KEPADA YTH. : WALIKOTA PEKANBARU DI- PEKANBARU DAFTAR ISI 1. UMUM
2. INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA (ISPU)
3. PARAMETER YANG DIUKUR DAN METODE PENGUKURAN 4. KALIBRASI (STANDARISASI)
5. JARINGAN UDARA AMBIEN 6. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN 7. HASIL PENGUKURAN KUALITAS UDARA
Jumlah copi / nomor : Setiap copy terdiri dari halaman teks yang
Jumlah Lampiran pada hlm : berurutan yg dinomori berdasarkan lembaran
Untuk memperbanyak copy ini, isinya harus ditulis secara literal di formulir tanpa ada yang dihilangkan atau ditambahkan. Penggandaan atau publikasi harus mendapatkan ijin tertulis dari laboratorium.
1. U M U M
Untuk mengantisipasi meningkatnya kadar polusi udara yang disebabkan oleh perkembangan industri, transportasi di daerah perkotaan, Pemerintah Republik Indonesia melakukan serangkaian pengukuran yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan lingkungan dari dampak polusi udara yang berbahaya. Pengukuran ini diatur dalam dua peraturan yaitu :
KEP-45 / MENLH / 10 / 1997 dan KEP-107 / KABAPEDAL / 11 / 1997, serta melaksanakan Program
Langit Biru.
Pada saat ini terdapat 8 Regional Center / Laboratorium Udara di 8 Kota Besar di Indonesia (Medan, Pekanbaru, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar dan Palangkaraya) yang mengukur data udara ambien dengan metode yang sama dan menstransfer data ini ke bank data nasional. Stasiun Pengukur Bergerak (Mobile Station) dan Stasiun Pengukur Permanen (Fixed Station) di kota-kota tersebut juga terhubung ke Regional Center / Laboratorium Udara.
Kota Pekanbaru melakukan pengukuran dengan 3 (tiga) Fixed Station. Data tersebut diukur dan tervalidasi berdasarkan SNI 19-17025:2000. Karena semua data tertampil ke Publik dan dikeluarkan untuk kepentingan internasional, laporan ini merupakan sebuah presentasi yang berdasarkan SNI 19-17025:2000. Laporan tersebut dibuat berdasarkan nilai pengukuran yang ditampilkan sebagai nilai rata-rata setengah jam. Berdasarkan KEP-107/KABAPEDAL/11/1997, nilai rata-rata setengah jam dihitung dan dikonversikan menjadi ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara).
Nilai setengah jam yang asli (48 hasil pengukuran per monitor setiap hari) tersedia juga di Laboratorium Udara Kota Pekanbaru maupun 7 kota lainnya serta Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup di Jakarta. Data lainnya, seperti data meteorologi (misalnya global radiasi kecepatan angin dll) juga diukur, namun data ini hanya merupakan data informal / pendukung karena data tersebut tidak diukur dalam lingkup kegiatan laboratorium ini. Data ini juga tersedia berdasarkan permintaan, tetapi bukan merupakan bagian dari laporan utama.
2. INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA (ISPU)
Indeks Standar Pencemar Udara, disingkat ISPU, merupakan skala untuk menggambarkan tingkat polusi udara sehingga mudah dipahami oleh anggota masyarakat. ISPU berhubungan dengan konsentrasi pencemar di udara, namun dalam bentuk relatif tergantung pada jumlah pencemar di udara. Hal tersebut dijelaskan dalam tabel berikut ini :
Konversi Unit Standar Internasional ke ISPU.
ISPU 24 jam PM10 g/m3 24 jam SO2 g/m3 8 jam CO mg/m3 1 jam O3 g/m3 1 jam NO2 g/m3 0 0 0 0 0 0 50 50 80 5 120 (1) 100 150 365 10 235 (1) 200 350 800 17 400 1130 300 420 1600 34 800 2260 400 500 2100 46 1000 3000 500 600 2620 57.5 1200 3750
(1) ISPU tidak berlaku untuk nilai yang kecil
Pada saat nilai berada diantara nilai ISPU yang terdapat dalam tabel diatas, dibutuhkan interpolasi linear. Nilai ISPU merupakan nomor yang alamiah, sehingga hasil interpolasi harus diputar ke digit yang integer. Tabel diatas berdasarkan kondisi ambien sebesar 25C dan 1013 milibar. Karena ISPU mewakili dampak kesehatan dari parameter polusi yang bersangkutan. KEP-107/KABAPEDAL/11/1997 menjelaskan bahwa ISPU untuk situasi diatas selalu merupakan nilai yang tertinggi jika beberapa pengukuran diambil untuk mengukur nilai ISPU. Tabel Angka dan Kategori Nilai ISPU dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Angka dan Kategori ISPU
I N D E K S KATEGORI WARNA BENDERA
1 – 50 B a i k Hijau
51 – 100 Sedang Biru
101 – 199 Tidak Sehat Kuning 200 – 299 Sangat Tidak Sehat Merah 300 – lebih Berbahaya Hitam
Keterangan :
Baik : Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan atau nilai estetika.
