• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP GUNUNG SRANDIL SEBAGAI TEMPAT PESUCEN DILIHAT DARI PERSPEKTIF ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP GUNUNG SRANDIL SEBAGAI TEMPAT PESUCEN DILIHAT DARI PERSPEKTIF ISLAM"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

113

KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP GUNUNG SRANDIL SEBAGAI

TEMPAT PESUCEN DILIHAT DARI PERSPEKTIF ISLAM

Nur Yulita Saputri

Mahasiswa Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Email :

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kepercayaan masyarakat terhadap Gunung Srandil

sebagai tempat “pesucen” dilihat dari perspektif islam. Perspektif Islam merupakan cara

pandang masyarakat menurut ajaran Islam dimana para penganutnya memiliki pedoman

yaitu Al-Qur’an dan Hadits.

Persepsi masyarakat terhadap

orang yang berada di dalam

makam di Gunung Srandil atau petilasan Gunung Srandil sebagai wali atau orang yang

taat dalam beragama sehingga apabila mereka berdoa dan memohon dengan cara bertapa

di makam tersebut maka apa yang menjadi cita-cita atau keinginannya akan terkabul atau

terwujud. Berdasarkan perpektif Islam, seperti yang tertulis dalam Q.S An-Nisa ayat 48,

kegiatan yang dilakukan dan kepercayaan masyarakat terhadap Gunung Srandil sebagai

tempat berdoa agar keinginannya terwujud termasuk dalam perbuatan syirik dan

merupakan dosa besar.

Kata kunci : kepercayaan, persepsi, perspektif Islam

PENDAHULUAN

Bukan hanya teknologi saja yang semakin kini semakin berkembang pengetahuannya, namun

terjadi juga pada masyarakat. Dengan seiring pada pertumbuhan zaman, berkembang juga lah

kepercayaan masyarakat yang mereka yakini terutama di Indonesia yaitu muncul kepercayaan pada

masyarakat kejawen. Awal mulanya kejawen muncul seiring dengan datangnya para Wali Songo ke

Tanah Jawa dalam rangka menyebarkan ajaran agama Islam. Ketika itu para Wali melakukan penyebaran

agama dengan cara yang halus, yaitu memasukan unsur budaya dan tradisi Jawa agar mudah diterima dan

dipahami oleh masyarakat. Hingga saat ini kejawen masih poluler di kalangan masyarakat di Jawa.

Kelompok Kejawen percaya bahwa masih ada roh leluhur mereka yang menempati tempat-tempat kramat

seperti (gunung, goa, makam, dan lain sebagainya). Dari kepercayaan tersebut lahirlah upacara-upacara

sebagai wujud keyakinan yang mereka anut untuk mengungkapkan rasa syukur dan meminta

perlindungan pada penguasa tempat tersebut agar tidak terjadi bencana yang menimpa daerah mereka.

Kepercayaan adalah keyakinan yang dianut oleh seseorang, dengan adanya kepercayaan itu, maka

berpengaruh pada perilaku yang dilakukan oleh seseorang tersebut. Mengingat bahwa sesuatu yang

diimani, pastinya akan menuntut sebuah perilaku. Ketika mempercayai sesuatu, maka perilaku harus

sesuai dengan kepercayaan tersebut. Sehingga, kepercayaan yang dimiliki oleh seseorang, akan sangat

berpengaruh pada terbentuknya perilaku. Semua perilaku yang dijalankan akan diusahakan sesuai dengan

kepercayaan tersebut, jika tidak sesuai, maka akan menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi individu

tersebut. Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa telah berkembang semenjak masa silam, sebagai

(2)

114

aliran kepercyaan ini membawa dampak, yaitu adanya usaha agar aliran kepercyaan tersebut disejajarkan

sebagai agama. Sebelum agama resmi masuk kedalam nusantara, disetiap daerah telah ada

agama-agama atau kepercyaan asli. Seperti di daerah Cilacap.

Banyak sekali cerita di Jawa yang menggambarkan bahwa pemenuhan harapan orang kejawen

tidak cukup hanya dengan bekerja dan bersembahyang. Ada upaya lain yang harus mereka lakukan.

