• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Masa nifas yang biasa disebut juga masa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Masa nifas yang biasa disebut juga masa"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan dan proses kelahiran. Masa nifas yang biasa disebut juga masa puerperium ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Maryunani, 2009).

Perawatan yang dilakukan masa nifas meliputi perawatan fisik dan psikologis ibu untuk mencapai kesehatan yang optimal. Perawatan masa nifas ini sangat diperlukan karena dalam masa nifas sering terjadi kematian pada ibu yang disebabkan oleh berbagai macam masalah seperti perdarahan dan infeksi, hal ini dapat terjadi karena perawatan masa nifas yang kurang baik (Bobak, 2004).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, diantaranya disebabkan komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu (Saleha, 2009).

Suhu tubuh ibu nifas terkadang juga meningkat seiring dengan keluhan nyeri, meskipun tidak melebihi 38ºC. Demam pada masa nifas dapat disebabkan karena

(2)

terjadinya komplikasi infeksi, seperti infeksi kandungan dan saluran kemih. Kondisi ini umumnya disertai pula gejala lain, seperti keluarnya lokhia yang tidak normal atau nyeri saat berkemih. Demam dapat pula disebabkan Air Susu Ibu yang tidak keluar, ditandai dengan payudara yang membengkak dan nyeri. Biasanya, demam akibat ASI tidak berlangsung lama apabila dilakukan tindakan pertolongan yang tepat.

Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, salah satu faktor utama kematian ibu melahirkan adalah infeksi. Menghadapi jangka panjang tahap II terdapat dua issue nasional yaitu tingginya angka kematian ibu prenatal dan peningkatan sumber daya manusia dalam peran bidan, khususnya dalam penurunan angka kematian ibu dan kesehatan pada ibu terutama pada daerah pedesaan.

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis pada ibu dan bayinya, diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Cunigham, 2006).

Menurut survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) selama 10 tahun terakhir salah satu faktor yang berpengaruh terhadap angka kematian ibu adalah penanganan keperawatan yang kurang memadai baik pada saat persalinan maupun perawatan sendiri oleh ibu dirumah. Hal ini diduga karena kurangnya pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan perineum secara mandiri.

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara penyabab utama kematian ibu belum ada survei khusus, tetapi secara nasional salah satunya disebabkan karena komplikasi selama nifas dan demam nifas (Veronika, 2010).

(3)

Demam nifas merupakan manifestasi dari infeksi nifas, jika tidak di obati secara cepat dan tepat dapat berlanjut menjadi sepsis nifas dan kematian maternal. Salah satu faktor penyebab terjadinya infeksi nifas berasal dari daya tahan tubuh yang lemah ditunjang dengan perawatan yang kurang baik dan kebersihan yang kurang terjaga menyebabkan kuman-kuman pada jalan lahir tersebut terutama di vagina yang tadinya bersifat tidak patogen bisa berubah menjadi patogen. Kondisi ini akan diperparah oleh luka pada jalan lahir tersebut yang merupakan media yang amat baik untuk berkembang biaknya kuman (Masjhur, 2004). Kematian maternal seharusnya tidak perlu terjadi kerena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, seperti perawatan post partum yang benar.

Suhu tubuh ibu nifas terkadang juga meningkat seiring dengan keluhan nyeri, meskipun tidak melebihi 38ºC. Demam pada masa nifas dapat disebabkan karena terjadinya komplikasi infeksi, seperti infeksi kandungan dan saluran kemih. Kondisi ini umumnya disertai pula gejala lain, seperti keluarnya lokhia yang tidak normal atau nyeri saat berkemih. Demam dapat pula disebabkan air susu ibu yang tidak keluar, ditandai dengan payudara yang membengkak dan nyeri. Biasanya demam akibat ASI tidak berlangsung lama apabila dilakukan pertolongan yang tepat.

Ibu pada masa nifas seringkali mengalami kebingungan dalam melakukan perawatan diri pada masa nifas. Ibu kurang tahu bagaimana cara merawat perineum, bagaimana merawat payudara dan hal lain yang berkaitan dengan perawatan diri pada masa nifas. Jika keadaan ini terus berlanjut maka kemungkinan akan terjadi komplikasi pada masa nifas. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan

(4)

pendidikan kesehatan, yang ditujukan untuk memandirikan ibu dalam perawatan diri pada masa nifas. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum adalah pendidikan, informasi, ekonomi, budaya dan pekerjaan.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan terdapat sebanyak 100 orang ibu nifas, dengan survei awal yang telah dilakukan pada ibu nifas yang kurang melaksanankan perawatan nifas berkisar 50 orang. Ibu nifas yang kurangnya melaksanakan perawatan nifas sebanyak 20 responden (40,0%), dan yang kurang memahami pelaksanaan perawatan nifas sebanyak 7 responden (14,0%). Keadaan ini terkait dengan pendidikan ibu, informasi yang didapat tentang perawatan nifas, ekonomi, budaya dan pekerjaan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas Pada Ibu Post Partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas pada Ibu Post Partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

(5)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui secara umum adakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum di desa kedai kandang aceh selatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Apakah faktor pendidikan berhubungan dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan. 2. Apakah informasi berhubungan dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas

pada ibu post partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

3. Apakah faktor ekonomi berhubungan dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

4. Apakah faktor budaya berhubungan dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

5. Apakah pekerjaan berhubungan dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

1.4Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan tentang kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum.

