• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Merek (Brand)

Asosiasi pemasaran Amerika mendefinisikan merek sebagai sebuah nama, tanda, istilah, simbol, atau desain, atau kombinasi dari semuanya, dengan tujuan untuk mengidentifikasi sebuah produk atau jasa dari seorang penjual ataupun sekelompok penjual untuk membedakannya dari produk atau jasa kompetitor lainnya (Kotler, 2003:418)

“Branding is the art cornerstone of marketing” (Kotler, 2003:418). Penanaman merek adalah dasar dan seni bagi pemasaran, hal ini menunjukkan betapa merek merupakan suatu hal yang sangat bernilai sehingga ia dijadikan sebagai penjuru, mengarah kemana suatu produk itu akan dibawa nantinya. Sedangkan menurut Aaker (1996: 9), merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu. Apa yang diharapkan muncul dibenak konsumen saat pertama kali suatu merek itu diberikan dapat membentuk gambaran produk tersebut dalam benak pelanggannya dan jika seorang konsumen sudah merasakan betapa dekatnya asosiasi mereka dengan produk yang mereka gunakan dengan bukti kualitas dan pelayanan yang memuaskan, maka kemungkinan seorang konsumen untuk mengulangi kembali pembelian terhadap produk tersebut akan sangat menjanjikan.

(2)

Sebuah merek yang baik membuat konsumen merasa puas dengan pilihan yang telah dibuatnya, untuk membeli dan menggunakannya. Sebuah merek yang baik akan selalu berada dalam benak konsumen sehingga membuat konsumen selalu teringat merek tersebut ketika hendak membutuhkan sebuah produk ataupun jasa. Merek memiliki peranan yang penting untuk mengidentifikasi sebuah produk, pengertian yang salah dari konsumen terhadap sebuah merek akan berakibat fatal dan menyebabkan konsumen tidak dapat menangkap nilai dan tujuan dari merek yang ada.

Merek adalah sebuah simbol yang kompleks terhadap sebuah produk dan dapat memberikan 6 arti, yaitu:

1. Atribut (Attributes).

Merek memberikan suatu gambaran tentang sifat produk dari merek itu sendiri dan mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.

Contoh: Berdaya tahan tinggi, mahal, kelas atas. 2. Manfaat (Benefit).

Atribut dari sebuah merek tersebut harus dapat diterjemahkan dalam bentuk manfaat baik dari sisi fungsi maupun emosi.

Contoh: Atribut berdaya tahan tinggi dapat diterjemahkan dengan arti bahwa produk tersebut menggunakan bahan dengan kualitas lebih tinggi dibanding produk lain.

3. Nilai (Value).

(3)

Contoh: Mobil bermerek Mercedes selalu identik dengan mobil yang berkemampuan tinggi, timgkat keamanan yang tinggi, serta gengsi yang besar. 4. Budaya (Culture).

Sebuah merek dapat turut serta mencerminkan budaya tertentu.

Contoh: Mercedes dapat menggambarkan budaya Negara Jerman yang serba teratur, efisien, serta berkualitas tinggi.

5. Personal (Personality).

Sebuah merek dapat mencerminkan kepribadian dari individu pemakainya. Contoh: Menggunakan Mercedes melambangkan kepribadian yang berkelas dari pemakainya.

6. Pemakai (user)

Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

Contoh: Gambaran dari konsumen yang menggunakan Mercedes adalah top eksekutif yang sudah berumur dan bukan seorang mahasiswa yang masih muda.

Perusahaan perlu melakukan riset untuk mengetahui posisi merek mereka di dalam benak konsumennya. Menurut Keller (1998: 5), yang mencirikan sebuah merek ternama dengan merek lainnya adalah persepsi dan perasaan dari konsumen terhadap atribut dari merek tersebut.

(4)

Ada tiga pendekatan riset yang sering digunakan untuk mendapatkan arti dari merek, yaitu:

1. Asosiasi kata-kata.

Dapat dikatakan kepada konsumen, apa yang terlintas dalam benaknya pertama kali ketika nama dari sebuah merek disebutkan.

