• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II: STUDI

2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Berdasarkan KAK (Kerangka Acuan Kerja) yang telah diberikan sebagai pedoman awal perencanaan dan perancangan rumah sakit umum daerah kelas B telah dijelaskan bahwa Wilayah Kota Adminstrasi Jakarta Selatan belum mempunyai RSUD sebagai pelayanan masyarakat dibidang kesehatan padahal Wilayah Jakarta Selatan dengan luas sekitar ± 145,73 km2 merupakan wilayah terluas kedua di Provinsi DKI Jakarta setelah Jakarta Timur serta mempunyai jumlah penduduk sekitar yang sudah cukup padat yaitu sekitar ± 2.057.080 jiwa, merupakan jumlah penduduk terbanyak ketiga di Provinsi DKI Jakarta setelah Jakarta Timur dan Jakarta Barat, dan akan terus bertambah sejalan dengan pembangunan perumahan dan infrastruktur lainnya. Terjadi overload pada rumah sakit umum daerah disekitar jakarta selatan dan kurangnya fasilitas rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjadi salah satu latar belakang dibangunannya rumah sakit umum daerah kelas B di Jakarta Selatan. Dengan luas lahan seluas 25.087 m2, daerah perencanaan bangunan rumah sakit umum daerah kelas B ini akan dibangun seluas 21.211 m2 dengan jumlah 12 lantai terdiri dari 3 lantai podium dan 9 lantai tower dan fasilitas penunjang lainnya. Sisa lahan pembangunan seluas 3.876 m2 akan digunakan sebagai lahan penghijauan dalam kawasan rumah sakit umum daerah kelas B ini.

Setelah melakukan observasi site yang akan dibangun dan mengamati kondisi lahan serta lingkungan sekitar, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang. Site ini terletak di jalan TB Simatupang atau jalan Harsono RM No.1 dimana jalan ini merupakan jalan utama dengan kondisi ruas jalan satu jalur, satu arah dan terdapat 2 lajur (lihat gambar 1). Jalur ini yang nantinya akan menjadi satu – satunya pintu masuk (entrance) menuju ke dalam bangunan. Dapat disimpulkan

(2)

akan terjadi kemacetan pada jalan utama ini karena akan menjadi keluar masuk kendaraan dari RSUD. Olehkarena itu perlu pertimbangan khusus dalam pencapaian menuju bangunan RSUD.

Gambar 1 Jalan Utama TB Simatupang (Sumber : Dokumen Pribadi)

Kondisi lahan yang berkontur pada sisi barat lahan juga menjadi pertimbangan dalam merancang (lihat Gambar 2). Perencana harus mempertimbangkan penggunaan sistem cut and fill sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan. Selain itu, perencana juga harus memperhatikan struktur apa yang akan digunakan terkait kondisi lahan yang berkontur demi keselamatan dan keamanan para pengguna bangunan.

(3)

Gambar 2 Kondisi Site RSUD Jakarta Selatan (Sumber: Dokumen KAK )

Pada sisi barat lahan pembangunan RSUD Jakarta Selatan ini terdapat kali yang juga perlu pertimbangan dari perencana (lihat gambar 3). RSUD perlu lingkungan yang sehat bukan yang nantinya akan menimbulkan permasalahan kesehatan. Selain itu, kebersihan kali harus diperhatikan agar nantinya tidak menjadi pembuangan limbah rumah sakit. Limbah rumah sakit dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik.

(4)

Gambar 3 Kali yang terdapat pada sisi Barat lahan (Sumber: Dokumen pribadi)

2.2. Studi Pustaka

2.2.1. Definisi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan (Siregar, 2004).

Beberapa pengertian rumah sakit yang dikemukakan oleh para ahli (Azrul Anwar, 1996 dalam Wildan Pahlevi, 2009), diantaranya :

a. Menurut Assosiation Of Hospital Care (1947) rumah sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan.

b. Menurut American Hospital Assosiation (1974) rumah sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

c. Menurut Wolper dan Pena (1997) rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan.