Sedang : Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika.
Tidak Sehat : Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Sangat Tidak Sehat : Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
Berbahaya : Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
3. PARAMETER YANG DIUKUR DAN METODE PENGUKURAN
Stasiun pengukuran terdiri dari kontainer ber AC lengkap dengan Alat pengukur kualitas udara, sistem pengukuran untuk data meteorologi, sensor untuk pemantauan suhu dan kelembaban dalam kontainer, sistem kontrol, unit sampel, penyediaan gas acuan, peralatan bantuan untuk aliran listrik dan transfer data.
Stasiun bekerja secara terus-menerus (kontinyu), otomatis dan terkontrol oleh komputer. Sistem pengontrolan dapat menyimpan parameter untuk 21 hari, kemudian data yang paling lama akan diganti dengan yang baru. Dalam masa 21 hari tersebut data harus ditransfer baik dengan cara online atau dibawa ke laboratorium pemantau (regional center).
Di Laboratorium pemantau (Regional Center) data dan fungsi sistem harus diperiksa dan dinyatakan sebagai data yang valid. Jika terjadi kesalahan fungsi dari sistem atau terdapat data yang tidak jelas, maka situasi ini harus diklarifikasikan dan data dinyatakan sebagai data yang valid atau tidak valid (Invalid), dan jika perlu diikuti dengan pemeliharaan sistem. Pengukuran data meteorologi merupakan pengukuran yang tidak formal dan tidak termasuk dalam ruang lingkup
laboratorium pemantau udara ambien. Parameter kualitas udara ambien ditentukan dengan metode berikut ini :
(1) Nitrogen Dioksida (NO2)
Alat pengukur yang bekerja secara terus menerus (APNA-360 dari Horiba) berdasarkan metode
Chemiluminescence. Jika Nitrogen Monoksida (NO) dalam gas sampel bereaksi dengan ozon
(O3), maka sebagian dari NO beroksidasi menjadi Nitrogen Dioksida (NO2). Bagian dari NO2
yang dihasilkan merupakan excited state / keadaan teresitasi (NO2) dan menghasilkan radiasi
sinar pada saat berubah menjadi ground state / keadaan dasar (stabil).
Fenomena ini disebut Chemiluminescence. Reaksi ini terjadi dengan sangat cepat dan hanya melibatkan NO – tanpa hampir menghasilkan dampak pada gas-gas lainnya. Jika NO berada pada konsentrasi yang rendah, jumlah luminescence akan sesuai dengan konsentrasinya. APNA-360 memisahkan gas sampel ke dalam dua bagian. pada bagian pertama NO2 dikurangi
menjadi NO oleh Konverter NOx dan kemudian digunakan sebagai gas sampel untuk pengukuran NOx (NO + NO2).
Di bagian lain, gas sampel NO digunakan sebagaimana mestinya. Sampel gas ini diganti oleh katup solenoid setiap 0.5 detik.
(2) Sulfur Dioksida (SO2)
Alat pengukur yang bekerja secara terus menerus (APSA-360 dari Horiba) berdasarkan metode
Fluorescence Ultraviolet. Prinsip pengukuran SO2 menggunakan metode Fluorescence
Ultraviolet, sinar ultraviolet dengan panjang gelombang (220 nm), didalam analiser SO2
meradiasi suatu sampel yang masuk. SO2 akan memancarkan cahaya dengan panjang
gelombang yang berbeda (240 nm hingga 420 nm dengan puncak 320 nm). Sinar ultraviolet tersebut tereksitasi dan berfluorescence. Intensitas fluorescence ini yang diukur.