2. Perlambangan dari sebuah merek.

Dapat ditanyakan kepada konsumen untuk menjelaskan manusia atau hewan seperti apa yang terlintas ketika nama dari sebuah merek disebutkan.

3. Melangkah lebih tinggi untuk mencari intisari dari merek tersebut.

Intisari dari sebuah merek berhubungan dengan kedalaman dan tujuan yang lebih abstrak dari konsumen yang mengharapkan kepuasan ketika merek tersebut digunakan. Mereka akan membantu para pemasar untuk mengetahui motivasi dari konsumen ketika memilih merek tersebut.

Aaker (1996: 13) membedakan lima tingkatan sikap setia konsumen terhadap sebuah merek dari yang paling rendah hingga paling tinggi, antara lain:

1. Konsumen akan mengganti merek yang telah dipakai, biasanya karena alasan harga. Tidak ada kesetiaaan terhadap merek tersebut.

2. Konsumen puas. Konsumen tidak mempunyai alasan untuk mengganti ke merek lain.

3. Konsumen puas dan akan menimbulkan biaya dengan mengganti ke merek lain.

(5)

4. Konsumen menghargai merek tersebut dan melihatnya sebagai teman. 5. Konsumen memutuskan untuk tetap setia terhadap merek tersebut.

Buchholz dan Wordermann (2000: 10) dalam bukunya “What Makes Winning

Brands Different” mengatakan bahwa merek yang menang dalam pasaran adalah

merek yang selalu melekat dalam pikiran konsumen dan akan membuat konsumen tersebut termotivasi untuk memilikinya yang kemudian lebih dikenal dengan teori Buchhloz-Wordermann (B|W Method). Dalam tujuannya agar sebuah merek dapat melekat dalam pikiran konsumen. Metode B|W terbagi atas lima hukum universal yang dapat diterapkan dalam semua lini produk dan pelayanan yang ada, yaitu:

1. Keunggulan dan Janji (Benefit & Promises).

Konsumen lebih memilih merek dari produk yang dapat menawarkan nilai lebih atau keunggulan dibanding dengan produk lain:

Aturan-aturan untuk pengembangan metode Benefit & Promises: a. Mengarahkan kepada kepentingan hidup konsumen

b. Menghilangkan ancaman pada konsumen c. Memberikan semangat kepada konsumen d. Mencari nilai lebih yang terdapat dalam merek

e. Membuat merek sebagai pemicu dalam pikiran konsumen 2. Norma dan Nilai (Norm & Values).

Konsumen lebih memilih merek yang dapat memecahkan, mencegah masalah dan gejolak antara norma-norma dan nilai-nilai yang dipercaya.

(6)

a. Menghilangkan rasa bersalah.

b. Memberikan rasa bangga kepada konsumen. c. Memaparkan ketidak-konsistenan.

d. Menghilangkan rasa tabu.

3. Persepsi dan Program (Perception & Program).

Konsumen lebih memilih sebuah merek karena persepsi dan kebiasaan yang diarahkan pada merek tersebut sebagai suatu pilihan yang logis. Persepsi yang baik akan tercipta bila konsumen mempunyai penilaian yang bagus terhadap merek tersebut.

Aturan-aturan untuk pengembangan metode Perception & Program: a. Membuat batasan wilayah.

b. Masuk ke pasar lain. c. Memposisikan merek. d. Membalikkan kekurangan.

e. Menciptakan kembali suatu kebiasaan.

4. Identitas dan Ekspresi Diri (Identity & Self Expression).

Konsumen lebih memilih merek yang dapat mengekspresikan karakter dan identitas yang ingin mereka miliki.

Aturan-aturan untuk pengembangan metode Identity & Self Expression: a. Menunjukkan karakter

b. Mendukung suatu ideologi c. Menciptakan rasa kekeluargaan

(7)

d. Menciptakan rasa kepahlawanan e. Ekspresi pesan pribadi

5. Cinta dan Emosi (Love & Emotion).

Konsumen lebih memilih sebuah produk atau pelayanan tertentu karena mereka mencintai mereknya. Loyalitas merupakan loncatan dari rasa suka ke rasa cinta, bila konsumen hanya menyukai merek anda maka bukan tidak mungkin mereka akan pindah begitu merek lain memberikan diskon.