(5)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rumah sakit adalah lembaga atau institusi yang memberikan pelayanan atas kesehatan pasien/masyarakat hingga sembuh dan sebagai tempat pendidikan serta penelitian yang berhubungan dengan ilmu kedokteran dan kesehatan.

2.2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. 4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Sedangkan, menurut Permenkes RI No.159b/MenKes/Per/1998 (Wijono, 1997 dalam Wildan Pahlevi, 2009) , fungsi rumah sakit adalah :

a. Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, penunjang medik, rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan

b. Menyediakan tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan paramedik

c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan

(6)

2.2.3. Klasifikasi Rumah Sakit

Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan Rumah Sakit berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan. Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut:

1. Klasifikasi berdasarkan Kepemilikan

Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas: a. Rumah sakit pemerintah terdiri atas:

a) Rumah sakit vertikal yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan

b) Rumah sakit pemerintah daerah c) Rumah sakit militer

d) Rumah sakit BUMN.

b. Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat.

2. Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanannya

Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit ini terdiri atas:

a. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis kesakitan, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatri, ibu hamil, dan sebagainya.

b. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberi pelayanan diagnosis dan pengobatan untuk penderita dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah, seperti rumah sakit kanker, bersalin, psikiatri, pediatrik, ketergantungan obat, rumah sakit rehabilitasi dan penyakit kronis.

3. Klasifikasi berdasarkan lama tinggal

Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas:

a. Rumah sakit perawatan jangka pendek adalah rumah sakit yang merawat penderita selamarata-rata kurang dari 30 hari.

b. Rumah sakit perawatan jangka panjang adalah rumah sakit yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih.

(7)

4. Klasifikasi berdasarkan Kapasitas tempat tidur

Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas tempat tidur sesuai pola berikut:

a. Di bawah 50 tempat tidur b. 50 – 99 tempat tidur c. 100 – 199 tempat tidur d. 200 – 299 tempat tidur e. 300 – 399 tempat tidur f. 400 – 499 tempat tidur g. 500 tempat tidur atau lebih

5. Klasifikasi berdasarkan Afiliasi pendidikan

Rumah sakit berdasarkan afiliasi pendidikan terdiri atas dua jenis yaitu: a. Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit yang melaksanakan

program pelatihan dalam bidang medik, bedah, pediatrik dan bidang spesialis lain.

b. Rumah sakit non pendidikan adalah rumah sakit yang tidak memiliki afiliasi dengan universitas disebut rumah sakit non pendidikan.

6. Klasifikasi berdasarkan Status akreditasi

Rumah sakit berdasarkan status akreditasi terdiri atas rumah sakit yang telah diakreditasi dan rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu. Menurut Siregar dan Lia (2004), Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Klasifikasi berdasarkan kepemilikan, terdiri dari: a. Rumah sakit pemerintah, terdiri dari:

Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan  Rumah sakit pemerintah daerah

Rumah sakit militer

 Rumah sakit Badan Usaha Milik Negara (BUMN) b. Rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat (swasta) 2. Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan, terdiri dari 2 jenis:

(8)

a. Rumah sakit umum, memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai penyakit.

b. Rumah sakit khusus, memberi pelayanan diagnosa dan pengobatan untuk penderita dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah, contoh: rumah sakit kanker maupun rumah sakit jantung.

3. Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan, terdiri dari 2 jenis:

a. Rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi.

b. Rumah sakit nonpendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan profesi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan universitas.

4. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah, dibagi menjadi:

a. Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas.

b. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas.

c. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d. Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, yang berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit, Klasifikasi Rumah Sakit Umum beserta jumlah minimal tempat tidur yang tersedia adalah:

Rumah Sakit umum kelas A - tempat tidur minimal 400 buah , Rumah Sakit umum kelas B - tempat tidur minimal 200 buah, Rumah Sakit umum kelas C - tempat tidur minimal 100 buah, Rumah Sakit umum kelas D - tempat tidur minimal 50 buah.