Upaya tersebut adalah ritual, yang dilaksanakan masyarakat sesuai dengan kepercayaan mereka terhadap

berbagai mitos dan sejarah tempat-tempat keramat tertentu yang berkembang. Salah satu tempat ritual dan

memiliki kepercayaan mitos yang kuat adalah Gunung Srandil, Cilacap.

Gunung Srandil merupakan bukti sejarah yang luar biasa di mata masyarakat Indonesia, dan juga

di mata dunia. Selain keunikan dan keindahanya, tempat ini merupakan tempat wisata yang populer. Di

samping wisata alam dan budaya juga terdapat wisata spiritual atau religius. Srandil merupakan salah satu

tempat di Glempang Pasir, Adipala, Cilacap yang masyarakatnya mengandung kepercayaan kejawen

karena masih melakukan ritual hingga saat ini dan dikatakan sebagai tempat yang mempunyai mitos serta

lagenda yang masih dipercaya oleh masyarakat sekitar hingga ke manca Negara.

Srandil mengandung arti Sarana lan adil yaitu tempat untuk mengasah diri untuk mencari

keadilan apabila sudah tidak ada jalan keluar untuk sebuah masalah yang sulit di pecahkan.Srandil

merupakan pepunden tertua di tanah Jawa dahulunya Srandil juga merupakan tempat penyebaran agama

Islam di daerah pesisir. Pada masa itu daerah Srandil belum ada agama Islam, kebanyakan dari

penduduknya beragama Hindu, Budha dan sebagian merupakan kepercayaan atau kejawen. Bukti dari

penyebaran agama Islam pada masa ini di Srandil yaitu dengan adanya salah satu pepunden Syeh

Maulana Murahidi atau dikenal dengan Mbah Gusti Agung.

SEJARAH GUNUNG SRANDIL

Gunung Srandil merupakan tempat peziarahan yang didalamnya bersemayam para leluhur tanah

Jawa. Sehingga banyak orang yang berdatangan dari berbagai daerah untuk berziarah dengan berbagai

ritual dan doa yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta Alam Semesta, melalui para

leluhur yang bersemayam di Gunung Srandil guna mendapatkan ketenangan hidup dan kebesaran jiwa

dalam menyikapi ujian hidup yang dialami setiap Insan. Gunung Srandil terletak di pesisir Pantai Selatan,

tepatnya di Desa Glempang Pasir, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Lokasi Gunung Srandil sebenarnya masih dibawah naungan TNI Angkatan Darat, yang dikelola

oleh Densibang (Detasemen Seni dan Bangunan). Untuk pemeliharaanya dilakukan secara pribadi-pribadi

oleh masyarakat setempat. Konon Gunung Srandil merupakan titik utama Eyang Semar atau Kaki

Tunggul Sabdo Jati Doyo Amung Rogo. Sedikitnya ada tujuh titik pepunden atau leluhur yang

bersemayam. Ketujuh titik tersebut terbagi dalam dua lokasi, yaitu lokasi dibawah ada lima titik pepunden

dan dua titik lainnya ada di puncak Gunung Srandil. Kesemuanya merupakan rangkaian yang berurutan

apabila hendak berziarah. Dimulai dari Eyang Guru, atau Eyang Sukmo Sejati, atau Eyang Sukmo Sejati

Kunci Sari Dana Sari yang menjadi kunci pertama atau kunci pembuka Gunung Srandil. Di lokasi inilah

peziarah menyampaikan maksud dan tujuanya serta minta ijin untuk berziarah ketempat berikutnya.Kedua

adalah Eyang Gusti Agung Sultan Murahidi, ini merupakan titik gaib pertama tertua di sini, letaknya di

sebelah Timur dalam lokasi pagar Gunung Srandil. Ketiga adalah Nini Dewi Tunjung Sekar Sari, ini

merupakan keramat murni sebagai pendamping atau istri dari Eyang Semar, terletak di bawah sebelah

