• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KREDIT BANK. Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa latin, credere, yang berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KREDIT BANK. Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa latin, credere, yang berarti"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI KREDIT BANK

A. Pengertian Kredit

Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa latin, credere, yang berarti kepercayaan. Misalkan, seorang nasabah debitur yang memperoleh kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayaan dari bank.Hal ini menujukan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur adalah kepercayaan.Hal ini menunjukan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur adalah kepercayaan.9

Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk menjamin uang untuk membeli berbagai kebutuhan dan produk dan akan membayarnya kembali pada jangka waktu yang telah di perjanjikan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentuyang diizinkan oleh bank atau badan lain.

Dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang – Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan menyatakan bahwa :

“Kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga “

Berdasarkan pengertian diatas menunjukan bahwa prestasi yang wajib dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak semata -mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

9

Hermansyah, S.H, M.Hum , 2005 ,Hukum Perbankan Nasional Indonesia . Jakarta: Prenada Media, hal 55

(2)

Sebagaimana diketahui bahwa unsur esensial dari kredit bank adalah adanya kepercayaan dari bank sebagai kreditor terhadap nasabah peminjam sebagai debitur.Kepercayaan tersebut timbul karena dipenuhinya segala ketentuan dan persyaratan untuk memperoleh kredit bank oleh debitur.

Dapat dikatakan dalam hubungan bahwa kreditor (yang memberi kredit, lazimnya bank) dalam hubungan perkreditan dengan debitor (nasabah, penerima kredit) mempunyai kepercayaan, bahwa debitor dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan (membayar kembali) kredit bersangkutan.Dalam masyarakat umum istilah kredit sudah tidak asing lagi dan bahkan dikatakan popular (dan merakyat), sehingga dalam bahasa sehari- hari sudah di campurbaurkan begitu saja dengan istilah utang.Bahkan dalam dunia pendidikan dengan sistem kredit semester yang baru, istilah kredit sudah memiliki konotasi khusus tersendiri dibanding asal.10

Undang – Undang Perbankan yang diubah menggunakan dua istilah yang berbeda, namun mengandung makna yang sama untuk pengertian kredit. Kedua istilah pembiayaan berdasarkan pada prinsip syariah.Penggunaan istilah tersebut tergantung kepada kegiatan usaha yang dijalankan oleh bank, apakah bank dalam menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional menggunakan istilah kredit, sedangkan bank yang menjalankan usahanya berdasarkan syariah menggunakan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

Berdasarkan pengertian kredit seperti yang tersebut diatas maka Thomas Suryapto dalam buku M.Djumhana menyatakan “ada unsur- unsur dari kredit “, yaitu :

10

Rachmadi Usman S.H, Aspek- Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT.Grandmedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hal 236

(3)

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

b. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya. Dengan adanya resiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.

d. Prestasi, yaitu yang diberikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang, jasa atau uang11.

Semua ketentuan diatas seperti terdapat di dalam penjelasan Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 ayat (1), bahwa untuk memperoleh keyakinan terhadap seorang debitur, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitur.

Untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah dikemudian hari, penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan kredit dilakukan dengan berpedoman kepada Formula 4P dan 5C12

Formula 4P dapat diuraikan sebagai berikut .

13

1. Personality

:

Dalam hal ini pihak bank mencari data secara lengkap mengenai kepribadian si pemohon kredit, antara lain mengenai riwayat hidupnya, pengalamannya dalam berusaha, pergaulan

11

M. Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, Cet III (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2000), hlm 370-371

12

Hermansyah, S.H, Op.Cit , hal 63

13

(4)

dalam masyarakat, dan lain-lain. Hal ini diperlukan untuk menentukan persetujuan kredit yang diajukan oleh pemohon kredit.

2. Purpose

Selain mengenai kepribadian (Personality) dari pemohon kredit, bank juga mencari data tentang tujuan atau penggunaan kredit tersebut sesuai line of bussines kredit bank yang bersangkutan.