(9)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit:

a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas.

b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik luas.

c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar (Depkes RI, 2009; Siregar, 2004)

Sedangkan menurut Azwar (1996) menyatakan bahwa rumah sakit di Indonesia jika ditinjau dari kemampuan yang dimiliki dibedakan menjadi lima macam, yaitu:

1. Rumah sakit tipe A

Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis secara luas. Rumah sakit kelas A ditetapkan sebagai tempat pelayanan rumah sakit rujukan tertinggi (top referral hospital) atau rumah sakit pusat.

2. Rumah sakit tipe B

Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah sakit kelas B didirikan di setiap ibukoata propinsi (propincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B.

(10)

Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas, yaitu pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kebidanan dan kandungan. Rumah sakit kelas C akan didirikan di setiap ibukota kabupaten (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.

4. Rumah sakit tipe D

Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit ynag bersifat transisi karena pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Kemampuan rumah sakit kelas D hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Rumah sakit kelas D juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari puskemas.

5. Rumah sakit Tipe E

Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja, misalnya rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit gigi dan mulut dan lain sebagainya.

2.2.5. Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B

Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang – kurangnya empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang medik, delapan spesialis lainnya dan dua subspesialis dasar serta dapat menjadi RS pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.

Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

(11)

Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 pasal 10 ayat (4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. Pasal 10 ayat (12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga / Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang,

Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran,

Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih. Kemudian pada pasal 12 ayat (1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri, ayat (2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri, ayat (3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ayat (4) Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.

Direncanakan rumah sakit umum kelas B didirikan di setiap ibukota propinsi (provincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe B.

Rumah sakit Umum Kelas B dibagi menjadi dua yaitu : a. Rumah sakit umum kelas B pendidikan

Rumah sakit umum kelas B yang menyelenggarakan pendidikan formal di bidang kesehatan.

b. Rumah sakit umum kelas B non-pendidikan

Rumah sakit umum kelas B yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal di bidang kesehatan.

(12)

2.3. Studi Banding

a. Bundang Seoul National University Hospital / JUNGLIM Architecture (Sumber: Archdaily)

Gambar 4 Bundang Seoul National University Hospital (Sumber: Archdaily)

Architects : Junglim Architecture

Location : Bundang-gu, Seongnam-si, Gyeonggi-do, South Korea

Area : 57048.0 sqm

Didirikan pada tahun 2003, Bundang Seoul National University Hospital yang terletak di daerah metropolitan dengan permintaan yang tinggi untuk pelayanan medis dan aksesibilitas yang sangat baik, dan memiliki lingkungan alam yang baik berdekatan dengan Bulgok gunung dan Tancheon.

(13)

Gambar 5 Lingkungan Bundang Seoul National University Hospital (Sumber: Archdaily)

Rumah sakit ini telah berkembang dengan cepat sebagai rumah sakit umum daerah dalam waktu singkat. Namun, seiring berkembangnya rumah sakit ini semakin banyak pula pengguna rumah sakit ini sehingga menyebabkan kurangnya tempat tidur, fasilitas medis dan parkir spaceswere yang tidak cukup. Untuk menyelesaikan masalah tersebut Bundang Seoul National University memutuskan untuk membangun gedung tambahan.

Gedung baru ini terletak di lereng sebelah kanan dari pintu masuk ke Bundang Seoul National University Hospital. Bangunan ini berdekatan dengan bangunan utama dan condong ke arah barat. Namun, terjadi permasalahan atas bentuk tanah, pertimbangan arah dan koneksi dengan bangunan utama.

(14)

Gambar 6 Suasana Lobby (Sumber: Archdaily)

Zona transisi di luar ruangan lantai bawah di gedung baru menjadi kesatuan dengan bentuk dan gambar yang berhubungan dengan bangunan utama. Untuk lobi baru, drop - off zona dengan cukup panjang untuk memuat nyaman telah dirancang, dan bentuk melengkung direncanakan untuk membentuk koneksi ke lobi bangunan utama.

(15)

Gambar 7 Interior Lobby (Sumber: Archdaily)

Untuk bagian bawah, kaca dan panel terakota digunakan sebagai bahan eksterior utama. Terakota bahan finishing bahan tanah liat seperti batu bata, menciptakan citra hangat dan eco rumah sakit dan membuat kontras yang tepat dan keseimbangan ketajaman dan penyempurnaan dari kaca.