2. Sebagai sumber informasi bagi peneliti berikutnya dalam rangka pengembangan penelitian khususnya dibidang kesehatan.

(6)

3. Sebagai bahan reprensi tambahan perpustakaan Akademi Audi Husada Medan serta sebagai bahan masukan bagi mahasiswi yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

4. Sebagai bahan informasi bagi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Masa Nifas

2.1.1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. puerperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati dkk, 2008).

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).

Nifas di bagi dalam tiga periode:

1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (Bahiyatun, 2009).

(8)

2.2. Pengertian Perawatan Masa Nifas 2.2.1. Pengertian

Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil (Saleha, 2009).

2.2.2. Perawatan Pasca Persalinan

1. Mobilisasi : Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan.

2. Diet : Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan– makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur–sayuran, dan buah– buahan.

3. Miksi : Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya.

4. Defekasi : Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal.

5. Perawatan payudara : Perawatan mamae telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.

6. Laktasi : Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamae.

7. Nasehat untuk ibu postnatal :

(9)

b. Sebaiknya bayi disusui

c. Untuk kesehatan ibu, bayi, dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk menjarangkan anak. Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.

2.2.3. Involusio Alat-Alat Kandungan

1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

2. Bekas implantasi uri : Plasenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.

3. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. 4. Rasa sakit, disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca

persalinan

5. Lochia adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.

6. Serviks : Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman.

2.2.4. Tujuan Perawatan Nifas a. Tujuan Umum :

1. Memulihkan kembali kesehatan umum penderita. a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan. b. Mengatasi anemia.

(10)

d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar peredaran darah.

2. Mempertahankan kesehatan psikologisnya. 3. Mencegah infeksi dan komplikasinya.

4. Memperlancar pembentukan air sus ibu (ASI).

5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Bahiyatun, 2009).

b. Tujuan Khusus :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya.

2. Melaksanakan skirining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri, Nutrisi, KB, Menyusui, pemberian Imunisasi perawatan bayi sehat.

4. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Ambarwati dkk, 2008). 2.2.5. Manfaat Perawatan Nifas

Asuhan nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi 24 jam pertama (Maryunani, 2009).

(11)

2.2.6. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas 1. Gizi

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi ASI yang cukup untuk menyehatkan bayi. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi yang cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna.

2. Ambulasi Dini (early ambulation)

Early ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan early ambulation adalah:

a. Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat.

b.Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat atau memelihara anaknya, dan memndikan selama ibu masih dalam perawatan.

3. Eliminasi

Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindakan:

a. Dirangsang dengan mengalirkan air kran didekat klien b. Mengompres air hangat diatas simfisis

(12)

4. Kebersihan Diri

Mandi ditempat tidur dilaksanakan sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar mandi, yang terutama dibersihkan adalah putting susu dan mamae dilanjutkan perawatan perineum.

5. Istirahat

Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit istirahat. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia akan mampu merawat anaknya atau tidak, hal ini akan mengakibatkan sulit tidur. Juga akan terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Anjurkan ibu supaya untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

6. Seksual

Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka coitus biasa dilakukan pada 3-4 minggu post partum. Hasrat seksual pada bulan pertama akan berkurang baik kecepatannya atau lamanya, juga orgasmepun akan menurun. Ada juga yang berpendapat bahwa coitus dapat dilakukan setelah masa nifas berdasarkan teori bahwa saat itu bekas luka plasenta baru sembuh (proses penyembuhan luka postpartum sampai dengan 6 minggu). Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri (Bahiyatun, 2009).

(13)

2.2.7. Kunjungan Nifas

Kunjungan nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Hal ini dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah terjadinya masalah. 1. Kunjungan pertama dilakukan 6-8 jam setelah persalinan tujuannya:

a. Mencegah perdarahan waktu nifas karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bila terjadi perdarahan banyak.

d. Pemberian ASI

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.

f. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah terjadinya hipotermi. 2. Kunjungan kedua 6 hari setelah persalinan tujuannya:

a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak berbau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi supaya tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

(14)

3. Kunjungan ke tiga 2-3 minggu setelah persalinan

a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak berbau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. c. Memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik tidak menunjukan tanda-tanda penyakit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi supaya tetap hangat dan merawat bayi.

4. Kunjungan ke empat 4-6 minggu setelah persalinan

a. Menanyakan pada ibu tentang penyakit-penyakit yang ibu dan bayi alami. b. Memberikan konseling KB secara dini.

c. Tali pusat harus tetap kering, ibu perlu diberitahu bahaya membubuhkan sesuatu pada tali pusat bayi, misal minyak atau bahan lain. Jika ada kemerahan pada pusat, perdarahan tercium bau busuk, bayi segera dirujuk. d. Perhatikan kondisi umum bayi, apakah ada ikterus atau tidak, ikterus pada

hari ketiga post partum adalah fisiologis yang tidak perlu pengobatan. Namun bila ikterus terjadi pada hari ketiga atau kapan saja dan bayi malas untuk menetek serta tampak mengantuk maka segera rujuk bayi ke RS.

e. Bicarakan pemberian ASI dengan ibu dan perhatikan apakah bayi menetek dengan baik.

