KELOMPOK 5
DEBY DHABRIGENI YUZA 0811012043 NIKE ANGGRAINI 0811012045 NINING TRIDILLA SWESTY 0811012046
LAILATURRAHMI 0811012047
DITA PERMATASARI 0811012050 PUTRI HASANAH RAHMIN 0811012051 SARI MARDATILLAH 0811012052
RIDWAN ALFIT 0811012053
WILLI PRATAMA 0811012054
PENDAHULUAN
Istilah "hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada
hati.
Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai
dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional.
Virus hepatitis terdiri dari beberapa jenis : hepatitis A, B, C,
D, E, F dan G. Hepatitis A, B dan C adalah yang paling banyak
ditemukan.
Hepatitis A bersifat akut, sedangkan hepatitis B dan C bersifat
EPIDEMIOLOGI
Hepatitis A dapat menyerang segala usia.
Pada anak-anak sering tidak terdeteksi secara klinis
(asimptomatik) dan periode penularannya lebih lama
daripada orang dewasa.
Infeksi hepatitis A terjadi melalui rute fekal-oral, kontak
dengan penderita, atau melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi, atau melalui darah (jarang)
Lebih sering terjadi pada masyarakat golongan sosioekonomi
rendah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan
sanitasi yang buruk.
FAKTOR RISIKO
Tempat penitipan anak
Pelancong (khususnya yang pergi ke daerah endemik)
Pengguna obat suntikan (
Injection Drug Users
= IDUs)
Hubungan seks oral-anal
Penderita penyakit hati kronis
ETIOLOGI
Virus hepatitis A (
Hepatitis A Virus=
HAV) merupakan
Hepatovirus
yang berhubungan dengan
Enterovirus
dalam famili
Picornaviridae.
Berbentuk kubus simetrik dengan panjang sisi 27-28 nm.
Virus ini tidak memiliki selubung dan tahan terhadap cairan
empedu
Memiliki 1 serotipe.
Genomnya merupakan RNA
sense
-positif beruntai tunggal
dan memiliki empat genotipe. Tipe I dan III paling umum
ditemukan pada manusia.
Stabil dalam lingkungan selama 1 bulan
Masa inkubasi 2-4 minggu
Dapat diinaktivasi dengan pemanasan dengan suhu minimal
85°C selama 1 menit atau dengan pengenceran natrium
hipoklorit dalam air dengan kadar 1:100.
PATOFISIOLOGI
Virus masuk melalui mulut dan tertelan Absorpsi oleh saluran GI
Masuk ke sirkulasi darah dan hati
Replikasi di dalam hepatosit dan sel-sel epitel saluran cerna
Virus baru masuk ke dalam sirkulasi darah dan disekresikan melalui cairan empedu
MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda dan gejala:
Fase preikterus: gejala-gejala seperti influenza (hilang nafsu
makan, mual, lelah, dan rasa tidak enak badan)
Hilang nafsu makan, mual, muntah, lelah, rasa tidak enak badan,
demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen bagian kanan atas.
Fase ikterus : sklera dan kulit berwarna kuning, urin
berwarna gelap, feses berwarna terang (acholic), kulit gatal-gatal, dan gejala-gejala sistemis yang memburuk
Anak-anak yang berusia <6 tahun tidak menampakkan gejala, kalaupun ada, mereka tidak mengalami jaundice (kuning).
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik
Sklera, kulit, dan sekresi ikterik
Penurunan berat badan ringan (2-5 kg) Hepatomegali
Tes laboratorium
IgM anti HAV positif
Peningkatan kadar bilirubin, γ-globulin, dan transaminase
hepatik (alanine transaminase dan aspartate transaminase) 2 kali lipat dari normal pada penyakit anikterik akut.
TERAPI
Tujuan terapi: pemulihan kondisi pasien.
Terapi umumnya bersifat suportif.
PENCEGAHAN
Pencegahan hepatitis A dapat dilakukan dengan vaksinasi dan
imunisasi.
Semua anak yang berusia >1 tahun, kelompok
faktor risiko
,
pasien penyakit hati kronis
, dan
orang-orang dengan gangguan faktor pembekuan darah
sebaiknya menerima vaksin hepatitis A.
Dua jenis vaksin hepatitis A yang berlisensi di AS adalah
Vaqta
dan
Havrix
.
Vaqta
tidak mengandung pengawet dan potensi vaksin ini
Havrix
menggunakan 2-fenoksifenol sebagai pengawet dan
potensi vaksin dihitung dengan unit ELISA (
Enzyme-linked
Immunoabsorbent Assay
)
Efek samping: rasa sakit dan panas di tempat injeksi, sakit
kepala, tidak enak badan, dan nyeri.