Selatan dalam lokasi pagar Gunung Srandil. Keempat adalah Eyang Semar atau Kaki Tunggul Sabdo Jati

(3)

115

Doyo Amung Rogo. Tempat ini merupakan titik utama Gunung Srandil. Terletak bersebelahan dengan

keramat Nini Dewi Tunjung Sari. Berikutnya yang kelima adalah petilasan Eyang Juragan Dampu

Awang, atau Sampokong, atau Sunan Kuning. Seorang juragan (saudagar) kaya dari Negeri China

beragama Islam, yang dahulunya pernah singgah untuk melakukan semedi di tempat ini. Letaknya di

sebelah Utara sisi kanam dari pintu gerbang masuk Gunung Srandil. Yang keenam petilasan Eyang

Langlang Buana, merupakan titisan dari Dewa Wisnu yang masih ada kaitannya dengan Kerajaan

Pajajaran, di Jawa Barat. Terletak di puncak Gunung Srandil. Titik yang ketujuh adalah Eyang Mayang

Koro atau Hanoman, yang menjadi gaib murni sebagai pendamping Eyang Langlang Buana.

Pada ketujuh titik petilasan inilah para peziarah memanjatkan doa memohon kepada Tuhan Yang

Maha Kuasa, untuk mengutarakan apa yang menjadi hajat atau cita-citanya agar terkabulkan. "Tentunya

harus dibarengi dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Biasanya peziarah yang datang

ketempat ini mengunakan ritual khusus, seperti membawa kembang setaman, minyak wangi, rokok

kretek, kemenyan atau dupa. Bahkan kalau yang mampu ada yang selamatan mengunakan ayam atau

kambing. Namun, itu semua tergantung kemampuan masing-masing individu dan tidak mengharuskan,

yang terpenting adalah niatannya.Sesaji atau atur sesaji hanya syariat saja, seperti memberikan rasa terima

kasih kepada pepunden atau leluhur yang ada di Gunung Srandil agar doanya dapat diangkat dan

disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, jadi peziarah bukan menyembah kepada mereka yang

sudah meninggal, tetapi tetap menyembah dan memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Menurut salah seorang juru kuncibahwa Gunung Srandil hanyalah tempat untuk bersyariat saja, tidak

lebih dan tidak kurang. Disana hanya untuk mencari berkah dari Yang Kuasa untuk mendapatkan solusi

apabila seseorang mendapatkan masalah, dan tanpa resiko apapun.

METODE

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi Menurut Patton (1990: 201 dalam Poerwandari, 1998: 63) menegaskan observasi

merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan

pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode

ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah

mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.

2. Interview

Menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau

responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).metode

wawancara adalah metode untuk mendapatkan data dengan mengadakan komunikasi langsung

dengan sumber data atau informan. Peneliti dapat mengumpulkan data berdasarkan wawancara

langsung secara lisan dengan dua juru kunci dan lima pendatang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Subjek pertama :

Subjek pertama bernama X merupakan ketua dari 15 juru kunci di Gunung Srandil

mengungkapkan bahwa Gunung Srandil merupakan tempat keramat yang sudah ada sejak dahulu dan

(4)

116

merupakan turun temurun dari leluhur. Kebanyakan masyarakatnya beragama Islam dan masih

percaya dengan mitos Gunung Srandil. Peneliti juga mendapatkan informasi tentang Nyai Roro

Kidul, menurut X keberadaan Nyai Roro Kidul benar adanya dan hanya orang-orang pilihan yang

bisa berjabat tangan dengannya. Tenggelamnya orang di pantai karena memakai baju hijau bukan

sekedar mitos tetapi merupakan larangan dan dianggap melanggar karena Nyai Roro Kidul

merupakan sosok yang sangat cantik yang menyukai warna hijau.

Tanggapan X sebagai seorang muslim yang percaya dengan ritual di Gunung Srandil

tergantung niat dari orang yang datang ke Srandil. Jika tujuan untuk berdoa dan meminta kepada

Yang Maha Kuasa menurut X tidak musyrik kecuali jika memang meminta kepada jin dan setan.