(15)

f. Nasehati ibu untuk hanya memberikan ASI kepada bayi selama minimal 4-6 bulan dan bahaya pemberian makanan tambahan selain ASI sebelum usia 4-6 bulan.

g. Jika ada yang tidak normal segera merujuk ibu dan atau bayi ke puskesmas atau RS (Saleha, 2009).

2.2.8. Jadwal Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai satu tindakan untuk pemekriksaan postpartum lanjutan. Apapun sumbernya, kunjungan rumah direncanakan untuk bekerja sama dengan keluarga dan dijadwalkan berdasarkan kebutuhan. Kunjungan biasa dilakukan sejak 24 jam setelah pulang, jarang sekali kunjungan rumah ditunda sampai hari ketiga setelah pulang kerumah. Kunjungan berikutnya direncanakan di sepanjang minggu pertama jika diperlukan.

a. Keuntungan dan keterbatasan

Kunjungan rumah postpartum memiliki keuntungan yang sangat jelas karena membuat bidan dapat melihat dan berinteraksi dengan anggota keluarga di dalam lingkungan yang alami dan aman.

b. Memeriksa tanda-tanda vital ibu

Periksalah suhu tubuh, denyut nadi, dan tekanan darah ibu secara teratur minimal sekali dalam satu jam jika ibu memiliki masalah kesehatan.

c. Membersihkan alat kelamin, perut dan kaki

Bantulah ibu membersihkan diri setelah melahirkan, gantilah alas tidur yang sudah kotor dan bersihkan darah dari tubuhnya, cucilah tangan dan kenakan

(16)

sarung tangan sebelum menyentuh alat kelamin ibu,dan bersihkan kelamin ibu dengan lembut, gunakan air yang bersih. Cucilah alat kelamin dari atas ke bawah menjauhi vagina. Berhati-hatilah untuk tidak membawa apa pun naik keatas dari anus menuju vagina, karena bahkan sepotong kecil feses yang kasat mata bisa menyebabkan infeksi serius.

d. Mencegah perdarahan hebat

Setelah melahirkan, normal bagi wanita untuk mengalami perdarahan yang sama banyaknya ketika dia mengalami perdarahan bulanan. Darah yang keluar mestinya juga harus tampak seperti darah menstruasi yang berwarna tua dan gelap, atau agak merah muda (Saleha, 2009).

2.2.9. Masa Pemulihan Pada Ibu Nifas 1. Perubahan Uterus

Dari keseluruhan organ, uterus berkembang paling banyak selama kehamilan, juga mengambil tempat utama selama lying period. Setelah kelahiran, berat rahim 2 pon dan panjangnya 8 inci, luasnya 5 inci, dan ketebalannya 4 inci. Beberapa hari kemudian ukuran uterus mulai menurun, dan berangsur-angsur tenggelam kedalam abdomen sampai semuanya berada dirongga panggul. Menuju akhir minggu keenam atau kelima, uterus mulai kembali keposisinya yang semula seperti ketika sebelum pembuahan dan beratnya kira-kira 2 ons.

2. Lochia (Darah Nifas)

Lendir vagina yang keluar sesuai persalinan kehamilan memperoleh namanya dari bahasa Yunani. Pada awalnya cairan ini murni darah karena keluar secara khusus

(17)

dari pembuluh kiri yang terbuka oleh proses pembersihan setelah melahirkan. Sejumlah besar darah mengalir keluar melalui saluran kelahiran, namun sering sekali sebagian mengumpul di rongga rahim atau vagina; mereka mengental dan gumpalan itu mungkin tidak dikeluarkan hingga beberapa hari kemudian.

3. Kembalinya Menstruasi

Menstruasi umumnya tidak sakit, seperti juga lochia, sebenarnya tidak ada hubungannya dengan antara menstruasi dengan lochia. Rongga uterus yang kehilangan lapisannya merupakan tanggung jawab lochia, sedangkan menstruasi terjadi karena lapisan itu pecah pada jarak yang teratur. Pengeluaran susu sering merupakan pengaruh dari datangnya kembali menstruasi. Di bawah ini kondisi normal, ibu yang tidak menstruasi sementara waktu menyusui bayinya, jika payudara tidak digunakan, fungsi menstruasi akan datang lagi enam hingga delapan minggu setelah kelahiran.

4. Proses Penyembuhan Lainnya

Banyak perubahan dalam tubuh ibu, baik yang sangat rumit maupun praktis yang mungkin kita lewatkan. Perubahan tubuh merupakan hal yang sangat penting, selain yang berhubungan dengan uterus, hal ini sangat penting bagi wanita yang baru saja mengalami kehamilan, namun calon ibu yang lainnya mungkin tidak mengetahui bahwa mereka akan memperoleh kembali kondisi tubuhnya seperti sebelum pembuahan terjadi (Ratih, 2008).