Gambar 8 Fasade Bundang Seoul National University Hospital (Sumber: Archdaily)

(16)

Dalam rangka untuk merespon iklim dapat dihindari barat pengaturan lingkungan dan suara, dua sistem fasad kulit telah diterapkan di Bundang Seoul National University Hospital. Karena sistem fasad ganda dilengkapi dengan layar gulungan motor-driven luar terpisah, hal itu dapat meminimalkan silau dan kerusakan yang disebabkan oleh radiasi matahari langsung.

Melalui kontrol individu di dalam ruangan dan multi-warna layar pasien, dapat dimanfaatkan sebagai elemen desain baru. Selain itu, fungsi kontrol suhu ruang antara dinding luar dan fasad kulit ganda mengurangi beban sistem, yang menghasilkan pengurangan konsumsi energi. Karena kekhawatiran tentang infeksi silang dari kamar pasien dan pembatasan biaya konstruksi, perancang tidak melakukan pekerjaan untuk bagian lain kecuali fungsi alam ventilasi ganda sistem fasad kulit .

Ruangan Setiap pasien dilengkapi dengan sifat - vent diproyeksikan sistem jendela yang berlaku beberapa fungsi dari sistem fasad kulit ganda, sehingga membentuk fasad yang unik dan khas. Sebagai aliran udara terus dipertahankan melalui sistem tersebut, rumah sakit dapat menghasilkan lingkungan ruang menyenangkan dan menyegarkan.

Kamar Pasien di bagian depan dan belakang bangunan baru memiliki lingkungan penyembuhan optimal dengan melindungi dari lingkungan yang tidak menyenangkan atau dengan secara aktif menerapkan unsur-unsur yang diperlukan melalui penggunaan sistem fasad kulit ganda atau sistem window yang diproyeksikan. Gedung baru memiliki ruang terbuka cukup dan selaras dengan lingkungan sekitarnya melalui penciptaan gambar alam seperti , dan membuat lingkungan eco penyembuhan dengan mengandung alam di taman luar ruangan , depan alun-alun , piloti dan di dalam ruangan.

(17)

Gambar 9 Denah Lantai 1 (Sumber: Archdaily)

Gambar 10 Denah Lantai 2 (Sumber: Archdaily)

(18)

Gambar 11 Denah Lantai 3 (Sumber: Archdaily)

Gambar 12 Denah Lantai Tower (Sumber: Archdaily)

(19)

Gambar 13 Potongan Bangunan (Sumber: Archdaily)

Gambar 14 Tampak Samping Bundang Seoul National University Hospital (Sumber: Archdaily)

(20)

Gambar 15 Tampak Depan Bundang Seoul National University Hospital (Sumber: Archdaily)

Gambar 16 Sketsa Bundang Seoul National University Hospital (Sumber: Archdaily)

(21)

b. Nanjing Drum Tower Hospital / Lemanarc SA

Gambar 17.Tampak depan Nanjing Drum Tower Hospital Sumber : Arch Daily

Arsitek : Lemanarc SA

Lokasi : Zhongshan North Road & Drum Tower Square, Gulou, Nanjing, Jiangsu, China

Arsitek In Charge : Vincent Zhengmao Zhang Area : 230.000 sqm

Tahun : 2012

Foto : Courtesy of Lemanarc SA

Dari arsitek Nanjing Rumah Sakit. Drum Tower, yang didirikan oleh Canadian Misionaris Dr Macklin, terletak di pusat kota kota Nanjing. Ini adalah salah satu rumah sakit yang paling terkenal di Cina.

Ekspansi sebelumnya rumah sakit ini didorong oleh perkembangan teknologi medis modern serta populasi kota meningkat. rumah sakit Drum tower direncanakan untuk melaksanakan ekspansi baru menggunakan lahan 32.000 meter persegi antara Zhongshan Rd. dan Tianjin Rd. Proyek perluasan juga akan diikuti oleh reorganisasi dan perbaikan tata letak dan fungsi yang ada.

