• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang no. 19 tahun 2003 pasal 1 dijelaskan bahwa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang no. 19 tahun 2003 pasal 1 dijelaskan bahwa"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

9 A. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

1. Pengertian dan Bentuk BUMN

Pengertian BUMN di Indonesia, badan usaha milik Negara adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang no. 19 tahun 2003 pasal 1 dijelaskan bahwa pengertian dari badan usaha milik Negara, yang selanjutnya disebut bumn, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, dan kegiatan utamanya adalah untuk mengelola cabang- cabang produksi yang penting bagi negara dan digunakan sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat.

Bentuk – bentuk BUMN antara lain : 1. Persero

Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Organ persero terdiri dari RUPS, Direksi, dan Komisaris.

(2)

2. Perum

Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan Organ Perum terdiri dari Menteri, Direksi, dan Dewan Pengawas.

2. Tujuan Pendirian BUMN Tujuan Pendirian BUMN adalah :

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan Negara pada khususnya.

b. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barangdan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.

c. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.

d. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

B. Bank

1. Pengertian Bank

Bank berasal dari bahasa Italia yang disebut Banco yang artinya adalah bangku, istilah bangku secara resmi dan popular menjadi bank. Bank termasuk perusahaan jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada

(3)

masyarakat. Pengertian bank menurut UU Nomor 10 tahun 1998 yang merupakan revisi dari UU Nomor 14 tahun 1992, menyebutkan bahwa yang dimaksud “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Pengertian bank menurut (Malayu, 2007:2) menyebutkan bahwa “ Bank adalah lembaga keuangan, pencipta uang, pengumpul dana dan penyalur kredit, pelaksana lalu lintas pembayaran, stabilisator moneter, serta dinamisator pertumbuhan ekonomi”.

Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dalam kata lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

2. Jenis-Jenis Bank

Jenis bank menurut Irmayanto (2002:54) dalam Nurhapni (2009:15) dapat dikelompokkan menjadi :

a. Bank Sentral merupakan bank milik pemerintah yang memegang otoritas moneter, dengan tujuan menjaga kestabilan nilai mata uang dalam negeri. b. Bank Umum yaitu bank yang menerima simpanan dana masyarakat dalam

bentuk giro, tabungan dan deposito serta memberikan kredit dalam jangka pendek dan jangka panjang.

(4)

c. Bank Perkreditan Rakyat yaitu bank yang hanya menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan, biasanya ruang lingkup operasinya terbatas di pedesaaan.

Menurut jenis kepemilikannya maka bank dapat di kelompokkan menjadi:

1. Bank Pemerintah atau bank Negara yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah pusat, contohnya: BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri.

2. Bank Swasta Nasional yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak swasta nasional, contohnya : BII, Bank Niaga, BCA, Bank Danamon, Lippo Bank.

3. Bank Asing yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak asing. Bank jenis ini membuka cabang di Indonesia sedangkan kantor pusatnya berada diluar negeri, contohnya : Citi Bank, Standard Chartered, Raba bank. 4. Bank Campuran yaitu bank yang sebagian besar sahamnya dimiliki pihak

asing dan sebagian dimiliki pihak swasta nasional, contohnya : ANZ, Panin Bank, Bank NISP.

5. Bank Pemerintah Daerah yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pemerintah daerah, contohnya : BPD DKI Jakarta, BPD Surabaya, BPD Jawa Barat.

(5)

C. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan meliputi bagian dari proses laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Menurut Kasmir (2010:1), Laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas dilakukan satu tahun sekali.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:3), tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan menurut (Fahmi 2011:28) dalam (Fadhil : 2011), tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi

(6)

keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-unsur laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan di samping pihak manajemen perusahaan. Para pemakai laporan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Informasi mengenai dampak keuangan yang timbul tadi sangat berguna bagi pemakai untuk meramalkan, membandingkan dan menilai keuangan. Seandainya nilai uang tidak stabil, maka hal ini akan dijelaskan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila yang dilaporkan tidak saja aspek-aspek kuantitatif, tetapi mencakup penjelasan-penjelasan lainnya yang dirasakan perlu. Dan informasi ini harus faktual dan dapat diukur secara objektif.

Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Jelasnya adalah laporan keuangan tujuannya untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan (Kasmir : 2010).

Beberapa tujuan laporan keuangan dari berbagai sumber di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: Informasi posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset perusahaan sangat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, sebagai bahan evaluasi dan perbandingan untuk melihat dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.