Aturan-aturan untuk pengembangan metode Love & Emotion: a. Menjadi teman

b. Pencabangan ke dalam emosi c. Membina rasa rindu

d. Membangkitkan rasa empati

2.2 Brand Association

Pengertian brand association (asosiasi merek) adalah kesan yang muncul dalam benak konsumen terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek (Durianto, Sugiarto, dan Sitinjak, 2001). Sedangkan menurut Keller (1998: 93), Brand

Association adalah kesimpulan informal yang dihubungkan dengan kesimpulan dari

suatu merek di ingatan, termasuk maksud merek tersebut untuk seorang pelanggannya. Asosiasi ini meliputi atribut yang melekat pada produk tersebut, selebritis (duta produk), atau simbol-simbol tertentu yang melambangkan suatu produk tersebut. Berbagai asosiasi yang saling berhubungan akan menimbulkan

(8)

sebuah kesan dalam benak konsumen yang biasanya sering disebut dengan brand

image dan semakin banyak asosiasi yang terlibat dan berhubungan dalam merek

tersebut maka akan semakin kuat image dari merek sebuah produk tersebut.

Asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya dihubungkan dengan berbagai hal berikut:

1. Atribut produk.

Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk merupakan strategi positioning yang paling sering digunakan.

2. Atribut tak berwujud.

Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian atribut yang obyektif.

3. Manfaat bagi pelanggan.

Karena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi pelanggan, maka biasanya terdapat hubungan antar keduanya. Manfaat bagi pelanggan dapat dibagi dua, yaitu manfaat rasional dan manfaat psikologis. Manfaat rasional berkaitan dengan atribut produk yang dapat menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan yang rasional. Sedangkan manfaat psikologis seringkali merupakan konsekuensi ekstrem dalam proses pembentukan sikap, berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan ketika membeli atau menggunakan merek tersebut.

(9)

4. Harga relatif.

Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini akan diawali dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat harga.

5. Penggunaan / aplikasi.

Pendekatan ini dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu aplikasi tertentu .

6. Pengguna / pelanggan.

Pendekatan ini dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe pengguna dan atau pelanggan dari produk tersebut.

7. Artis / orang terkenal.

Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer asosiasi yang kuat yang dimiliki oleh orang terkenal tersebut kedalam merek tersebut.

8. Gaya hidup / kepribadian.

Asosiasi sebuah merek dapat diilhami oleh asosiasi para pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama.

9. Kelas produk.

Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya. 10. Pesaing.

Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan mengungguli pesaing.

(10)

11. Negara / wilayah geografis.

Sebuah negara dapat dijadikan simbol yang kuat asalkan memiliki hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan.

2.3 Brand Knowledge

Pengertian Brand Knowledge adalah keseluruhan dari anggapan, perasaan, gambaran, pengalaman, keyakinan dan seterusnya yang berhubungan dengan brand. (Kotler & Keller, 2005:259). Sedangkan menurut Keller (1998) Brand Knowledge adalah fungsi dari awareness yang berhubungan dengan kemampuan konsumen untuk mengingat dan mengenali suatu merek yang terdiri dari persepsi konsumen dan segala yang berhubungan dengan merek.

2.4 Manajemen Pemasaran

Pengertian dari pemasaran menurut Asosiasi Pemasaran Amerika adalah proses analisis, perencanaan, dan pelaksanaan dari perwujudan, pemberian harga, promosi, dan distribusi dari barang-barang, jasa, dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan perusahaan (Kotler, 2003:5), sedangkan menurut Thompson & Strickland (2003: 13), Manajemen Pemasaran adalah proses merencanakan dan menjalankan konsep, penentuan harga, promosi, dan tempat atau saluran distribusi dari ide-ide, produk, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memberikan dampak saling menguntungkan.