3. Prospect

Dalam hal ini bank harus melakukan analisis secara cermat dan mendalam tentang bentuk usaha yang akan dilakukan oleh si pemohon kredit.Misalnya, apakah usaha yang dijalankan oleh pemohon kredit mempunyai prospek di kemudian hari ditinjau dari aspek ekonomi dan kebutuhan masyarakat.

4. Payment

Bahwa dalam penyaluran kredit, bank harus mengetahui dengan jelas mengenai kemampuan dari pemohon kredit untuk melunasi kredit dalam jumlah dan jangka waktu yang ditentukan.

Mengenai formula 5C dapat diuraikan sebagai berikut 14

1. Character

:

Bahwa calon nasabah debitor memiliki watak, moral, dan sifat-sifat pribadi yang baik.Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran integritas, dan kemauan dari calon nasabah debitor untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya.Informasi ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat usaha, dan informasi usaha-usaha yang sejenis.

2. Capacity

14

(5)

Yang dimaksud dengan capacity dalam hal ini adalah kemampuan calon nasabah debitor untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospektif masa depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan, yang menjamin bahwa ia mampu melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang telah ditentukan. Pengukuran kemampuan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, misalnya pendekatan materil, yaitu melakukan penilaian terhadap keadaan neraca, laporan rugi laba, dan arus kas (cash flow) usaha dari beberapa tahun terakhir.Melalui pendekatan ini, tentu dapat diketahui pula mengenai tingkat solvabilitas, likuiditas, dan rentabilitas usaha serta tingkat resikonya.Pada umumnya untuk menilai capacity seseorang didasarkan pada pengalamannya dalam dunia bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan dari calon nasabah debitor, serta kemampuan dan keunggulan perusahaan dalam melakukan persaingan usaha dengan pesaing lainnya.

3. Capital

Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian tehadap modal yang dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidaklah semata-mata didasarkan pada besar kecilnya modal, akan tetapi lebih difokuskan kepada bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh pengusaha tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan secara efektif.

4. Collateral

Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan sarana

pengaman (back up) atas resiko yang mungkin terjadi atas wanprestasinya nasabah debitor di kemudian hari, misalnya kredit macet.Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit baik utang pokok maupun bunganya.

(6)

Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil resiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut.

Dalam masyarakat yang modern, perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun secara tulisan.Perjanjian merupakan salah satu kerangka hukumperdata dikalangan pakar yang menimbulkan berbagai pandangan.Terdapat banyak sekali isitlah dan pengertian mengenai hukum perjanjian.

Secara yuridis, Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadao satu orang atau lebih”.Dari ketentuan pasal ini jelaslah bagi kita bahwa persetujuan yang bersifat sepihak, yaitu persetujuan yang hanya menimbulkan kewajiban pada satu pihak saja.

Suatu Perjanjian adalah semata – mata suatu persetujuan yang diakui oleh hukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok dalam dunia usaha, dan menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang, seperti jual-beli barang, tanah, pemberian kredit, asuransi,pengangkutan barang, pembentukan organisasi usaha, dan sebegitu jauh menyangkut tenaga kerja.15

Syarat sah suatu perjanjian agar dapat dikatakan suatu perjanjian yang sah sesuai dengan pasal 1320 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata menyatakan :

1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya;

Yang dimaksud kata sepakat adalah bahwa kedua subjek yang membuat perjanjian itu harus sepakat atau setuju mengenai hal-hal pokok dari suatu perjanjian yang mereka sepakati.

2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian;

(7)

Sesorang itu harus benar-benar mempunyai kewenangan dalam membuat suatu perjanjian dengan pihak lainnya.Dan harus bertanggung jawab atas akibat dari perjanjian yang dibuat.

3. Mengenai suatu hal tertentu;

Pasal 1333 KUHPerdata menyatakan bahwa paling sedikit yang menjadi obyek perjanjian harus dapat ditentukan oleh jenisnya, baik benda berwujud atau benda tidak berwujud.

4. Suatu sebab yang halal;

Sebab disini diartikan sebagai isi atau tujuan dari pada suatu perjanjian.Melalui syarat ini, maka hakim dapat mengawasi perjanjian tersebut.

Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan (pactum de contrahendo).Dengan demikian perjanjian ini mendahuli perjanjian hutang-piutang (perjanjian pinjam-mengganti).Sedang perjanjian hutang-piutang merupakan pelaksanaan dari perjanjian pendahuluan atau perjanjian kredit.16

B. Jenis-Jenis Kredit

Kredit terdiri dari beberapa jenis yang bila dilihat dari berbagai pandangan.Dalam hal ini jenis kredit tidak dapat dipisahkan dari tujuan pembangunan.Awalnya kredit diberikan dengan landasan kepercayaan murni terhadap nasabah. Dengan perkembangan zaman maka ada pula perkembangan mengenai kredit sehingga kredit memliki unsur-unsur yang membuatnya memliki landasan dan berkembanglah pembagian mengenai kredit ini.

Kredit banyak jenisnya dan dapat di golongkan berdasarkan kretaria yang digunakan 1. Penggolongan Berdasarkan Jangka Waktu

(8)

Apabila jangka waktu digunakan sebagai kriteria, maka suatu kredit dapat dibagi ke dalam :

a. Kredit Jangka Pendek; yakni kredit yang jangka waktunya tidak melebihi 1 tahun. b. Kredit Jangka Menengah; yaitu kredit yang mempunyai jangka waktu antara 1 sampai 3

tahun.

c. Kredit Jangka Panjang; dalam hak ini merupakan kredit yang mempunyai jangka waktu diatas 3 tahun.

2. Penggolongan Berdasarkan Dokumentasi Yaitu :

a. Kredit dengan perjanjian kredit tertulis

b. Kredit tanpa surat perjanjian kredit. Untuk itu dapat dibagi kedalam : i. Kredit lisan

Tetapi ini sangat jarang dilakukan.

ii. Kredit dengan instrument surat berharga. Misalnya kredit yang hanya lewat dokumen promes (promissory note), Obligasi (bonds), karu kredit dan sebagainya iii. Kredit cerukan (overdraft)

Kredit ini seperti ini timbul karena :

1. Penarikan/ pembebanan giro yang melampaui saldonya 2. Penarikan/ pembebanan R/C yang melampaui platfonnya 3. Penggolongan Berdasarkan Bidang Ekonomi

Dalam hal ini suatu kredit dapat dibagi dalam :

a. Kredit untuk sektor pertanian, perburuhan dan sarana pertanian. b. Kredit untuk sektor pertambangan.

c. Kredit untuk sektor perindustrian. d. Kredit untuk sektor listrik, gas dan air.

(9)

e. Kredit untuk sektor konstruksi.

f. Kredit untuk sektor perdagangan, restoran, dan hotel. g. Kredit pengangkutan, perdagangan, dan komunikasi. h. Kredit untuk sektor jasa.

i. Kredit untuk sektor lain-lain.

4. Penggolongan Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaannya Untuk itu kredit dibagi dalam :

a. Kredit konsumtif. Ini merupakan kredit yang diberikan kepada debitor untuk keperluan konsumsi seperti kredit profesi, kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor, pembelian alat-alat rumah tangga dan lain sebagainya

b. Kredit produktif, yang terdiri dari :

i. Kredit investasi; yang dipergunakan untuk membeli barang modal atau barang-barang tahan lama, seperti tanah, mesin, dan sebagainya. Namun demikian, sering juga kredit ini digolongkan kedalam kredit investasi adalah apa yang disebut sebagai

Kredit Bantuan Proyek.

ii. Kredit Modal Kerja (Working Capital Credit/ Kredit Eksploitasi); untuk membiayai modal lancar yang habis dalam pemakaian, seperti untuk barang dagangan, bahan baku, overhead produksi, dan sebagainya.

iii. Kredit Likuiditas; diberikan dengan tujuan untuk membantu perusahaan yang sedang kesulitan likuiditas. Misalnya kredit likuiditas dari Bank Indonesia yang diberikan untuk bank-bank yang memiliki likuiditas dibawah bentuk uang.