Efek samping serius seperti anafilaksis, sindrom
Guillain-Barre,
brachial plexus neuropathy
,
transverse myelitis
, sklerosis
multipel, ensefalopati, dan
erythema multiforme
juga pernah
dilaporkan.
Vaksin Umur (thn) Dosis Jumlah dosis Waktu
pemberian (bln)
Havrix 1-18 720 unit ELISA 2 0, 6-12
≥19 1440 unit ELISA 2 0,6-12
Vaqta 1-18 25 unit 2 0, 6-18
≥19 50 unit 2 0, 6-18
Tabel 1: Dosis Havrix danVaqta yang disarankan
Tabel ini disalin dan dialihbahasakan dari Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach edisi 7, hal 677, table 42-3
Twinrix
adalah vaksin bivalen untuk hepatitis A dan B.
Vaksin ini diperbolehkan untuk orang-orang berusia
≥18
tahun dengan waktu pemberian 0, 1, dan 6 bulan.
Dosis pertama memberikan tingkat serokonversi HAV
>90%, tetapi diperlukan tiga dosis untuk serokonversi HBV
yang maksimal.
Imunoglobulin (Ig)
digunakan sebagai terapi profilaksis
pra/pasca paparan terhadap HAV.
Paling efektif bila diberikan dalam masa inkubasi.
Ig jarang menyebabkan efek samping serius dan aman
diberikan kepada wanita hamil dan menyusui.
Dosis:
0,2 mL/kg IM untuk mereka yang telah terpapar HAV atau
belum (profilaksis <3 bulan)
0,6 mL/kg IM (profilaksis ≥5 bulan) untuk mereka yang
EPIDEMIOLOGI
Area dengan prevalensi tinggi: Afrika sub-Sahara, Asia,
Amazon, Eropa Timur dan Tengah.
Ras dengan prevalensi tinggi: ras kulit hitam non-Hispanik
disusul oleh ras Asia-Pasifik dan ras kulit putih non-Hispanik.
Ras Hispanik memiliki prevalensi hepatitis B terendah.
Hepatitis B Virus
(HBV) ditularkan secara seksual, parenteral,
dan perinatal.
Penularan juga dapat terjadi melalui kontak dengan cairan
FAKTOR RISIKO
Pelancong
Pengguna obat suntik (IDU)
ETIOLOGI
HBV merupakan virus DNA, termasuk dalam famili
Hepadnaviridae.
Memiliki
envelope
, berukuran kecil dan mengandung DNA
beruntai ganda parsial dengan 3200 pasang basa nitrogen
DNA ini mengkode 3 protein permukaan: antigen
permukaan (HBsAg), antigen inti (HBcAg), protein pra-inti
(HBeAg); protein polimerase aktif yang besar; protein
transaktivator.
Ada 7 genotipe (A-H) yang tersebar di wilayah geografis
tertentu.
PATOFISIOLOGI
Replikasi dengan perlekatan virion pada sel hepatosit Partikel virus berpindah ke nukleus
Konversi DNA membentuk DNA sirkular tertutup sebagai template RNA pragenomik
Transkripsi RNA virus
RNA virus kembali ke sitoplasma
Cadangan template virus Berkembang di dalam membran intrasel bersama protein envelope
HBV tidak patogenik terhadap sel, tetapi respons imun
terhadap virus ini yang bersifat hepatotoksik.
• Su
MANIFESTASI KLINIK
Tanda-tanda dan gejala:
Mudah lelah, cemas, tidak nafsu makan, dan rasa tidak enak
badan.
Asites, jaundice (kuning), perdarahan variseal, dan ensefalopati
hepatik dapat timbul bersama dekompensasi hati.
Ensefalopati hepatik sering dikaitkan dengan hipereksitabilitas,
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik:
Sklera, kulit, dan sekresi ikterik.
Penurunan bunyi usus besar, peningkatan lingkar abdomen, dan
adanya pergerakan cairan.
Asterixis
Spider angiomata
Tes laboratorium:
Adanya Hepatitis B surface antigen (HBsAg) minimal selama 6
bulan.
Peningkatan transaminase hati (alanine transaminase dan aspartate
transmaninase) dan DNA HBV >105 kopi/mL.
PENCEGAHAN
Dengan vaksinasi atau imunisasi (Hepatitis B imunoglobulin)
Beberapa contoh sediaan vaksin di AS: Twinrix (kombinasi
vaksin hepatitis A dan hepatitis B), Recombivax HB, dan
Engerix-B.