(11)

Manajemen pemasaran merupakan usaha sadar untuk menghasilkan pertukaran yang diinginkan dalam pasar yang dituju. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu didasari filosofi yang matang untuk pemasaran yang efisien, efektif, dan bertanggung jawab. Ada enam konsep pemasaran yang mendasari cara organisasi melakukan kegiatan pemasarannya (Kotler, 2003:17), yaitu:

1. Konsep berwawasan produksi.

Konsep ini berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang mudah didapat dan murah harganya.

2. Konsep berwawasan produk.

Konsep ini berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang menawarkan mutu, kinerja, dan hal-hal inovatif lainnya.

3. Konsep berwawasan penjualan.

Konsep ini berpendapat bahwa konsumen enggan untuk membeli dan harus didorong supaya membeli, terkecuali perusahan menjalankan suatu usaha promosi dan penjualan yang efektif untuk merangsang pembelian. 4. Konsep berwawasan pemasaran.

Konsep ini berpendapat bahwa kunci utama untuk mencapai tujuan perusahaan terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien daripada kompetitor. Konsep ini bersandar pada empat pilar utama, yaitu pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran yang terkoordinir, serta keuntungan.

(12)

5. Konsep berwawasan konsumen.

Konsep ini beranggapan bahwa untuk meningkatkan penjualan maka perusahaan harus fokus pada kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga dapat menaikkan loyalitas konsumen.

6. Konsep berwawasan pemasaran bermasyarakat.

Konsep ini beranggapan bahwa tugas perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan, serta kepentingan pasar sasaran dan memenuhinya dengan lebih efektif serta lebih efisien daripada kompetitor dengan cara mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.

2.5 Strategi Pemasaran (Marketing Strategy)

Marketing Strategy adalah proses yang mengendalikan pasar dari strategi

pengembangan yang mempunyai bagian dalam melakukan perubahan kondisi lingkungan bisnis dan mempunyai kepentingan untuk memberikan nilai yang terbaik bagi pelanggannya (Cravens, 2003: 31). Sedangkan fokus utama dari strategic

marketing lebih ditekankan pada performance perusahaan dibanding peningkatan

jumlah pelanggannya dengan menggabungkan berbagai strategi mempengaruhi pelanggan. Sedangkan menurut Kotler & Keller (2005, 34), strategi pemasaran adalah implementasi dari penerapan segmentasi pelanggan, fokus pada seleksi pasar, dan posisi nilai.

(13)

Proses strategi pemasaran itu sendiri terdiri dari 4 tahapan. Tahap pertama,

strategic analysis yang memperhatikan analisa pasar dan analisa kompetitor,

segmentasi pasar, dan pembelajaran secara terus-menerus terhadap perkembangan pasar. Kedua, designing marketing strategy menguji target pelanggan dan strategi posisi, relationship strategy dan strategi perencanaan produk baru. Tiga, marketing

development program yang mencakup produk, distribusi, harga, dan strategi promosi.

Empat, strategi implementasi dan manajemen yang memperhatikan desain organisasi dan implementasi strategi pemasaran dan pengawasan.

Gambar 2.1 Marketing Strategy Process (David W Cravens, 2003: 32)

Strategi Pemasaran 7P merupakan salah satu strategi yang sering digunakan pada saat ini, konsep 7P adalah penyempurnaan dari konsep bauran pemasaran yang biasa dikenal dengan 4P, dimana strategi pemasaran dapat dibentuk bukan hanya dari sisi harga (price), tempat/lokasi (place), promosi (promotion), dan produk (product), tetapi juga melihatnya dari sisi manusia (people), proses (process), dan bukti fisik

Strategic Situation Analysis Designing Marketing Strategy Marketing Program Development Implementing and Managing Marketing Strategy

(14)

(physical evidence). Konsep yang dianggap lebih relevan ini dicetuskan oleh Booms & Bitner (1982).