5. Penggolongan Kredit Berdasarkan Objek Yang Ditransfer Dapat dibagi dalam:

a. Kredit Uang (money credit), dimana pemberian dan pengembalian kredit dilakukan dalam bentuk uang

(10)

b. Kredit Bukan Uang (Non Money Credit, Mercentile Credit, Merchant Credit), dimana diberikan dalam benruk barang dan jasa dan pengembaliannya dilakukan dalam bentuk uang.

6. Penggolongan Kredit Berdasarkan Waktu Pencairannya. Dalam hal ini suatu kredit dapat dibagi lagi dalam:

a. Kredit Tunai (Cash Credit), dimana pencairan kredit dilakukan dengan tunai atau pemnindahbukuan kedalam rekening debitor.

b. Kredit Tidak Tunai (Non Cach Credit), dimana kredit tidak dibayar pada saat pinjamnan dibuat. Termasuk dalma penggolongan ini misalnya :

i. Garansi bank atau By L/C. Dalam hal ini bank akan membayar apabila terjadi perbuatan tertentu, misalnya jika pada suatu saat pihak pemohon garansi tidak melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain, maka dalam hal seperti ini banklah yang akan membayarnya

ii. Letter of Credit, yang merupakan jaminan kepada penjual / pengirim barang dimana bank akan membayar sejumlah uang jika dokumen - dokumen tertentu dipenuhi oleh penjual / pengirimm barang.

7. Penggolongan Kredit Menurut Cara Penarikannya.

Apabila dilihat dari segi penarikannya, maka suatu kredit dapat dibagi dalam :

a. Kredit Sekali Jadi (alfopend). Yakni kredit yang pencairan dananya dilakukan sekaligus, misalnya secara tunai ataupun secara pemindahbukuan.

b. Kredit Rekening Koran. Dalam hal ini, baik penyediaan dana maupun penarikan dana tidak dilakukan sekaligus, melainkan secara tidak teratur kapan saja dan berulang kali. Penarikan sana oleh nasabah dilakukan selama plafon kredit masih tersedia, dilakukan dengan melalui pemindahbukuan, penariakn cek, bilyet giro atau perintah pemindahbukuan lainnya.

(11)

c. Kredit Berulang-ulang (Revolving Loan). Kredit semacam ini biasanya diberikan terhadap debitor yang tidak memrlukan kredit sekaligus, melainkan secara berulang-ulang sesuai kebutuhan, asalkan masih dalam batas maksimum dan masih dalam jangka waktu yang di perjanjikan. Berbeda dengan kredit rekening Koran, maka kredit berulang-ulang ini lebih dibatasi (tidak dalam arti seluas-luasnya), terutama dalam hal penarikan dan penyetorannya.

d. Kredit Bertahap. Kredit bertahap ini merupakan kredit yang pencairan dananya dilakukan secara bertahap dalam beberapa termin, misalnya tranche I,II,III, dan IV. e. Kredit Tiap Transaksi (self-liquidating atau eenmalige transactie crediet). Merupakan

kredit yang diberikan untuk satu transaksi tertentu, dimana pengembalian kredit diambil dari hasil transaksi yang bersangkutan. Berbeda dengan revolving credit, maka kredit

eenmalige ini tidak ditarik dananya secara berulang-ulang, melainkan sekaligus saja,

yakni untuk tiap transaksi saja.

8. Penggolongan Kredit dilihat dari Pihak Kreditornya

Apabila dilihat dari segi pihak pemberi kredit, maka suatu kredit dapat digolong-golongkan ke dalam:

a. Kredit Terorganisasi (Organized Credit), yakni kredit yang diberikan oleh badan-badan yang terorganisir secara legal dan memang berwenang memberikan kredit. Misalnya bank, koperasi, dan sebagainya.

b. Kredit Tidak Terorganisasi (Unorganized Credit). Merupakan kredit yang diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang, ataupun badan yang tidak resmi untuk memberikan kredit.