(7)

a. Informasi keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan meramalkan apakah perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan datang sehingga akan menghasilkan keuntungan yang sama atau lebih menguntungkan.

b. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Selain untuk menilai kemampuan perusahaan, laporan keuangan juga bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

3. Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan terdiri dari empat laporan dasar, yaitu :

1. Neraca, adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), kewajiban (liabilities), dan modal sendiri (equity) dari suatu perusahaan pada tanggal/waktu tertentu. Atau dengan kata lain neraca berisi mengenai data-data informasi mengenai kondisi perusahaan pada waktu tertentu seperti 31 Desember 2006.

a. Aktiva, adalah sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan yang biasanya dinyatakan dalam satuan uang.

b. Kewajiban, adalah utang yang harus dibayar perusahaan dengan uang atau jasa pada suatu saat tertentu di masa yang akan datang. c. Modal, adalah hak pemilik perusahaan atas kekayaan perusahaan.

(8)

2. Laporan Rugi/Laba, adalah laporan ringkas tentang jenis dan jumlah pendapatan atau hasil penjualan yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu, biaya selama masa itu dan keuntungan atau kerugian yang diderita selama periode tersebut (misalnya : satu bulan, per kuartal, per tahun, dsb).

a. Pendapatan, adalah aliran penerimaan kas/harta lain yang diterima dari konsumen sebagai hasil penjualan barang atau pemberian jasa. b. Beban, adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang

dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan.

3. Laporan perubahan modal/laba ditahan, yang memuat tentang saldo awal dan akhir laba ditahan dalam Neraca untuk menunjukkan suatu analisa perubahan besarnya laba selama jangka waktu tertentu.

4. Laporan Arus kas, memperlihatkan aliran kas selama periode tertentu, serta memberikan informasi terhadap sumber-sumber kas serta penggunaan kas dari setiap kegiatan dalam periode yang dicakup.

a. Aktivitas Operasi, yang berhubungan dengan transaksi-transaksi yang menghasilkan laba bersih.

b. Aktivitas Investasi, yang berkaitan dengan akun-akun dalam aktiva tetap.

c. Aktivitas Pendanaan, yang berkaitan dengan akun kewajiban dan ekuitas pemilik.

(9)

5. Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. D. Analisis Kinerja Keuangan Bank

Kinerja bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja (performance) bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia (Jumingan, 2005).

Berdasarkan apa yang dinyatakan diatas, kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank.

Berkaitan dengan analisis kinerja keuangan bank mengandung beberapa tujuan :

1. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.

2. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua asset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.

(10)

Analisis kinerja keuangan atau analisis keuangan bank merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan bank menyangkut review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan bank pada suatu periode tertentu. Dengan demikian, prosedur analisis meliputi tahapan sebagai berikut ;

1. Review Data Laporan

Kegiatan me-review merupakan jalan menuju suatu hasil analisis yang memiliki tingkat pembiasan yang relatif kecil.

2. Menghitung

Dengan menggunakan berbagai metode dan tehnik analisis dilakukan perhitungan-perhitungan, baik metode perbandingan, persentase perkomponen. Analisis rasio keuangan, dan lain-lain. Dengan metode atau teknik apa yang akan digunakan dalam perhitungan sangat bergantung pada tujuan analisis.

3. Membandingkan atau mengukur

Langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil perhitungan tersebut apakah sangat baik, baik, sedang, kurang baik, dan seterusnya. 4. Menginterprestasi

Interprestasi merupakan ini dari proses analisis sebagai perpaduan antara hasil pembandingan/pengukuran dengan kaidah teoretis yang berlaku. Hasil interprestasi mencerminkan keberhasilan maupun permasalahan apa yang dicapai perusahan dalam pengelolaan keuangan.

(11)

5. Solusi

Dengan memahami problem keuangan yang dihadapi perusahaan akan menempuh solusi yang tepat.

E. Rasio Keuangan

1. Pengertian Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2009:297), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut Simamora (2002:357) dalam (Fadhil:2011), analisis rasio merupakan cara penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara komponen-komponen dari laporan-laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan menjelaskan atau menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan.

Jadi, rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada diantara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.

(12)

2. Tujuan Analisis Rasio Keuangan

Tujuan dari setiap metode analisis adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan (Munawir, 2000 : 37).