Masyarakat percaya dengan Gunung Srandil karena sudah terbukti banyak orang yang bertapa di

Gunung Srandil selain untuk menenangkan hati dan pikiran juga bisa untuk meminta kesuksesan,

keselamatan. Bukan dari daerah Cilacap saja tapi sampai ke Luar Jawa bahkan sampai ke Luar Negeri

seperti Brunai, Singapura, Malaysia, dan Australia.

X pernah diberi petanda ketika musibah atau

bencana akan datang dengan bermimpi bertemu seseorang yang menyuruhnya untuk berhati-hati,

kemudian selang beberapa hari terjadi Tsunami yang merenggut banyak korban jiwa di Cilacap.

Menurut X Setiap malam Jumat Kliwon, dan tanggal 1 Suro di Gunung Srandil banyak

pengunjung yang datang untuk mengadakan syukuran dan wayangan. Hal ini dilakukan untuk

menghormati bulan Jawa. Tidak ada pantangan jika datang ke Gunung Srandil, yang terpentingnya

tujuannya baik dan benar kalau memang mempunyai tujuan yang tidak benar biasanya banyak orang

kesurupan. Sejarah orang pertama yang diturunkan Gunug Srandil yaitu Kaki Semar. Mbah Sultan

Agung Ahmad Mauludin yang ingin menjadi Ratu Jawa, Gunung Srandil dulu merupakan pulau

dimana Sultan Agung Mauludin bertapa dan tempat penyebarkan Islam sejarah pertama.

2. Subjek ke dua

Subjek bernama Y merupakan pengunjung yang sering datang ke Gunung Srandil, berasal

dari wirasana, purbalingga memiliki 1 orang istri dan 2 orang anak.

Y mempercayai jika berdoa di

Gunung Srandil Hajatnya akan di kabulkan oleh sang Maha Kuasa karena menurut Y sudah banyak

yang terbukti.

3. Subjek ke tiga

Subjek merupakan pendatang yang jauh-jauh dari Bandung datang ke Srandil karena

mempunyai tujuan untuk menenangkan diri dan mencari petunjuk. Subjek percaya bahwa Srandil

merupakan tempat kramat. Subjek sudah 3 hari 2 malam berada di tempat tersebut dan akan pulang

ketika sudah mendapatkan petunjuk dari apa yang diinginkan. Awal mula subjek mengetahui Srandil

dari seorang temannya pada tahun 2007 yang sudah pernah datang ke Srandil dengan

keberhasilannya di masa sekarang. Menurut subjek kegiatan yang dilakukan masih sesuai dengan

ajarannya yaitu Islam. Subjek bermalam di bukit Srandil dengan beralas tikar, beratap dan pakaian

yang sekedarnya yang sekelilingnya terdiri dari beberapa petilasan dan sebuah Gedung Pusaka.

Subjek menganggap kesederhanaan tersebut agar dirinya lebih prihatin dan agar bisa lebih khusuk

dalam beribadah kepada Yang Maha Kuasa. Berpuasa, bertawasul, berdzikir merupakan kegiatan

yang selalu subjek lakukan selama bermalam di Srandil. Bukan daerah Srandil saja yang sudah subjek

kunjungi tapi daerah lain juga dikunjungi, seperti makam Wali Songo.

(5)

117

Subjek ke empat merupakan sepasang keluarga yang terdiri dari suami, Ibu dan satu orang

anaknya. Subjek merupakan pendatang dari Serang, Banten dengan maksud untuk mencari

ketenangan batin. Subjek sudah 4 hari 3 malam berada di Srandil dan akan pulang setelah malam 1

suro. Subjek bermalam di

tempat yang jauh dari rumah warga dan hanya beralas karpet, di tempat

yang terbuka. Kegiatan yang Subjek lakukan adalah berpuasa setiap hari, berdoa, solat dan hal-hal

yang bisa mendekatkan dirinya

kepada Allah SWT. Subjek mengetahui Srandil dari kakaknya yang

sudah sering datang ke Srandil dan ingin mencontoh kakaknya yang sudah mendapatkan ketenangan

batin serta sudah memperoleh apa yang diinginkannya.