(3) Carbon Monoksida (CO)
Alat pengukur yang bekerja secara terus menerus (APSA-360 dari Horiba) menggunakan efek
modulasi. Efek ini terjadi karena penyerapan sinar infra merah oleh gas sampel pada saat gas
sampel dan gas referensi secara bergantian diinjeksikan ke sel pengukuran dengan suatu kecepatan aliran tertentu dengan frekuensi 1 Hz. Analiser bekerja berdasarkan prinsip penyerapan panjang gelombang tertentu dari spektrum infra merah oleh CO.
Berdasarkan yang injeksi bergantian antara gas sampel dan gas referensi, detektor infra merah akan menghasilkan signal sesuai dengan perbedaan serapan yang disebabkan oleh perbedaan jumlah CO. Dari perbedaan signal tersebut maka, berbeda pula serapannya dan ini sebanding denga jumlah CO dalam gas sampel.
(4) Partikulat Matter (PM10)
Alat pengukur yang bekerja secara terus menerus (FH 62-1 dari Eberline) menggunakan prinsip penyerapan yang menggunakan Sinar Kripton. Zat partikulat dengan ukuran ghisap udara melalui unit sampel yang berbeda dan partikel terakumulasi pada filter tape. Metode pengukurannya adalah RADIOMETRIK dengan menggunakan metode sensor elektronik. Konsentrasi debu dihitung dari kecepatan bertambahnya massa dan volume aliran udara yang ada.
(5) Ozon (O3)
Alat pengukur yang bekerja secara terus menerus (APOA-360 dari Horiba) berdasarkan metode penyerapan ultraviolet. Prinsip penyerapan sinar ultraviolet berdasarkan karakteristik ozon dalam menyerap sinar ultraviolet dengan panjang gelombang tertentu. Dalam metode analisis ini, gas sampel yang melewati filter dibagi menjadi dua aliran. pada aliran pertama dimasukkan kedalam ozon decomposer dimana ozon dihilangkan, dan kemudian langsung dikirim ke sel sebagai gas referensi. Gas sampel pada aliran yang lain langsung dikirim ke sel lain sebagai gas sampel oleh katup solenoid.
Sel pengukuran disinari dengan radiasi langsung oleh lampu merkuri bertekanan rendah yang membangkitkan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang tengah 253.7 nm. Gas sampel dan gas referensi secara bergantian dikirim ke sel dengan frekuensi 1 Hz. Sinar ultraviolet yang diserap oleh ozon diukur dengan suatu detektor.
4. KALIBRASI (STANDARISASI)
Peralatan akan dikalibrasi dengan sebuah alat yang bernama transfer standard. Transfer Standard ini dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi nasional atau laboratorium lain yang diakui secara internasional berdasarkan ISO 17025. Analisator photometric divalidasi satu kali setiap hari dengan mengukur gas acuan. SO2, CO, NO dialirkan menjadi suatu campuran dari silinder gas dan
Perbedaan yang terdapat antara pembacaan alat dan nilai gas acuan yang diketahui meningkatkan ketidakpastian pengukuran yang dihitung. Analisator pada partikulat dapat divalidasi dengan menggunakan foil acuan, yang harus menghasilkan pembacaan sesuai dengan sertifikat kalibrasi, kapanpun diperlukan.