(18)

2.3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas

1. Pendidikan

Semakin tingginya pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

2. Informasi

Merupakan informasi tentang cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya. Dengan pengetahuan itu akan menyebabkan seseorang berprilaku sesuai dengan yang dimilikinya.

3. Ekonomi

Penghasilan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi, pendidikan dan kebutuhan lainnya (Notoadmojo, 2003 ).

4. Budaya

Menurut Kuntjaningrat (2009) budaya adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa.

(19)

6. Pekerjaan

Pekerjaan adalah pekerjaan ibu yang dilakukan sehari-hari, yaitu wiraswasta, petani, ibu rumah tangga dan pedagang. Menurut Notoatmodjo, 2003 pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan seseorang sampai saat ini dalam rangka mendapatkan penghasilan.

2.4. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependent

2.5. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan pendidikan ibu dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

2. Ada hubungan informasi ibu dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

3. Ada hubungan ekonomi ibu dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

 Pendidikan  Informasi  Ekonomi  Budaya  Pekerjaan Perawatan nifas

(20)

4. Ada hubungan budaya ibu dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

5. Ada hubungan pekerjaan ibu dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas. pada ibu post partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, menganalisa dan menyajikan data secara sistematis, sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan, yaitu untuk melihat apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian karena belum pernah dilakukan penelitian yang sama ditempat tersebut dan masih banyak terdapat kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum sebesar 40,0%.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April tahun 2014.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah subjek yang hendak diteliti dan memiliki sifat-sifat yang sama menurut (Notoatmodjo, 2002). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

(22)

semua ibu nifas di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan yang berjumlah sebanyak 100 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang di peroleh dengan menggunakan random sampling (Notoadmojo, 2002). ) ( 1 N d2 N n   ) ( 1 N d2 N n   ) 1 . 0 .( 100 1 100 2   n 01 , 0 . 100 1 100   n 2 100  n 50  n Keterangan : N : Besarnya populasi n : Besarnya sampel

(23)

Dalam pengambilan sampel digunakan teknik sistematik random sampling dimana jumlah populasi dibagi dengan jumlah sampel yang diinginkan, yakni 100:50=2, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan nomor urut kelipatan 2 seperti 2, 4, 6, 8,……..sampai sampel mencapai 50 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.

3.4.2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Desa Kedai Kandang.

3.5. Definisi Operasional

1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tinggi yang berhasil diperoleh ibu dengan mempergunakan skala ordinal.

Alat ukur : Kuesioner Hasil ukur : 0. Baik 1. Buruk

Skala ukur : Ordinal

2. Pekerjaan adalah kegiatan ibu yang bersifat untuk menambah penghasilan. Alat ukur : Kuesioner

(24)

1.Tidak bekerja Skala ukur : Ordinal

3. Ekonomi adalah penghasilan yang diperoleh ibu nifas selama satu bulan. Alat ukur : Kuesioner

Hasil ukur : 0.Rendah

1.Tinggi

Skala ukur : Ordinal

4. Informasi adalah informasi yang didapat ibu hamil tentang perawatan nifas. Alat ukur : Kuesioner

Hasil ukur : 0. Dapat Informasi

1. Tidak Mendapat Informasi Skala ordinal : Ordinal

5. Budaya adalah kondisi dimasyarakat yang berpengaruh terhadap pelaksanaan perawatan nifas.

Alat ukur : Kuesioner Hasil ukur : 0. Mendukung

1. Tidak mendukung Skala ordinal : Ordinal

Untuk mengetahui budaya ibu nifas disusun sebanyak 3 pertanyaan. Apabila menjawab “Benar (bobot nilai 1)” dan menjawab “salah (bobot nilai 0)”, maka total skor untuk variabel kebudayaan adalah 3, jadi :

(25)

1. Tidak Mendukung, jika jawaban responden salah atau benar satu.

6. Perawatan nifas adalah perawatan yang dilakukan masa nifas meliputi perawatan fisik dan psikologis ibu untuk mencapai kesehatan yang optimal.

Alat ukur : Kuesioner Hasil ukur : 0. Dilaksanakan

1.Tidak dilaksanakan Skala ordinal : Ordinal

Untuk mengukur pelaksanaan perawatan nifas disususun 5 pertanyaan. Apabila menjawab benar (bobot nilai 1)” dan menjawab salah (bobot nilai 0)”, maka total skor untuk perawatan nifas adalah 5, jadi :

0. Dilaksanakan, jika jawaban responden benar 3-5. 1. Tiadak dilaksanakan, jika jawaban responden benar 1-2.

3.6. Aspek Pengukuran

Tabel 3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

No Variabel Kategori Skala Pengukuran

1 2 3 4 5 Pendidikan Informasi Ekonomi Budaya Pekerjaan 0. Baik 1. Buruk 0. Mendapat Informasi 1. Tidak Dapat Informasi 0. Rendah 1. Tinggi 0. Mendukung 1. Tidak Mendukung 0. Bekerja 1. Tidak Bekerja Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 6 Perawatan Nifas 0. Dilaksanakan Ordinal

(26)

3.7. Pengolahan Data dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data

Setelah data berhasil dikumpulkan, selanjutnya data diolah, adapun cara pengolahan data adalah sebagai berikut :

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.