Rasio keuangan akan memberikan kemudahan bagi para pemakainya untuk mengetahui posisi dan kegiatan perusahaan dari hasil perbandingan yang ada pada rasio yaitu dengan persentase atau angka-angka yang ditunjukkan dalam rasio keuangan tersebut.

F. Tingkat Kesehatan Bank

1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Menurut Kasmir (2008:41) “Tingkat kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.”

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap resiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta

(13)

pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil resiko, bank perlu mengindentifikasikan permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain dapat digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank oleh bank Indonesia.

Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kategori yaitu : sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, namun sistem pemberian nilai dalam menetapkan tingkat kesehatan bank didasarkan pada “reward system” dengan nilai kredit antara 0 sampai dengan 100, yakni sebagai berikut :

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari beberapa segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan

(14)

pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya.

2. Peringkat Tingkat Kesehatan Bank

Peringkat komposit (composite rating) adalah peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank. Penentuan peringkat komposit ini dilakukan dengan menetapkan peringkat setiap komponen berdasarkan perhitungan dan analisis. Perhitungan dan analisis dilakukan dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan. Kemudian berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor tersebut, ditetapkan peringkat setiap faktor. Selanjutnya, hasil penetapan faktor ditetapkan peringkat komposit yang telah ditetapkan pada Surat 9 Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 sebagai berikut:

a. Peringkat Komposit 1 (PK-1) atau dipersamakan dengan Peringkat Komposit 2 (PK-2)

Mencerminkan bahwa bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perkonomian dan industri keuangan. Selain itu, bank dalam kategori ini mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perkonomian dan industri keuangan, namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor/kecil yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin, sehingga dikategorikan "Sehat".

b. Peringkat Komposit 3 (PK-3)

Mencerminkan bahwa bank tergolong cukup baik, namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya

(15)

memburuk, yang dapat terjadi apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif, sehingga dikategorikan "Cukup Sehat".

c. Peringkat Komposit 4 (PK-4)

Mencerminkan bahwa bank tergolong kurang baik dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombianasi dari beberapa faktor yang tidak memuaskan. Apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif, bank akan berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, sehingga dikategorikan "Kurang Sehat".

d. Peringkat Komposit 5 (PK-5)

Mencerminkan bahwa bank tergolong tidak baik dan sangat sensitive terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya dikarenakan kondisi bank sangatlah buruk, sehingga dikategorikan "Tidak Sehat".

3. Metode CAMEL

Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan Standar Bank Indonesia. Pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank, menurut Riyadi (2006 : 150) dalam (Amalia : 2012) yang meliputi faktor-faktor sebagai berikut :

(16)

a. Faktor Modal (Capital)

b. Faktor Kualitas Aktiva Produktif (Asset) c. Faktor Manajemen (Management) d. Faktor Rentabilitas (Earning) e. Faktor Likuiditas (Liquidity)

Adapun kelima faktor tersebut diatas, dapat diuraikan satu persatu sebagai berikut :

1. Faktor Modal (Capital)

Setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sekurang-kurangnya 8%. Minimum Capital Adequacy Ratio sebesar 8% ini, dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi, dengan tetap mengacu pada standar internasional.

Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Penilaian terhadap pemenuhan KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) Bank :

(17)

a. Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi predikat “sehat” dengan nilai kredit 8,1 dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 8%, maka Nilai Kredit ditambah 1 hingga maksimum 100. b. Pemenuhan KPMM kurang 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat

‘Kurang Sehat” dengan Nilai Kredit 65 dan untuk setiap penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 dengan Minimum 0. Pengukuran tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio permodalan.

Rasio kecukupan modal ( Capital Adequency Ratio/CAR)

Rasio CAR = Total Modal

ATMR x 100%

CAR merupakan perbandingan antara modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko. Untuk menghitung nilai kreditnya digunakan rumus dengan bobot penilaian 25% :

Nilai kredit = 1 + (rasio CAR 0,1% ) x 1 2. Faktor Kualitas Aktiva Produktif (Asset)

Rasio Aktiva Produktif yang diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif, yaitu aktiva produktif, baik yang sudah mampu yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian.