5. JARINGAN UDARA AMBIEN
Stasiun berikut ini merupakan bagian dari jaringan udara ambien
1) PEF 1 (Pekanbaru Fixed Station 1)
Lokasi : Jl. Utama Gang Pendidikan Kulim (depan Workshop Dinas PU)
Pekanbaru
Jenis Stasiun : Austrian Energy – Stasiun Permanen (Fix Station)
Instrumen yang digunakan :
Parameter Jenis No. Seri
PM10 Eberline / FH 62-1 dan AFDA-371 FNr. 0159 SO2 Horiba / APSA-360 5784100401
CO Horiba / APMA-360 903011 O3 Horiba / APOA-360 95002
Foto Stasiun Pemantau Kulim (PEF1)
2) PEF 2 (Pekanbaru Fixed Station 2)
Lokasi : Jl. A. Yani (Samping Kantor Camat Sukajadi) Pekanbaru Jenis Stasiun : Austrian Energy – Stasiun Permanen (Fix Station)
Instrumen yang digunakan :
Parameter Jenis No. seri
PM10 Eberline / FH 62-1 dan AFDA-371 FNr. 0159 dan SO2 Horiba / APSA-360 5784100403
CO Horiba / APMA-360 903010 O3 Horiba / APOA-360 93002
Foto Stasiun Pemantau Sukajadi (PEF2)
3) PEF 3 (Pekanbaru Fixed Station)
Lokasi : Jl. HR. Subrantas (Samping Kantor Camat Tampan) Pekanbaru
Jenis Stasiun : Austrian Energy – Stasiun Permanen (Fix Station) Instrumen yang digunakan :
Parameter Jenis No. seri
PM10 Eberline / FH 62-1 FNr. 0161
SO2 Horiba / APSA-360 40122690092
CO Horiba / APMA-360 903002 O3 Horiba / APOA-360 93005
Foto Stasiun Pemantau Tampan (PEF3)
4) RC (Regional Center) / Laboratorium Udara Kota Pekanbaru
Lokasi : Kompleks Kantor Walikota Pekanbaru (belakang Bappeda Kota Pekanbaru) Jl. Jendral Sudirman No. 464 Pekanbaru
Foto Regional Center (RC)/Laboratorium Udara
5) PDD 1 dan 2 (Public Data Display)
Lokasi PDD 1 : Depan Kantor Walikota Pekanbaru (samping Halte Trans Metro Pekanbaru)
Foto Public Data Display 1
Foto Public Data Display 2
6. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN
Berdasarkan SNI 19-17025 : 2000, perkiraan ketidakpastian harus diberikan. Ketidakpastian pengukuran untuk peralatan kalibrasi harus ditentukan oleh laboratorium kalibrasi, yang juga harus dapat ditelusuri ke unit internasional. Kalibrasi alat di regional center dilakukan dengan transfer standard, yang telah dikalibrasi di Laboratorium Kalibrasi Nasional untuk pengukuran udara ambien di Serpong. Sertifikat kalibrasi berisi nilai aktual dari ketidakpastian pengukuran untuk setiap transfer standard. Untuk parameter O3 ,NO2 ,SO2 dan CO ketidakpastian
pengukuran ditentukan dengan tiga dampak berikut ini :
1. Ketidakpastian transfer standard yang digunakan untuk kalibrasi 2. Ketidakpastian akibat kalibrasi
3. Ketidakpastian akibat pergeseran setting kalibrasi alat.
Ketidakpastian pengukuran ketiga dampak ini ditambahkan dan sesuai dengan akar metode dari jumlah square yang ditentukan. Karena metode perkiraan yang digunakan menunjukkan peningkatan ketidakpastian untuk nilai pengukuran yang menurun, maka ketidakpastian pengukuran dihitung untuk nilai batas sesuai dengan KEP-107/KABAPEDAL/11/1997.
7. HASIL PENGUKURAN KUALITAS UDARA
Hasil Pengukuran (Rekapitulasi Data) Kualitas Udara Kota Pekanbaru disajikan dalam ISPU sebagai berikut :
REKAPITULASI DATA KUALITAS UDARA AMBIENT (ISPU) KOTA PEKANBARU TAHUN 2012
No. Bulan Baik Sedang Tidak Kualitas Udara Ambient
Sehat Tidak Sehat Sangat Berbahaya Ada Data Tidak
1. Januari 14 17 0 0 0 0 2. Pebruari 14 0 0 0 0 15 3. Maret 0 0 0 0 0 31 4. April 21 1 0 0 0 8 5. M e i 17 1 0 0 0 13 6. Juni 11 12 0 0 0 7 7. Juli 24 2 0 0 0 5 8. Agustus 7 17 1 0 0 6 9. September 16 10 0 0 0 4 10. Oktober 24 5 0 0 0 2 11. Nopember 29 1 0 0 0 0 12. Desember 29 2 0 0 0 0 Jumlah hari 206 68 1 0 0 91