2. Coding

Merupakan pengubahan data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Tabulating

Kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat distribusi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

4. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

(27)

3.7.2. Analisa Data 1. Analisa Univariat

Analisis data secara univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskrifkan karakterisitik setiap variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya faktor-faktor yang berhubungan (pendidikan, informasi, ekonomi, pekerjaan, budaya) terjadinya kurang pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum dilakukan uji chi-square.

(28)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Wilayah

Di Desa Kedai Kandang Kecamatan Kluet Selatan, Kabupaten Aceh Selatan dengan luas wilayah : 1400 Ha, dengan batas-batas :

1. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan sungai 2. Sebelah Utara : Berbatasan dengan sungai

3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan rumah penduduk 4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan jalan kabupaten 4.1.2. Jumlah Ibu Nifas

Jumlah penduduk di Desa Kedai Kandang Kecamatan Kluet Selatan, Kabupaten Aceh Selatan sebanyak 630 orang, dengan jumlah ibu nifas sebanyak 100 orang.

4.2. Analisa Univariat

4.2.1. Gambaran Umum Responden 4.2.2. Pendidikan Responden

Untuk melihat pendidikan responden di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel 4.1. :

(29)

Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Menurut Pendidikan di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan

No Pendidikan f % 1 2 3 SLTP SMA PT 20 23 7 40,0 46,0 14,0 Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pendidikan ibu nifas lebih banyak dengan pendidikan SLTP sebanyak 20 orang (40,0%) dan lebih sedikit pendidikan PT sebanyak 7 orang (14,0%). 4.2.3. Informasi Responden Untuk melihat informasi responden di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel 4.2.2. : Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Informasi Yang di Dapatkan Ibu di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan No Informasi f % 1 2 Tahu Tidak Tahu 25 25 50 50 Jumlah 50 100 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kategori informasi yang ibu nifas tentang penyuluhan perawatan nifas sebanyak 25 orang (50), yang menjawab tidak mendapatkan informasi perawatan nifas sebanyak 25 orang (50).

4.2.4. Ekonomi Responden

Untuk melihat jumlah penghasilan responden di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel 4.3 :

(30)

Tabel 4.3. Distribusi Menurut Ekonomi Responden di DesaKedai Kandang Aceh Selatan No Ekonomi f % 1 2 Rendah Tinggi 22 28 44,0 56,0 Total 50 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa lebih banyak ekonomi responden adalah rendah sebanyak 22 orang (44,0%) dan lebih sedikit ekonomi ibu nifas tinggi sebanyak 28 orang (56,0%).

4.2.5. Budaya Responden

Untuk melihat budaya responden di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel 4.4 :

Tabel 4.4. Distribusi Budaya Responden tentang Pelaksanaan Perawatan Nifas Pada Ibu Postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan

No Pertanyaan Budaya Ya Tidak

n % n % 1. Keluarga mendukung dalam

perawatan nifas ibu, untuk makan-makanan yang bervariasi.

19 9,5 25 12,5

2. Keluarga mendukung dalam perawatan nifas ibu melakukan mobilisasi.

21 10,5 28 14,0

3. Keluarga mendukung jika dalam perawatan nifas ibu membersihkan alat genetalia stiap hari.

23 11,5 26 13,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa yang menjawab ya, keluarga mendukung melakukan perawatan nifas ibu, untuk makan-makanan yang bervariasi sebanyak 19 responden (9,5%), yang menjawab tidak, sebanyak 25 responden (12,%), yang menjawab ya, keluarga mendukung dalam perawatan nifas ibu melakukan

(31)

mobilisasi sebanyak 21 responden (10,%), yang menjawab tidak sebanyak 28 responden (14,0%) dan yang menjawab ya, keluarga mendukung jika dalam perawatan nifas ibu membersihkan alat genetalia setiap hari sebanyak 23 responden(11,5%) dan yang menjawab tidak sebanyak 26 responden (13,%).

Untuk melihat kategori budaya responden di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan dapat dijabarkan pada Tabel 4.5 :

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kategori Budaya Responden di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan

No Budaya f % 1 2 Mendukung Tidak Mendukung 23 27 46,0 54,0 Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa budaya responden yang mendukung terlihat sebanyak 23 orang (46,0%) dan yang tidak mendukung sebanyak 27 orang (54,0%).

4.2.6. Pekerjaan Responden

Untuk melihat status pekerjaan responden di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel 4.6 :

Tabel 4.6. Distribusi Menurut Status Pekerjaan Responden di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan

No Status Pekerjaan Ibu f % 1 2 Bekerja Tidak Bekerja 24 26 48,0 52,0 Jumlah 50 100

(32)

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa responden yang bekerja sebanyak 24 orang (48,0%) dan yang tidak bekerja sebanyak 26 orang (52,0%).