Alat bauran pemasaran yang paling mendasar adalah produk (product), penawaran berwujud perusahaan kepada pasar, yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. Alat bauran lain yang juga penting adalah harga (price), yaitu jumlah uang yang pelanggan bayar untuk produk tertentu. Keputusan-keputusan seperti pemberlakuan harga eceran, potongan harga, dan periode pembayaran terdapat didalamnya. Dalam hal ini harga harus sebanding dengan penwaran nilai kepada pelanggan. Jika tidak, pembeli akan berpaling ke produk pesaing. Tempat/lokasi (place), alat bauran lainnya, termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. Kegiatan identifikasi, perekrutan, dan menghubungkan berbagai penyedia fasilitas pemasaran untuk menyediakan produk dan pelayanannya secara efisien kepada pasar sasaran merupakan beberapa aktifitas yang biasa dilakukan pada sisi ini. Perusahaan hendaknya mengerti tentang berbagai jenis pengecer, pedagang grosir, dan perusahaan distribusi fisik guna mencapai pasar sasarannya. Promosi (promotion) meliputi seluruh kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran, termasuk di dalamnya adalah kegiatan seperti periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, serta pemasaran langsung dan online.

Dalam penyempurnaannya terdapat 3P lainnya yaitu manusia (people), menyangkut seluruh aspek yang berkaitan dengan orang-orang yang berkecimpung di dalam perusahaan. Yang biasa menjadi pertimbangan dalam menentukan keputusan

(15)

pada sisi ini diantaranya adalah sikap karyawan, pelatihan karyawan, penampilan, dan lain-lain. Proses (process), bagaimana pelayanan dapat diterima dengan sebaik mungkin oleh pelanggan. Termasuk di dalamnya adalah standarisasi pengawasan kualitas, jaminan kualitas, sistem antrian, waktu tunggu pelanggan, dan lain-lain. Dan yang terakhir adalah bukti fisik (physical evidence), yaitu segala bentuk fisik perusahaan yang dapat menarik minat pelanggan.Yang termasuk di dalamnya adalah bangunan, dekorasi, alat transportasi, dan lain-lain.

2.6 Segmentation, Targeting, dan Positioning (STP)

Dalam sebuah proses pemasaran produk, terdapat 3 hal penting yang harus diperhatikan yaitu segmentation, targeting, dan positioning. Sebuah perusahaan yang berperan sebagai produsen tentu tidak dapat melayani semua permintaan konsumen dalam pasar yang luas ini, sebab konsumen yang ada terlalu banyak dan sangat bervariasi keinginannya. Oleh karena itu produsen harus dapat mengidentifikasi segmen pasar yang hendak dilayaninya dengan baik dan membaginya dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil (segmentation), setelah itu produsen dapat memilih salah satu atau lebih segmen pasar yang ada (targeting). Sesudah kedua hal tersebut dilakukan, maka podusen dapat menetapkan posisi yang diinginkan atas produknya atau perusahaannya dalam benak konsumen dibandingkan dengan pesaingnya; ditinjau dari sisi produk, service, image, serta aspek lainnya (positioning).

(16)

2.6.1 Segmentasi Pasar (Market Segmentation)

Segmentasi pasar merupakan dasar untuk mengetahui bahwa setiap pasar terdiri atas beberapa segmen yang berbeda-beda. Dalam setiap segmen terdapat pembeli-pembeli yang mempunyai:

§ Kebutuhan yang berbeda-beda. § Pola pembelian yang berbeda-beda.

§ Tanggapan yang berbeda-beda terhadap berbagai macam penawaran.

Adapun dasar-dasar atau kriteria-kriteria yang dapat dipakai untuk segmentasi pasar adalah:

§ Faktor demografi, seperti: umur, jenis kelamin, kesukuan, pendidikan, dan sebagainya.

§ Tingkat penghasilan.

§ Faktor sosiologis, seperti: kelompok budaya, kelas-kelas sosial, dan sebagainya.

§ Faktor psikologis, seperti: kepribadian, sikap, manfaat produk yang diinginkan dan sebagainya.

Diantara segmen pasar yang ada, terdapat segmen yang menarik (attractive

segment), yaitu segmen pasar yang belum terlayani, atau yang sudah terlayani tetapi

kurang baik. Disamping memperhatikan segmen yang menarik tersebut, masih ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan untuk menunjang usaha segmentasi secara efektif.

(17)

Ketiga faktor tersebut adalah: § Measurability.

Tingkat informasi yang ada mengenai sifat pembeli, sejauh mana sifat-sifat tersebut dapat diukur.

§ Accessibility.