TERAPI
Tujuan terapi
: meningkatkan seroklirens, mencegah
perkembangan penyakit ke arah sirosis, dan meminimalkan
kerusakan hati pada pasien.
Terapi nonfarmakologi
:
Konseling
Vaksinasi dan imunisasi Hindari konsumsi alkohol
Ajak pasien untuk berkonsultasi sebelum menggunakan obat
Terapi farmakologi
:
Interferon (IFN)
Merupakan sitokin yang memiliki efek antivirus,
antiproliferatif, dan imunomodulator.
Pemberian IFN memerlukan frekuensi pemberian 3 kali
seminggu, sehingga digantikan oleh pegylated-IFN (PEG-IFN)
PEG-IFN memiliki waktu paruh yang lebih panjang daripada
Efek samping:
kelelahan, demam, sakit kepala, mual, tidak nafsu makan, kekakuan, mialgia, artralgia, nyeri muskuloskeletal,
insomnia, depresi, cemas/emosi labil, alopesia, reaksi di tempat injeksi.
Dosis:
Interferon α-2a :
SC/IM; 4,5 x 106 unit 3x seminggu, jika tidak
menimbulkan respon setelah 6 bulan, naikkan sampai dosis maks 18x106 unit 3x seminggu.
Interferon α-2b
SC; 3x106 unit 3x seminggu, naikkan sampai 5-10x106
unit 3x seminggu bila tidak menimbulkan respons setelah 6 bulan
Pertahankan dosis minimum selama 4-6 bulan kecuali
Lamivudine
Merupakan analog nukleosida
Memiliki aktivitas antivirus pada HBV maupun HIV. Indikasi : Hepatitis B kronik.
Dosis :
Dewasa, anak > 12 tahun : 100 mg 1 x sehari.
Anak usia 2 – 11 tahun : 3 mg/kg 1 x sehari (maksimum
100 mg/hari).
Efek samping : diare, nyeri perut, ruam, malaise, lelah,
demam, anemia, neutropenia, trombositopenia, neuropati, jarang pankreatitis.
Perhatian : pankreatitis, kerusakan ginjal berat, penderita
sirosis berat, hamil dan laktasi.
Interaksi obat : Trimetroprim Penatalaksanaan :
Tes untuk HBeAg dan anti HBe di akhir pengobatan selama
1tahun dan kemudian setiap 3 -6 bulan.
Durasi pengobatan optimal untuk hepatitis B belum
diketahui, tetapi pengobatan dapat dihentikan setelah 1 tahun jika ditemukan adanya serokonversi HBeAg
Pengobatan lebih lanjut 3 – 6 bulan setelah ada
serokonversi HBeAg untuk mengurangi kemungkinan kambuh.
Monitoring fungsi hati selama paling sedikit 4 bulan setelah
Adefovir
Merupakan analog nukleosida asiklik dari AMP (adenosine monophosphate).
Mekanisme kerja: menghambat polimerase DNA HBV. Dosis: 10 mg/hari selama 1 tahun.
Entecavir
Merupakan analog nukleosida dari guanosin.
Mekanisme kerja: menghambat polimerase HBV.
Lebih poten daripada lamivudine dan efektif pada HBV
resisten lamivudine.
Dosis: 0,5 mg/hari atau 1 mg/hari pada pasien dengan HBV
Telbivudine
Merupakan analog nukleosida spesifik HBV.
Mekanisme kerja: inhibitor kompetitif DNA polimerase. Lebih poten daripada lamivudine.
Efek samping: ISPA
Tenofovir
EPIDEMIOLOGI
Faktor risiko: transfusi darah, hemodialisis, penggunaan obat suntik (IDU), kontak seksual atau perinatal.
Skrining HCV perlu dilakukan pada: Pengguna obat suntik
Penderita HIV
Menerima transfusi darah/transplantasi organ sebelum tahun 1992 Menerima faktor pembekuan darah sebelum tahun 1987
Pernah/sedang menjalani hemodialisis
Pasien dengan peningkatan kadar ALT/penyakit hati Tenaga kesehatan setelah paparan di lingkungan kerja Anak yang lahir dari ibu positif virus hepatitis C
ETIOLOGI
Virus hepatitis C (
Hepatitis C Virus
= HCV) merupakan virus
RNA berantai tunggal dari famili Flaviviridae.
Virus ini bereplikasi di dalam hepatosit dan tidak merusak sel
secara langsung.
Waktu paruh dalam serum: 2-3 jam
HCV dikelompokkan ke dalam 6 genotip (1-6) yang
terdistribusi di seluruh belahan dunia.