Berdasarkan tabel diatas Kualitas Udara Kota Pekanbaru pada Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Baik : 206 hari (56,28 %)
Sedang : 68 hari (18,58 %)
Tidak Sehat : 1 hari (0.27 %)
Sangat Tidak Sehat : 0 hari
Berbahaya : 0 hari
Tidak Ada Data : 91 hari (24.86%)
REKAPITULASI DATA KUALITAS UDARA AMBIENT CRITICAL PARAMETER (DALAM ISPU) KOTA PEKANBARU TAHUN 2012
No. Bulan PM10 SO2 CO Parameter O3 NO2 Tidak Ada Data
1. Januari 13 18 0 0 0 0 2. Pebruari 3 4 0 7 0 15 3. Maret 0 0 0 0 0 31 4. April 1 5 0 15 1 8 5. M e i 4 7 0 6 1 13 6. Juni 19 3 0 1 0 7 7. Juli 12 12 0 2 0 5 8. Agustus 23 2 0 0 0 6 9. September 16 2 0 8 0 4 10. Oktober 13 0 0 16 0 2 11. Nopember 11 1 0 18 0 0 12. Desember 9 0 0 22 0 0 Jumlah hari 124 54 0 95 2 91
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Parameter Dominan (Critical Parameter) Kualitas Udara Kota Pekanbaru pada tahun 2012 adalah :
PM10 : 124 hari (33,88 %)
SO2 : 54 hari (14,75 %) CO : 0 hari (38,63%)
O3 : 95 hari (25,96 %)
NO2 : 2 hari (0,55 %)
Tidak Ada Data : 91 hari (24.86%) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Pada Tahun 2012 terdapat 206 hari dengan Kualitas Udara BAIK, 68 hari SEDANG, TIDAK SEHAT 1 hari dan tidak terdapat kategori SANGAT TIDAK SEHAT maupun BERBAHAYA. Sedangkan Parameter Kritis pada Tahun 2012 adalah Parameter PM10 sebanyak 124 hari, SO2 sebanyak 54 hari,
O3 sebanyak 95 hari dan NO2 sebanyak 2 hari, serta terdapat 91 hari yang tidak terdata.
Parameter PM10 adalah Polutan khas berupa debu, asap dan partikel lainnya yang sebagian
besar diakibatkan oleh kebakaran hutan / lahan serta asap yang keluar dari kendaraan diesel (berbahan bakar solar), khusus untuk Kota Pekanbaru tingginya konsentrasi PM10 lebih disebabkan
oleh asap kebakaran hutan / lahan yang terjadi di Kota Pekanbaru maupun disekitar wilayah Pekanbaru. Nilai ISPU tertinggi untuk PM10 adalah 111 (kategori TIDAK SEHAT) yaitu pada bulan
Agustus 2012.
Parameter SO2 (Sulfur Dioxide) adalah gas yang tidak berwarna, berbau tajam dan tidak
mudah terbakar di udara. Nilai ISPU tertinggi untuk SO2 adalah 56 (kategori SEDANG) yaitu pada bulan
Januari 2012. Parameter CO (Carbon Monoxide) adalah gas yang sangat beracun, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin, CO bersumber dari pembakaran hidrokarbon yang tidak
sempurna (emisi gas buang kendaraan bermotor). Nilai tertinggi untuk CO adalah 41 (kategori BAIK) yaitu pada bulan Januari 2012.
Sedangkan O3 (Ozone) adalah polutan sekunder yang merupakan hasil reaksi antara HC dan
NO2 (berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor) dengan bantuan sinar matahari. Nilai tertinggi
untuk O3 (ozon) adalah 72 (Kategori SEDANG) yaitu pada bulan September 2012. Dan untuk parameter
NO2 (Nitrogen Dioxide) nilai ISPU tertinggi adalah 49 (Kategori BAIK) yaitu pada bulan Juni 2012. Data
Kualitas Udara Ambient Tahun 2010 Kota Pekanbaru secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran Laporan ini.
Disiapkan oleh : Disahkan oleh : Staf Pengolahan Data Kepala Laboratorium Udara
Kota Pekanbaru
SUMARNI Ir. H. SYAHRIAL, MSi
Nip. 19751202 200701 1 003 Nip. 19620727 198603 1 009 Mengetahui :
KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PEKANBARU
Ir. SYAFRUDDIN SAYUTI, MSc. MsTr
Pembina Utama Muda NIP. 19571018 198503 1 003
Tembusan disampaikan kepada Yth. :
1. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia di Jakarta 2. Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) Wilayah Sumatera di Pekanbaru 3. Badan Lingkungan Hidup Propinsi Riau di Pekanbaru