4.2.7. Perawatan Nifas

Untuk melihat pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan, di susun sebanyak 5 pertanyaan dan dapat dijabarkan pada Tabel 4.7 :

Tabel 4.7. Distribusi Pelaksanaan Perawatan Nifas Pada Ibu Poast Partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan

No Pertanyaan Ya Tidak n % n % 1. Setelah melahirkan apakah ibu 15 7,5 29 14,5 memakan-makanan yang bergizi.

2. 3. 4 5.

Setelah 8 jam persalinan apakah

Ibu melakukan pergerakan. 18 9,0 27 13,5 Setelah melahirkan apakah ibu

menjaga kebersihan diri. 22 10,0 25 11,0 Setelah melahirkan apakah ibu

beristirahat yang cukup. 26 13,0 24 12,0 Ibu setiap mandi melakukan

kebersihan alat genitalia. 23 11,5 28 14,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa yang menjawab ya, setelah melahirkan apakah ibu memakan-makanan yang bergizi sebanyak 15 responden (7,5%), yang menjawab tidak sebanyak 29 responden (14,5%), yang menjawab ya, setelah 8 jam persalinan apakah ibu melakukan pergerakkan sebanyak 18 responden (9,0%), yang menjawab tidak sebanyak 27 responden (13,5%), yang menjawab ya, setelah melahirkan apakah ibu menjaga kebersihan diri sebanyak 22 responden (11,0%), yang menjawab tidak sebanyak 25 responden (11,0%), yang menjawab ya, setelah melahirkan apakah ibu beristirahat yang cukup sebanyak 26 responden

(33)

(13,0%), yang menjawab tidak sebanyak 24 responden (12,0%) dan yang menjawab ya, ibu setiap mandi melakukan kebersihan alat genetalia sebanyak 23 responden (11,5%) dan yang menjawab tidak sebanyak 28 rsponden (14,0%).

Untuk melihat kategori pelaksanaan perawatan nifas pada ibu post partum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan dapat dijabarkan pada Tabel 4.8 :

Tabel 4.8. Frekuensi Kategori Pelaksanaan Perawatan Nifas Pada Ibu Postpartum di Desa Kedai Kandang

No Perawatan Nifas f % 1 Dilaksanakan 28 56,0 2 Tidak Dilaksanakan 22 44,0 Jumlah 50 100,0

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang melaksanakan perawatan nifas terlihat sebanyak 28 responden (56,0%) dan yang tidak dilaksanakan sebanyak 22 responden (44,0%).

4.3. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum dipakai dengan uji chi-square ditujukan dengan analisa crosstab dan didapat hasilnya sebagai berikut : 4.3.1. Hubungan Pendidikan dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas

Untuk melihat hubungan pendidikan ibu dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum di desa kedai kandang aceh selatan dapat dilihat pada tabel 4.8 :

(34)

Tabel 4.9. Hubungan Pendidikan dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas Pada Ibu Postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan

Perawatan Nifas

No Pendidikan Dilaksanakan Tidak Dilaksanakan Total Prob

n % n % N % 1 2 Baik Buruk 7 21 30,4 77,8 16 6 69,6 22,2 23 27 100,0 100,0 0,001 Total 28 56,0 22 44,0 50

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 23 responden yang pendidikan baik melaksanakan perawatan nifas sebanyak 7 orang (30,4%) dan tidak melaksanakan perawatan nifas sebanyak 16 orang (69,6%). Sedangkan 6 responden (22,2%) yang pendidikannya baik semuanya melaksanakan perawatan nifas. Dan terlihat bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,001 < α 0,005 berarti Ha diterima, artinya terdapat hubungan antara pendidikan dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

4.3.2. Hubungan Informasi Dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas Untuk melihat hubungan informasi dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel 4.10 :

Tabel 4.10. Hubungan Informasi dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas Pada Ibu Postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan

Perawatan Nifas

No Informasi Dilaksnakan Tidak Dilaksnakan Total Prob

n % n % N % 1 2 Mendapat TidakMendapat 20 8 80,0 32,0 5 17 20,0 68,0 25 25 100,0 100,0 0,001 Total 28 56,0 22 44,0 50 100,0

(35)

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa 25 responden yang mendapat informasi tentang perawatan nifas sebanyak 20 orang ibu (80,0%) dan yang tidak mendapat informasi sebanyak 8 orang ibu (32.0%). Hasil uji chi-square diperoleh p=0,001 < 0,005 berarti Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa informasi berhubungan dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum. 4.3.3. Hubungan Ekonomi dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas

Pada Ibu Postpartum

Untuk melihat hubungan ekonomi dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel 5.1 :

Tabel 5.1. Hubungan Ekonomi dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas Pada Ibu Postpartum Di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan

Perawatan Nifas

No Ekonomi Dilaksanakan Tidak Dilaksanakan Total Prob

N % n % N % 1 2 Tinggi Rendah 7 21 31,8 75,0 15 7 68,2 25,0 22 28 100,0 100,0 0,001 Total 28 56,0 22 44,0 50 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 22 responden yang ekonominya tinggi dan melakukan perawatan nifas sebanyak 7 orang ibu (31,8%), sedangkan ekonominya rendah semuanya kurang melaksanakan perawatan nifas sebanyak 21 orang ibu (75,0%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,001 < α 0,005 berarti Ha diterima, artinya terdapat hubungan antara ekonomi dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