Kredit tidak terorganisasi ini dapat dipilah-pilah kedalam kategori sebagai berikut :

i. Kredit Rentenir, yakni kredit yang diberikan oleh perorangan atau badan tidak resmi untuk memberikan kredit, yang sering dijuluki lintah darat

(12)

ii. Kredit Penjual, merupakan kredit yang diberikan oleh penjual kepada pembeli dalam suatu jual - beli, dimana barang segera diserahkan sementara harga barang dibayar kemudian secara kredit.

iii. Kredit Pembeli, yang dimaksud adalah kredit yang juga terbit dari jual - beli, dimana uang pembelian segera diserahkan sementara barangnya diserahkan di kemudian hari. Misalnya seperti yang sering dipraktekkan dalam pembelian bahan bangunan, dan lain-lain.

9. Penggolongan Kredit Berdasarkan Negara Asal Kreditor.

Apabila ditinjau dari segi asal Negara dari mana kreditor berada, maka suatu kredit dapat digolong - golongkan sebagai berikut:

a. Kredit Domestik (Domestic / Onshore Credit)

Ini merupakan kredit yang debitornya / kreditornya utamanya berasal dari dalam negeri b. Kredit Luar Negeri (Foreign/ Offshore Credit)

Merupakan kredit dengan kreditor atau kreditor utamanya berasal dari luar negeri. 10. Penggolongan Kreditor Berdasarkan Jumlah Kreditor.

Berdasarkan berapa banyaknya jumlah kreditor, maka suatu kredit dapat dibagi dalam : a. Kredit dengan Kreditor Tunggal

Yakni kredit yang kreditornya hanya satu orang / satu badan hukum saja. Ini sering disebut dengan Single Loan.

b. Kredit Sindikasi(Syndicated Credit)

Ini merupakan kredit dimana pihak kreditornya terdiri dari beberapa badan hukum, dimana biasanya salah satu diantara kreditor tersebut bertindak sebagai Lead Creditor / Lead

Bank.17

(13)

C. Tujuan dan Fungsi Kredit

Dari berbagai hal dan jenis-jenis kredit perbankan, maka yang penting untuk digarisbawahi adalah ditinjau dari segi tujuan penggunaannya18

1. Larangan;

.Pertimbangan pentingnya kebenaran tujuan penggunaan suatu fasilitas kredit dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini:

2. Izin-izin usaha; 3. Side streaming.

Tujuan kredit diberikan tidak terlepas dari misi dari bank tersebut.Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut:

1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

Keuntungan ini penting untuk untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikudiasi (dibubarkan).

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

3. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.19

18

(14)

Di Indonesia lembaga keuangan bank memiliki misi dan fungsi khusus yaitu bank diarahkan untuk berperan sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Fungsi tersebut merupakan jabaran dari Pasal 4 Undang-Undang Perbankan, yaitu perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kerarah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak20

Kemudian disamping tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut .

21

1. Untuk memingkatkan daya guna uang. :

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. 3. Untuk meningkatkan daya guna barang.

19

Kasmir S.E, MM, Bank dan Lembaga Keunagan lainnya, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010, Hal 100

20

Johanes Ibrahim, 2004 , Bank sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif, CV.Utomo, Bandung, hal 36.

21

(15)

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna dan bermanfaat.

4. Meningkatkan peredaran barang.

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan devisa Negara.

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa Negara.

6. Untuk meningkatkan kegairahan manusia.

Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas - pasan.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.

Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit bank diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurang pengangguran. Disamping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatanya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional.

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh Negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainya.

(16)

Suatu kredit mencapai fungsinya, baik bagi debitur, kreditur maupun masyarakat, apabila secara sosial ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik.Bagi pihak debitur dan kreditur, mereka sama-sama memperoleh keuntungan dan juga mengakibatkan tambahan penerimaan negara dari pajak, serta membawa dampak kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro22

Menurut pendapat H.Budi Untung dalam bukunya “Hukum Jaminan Keperdataan”, disebutkan bahwa kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan mempunyai sebagai berikut:

.

a. Meningkatkan daya guna uang;

b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang; c. Meningkatkan daya guna dan peredaran uang; d. Sebagai salah satu stabilitas ekonomi;

e. Meningkatkan kegairahan usaha;

f. Meningkatkan pemerataan pendapat; dan g. Meningkatkan hubungan internasional23.