Genotip Wilayah
1 Seluruh dunia, khususnya Amerika Serikat, Eropa Utara 2 Seluruh dunia, khususnya Eropa Utara, Jepang
3 India
4 TimurTengah, Afrika
5 Afrika Selatan
6 Hongkong, Asia Tenggara
Tabel 2: Distribusi Genotip HCVdi seluruh dunia
Tabel ini disalin dan dialihbahasakan dari Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach edisi 7, hal 685, table 42-11
PATOFISIOLOGI
Kadar RNA HCV dalam darah meningkat Natural killer cells aktif
CD4 spesifik HCV dan limfositT CD8, diikuti ekspresi interferon(IFN) menurunkan replikasi virus
HCV dirusak oleh limfositT sitotoksik dengan cara
Hepatosit terinfeksi IFN menekan
Kadar apoptosis rendah menandakan virus masih bertahan,
sedangkan kadar apoptosis yang tinggi menandakan tingkat
kerusakan hepatosit.
MANIFESTASI KLINIS
1.
Tahap akut
Kebanyakan pasien tidak menampakkan gejala dan tidak
terdiagnosis setelah infeksi HCV akut.
RNA HCV terdeteksi dalam 1-2 minggu setelah infeksi dan
meningkat dengan cepat.
Kadar RNA HCV stabil pada 105 – 107 IU/mL menyebabkan
peningkatan kadar ALT dan timbulnya gejala-gekala hepatitis.
Gejala timbul pada 7 minggu setelah infeksi dan berlangsung
Gejala-gejala yang dapat timbul:
Kelelahan
Hilang nafsu makan Lemah
Jaundice /kuning Nyeri perut
Urin berwarna gelap
Infeksi akut akan berkembang menjadi kronis pada 85% pasien,
2.
Tahap kronis
Pada tahap kronis, kadar RNA HCV dan ALT serum dapat
berfluktuasi, bahkan tidak terdeteksi/kembali normal.
Gejala yang dapat timbul pada infeksi kronis:
Kelelahan
Nyeri perut bagian kanan atas Mual
Nafsu makan hilang/menurun
3.
Tahap lanjut
Gejala yang dapat timbul:
Spider nevi Splenomegali
Eritema pada telapak tangan Atropi testis
Inflamasi hati kronis dapat menyebabkan fibrosis pada hati.
HCV kronis kadang dikaitkan dengan manifestasi
ekstrahepatik, misalnya
cryoglobulinemia
.
Cryoglobulinemia
adalah pengendapan kompleks imun yang
dapat menyebabkan vaskulitis.
Gejala-gejalanya adalah: kelelahan, ruam kulit,
purpura
,
artralgia, gangguan ginjal, dan neuropati.
Gejala yang lebih jarang: limfoma non-Hodgkin sel B,
sindrom Sjögren, glomerulonefritis, artritis, tukak kornea,
penyakit tiroid, neuropati, dan
porphyria cutanea tarda.
DIAGNOSIS
Kadar transaminase abnormal yang bertahan selama beberapa
waktu.
TERAPI
Tujuan terapi: menyembuhkan infeksi HCV dan memulihkan
kondisi jaringan tubuh.
Terapi nonfarmakologi
Vaksin anti hepatitis A dan B Diet gizi seimbang
Hindari alkohol Berhenti merokok Olahraga teratur
Terapi farmakologi
Standar terapi: injeksi PEG-IFN 1x seminggu dan Ribavirin oral
1x sehari
Ribavirin merupakan analog guanosin sintetis, mekanisme kerja
belum diketahui.
Indikasi Ribavirin:
Hepatitis C kronik pada pasien penyakit hati >18 tahun yang mengalami kegagalan de ngan monoterapi Interferon α-2a atau α-2b
Indikasi Ribavirin dengan Peginterferon α-2a atau α-2b :
Hepatitis C kronik pada pasien > 18 tahun yang mengalami relaps setelah mendapat terapi dengan Interferon α.
Kontraindikasi:
Wanita hamil dan suaminya, pasangan yang berencana
memiliki anak kandung, mempunyai reaksi alergi terhadap Ribavirin, kit jantung berat 6 bulan yang lalu,
haemoglobinopathy, hepatitis autoimun, sirosis hati yang tidak terkompensasi, penyakit tiroid, adanya penyakit atau riwayat kondisi psikiatrik berat, terutama depresi, keinginan atau ada upaya bunuh diri.