5. Subjek ke lima

Subjek merupakan Juru Kunci dari Gunung Srandil.

Sebelum wawancara,

Subjek

melakukan meditasi, yang disebutkannya meminta izin kepada kanjeng ratu

Kidul

untuk

melakukan wawancara dan

memberitahu nama-nama Kanjeng Ratu tersebut. Hasilnya adalah

seperti nama Penjaga samudera ada Ibu Gusti Kanjeng Puji Wati, Ibu Gusti Dewi Retno Tumilar, Ibu

Gusti Trantam Sari, Penawang Ibu Dewi Nawang Wulan dan nama Panglima Perang Kanjeng seperti

Dewi Mayang Sari yaitu Kanjeng Dewi Arum Dasih, Kanjeng Dewi Nilam Sari, Kanjeng Dewi Tilam

Sari, Kanjeng Dewi Dyah Talingsih, Kusuma Ayu Dewi Lanjar, Kusuma Ayu Condro Kumolo.

Subjek menceritakan kebanyakan orang yang datang ke Srandil untuk urusan keduniawian,

kesehatan dan meminta jabatan, misalnya adalah pemilu 2014 si A mengirimkan 10 utusannya untuk

datang ke Srandil dan menemui juru kunci Srandil, kemudian sebelum utusannya tersebut meminta

pada juru kunci, juru kunci langsung mengatakan bahwa A akan terpilih dan memenangkan pemilu.

Alasan Kenapa untuk menjadi pemimpin harus ke Srandil karena tempat itu merupakan “kiblating

jagad pancering bawana” atau tempat suri tauladan di muka muka bumi. Dalam salah satu mitosnya,

Srandil adalah tempat bersemayamnya Sang Pamong Nusantara dan tempat bercokolnya Sumpah

Palapa. Ratu Adil juga akan hadir dari seorang yang sudah bertirakat di tempat ini.Jadi untuk

menjadi seorang pemimpin nusantara haruslah bertapa di Srandil terlebih dahulu. Jika tidak, maka

kekuasaanya tidak direstui oleh penguasa alam gaib sehingga tidak akan bertahan akan lama dan

banyak dihampiri mara bahaya.

Subjek juga memberikan informasi bahwa Srandil akan ramai saat

malam satu suro dimana tempat tersebut penuh dengan pengunjung, bahkan banyak pendatang dari

luar jawa sampai luar negri menyatu menjadi satu, bukan orang Islam saja tetapi juga agama lainya

seperti Budha, Konghucu, Kristen, dll mereka bergabung dalam satu tempat untuk melakukan sebuah

ritual.

Menurut Frazer (1854-1941) bahwa manusia memecahkan semua persoalan dalam hidupnya

dengan menggunakan akal dan sistem pengetahuan mereka, namun menurutnya akal dan sistem

pengetahuan manusia itu ada batasannya, makin maju sebuah kebudayaan manusia, makin luas batas akal

itu. Akhirnya soal-soal hidup yang tidak dapat dipecahkan oleh manusia dengan segala keterbatasannya

itu membawa manusia kepada magic atau biasa kita sebut dengan ilmu gaib untuk memecahkan

masalah-masalah tersebut. Magic menurut Frazer adalah segala perbuatan manusia untuk mencapai suatu maksud

dengan menggunakan kekuatan alam dan segala sesuatu yang ada di belakangnya. Namun menurut

Frazer, pada waktu itu sebagian besar kegiatan magic tersebut tidak berhasil dan akhirnya manusia mulai

percaya pada alam yang dihuni oleh makhluk-makhluk halus yang lebih berkuasa dari mereka dan mereka

anggap punya kekuatan untuk mengatur alam, maka dari sinilah timbul religi.