(22)

Gambar 18.Pola block plan bangunan Drum Tower Hospital Sumber : Arch Daily

(23)

Gambar 20.Site plan Drum Tower Hospital Sumber : Arch Daily

Gambar 21.Tampak potongan Drum Tower Hospital Sumber : Arch Daily

Dari potongan diatas dapat terlihat bangunan tersebut memiliki basement 2 lantai dibawah permukaan tanah dan 15 lapis lantai diatas tanah.

(24)

Kemudian arsitektural pada fasad bangunan dapat dilihat seperti penggunaan panel panel penahan cahaya matahari langsung yang digunakan sebagai kulit bagian luar bangunan berfungsi untuk meminilisir panas matahari yang masuk ke dalam ruang sehingga suhu di dalam ruang tetap nyaman dan cukup cahaya dapat di lihat gambar berikut,

Gambar 22.Bentuk kulit luar berupa panel pada bangunan Drum Tower Hospital Sumber : Arch Daily

Dari studi banding Drum Tower Hospital dapat disimpulkan bahwa pembangunan gedung didorong oleh perkembangan teknologi medis modern serta populasi kota meningkat. rumah sakit Drum tower direncanakan untuk melaksanakan ekspansi baru. Dari segi zoning massa bangunan rumah sakit ini menggunakan ilustrasi dua persegi empat yang disusun berdemoetan sehingga menjadi satu kesatuan massa bangunan yang mengikuti bentuk tapak. Dari segi arsitektural fasad bangunan tersebut menggunakan susunan panel panel sebagai inovasi yang digunakan sebagai kulit bagian luar dengan fungsi menghambat pencahayaan langsung dari matahari yang dapat menyebabkan panasnya suhu ruang.

(25)

2.4. Hasil Rumusan

.

Gambar 23 Gambar Matriks Studi Pustaka dan Studi Banding (Sumber: Dokumen Pribadi)

Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Jakarta Selatan Studi Pustaka 4 spesialis dasar 4 spesialis penunjang medik 8 spesialis lainnya 2 subspesialis Studi Literatur Aksesibilitas yang baik Lingkungan yang baik

Lahan Parkir yang memadai

Pemanfaatan Cahaya Alami dengan fasade kulit ganda

Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Jakarta Selatan dengan pendekatan

Gambar

Gambar 1 Jalan Utama TB Simatupang  (Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 2 Kondisi Site RSUD Jakarta Selatan  (Sumber: Dokumen KAK )
Gambar 4 Bundang Seoul National University Hospital  (Sumber: Archdaily)
Gambar 5 Lingkungan Bundang Seoul National University Hospital  (Sumber: Archdaily)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Rangga Handika Saputra, dkk yang berjudul Perbedaan hasil belajar siswa ditinjau dari motivasi belajar siswa dengan menggunakan

Perangkat lunak pertama yaitu perangkat lunak assembler-51 yang digunakan untuk mengoperasikan mikrokontroler AT89S51 sebagai CPU pada sistem minimum guna mengendalikan

THURAYA TIDAK AKAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS KERUSAKAN MELEBIHI HARGA PEMBELIAN PRODUK, DIKURANGI JUMLAH YANG MASUK AKAL UNTUK PENGGUNAAN DAN PEMAKAIAN, ATAU ATAS SEGALA

Dari pembahasan tulisan ini kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa untuk dapat memenangkan persaingan dalam pemasaran terlebih dahulu manajemen pemasaran harus

 Orang tipe Auditory sering menggerakkan mata mereka ke samping.  Mereka bisa mengulang kembali banyak hal kepada Anda dengan mudah, mereka belajar dengan cara

Gricha Joseph, 2013, Motivasi, Persepsi, Kualitas Pelayanan, Dan Promosi Pengaruh Terhadap Pembelian Sepeda Motor Honda di Manado, Jurnal ISSN 2303, Fakultas

Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja manajemen PDAM Kabupaten Semarang yang merupakan bagian dari penelitian

Pengaruh volume AS1 yang dihasilkan oleh ibu menyusui terhadap berat badan bayi tidak bermakna, karena dengan uji t tidak ada perbedaan yang nyata antara