Perhatian :
Wanita subur dan pria harus menggunakan kontrasepsi aktif
selama terapi dan 6 bulan sesudahnya, tes kehamilan harus dilakukan setiap 6 bulan selama terapi.
Lakukan tes darah lengkap sejak awal terapi
Riwayat penyakit paru atau diabetes mellitus yang cenderung
ketoasidosis, gangguan pembuluh darah/mielosupresi berat.
Tes daya visual dianjurkan pada pasien DM atau hipertensi. Monitor fungsi jantung pada pasien dengan riwayat gagal
jantung kongestif, infark miokard dan aritmia.
Efek samping:
Hemolisis, anemia, neutropenia, mulut kering,
hiperhidrosis, asthenia, lemah, demam, sakit kepala, gejala menyerupai flu, kekakuan, berat badan menurun,
gangguan GI, artralgia, mialgia, insomnia, somnolen, batuk, dispnea, faringitis, alopesia, depresi.
Dosis:
Ribavirin dengan Interferon α-2b
Interferon α-2b : 3 x 106 unit SC 3x seminggu dan
Ribavirin per hari berdasarkan berat badan: < 75 kg, Ribavirin 400 mg pagi
Ribavirin dengan Peginterferon α-2a
Peginterferon α-2a 180 mcg SC 1x seminggu dengan Ribavirin per hari berdasarkan berat badan dan genotip HCV
Genotip 1,
< 75 kg, 400 mg pagi dan 600 mg malam hari. >75 kg, 600 mg pagi dan malam hari
Ribavirin dengan Peginterferon α-2b
Peginterferon α-2b : 1,5 μg/kg SC 1 x seminggu dan Ribavirin berdasarkan berat badan :
• < 65 kg, SC Peginterferon α-2b 100 μg 1 x seminggu, oral Ribavirin 400 mg pagi dan malam hari.
• 65-80 kg, SC Peginterferon α-2b 120 μg 1 x seminggu oral Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg malam hari
• >80-85 kg, SC Peginterferon α-2b 150 μg 1 x seminggu, oral Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg malam hari.
• > 85 kg, SC Peginterferon α-2b 150 μg 1 x seminggu, oral Ribavirin 600 mg pagi dan 600 mg malam hari.
Penatalaksanaan :
• Ribavirin tidak efektif jika digunakan tunggal.
• Ribavirin dengan Peginterferon
α
untuk infeksi
genotip 1.
• Ribavirin dengan Peginterferon
α
atau Ribavirin
dengan Interferon
α
untuk infeksi genotip 2 dan 3.
• Peginterferon
α
tunggal bila kontraindikasi terhadap
Ribavirin
• Terapi untuk infeksi 1 dan 4 selama 48 minggu.
• Terapi untuk infeksi 2 dan 3 selama 24 minggu.
PENCEGAHAN
Tidak ada vaksin untuk HCV.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah kontak
dengan darah atau mukus pasien HCV
Penderita HCV perlu diberikan konseling agar mereka tidak
Virus Hepatitis D (HDV ) atau virus delta adalah virus yang
unik, yakni virus RNA yang tidak lengkap, memerlukan
keberadaan virus hepatitis B untuk ekspresi dan
patogenisitasnya, tetapi tidak untuk replikasinya.
Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan
transfusi darah.
Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai
gejala yang ringan (ko-infeksi) atau sangat progresif.
Diagnosis dapat dilakukan dengan metode NAAT atau deteksi
antibodi IgM dengan ELISA.
Gejala mirip hepatitis A, demam, pegal linu, lelah, hilang
nafsu makan dan sakit perut.
Penyakit ini akan sembuh sendiri (
self-limited
), kecuali bila
terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat
mematikan.
Penularan hepatitis E melalui air yang terkontaminasi feces.
Diagnosis: mendeteksi IgM spesifik atau NAAT (
Nucleic Acid
Amplification Testing
)
real-time.
Dapat dicegah dengan langkah-langkah higiene.
Masa inkubasi: 3-6 minggu
Baru sedikit kasus yang dilaporkan, saat ini, para ahli belum
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan
dengan hepatitis B dan/atau C.
Tidak menyebabkan hepatitis kronis
DAFTAR PUSTAKA DAN REFERENSI
Depkes RI, 2007, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati, Jakarta,Depkes RI
DiPiro JT, et al, 2008, Pharmacotherapy. A Pathophysiologic Approach (seventh edition), New York: The McGraw Hill Companies Gillespie, Stephen, Kathleen Bamford, 2009, At a Glance Mikrobiologi
Medis dan Infeksi (Edisi Ketiga) terj. Stella Tinia H., Jakarta: Penerbit Erlangga