(36)

4.3.4. Hubungan Budaya dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas Untuk melihat hubungan budaya dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel 5.2. :

Tabel 5.2. Hubungan Budaya dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas Pada Ibu Postpartum Di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan

Perawatan Nifas

No Budaya Dilaksanakan Tidak Dilaksanakan Total Prob

N % n % N % 1 2 Mendukung Tidak Mendukung 7 21 30,4 77,8 16 6 69,6 22,2 23 27 100,0 100,0 0,001 Total 28 56,0 22 44,0 50 100,0

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa 23 responden yang budayanya mendukung dan melaksanakan perawatan nifas sebanyak 7 orang ibu (30,4%), sedangkan yang budayanya tidak mendukung melaksanakan perawatan nifas pada ibu postpartum sebanyak 21 orang ibu (77,8%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,001 < α 0,005 berarti Ha diterima, artinya terdapat hubungan antara kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

4.3.5 Hubungan Pekerjaan dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas Untuk melihat hubungan pekerjaan dengan kurangnya perawatan nifas pada ibu postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan dapat dilihat ada tabel 5.3 :

(37)

Tabel 5.3. Hubungan Pekerjaan dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas Pada Ibu Postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan

Perawatan Nifas

No Pekerjaan Dilaksanakan Tidak Dilaksnakan Total Prob

n % n % N % 1 2 Bekerja Tidak Bekerja 7 21 29,2 80,8 17 5 70,8 19,2 24 26 100,0 100,0 0,000 Total 28 56,0 22 44,0 50

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24 responden yang bekerja lebih banyak yang kurang melaksanakan perawatan nifas sebanyak 7 orang (29,2%), sedangkan yang tidak bekerja yang melaksanakan perawatan nifas sebanyak 21 orang ibu (80,8%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,000 < α 0,005 berarti Ha diterima, artinya terdapat hubungan antara pekerjaan dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

(38)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Pendidikan dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas Pada Ibu Postpartum

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pendidikan tinggi melakukan perawatan nifas kategori baik sebanyak 30,4%. Berdasarkan uji statistik ada hubungan antara pendidikan dengan perawatan nifas di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan, mengacu pada hasil uji tersebut diketahui bahwa semakin tinggi pendidikan ibu nifas maka akan semakin baik melakukan perawatan nifas.

Menurut Mahmud Yunus (2008) pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan ilmu, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, serta apa yang dilakukannya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Sehingga dengan adanya pendidikan tersebut ibu nifas bisa melaksanakan perawatan nifas dengan baik.

Namun kenyataan dilapangan masih banyak dijumpai responden yang kurang melaksanakan perawatan nifas. Hal ini disebabkan karena masih ada ibu nifas yang berpengetahuan rendah dan ibu menganggap perawatan nifas itu hal yang biasa dan tidak berbahaya. Oleh karena itu pendidikan mengenai perawatan nifas dan tanda-tanda infeksi nifas sangat diperlukan. Karena semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin banyak ibu yang melaksanakan perawatan nifas. Seperti yang kita ketahui

(39)

sebelumnya bahwa kurangnya pelaksanaan perawatan nifas akan menyebabkan kematian pada ibu yang disebabkan oleh berbagai macam masalah seperti perdarahan dan infeksi, hal ini dapat terjadi karena perawatan masa nifas yang kurang baik.

5.2. Hubungan Informasi dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas pada Ibu Postpartum

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa mendapat informasi melakukan perawatan nifas kategori mendapat informasi sebesar 80,0%. Berdasarkan uji statistik menunjukkan ada hubungan antara informasi dengan perawatan nifas di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan mengacu pada hasil uji tersebut diketahui bahwa semakin mendapat informasi ibu nifas tentang perawatan nifas maka akan semakin baik melakukan perawatan nifas.

Menurut Raymond MC. Leod (2006) informasi merupakan data tentang kesehatan yang telah diolah menjadi bentuk yang memiliki arti bagi ibu nifas yang mengambil keputusan saat ini atau mendatang, tentang cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya. Dengan pengetahuan itu seseorang akan berprilaku sesuai dengan yang dimilikinya dan bisa membuat keputusan sendiri bagaimana cara perawatan nifas yang baik.

5.3. Hubungan Ekonomi dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas Pada Ibu Postpartum

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa ekonomi tinggi melakukan perawatan nifas sebesar 31,8%. Berdasarkan uji statistik ada hubungan antara ekonomi dengan perawatan nifas di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan mengacu pada hasil uji

(40)

tersebut diketahui bahwa semakin tinggi ekonomi ibu nifas maka akan semakin tinggi perawatan nifas.

Penghasilan yang rendah akan berhubungan dengan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi, pendidikan dan kebutuhan lainnya (Notoadmojo, 2003), dan Menurut pendapat lain Prijono dan Budhi Soesetyo (2008), bahwa ekonomi adalah bagaimana manusia dan masyarakat melakukan pilihan dengan atau tanpa menggunakan sarana uang memanfaatkan sumberdaya yang langka dalam menghasilkan berbagai barang dan jasa dan mendistribusikannya diantara mereka bagi keperluan konsumsi, pada saat ini atau dimasa mendatang, diantaranya berbagai manusia dan kelompok yang ada dimasyarakat. Maka menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian maka ibu yang penghasilannya tinggi lebih siap menghadapi perawatan nifas pada ibu nifas dari pada ibu nifas yang penghasilannya rendah karena ibu yang penghasilannya rendah akan sulit untuk melakukan perawatan nifas.