Menurut Frazer, memang ada suatu perbedaan besar antara ilmu gaib dengan religi. Ilmu gaib

adalah segala sistem tingkah laku dan sikap manusia untuk mencapai suatu maksud dengan menguasai

dan mempergunakan kekuatan-kekuatan dan kaidah-kaidah gaib yang ada dalam alam, sebaliknya religi

(6)

118

adalah segala sistem tingkah laku manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan diri

kepada kemauan dan kekuasaan makhluk halus seperti roh-roh, dewa yang menepati alam.

Sebagaimana zaman magic digantikan oleh zaman religi, begitu pula kepercayaan kepada dewa

pada masa sekarang, merupakan pemikiran manusia itu sendiri. Perbedaan mendasar yang dikemukakan

oleh Frazer adalah agama didefinisikan sebagai kepercayaan pada makhluk spiritual, secara umum

mendapati agama menyerupai magic, karena keduanya dibangun atas penghubung ide secara tidak kritis.

Sedangkan agama dilihat sebagai hal yang bertentangan dengan prinsip magic.

Gunung Srandil merupakan salah satu obyek wisata religius yang terdapat di Kecamatan

Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Glempang Pasir. Gunung Srandil ini sendiri

merupakan sebuah bukit berhutan yang di dalamnya terdapat banyak tempat-tempat penyembahan atau

dalam bahasa Jawa yaitu Pesucen yang artinya tempat bersuci atau tapa. Srandil juga dipercaya sebagai

salah satu obyek wisata yang di kramatkan oleh kalangan masyarakat yang mempercayainya, karena

merupakan tempat turun-temurun dari leluhur. Dengan berziarah dan berdoa di makam, masyarakat

percaya bahwa apa yang mereka inginkan akan dikabulkan.

Islam tidak mengenal istilah atau ajaran kejawen. Secara bahasa maupun istilah di dalam

Al-Quran dan Al-Hadist tidak ditemukan penjelasan tentang kejawen. Sebetulnya kejawen sangat berbeda

dengan ajaran islam. Istilah kejawen Islam muncul setelah para Wali menyebarkan ajaran Islam. Wali

Songo memasukkan unsur tradisi dan budaya untuk memudahkan penyeberan agama Islam. Kejawen dan

Islam adalah wujud sinkretisasi yang pada akhirnya menjadi tradisi yang dijalankan oleh orang-orang

Jawa hingga saat ini. Ritual yang dilakukan masyarakat kejawen dalam aplikasi dikehidupannya harus

dilihat lebih dalam, Karena ritual-ritual tersebut dikhawatirkan pada akhirnya menyimpang dari ajaran

agama Islam. Dalam kaidah Islam, jika budaya itu berlangsung dan melanggar sisi Tauhid menjadi haram,

namun jika budaya itu digunakan hanya sebatas praktek-praktek muamalah itu dibolehkan.

Berdasarkan hasil studi karya seni sastra Jawa abad XVIII yang dilakukan oleh beberapa peneliti

seperti Zoetmulder (Manunggaling Kawula Gusti, 1995), Simuh (Mistik Islam Kejawen, 1988), dan Niels

Mulder (1985), Kejawen merupakan perkawinan tradisi Islam dengan Hindu – Buddha Jawa. Kejawen

dari awal senantiasa bersifat reseptif, bisa menerima apapun yang masuk ke Kepulauan Nusantara dan itu

tampak jelas dari ritual-ritual yang dilakukan oleh masyarakat di Indonesia saat ini, seperti selametan,

sesaji untuk sedekah laut.

Percaya kepada selain Allah (syirik) termasuk dalam dosa besar. Beberapa dalil dalam Al Qur'an

mengenai syirik ini adalah sebagai berikut.

1. Surat Luqman ayat 13.Allah SWT berfiman,

ٌﻢﯿ ِﻈَ ﻌٌﻤْﻠُﻈَ ﻠَﻛ ْﺮّ ِﺸﻟﺎﱠﻧِ ﺈ ِﮭﱠ ﻠﻟﺎِ ﺒْﻛ ِﺮْﺸُﺗﻼﱠﯿَﻨُﺑﺎَﯿُﮭُﻈِﻌَﯾ َﻮُھ َﻮ ِﮭِﻨْﺑﻼُﻧﺎ َﻤْﻘُ ﻠَﻟﺎَﻗ ْذِ إ َو

Artinya:

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai

anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

benar-benar

kezaliman

yang

besar".

