 4

buah tulangan longitudinal bambu dimensi 10 x 10 mm dengan jarak antar sengkang sebesar 14 cm lebih efektif dibandingkan dengan kolom retrofit A.1 yang dipasang 4 buah tulangan longitudinal bambu dimensi 10 x 10 mm dengan jarak antar sengkang sebesar 9.3 cm.. Hal ini dikarenakan dari hasil pengujan menunjukkan bahwa kolom retrofit A1 memiliki gaya tekan maksimum 16.07% lebih besar dibanding dengan gaya tekan maksimum kolom retrofit A2. Namun, untuk nilai kekakuan dan modulus elastisitas kolom retrofit A1 lebih rendah 1.7% dibanding nilai kekakuan dan modulus elastisitas

(8)

kolom retrofit A2. Pada perbaikan kolom asli A, kolom retrofit A.2 mengalami peningkatan daktilitas sebesar 88.62 % dibanding dengan kolom retrofit A.1 yang hanya mengalami peningkatan daktilitas sebesar 35.84%.

3. Kolom retrofit B.1 yang dipasang 8 buah tulangan longitudinal bambu dimensi 10 x 5 mm dengan jarak antar sengkang sebesar 9.3 cm lebih efektif dibandingkan dengan kolom retrofit B.2 yang dipasang 8 buah tulangan longitudinal bambu dimensi 10 x 5 mm dengan jarak antar sengkang sebesar 14 cm. Hal ini dikarenakan dari hasil pengujan menunjukkan bahwa kolom retrofit B1 memiliki gaya tekan maksimum 47.64% lebih besar dibanding dengan gaya tekan maksimum kolom retrofit B2. Nilai kekakuan dan modulus elastisitas kolom retrofit B.1 lebih besar 11.5% dibanding nilai kekakuan dan modulus elastisitas kolom retrofit B.2. Selain itu juga, pada Pada perbaikan kolom asli B, kolom retrofit B.1 mengalami peningkatan daktilitas sebesar 75.54 % dibanding dengan kolom retrofit B.2 yang hanya mengalami peningkatan daktilitas sebesar 48.86%.

4. Pada analisa kolom retrofit A1 dan kolom retrofit A2 secara teori, seharusnya untuk kolom dengan jarak sengkang yang rapat, kolom memiliki nilai kedaktilan yang lebih besar dibanding dengan kolom dengan jarak sengkang yang renggang. Namun, pada penelitian kolom retrofit A2 lebih daktail dibanding dengan kolom retrofit A1. Hal ini mungkin saja terjadi pada saat pengecoran kolom retrofit A1, material tidak sepenuhnya menyatu dengan kolom asli A1 sehingga terdapat rongga pada kolom retrofit A1 yang dapat mempengaruhi kedaktilan pada.kolom retrofit A1.

Saran

Saran yang bisa diberikan peneliti untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut :

1. Untuk ukuran dimensi kolom retrofit diperbesar agar mudah dalam pembuatan benda uji kolom retrofit sehingga tidak ada rongga pada kolom retrofit ketika bekisting dibuka karena pada penelitian ini jarak antara kolom asli dengan kolom retrofit terlalu kecil. 2. Perlu memakai mortar dan menggunakan metode shotcrete agar proses pengecoran seragam sehingga masuknya agregat lebih mudah. 3. Sebelum melakukan pengujian,

pastikan terlebih dahulu perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan pengujian. Karena pada penelitian ini pembacaan dial pada kolom retrofit tidak dapat terbaca secara maksimum karena penampang plat yang berfungsi sebagai pembantu pembacaan dial memiliki ukuran panjang yang hampir sama dengan dimensi kolom retrofit sehingga pada saat pengujian pembacaan dial tidak terbaca secara maksimum karena pada saat kolom mengalami keruntuhan terjadi kontak antara serpihan kolom dengan dial yang mengakibatkan dial keluar dari plat pembantu sehingga kolom tidak dapat terbaca defleksi sampai batas beban runtuh yang direncanakan. DAFTAR PUSTAKA

Ashar, Ahmad. 2016. Perkuatan Kolom

Beton Dengan Metode Jacketing Menggunakan Tulangan Bambu.

Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Cusson, D. dan Paultre, P. 1995. Stress

Strain Model for Confined High Strength Concrete. Jurnal of

Structural Engineering. Vol. 121 (3), halaman 468 – 477.

Dipohusodo, I. 1999. Struktur Beton

Bertulang. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

(9)

Ghavami, K. 2005. Bamboo as Reinforcment in Struvctural Concrete Elements. J. Cement &

Concrete Composites, elevier, 27, 637-649.