Tingkat dimana perusahaan itu secara efektif memusatkan usaha pemasarannya pada segmen yang telah dipilihnya.

§ Substansiality.

Suatu tingkat dimana segmen itu adalah luas dan cukup menguntungkan untuk melakukan kegiatan pemasaran diri.

2.6.2 Target Pasar (Market Targeting)

Setelah melakukan segmentasi pasar dan memisahkan konsumen dalam kelompok yang lebih kecil, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh produsen adalah mengevaluasi setiap segmen pasar yang telah terbentuk dan memilih salah satu atau lebih segmen pasar yang hendak dimasuki.

Ada lima pola yang bisa digunakan ketika memasuki pasar sasaran, yaitu: 1. Memusatkan perhatian pada satu segmen tunggal.

Merupakan strategi yang dapat ditempuh perusahaan bilamana ingin mempunyai posisi yang kuat pada satu segmen pasar saja.

(18)

2. Mengkhususkan pada beberapa segmen pilihan yang tidak berhubungan. Perusahaan menentukan beberapa segmen, dimana setiap segmennya menarik dan sesuai dengan tujuan perusahaan.

3. Memusatkan pada sebuah produk.

Strategi yang diterapkan perusahaan dimana mereka membuat produk tertentu yang akan dijual kepada beberapa segmen yang terbatas.

4. Memusatkan pada sebuah segmen pasar.

Perusahaan berkonsentrasi pada pelayanan beberapa kebutuhan mendasar dari kelompok tertentu.

5. Menjangkau keseluruhan pasar.

Perusahaan mencoba melayani semua kelompok pelanggan dengan produk-produk yang mungkin mereka butuhkan.

2.6.3 Posisi di Pasar (Market Positioning)

Dengan melakukan segmentasi dan menentukan target pasar dengan baik, maka produsen akan mendapatkan pengertian yang menyeluruh tentang kebutuhan, sikap dan perilaku sang konsumen. Bila sudah dapat mengerti apa yang diinginkan oleh konsumen maka sang produsen dapat menyelaraskannya dengan kemampuannya sendiri dan menetapkan posisi produknya di pasar.

Menurut Cheverton (If You’re So Brilliant…How Come Your Brand is not

Working Hard Enough?, 2004) ada lima kesalahan dalam menentukan posisi di pasar,

(19)

1. Positioning yang terlalu rendah.

Jika tidak memiliki sesuatu yang khusus, maka akan sulit untuk mengambil tempat di dalam pikiran konsumen, tidak memberikan alasan untuk membeli, bahkan peduli.

2. Positioning yang terlalu tinggi. Bersikap terlalu spesifik.

3. Positioning yang membingungkan.

Saat mencoba untuk melakukan banyak hal sekaligus maka muncul kontradiksi dan konflik.

4. Positioning yang tidak relevan.

Saling tidak berhubungan satu dengan lainnya. 5. Positioning yang meragukan.

Membuat pernyataan yang tidak dapat dipercaya dan hanya bagi mereka yang sangat mudah tertipu yang akan menjadi konsumen.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut sesuai penelitian yang dilakukan oleh Lalla (2012) yang berjudul Adopsi Petani Padi Sawah terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Di Kecamatan Polongbangkeng Utara,

-sang takipsilim nang marinig niya sa kampanaryo ng kanilang simba$an ang malungkot na agunyas# na muna ang malaking kampana saka sumunod ang maliit# Bang+ .eng+ Bang+ .eng+ Babae

Kami menawarkan pilihan warna yang berbeda untuk spesies impor yang tidak dapat dicapai dengan finishing di

Konsep desain juga menjawab keinginan klien akan showroom yang representatif karena jati yang merupakan jenis kayu pada dasarnya adalah bahan baku pembuatan

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Gaya kepemipinan dan Iklim Komunikasi terhadap Motivasi kerja Pegawai di LPP TVRI Sumatera Utara” Tujuan penelitian ini adalah

Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar yang tercermin pada kompetensi guru (Mulyasa, 2009:53). Kompetensi

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional , yang bertujuan untuk mengetahui hubungan keberadaan jentik