KAP =Aktiva produktif yang diklasi ikasikan

(18)

Untuk menghitung nilai kreditnya digunakan rumus dengan bobot penilaian 30% :

Nilai kredit = 1 + (15,5% − rasio KAP 0,15% ) x 1

Rasio Aktiva Produktif yang diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif (AP) sebesar 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,5% maka nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. 3. Faktor Manajemen (Management)

Secara kualitatif, kemampuan bank mengelola risiko dapat dilihat dari penilaian aspek Manajemen, yang mencakup 100 pertanyaan mengenai Manajemen Umum mencakup strategis/sasaran, struktur, system, sumber daya manusia, kepemimpinan, dan budaya kerja, sementara pertanyaan Manajemen Risiko mencakup risiko likuiditas, pasar, kredit, operasional, hukum, kepemilikan, dan kepengurusan. Disamping itu, Bank Indonesia juga telah menerapkan ketentuan mengenai kewajiban pemeliharaan modal minimum, yang mengacu pada The Basle Capital Accord yang dikeluarkan oleh Basle

Committee.

Pada prinsipnya, penghitungan modal minimum yang harus dipelihara bank memperhitungkan aspek likuiditas dan risiko, khususnya risiko kredit. Semakin rendah risiko kredit yang terkandung dalam asset bank atau semakin likuid asset tersebut, maka semakin kecil jumlah modal yang harus dipelihara. Tidak hanya risiko yang tercakup dalam asset yang tercantum dalam neraca

(19)

bank, tapi juga asset yang terdapat diluar neraca (off-balance sheet). Pengaturan lainnya yang juga mencerminkan telah diterapkannya risk based

supervision adalah self-regulatory banking sebagai salah satu pendekatan

pengawasan. Sebagai langkah proaktif, Bank Indonesia mewajibkan bank untuk memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari otoritas pengawasan bank sebelum kebijakan dan pedoman intern tersebut diterapkan.

Faktor manajemen dalam tingkat kesehatan dinilai berdasarkan atas pertanyaan atau pernyataan yang meliputi 100 aspek tehadap bank devisa dan 85 aspek terhadap bank bukan devisa. Gambaran secara keseluruhan meliputi 2 (dua) komponen faktor, yaitu Manajemen Umum memiliki bobot 10% dan Manajemen Resiko memiliki bobot 15%.

Penilaian Manajemen Umum meliputi penilaian otoritas pengawas Bank terhadap strategi, struktur, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan, dan budaya kerja bank, melalui jawaban atas kuesioner maupun pernyataan sebanyak 40 butir. Sementara itu, penilaian Manajemen Risiko dilakukan terhadap aspek risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum, dan risiko kepemilikan, yang seluruhnya berjumlah 60 butir pertanyaan dan atau pernyataan.

Penilaian dilakukan dengan teknik Inquiry, Testing, dan Observation (ITO) dengan jawaban yang tersedia menggunakan system skala dan 5 jawaban, yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4. Angka jawaban tersebut memiliki karakteristik masing-masing, seperti nilai 0 berarti Bank tidak memiliki

(20)

pedoman/standar/sistem sedangkan nilai 4 berarti Bank memiliki pedoman/standar/sistem dan telah dilaksanakan dengan sempurna.

Sebagaimana penilaian aspek lainnya, kuantifikasi penilaian kesehatan faktor manajemen yang memakai sistem kredit/reward sistem. Perhitungan nilai kredit didasarkan pada hasil penilaian jawaban pertanyaan dari komponen manajemen yang secara keseluruhan berjumlah 25. Penilaian di dasarkan pada 2 aspek meliputi :

a. Manajemen umum, penilaian terhadap aspek manajemen umum meliputi penilaian terhadap strategi atau sasaran, struktur, system dan kepemimpinan.

b. Manajemen risiko, penilaian terhadap manajemen risiko meliputi penilaian terhadap risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum, dan risiko pemilik.

Management quality menunjukkan kemampuan manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target. Keberhasilan dari manajemen bank didasarkan pada penilaian kualitatif terhadap manajemen yang mencakup beberapa komponen. Manajemen bank dapat diklasifikasikan sebagai sehat apabila sekurang-kurangnya telah memenuhi 81% dari seluruh aspek tersebut.