Kurniansyah, Arry., Elvira., & Yusuf, M. 2013. Pengaruh Pengekangan

(Confinement) dengan Variasi Jarak Sengkang terhadap Peningkatan Kapasitas Kekuatan Kolom. Tanjungpura : Jurnal

Teknik Sipil Vol.13, No.1.

Mander, J.B., Priestley, M. J. N., & Park, R. 1988. Theoretical Stress Strain

Model for Confined Concrete.

Jurnal of Structural Engineering. Vol. 114 (8), halaman 1804 – 1826.

McCormac, JC. 2004. Desain Beton

Bertulang. Jilid ke-1. Sumargo,

penerjemah : Sinamarta L, editor. Jakarta: Penerbit Erlangga. Terjemahan dari : Design of Reinforced Concrete Fifth Edition. Morisco. 1999. Rekayasa Bambu. Nafiri

Offset. Yogyakarta.

Mulyati dan A, Arman. 2016. Tinjauan

Kuat Lekat Tulangan Bambu Dengan Beton. Padang : Jurnal

Momentum Vol. 18, No.2.

Nawy, GE. 1985. Beton Bertulang –

Suaru Pendekatan Dasar.

Suryoatmono B, penerjemah. Bandung : PT. Refika Aditama. Terjemahan dari : Reinforced Concrete – A Fundamental Approach.

Nurlina, S. 2008. Struktur Beton. Bargie Media. Malang.

Park,R & Paulay,T. 1974. Reinforced

Concrete Structures. New Zealand : Departement of Civil Engineering, University of Canterbury.

SNI 03-2847-2002. 2002. Tata Cara

Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Jakarta :

Badan Standarisasi Nasional. SNI 2847-2013. 2013. Persyaratan Beton

Struktural Untuk Bangunan

Gedung. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Tavio., Wimbadi. I ., & Roro. 2011. Studi

Daktalitas Kurvatur Pada Kolom Persegi Panjang Beton Infrastruktur Bertulang Terkekang Dengan Menggunakan Visual Basic 6.0. Seminas Nasional VII

Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan. Surabaya : Institut Teknologi Surabaya.

Wibowo, Ari. 2016. Analisa Hubungan

Tegangan-Regangan Pada Kolom Beton Bertulang Mutu Tinggi.

Jurnal Rekayasa Sipil. Vol.10, No.1, halaman 70-81.

Wibowo, Ari., Taufik Hidayat, M., & Rochim, Ainur. 2012. Variasi

Rasio Volume Tulangan Transversal Dengan Inti Beton Terhadap Daktilitas Aksial Kolom Beton Bertulang. Jurnal Rekayasa

Sipil. Vol.3, No.3, halaman 181-191

Wonlele, Tedy., Dewi, Sri Murni., Nurlina, Siti. 2013. Penerapan

Bambu Sebagai Tulangan Dalam Struktur Batang Beton Bertulang.

Gambar

Gambar 1. Hubungan tegangan-regangan  bambu dan baja
Gambar  4.  Beberapa  Alternatif  Pengambilan Lendutan pada Titik Leleh  Sumber : Park (1988)
Gambar 5. Diagram alir tahapan  penelitian
Tabel 5. Hasil uji kuat tekan beton benda  uji silinder (sampel benda uji kolom asli)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan dua kali pengujian kuat tekan, pengujian yang pertama yaitu pada saat awal kolom sebelum di jacketing menggunakan tulangan bambu, dan pengujian yang

Pada penelitian ini dilakukan dua kali pengujian kuat tekan, pengujian yang pertama yaitu pada saat awal kolom sebelum di jacketing menggunakan tulangan bambu, dan

Di dalam balok tersebut ditanam tulangan bambu petung vertikal takikan tidak sejajar tipe U lebar 3 cm tiap jarak 15 cm dengan dimensi panjang 1650 mm, lebar 20 mm dan

Jika dihitung persentase peningkatan kuat tekan beton dengan jarak sengkang terhadap beton tanpa sengkang terlihat pada tabel 4.2 :.. di atas pengaruh sengkang terhadap kuat tekan

Pengujian kuat lentur sambungan balok - kolom bertulangan bambu bertujuan untuk mengetahui kapasitas sambungan balok – kolom menerima beban siklik dan mengetahui

Hasil pembebanan memperlihatkan bahwa kolom tulangan bambu Wulung mempunyai kontribusi lebih pada kelekatan beton yang runtuh jika di bandingkan dengan kolom tanpa

Tujuan dari penelitian adalah Untuk mengetahui respon siklik sambungan balok-kolom beton bertulang bambu dengan dan tanpa kait klem selang karena variasi tulangan dan

Hasil pembebanan memperlihatkan bahwa kolom tulangan bambu Wulung mempunyai kontribusi lebih pada kelekatan beton yang runtuh jika di bandingkan dengan kolom tanpa