(7)

119

2. Surat An-Nisaa ayat 48.

ًﻤﯿ ِﻈَﻋﺎ ًﻤْ ﺛِ ﺈﯨ َﺮَﺘْﻓا ِﺪَﻘَﻔ ِﮭﱠ ﻠﻟﺎِ ﺒْﻛ ِﺮْﺸُﯿْﻨ َﻣ َوُءﺎَﺸَﯿْﻨ َﻤِﻠَﻜِﻟَﺬَﻧوُدﺎ َﻣ ُﺮِﻔْﻐَﯾ َﻮ ِﮭِ ﺒَﻛ َﺮْﺸُﯿْﻧَأ ُﺮِﻔْﻐَﯾﻼ َﮭﱠ ﻠﻟﺎﱠﻧِ إ

Artinya:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain

dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka

sungguh

ia

telah

berbuat

dosa

yang

besar."

(QS. An-Nisaa: 48).

Kebanyakan seseorang mempercayai sebuah tempat yang bermitos itu dianggap tempat keramat

karena merupakan turun temurun dari leluhur dan dipercaya dapat mewujudkan apa yang di inginkan

melalui kegiatanspiritualnya. Kepercayaan tersebut merupakan persepsi dari masing-masing orang yang

percaya bahwa melalui tempat tersebutlah dapat mewujudkan keinginannya.Ada banyak ahli yang

berpendapat tentang kepercayaan,namun pada intinya kepercayaan itu sendiri adalah anggapan atau

keyakinan terhadap sesuatu yang mempengaruhi sifat mental yang meyakini setiap orang karena pengaruh

antara kepercayaan dengan antusias dan kepuasan pengunjung Gunung Srandil. Hal ini disebabkan karena

terpenuhinya keinginan dalam diri seeorang tersebut untuk menjadi kaya menggunakan cara yang mereka

anggap mudah dengan tindakannya melalui kekuatan-kekuatan yang ada di dalam alam. Manusia

mula-mula hanya memepergunakan ilmu gaib untuk memecahkan soal hidupnya yang ada di luar batas

kemampuanan pengetahuan akalnya

DAFTAR PUSTAKA

Nazir, M. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia.

Purwadi. 2006. Semar Mesem Hikayat Ilmu Pengasihan Jawa : Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

https://psikologiviny.wordpress.com/2012/06/12/hubungan-antara-kepercayaan kejawen dan

-agama-islam-dalam-ritual-gunung-kawi-oleh-pengunjung muslim/

Referensi

Dokumen terkait

2. A nem állami fels ő oktatási intézmények hallgatóinak rekrutációja során mind a kulturális, mind pedig az anyagi-jövedelmi hatás érvényesül, ugyanakkor az anyagi

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Teknis Pelaksana Entry Penyelenggaraan

Dari data yang diperoleh melalui wawancara kepada 4 ibu hamil multigravida di Puskesmas Kartasura, mengatakan bahwa belum mengetahui secara jelas mengenai apa itu

Ukuran yang telah ditetapkan untuk purse seine bertali kerut dengan alat bantu penangkapan ikan (rumpon atau cahaya) dan ikan target tongkol atau cakalang memiliki panjang

Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara

BENER MERIAH ACEH 772 10111605 SMP NEGERI TERPADU SEUMAYOEN NUSANTARA KAB. BENER

Pemodelan sistem pakar deteksi dini resiko HIV/AIDS menggunakan metode Dempster-Shafer ini dapat mengetahui keputusan dari pakar dengan cara menghitung nilai

Alim Setiawan Slamet, S.TP, M.Si, mengatakan bahwa mahasiswa yang mengikuti program dari perusahaan dapat menambah pengalaman dan soft skill sehingga setelah lulus nanti tidak