Bank Indonesia telah menyusun pertanyaan untuk menilai kemampuan manajemen terdiri dari :

(21)

TABEL 2.1

PENILAIAN KEMAMPUAN MANAJEMEN Aspek manajemen yang dinilai Bobot CAMEL

Manajemen Permodalan 2,5%

Manajemen Aktiva 5,0%

Manajemen Rentabilitas 12,5%

Manajemen Likuiditas 2,5%

Total bobot CAMEL 25,0%

Sumber : Riyadi, S. Banking Asset and Liability Management

Setiap pertanyaan yang dijawab “ya” (positif) oleh pihak manajemen bank umum, bank tersebut memperoleh nilai kredit sebesar 0,4. Hasil penjumlahan setiap jawaban “ya” akan menentukan nilai kredit (credit point) dalam komponen CAMEL. Selanjutnya, angka nilai kredit ini dikalikan dengan bobot CAMEL untuk manajemen (25%) sehingga diperoleh nilai CAMEL untuk manajemen, akan tetapi pengukuran tersebut sulit dilakukan karena akan terkait dengan unsur kerahasian bank, oleh karna itu dalam penelitian ini aspek manajemen diproksikan dengan profit margin dengan pertimbangan rasio ini menunjukkan bagaimana manajemen mengelola sumber-sumber maupun penggunaan atau alokasi dana secara efisien (Riyadi, 2006 : 150).

Pengunaan Net Profit Margin (NPM) juga erat kaitannya dengan aspek-aspek manajemen yang dinilai, baik dalam manajemen umum maupun manajemen risiko,dimana net income dalam aspek manajemen umum mencerminkan pengukuran hasil dari strategi keputusan yang dijalankan dan dalam tekniknya dijabarkan dalam bentuk sistem pencatatan, pengamanan,

(22)

dan pengawasan dari kegiatan operasional bank dalam upaya memperoleh

operating income yang optimum. Sedangkan net income dalam manajemen

risiko mencerminkan pengukuran terhadap upaya mengeliminir risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum, dan risiko pemilik dari kegiatan operasional bank, untuk memperoleh operating income yang optimum. Dapat juga dikatakan net profit margin mencerminkan tingkat efektifitas yang dapat dicapai oleh usaha operasional bank yang terkait dengan hasil akhir dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan yang telah dilaksanakan oleh bank dalam periode berjalan.

Aspek manajemen yang diproksikan dengan net profit margin dirumuskan menurut (Riyadi 2006:150) sebagai berikut ;

NPM = Laba Bersih

Laba Operasional x100 %

Karena aspek manajemen diproksikan dengan profit margin dengan pertimbangan rasio ini menunjukkan bagaimana manajemen mengelola sumber-sumber maupun penggunaan atau alokasi dana secara efisien, maka nilai rasio yang diperoleh langsung dikalikan dengan nilai bobot CAMEL sebesar 25%.

4. Faktor Rentabilitas (Earning)

Dalam penilaian faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu: a. Rasio Laba Sebelum Pajak (Earning Before Income Tax/EBIT)

(23)

periode yang sama. Pengukuran tingkat kesehtan bank berdasarkan rasio ROA.

ROA =Laba sebelum pajak

Total aktiva x 100%

Untuk menghitung nilai kreditnya digunakan rumus dengan bobot penilaian 5% :

Nilai kredit = (Rasio ROA 0,015% )x 1

b. Rasio Biaya Operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap Pendapatan Operasional dalam periode yang sama. Untuk hal ini sering digunakan dengan singkatan BOPO, yaitu Biaya Operasional disebanding dengan pendapatan operasional. Pengukuran tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio BOPO.

BOPO = Total beban operasional

Total pendapatan operasional x 100%

Untuk menghitung nilai kreditnya digunakan rumus dengan bobot penilaian 5% :

Nilai kredit = (100% − rasio BOPO

0,08% )x1

5. Faktor Likuiditas (Liquidity)

Komponen faktor likuiditas meliputi Kewajban Bersih antar bank yaitu selisih antara kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain dan Modal Inti Bank. Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu:

(24)

a. Rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal Inti b. Rasio Kredit terhadap Dana Yang Diterima oleh Bank

Yang dimaksud dengan Kewajiban Bersih Antar Bank adalah antara kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain. Yang dimaksudkan dengan dana yang diterima bank dalam faktor likuiditas untuk penilaian tingkat kesehatan bank disini adalah meliputi :

a. Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) b. Giro, Deposito, dan Tabungan Masyarakat

c. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan dan tidak termasuk pinjaman subordinasi.

d. Deposito dan Pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan.

e. Surat berharga yang diterbitkan oleh Bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan.

f. Modal inti g. Modal pinjaman

Apabila rasio kewajiban bersih antara bank terhadap modal inti sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari 100%, maka nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Sedangkan untuk rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh Bank sebesar 115% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% maka nilai kredit ditambah 4 dengan maksimum 100.