D. Para Pihak dalam Kredit

Para pihak dalam kredit pada dasarnya hanya ada dua, yaitu pihak kreditur (bank) dan pihak debitur. Namun masalahnya akan menjadi lain apabila barang jaminan diberikan oleh pihak ketiga yang turut serta mentandatangani perjanjian kredit (hutang-piutang) atau

personal guaranteediberikan oleh pihak ketiga. Jadi disini pihak ketiga bertindak sebagai

penjamin24

Para pihak yang ada dalam suatu perjanjian kredit antara lain : .

1. Pihak Kreditur atau Bank.

Menurut kamus istilah hukum Fockema Andrea, Yang dimaksud dengan Bank ialah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari

22

Mohhammad Djumhana,Op.Cit, Hal 232

23H.budi Untung, SH,MM, Loc,cit, Hal 4. 24

(17)

dan kepada pihak ketiga.Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada banker sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaanya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga25

Dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan bahwa :

.Biasanya Pihak Kreditur adalah Bank.

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat bank”.

Sesuai Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, bank terbagi dalam dua jenis yaitu : a. Bank Umum. yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan atau memberikan perhatian yang lebih besar pada kegiatan tertentu.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Pihak Debitur atau Nasabah

Debitur atau sipihak berhutang atau nasabah adalah pihak yang mengadakan pinjaman ke bank dengan menggunakan jaminan. Debitur adalah pihak yang berhutang ke pihak lain, biasanya dengan menerima sesuatu dari kreditur yang dijanjikan debitur untuk dibayar kembali pada masa yang akan datang26

25

Ibid, Hal 13

.

26

http://accounting-bank.blogspot.com/2011/03/debitur-dan-kreditur.html diakses pada hari Minggu Pada 29 Januari 2012 pukul 23:24

(18)

Didalam Undang-Undang Perbankan dimuat tentang jenis dan pengertian nasabah.Dalam Pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa pengertian nasabah yaitu pihak yang menggunakan jasa bank. Jenis-jenis nasabah bank ada 2, yakni27

a) Nasbah Penyimpan, yakni nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

:

b) Nasabah Debitor, nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

3. Pihak Penjamin atau Personal Guarantee

Penjamin atau personal guarantee adalah jaminan seorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si debitor. Yang dimaksud dengan penjamin adalah pihak ketiga yang bukan merupakan debitur, bisa saja orang perorangan atau korporasi yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum dengan mengadakan perjanjian dengan pihak kreditur agar ia menjadi penjamin dalam pelunasan hutang debitur kepada kreditur apabila debitur tersebut melakukanwanprestasi.Tujuan adanya penjamin adalah untuk menjamin agar hutang yang telah diberikan kreditur kepada debitur dapat terjamin pengembaliannya.

27

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi CMA pada tanaman jagung di tanah Inceptisol dapat meningkatkan infeksi akar, serapan fosfat, bobot kering tanaman, dan hasil pipilan kering seiring dengan bertambahnya

Simpulan: Pemberian LP tidak menunjukkan perbedaan bermakna dalam hal penurunan kadar IgE serum total dibandingkan kelompok kontrol, namun menyebabkan penurunan

Berkas Perkara dan Buku Register 30 Menit Tercatatny a Majelis Hakim dan PP tingkat pertama hari ke-2 9 Membuat Surat Pemberitahuan ke Pengadilan Agama pengaju dan kepada

Pada penelitian ini perancangan alat terdiri dari sistem elektronik dan sistem mekanik, dimana sistem elektronik terdiri dari dua sensor yaitu sensor fotodioda yang

Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh Direksi dan kekayaan

Pola persebaran tingkat kesejahteraan anggota Posdaya Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga sebagian besar termasuk kategori clustered (mengelompok) yang tersebar di

Ketua Program Studi Magister Manajemen Universitas Mercu Buana, menugaskan kepada dosen- dosen yang tercantum dalam Lampiran Surat Tugas ini, untuk menjadi Dosen – Dosen

Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, menganalisa dan menyajikan data secara sistematis, sehingga