5.4. Hubungan Budaya dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas Pada Ibu Postpartum

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa budaya mendukung melakukan perawatan nifas kategori mendukung sebesar 30,4%. Berdasrakan uji statistik ada hubungan antara budaya dengan perawatan nifas di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan mengacu pada hasil uji tersebut diketahui bahwa semakin mendukungnya budaya ibu nifas maka akan semakin baik melkukan perawatan nifas.

Menurut Kuntjaningrat (2009) budaya adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan

(41)

milik diri manusia dengan belajar. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa.

5.5. Hubungan Pekerjaan dengan Kurangnya Pelaksanaan Perawatan Nifas Pada Ibu Postpartum

Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu nifas bekerja melakukan perawatan nifas kategori bekerja sebesar 29,2%. Berdasarkan uji statistik ada hubungan antara pekerjaan dengan perawatan nifas di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan mengacu pada hasil uji tersebut diketahui bahwa semakin banyaknya pekerjaan ibu nifas maka akan semakin kurangnya perawatan nifas.

Pekerjaan adalah pekerjaan ibu yang dilakukan sehari-hari, yaitu wiraswasta, petani, ibu rumah tangga dan pedagang. Menurut Notoatmodjo, 2003 pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan seseorang sampai saat ini dalam rangka mendapatkan penghasilan. Sedangkan menurut penelitian Hardyanto (2007) pekerjaan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencari nafkah. Pekerjaan ini ditunjang oleh tingkat pendidikan ibu yang mayoritas tamat SLTP sehingga tidak mampu untuk bekerja sebagai PNS atau pegawai swasta lainnya. Namun demikian, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga IRT dapat menguras energi oleh karena seorang ibu nifas harus bekerja sepanjang hari tanpa pamrih mengurus rumah tangga demi kebahagiaan suami dan anak-anaknya. Selain itu ibu yang bekerja sebagai wiraswasta juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mencari nafkah dan meningkatkan karir.

(42)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan pendidikan dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

2. Terdapat hubungan informasi dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

3. Terdapat hubungan ekonomi dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum di Desa Kedai Kandang aceh Selatan.

4. Terdapat hubungan budaya dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

5. Terdapat hubungan pekerjaan dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan.

6.2. Saran

1. Diharapkan kepada responden agar melakukan kunjungan ulang masa nifas agar ibu tau apa yang seharusnya dilakukan ibu pada masa nifas tersebut.

2. Diharapkan kepada tenaga kesehatan di desa kedai kandang aceh selatan untuk memberikan informasi pentingnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum.

(43)

3. Diharapkan kepada pendidikan kebidanan untuk menambah refrensi dan sumber informasi terutama tentang perawatan masa nifas untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

4. Diharapkan kepada instansi pendidikan kesehatan khususnya jurusan kebidanan agar mengetahui dan lebih memahami tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kurangnya pelaksanaan perawatan nifas pada ibu postpartum.

Gambar

Tabel 3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Tabel  4.4.  Distribusi  Budaya  Responden  tentang  Pelaksanaan  Perawatan  Nifas  Pada Ibu Postpartum di Desa Kedai Kandang Aceh Selatan
Tabel 4.6.   Distribusi  Menurut  Status  Pekerjaan  Responden  di  Desa  Kedai    Kandang Aceh Selatan
Tabel  4.7.  Distribusi  Pelaksanaan  Perawatan  Nifas  Pada  Ibu  Poast  Partum  di  Desa Kedai Kandang Aceh Selatan
+6

Referensi

Dokumen terkait

krena „u perlu rasanya untuk meningkatkan keberadaan kerajinan tersebut &lt;* Kabupaten Magetan dengan menyediakan satu tempa, husu tuk.. promosi dan

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak  Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak  enak/sakit di perut

Petugas perpustakaan (pustakawan) telah menunjukan sikap yang baik dalam melayani mahasiswa karena dengan pelayanan yang baik oleh pustakawan terhadap pengunjung

Regarding the first research question about undergraduate perceptions of (dis) information, our study reveals that despite disclosing a critical perspective about the news and a

Orang yang menyakini allah memiliki sifat al-akhir akan menjadiakn allah sebagai satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selainnya, tidak ada permintaan kepada selainnya,

Jenis Penelitian Hukum Berdasarkan tujuan penelitian ini adalah untuk memahami, mendeskripsikan dan menganalisis penegakan hukum oleh kepolisian terhadap pelanggaran

85 Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi menuju Millenium Baru, (Jakarta: Logos, 1997), xxi.. yang masuk pesantren ketika masa kuliah saja menunjukan

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitianBasri (2014) yang hanya menguji religiusitas dan gender sebagai variabel yang ikut mempengaruhi hubungan etika