(25)

LDR =Jumlah kredit yang diberikan

Dana yang diterima x 100%

Untuk menghitung nilai kreditnya digunakan rumus dengan bobot penilaian 10%:

Nilai Kredit = 1 + (115% − rasio LDR

1% )x 4

Tabel 2.2

Besaran Bobot Nilai Kredit Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kesehatan Bank dengan Metode CAMEL

Faktor yang di Nilai Bobot

1. Permodalan

Rasio modal terhadap ATMR 2. Kualitas Aktiva Produktif

Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap AP

3. Manajemen Net Profit Margin 4. Rentabilitas a. ROA b. BOPO 5. Likuiditas LDR 25% 30% 25% 5% 5% 10% TOTAL 100%

Sumber : Riyadi, S. Banking Asset and Liability Management

Tabel 2.3

Peringkat Kesehatan Bank

No Nilai Kredit Predikat

1 81 < 100 SEHAT

2 66 < 81 CUKUP SEHAT

3 51 < 66 KURANG SEHAT

4 0 < 51 TIDAK SEHAT

(26)

G. Kajian Penelitian Terdahulu

1. Suhaidah Amalia (2004), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode CAMEL (studi kasus pada PT. Bank Bukopin Tbk Tahun 2009-2011)” . penelitian ini menyimpulkan bahwa berdasarkan analisis metode CAMEL, PT. Bank Bukopin Tbk, tergolong perusahaan perbankan yang berpredikat sehat. Ditunjukan dengan nilai CAMEL sejak tahun 2009 sampai 2011 adalah 86,20 , 89,11 dan 90,87. Selama periode tersebut PT. Bank Bukopin Tbk mengalami tren yang meningkat dan memiliki kinerja yang baik dalam pengelolaan segala sumber daya yang dimilikinya berdasarkan hasil perhitungan Rasio CAMEL tersebut.

2. Reny Ayu (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Rasio Kinerja Keuangan PT. Bank Danamon, Tbk Dengan Metode CAMEL Periode 2007-2010”. Penelitian ini menyimpulkan secara keseluruhan kinerja keuangan Bank Danamon periode 2007-2010 berada di antara Peringkat Komposit 1 sampai Peringkat Komposit 2 yang artinya dikategorikan SEHAT. Hal ini mencerminkan bahwa Bank Danamon mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industry keuangan namun masih memiliki kelemahan-kelemahan minor seperti nilai komponen LDR yang masih menduduki peringkat 3 selama 2007-2010 namun masih bisa segera diatasi oleh tindakan rutin.

(27)

3. Fitriayarie (2010) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia Dengan Menggunakan Metode CAMEL”. Penelitian ini menyimpulkan tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri lebih baik dari Bank Muamalat Indonesia, karena tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri nilai bobotnya lebih tinggi dari nilai bobot Bank Muamalat Indonesia. Dan juga dilihat dari perhitungan rasio masing-masing, sehingga tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank melalui penilaian kuantitatif atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas.

4. Adhie Firmansyah (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2005-2009 Dengan Menggunakan CAMEL (Stusi Kasus Bank Central Asia dan Bank Mandiri)”. Penelitian ini menyimpulkan tingkat kesehatan Bank Central Asia lebih baik dari Bank Mandiri, karena tingkat kesehatan Bank Central Asia nilai bobotnya lebih tinggi serta berpredikat sehat selama empat tahun terakhir dari nilai bobot Bank Mandiri.

Referensi

Dokumen terkait

Matija Duksi Matija Duksi Matija Duksi Matija Duksi Matija Duksi Matija Duksi Zgrada grijana sustavom Zgrada grijana sustavom daljinskog grijanja daljinskog grijanja originala

Hal ini terjadi karena permintaan konsumen akan roti gempol yang dijual oleh Kopi Anjis semakin meningkat, akan tetapi perusahaan Roti Gempol tidak bisa

digunakan. Wakil dari masing- masing kelompok tampil ke depan kelas untuk membacakan puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi. •

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan LRB yang dapat diterapkan di UINSA dan besar prosentase LRB dalam mereduksi beban drainase dengan

Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua

Sekretaris Pengadilan Negeri Banda Aceh Kuasa

Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan berwenang

Deteksi serologi menggunakan antiserum Bean common mosaic virus (BCMV) memberikan reaksi positif, namun deteksi dengan teknik reverse transcription polymerase chain