BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEPARIWISATAAN
2.1 Pengertian Perlindungan Hukum
Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan pancasila haruslah memberikan perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya sesuai dengan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan hukum berdasarkan pancasila berarti pengakuan dan perlindungan hukum berdasarkan Pancasila berarti pengakuan dan perlindungan akan harkat dan martabat manusia atas dasar nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, serta keadilan sosial. Nilai-nilai tersebut melahirkan pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia dalam wujudnya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam wadah negara kesatuan yang menjunjung tinggi semangat kekeluargaan demi mencapai kesejahteraan bersama.
Definisi dari Perlindungan Hukum yaitu segala daya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi yang ada. Satjipto Raharjo mendefinisikan Perlindungan Hukum adalah melindungi kepentingan seseorang dengan cara memberikan suatu kekuasaan kepada orang tersebut untuk melakukan tindakan yang dapat memenuhi kepentingannya.1
Pada prinsipnya perlindungan hukum tidak membedakan terhadap kaum pria maupun wanita, Sistem pemerintahan negara sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Penjelasan UUD 1945 diantaranya menyatakan prinsip “Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar)” Elemen
pokok negara hukum adalah pengakuan dan perlindungan terhadap “fundamental rights” (tiada negara hukum tanpa pengakuan & perlindungan terhadap ‘fundamental rights’.Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa, Perlindungan Hukum adalah suatu tindakan untuk melindungi atau memberikan pertolongan kepada subyek hukum, dengan menggunakan perangkat-perangkat hukum.2
Philipus M. Hadjon membagi bentuk perlindungan hukum menjadi 2 yaitu: 1. Perlindungan hukum yang preventif
Perlindungan hukum ini memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengajukan keberatan atas pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Sehingga, perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa dan sangat besar artinya bagi tindak pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak. Dan dengan adanya perlindungan hukum yang preventif ini mendorong pemerintah untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan yang berkaitan atau diminta pendapatnya mengenai rencana keputusan tersebut.
2. Perlindungan hukum yang represif
Perlindungan hukum ini berfungsi untuk menyelesaikan apabila terjadi sengketa. Indonesia dewasa ini terdapat berbagai badan yang secara partial menangani perlindungan hukum bagi rakyat, yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1) Pengadilan dalam lingkup peradilan umura. Dewasa ini dalam praktek telah ditempuh jalan untuk menyerahkan suatu perkara tertentu kepada peradilan umum sebagai perbuatan melawan hukum oleh penguasa.
2Philipus M. Hadjon, 2011, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University Press, Yogjakarta, h. 10
2) Instansi pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi: penanganan perlindungan hukum bagi rakyat melalui instansi pemerintah dalam hal banding. Lembaga banding tersebut menangani permintaan banding terhadap suatu tindakan pemerintah oleh pihak yang telah merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah lainnya.Lembaga ini berwenang untuk merubah bahkan membatalkan suatu tindakan dari pemerintah tersebut. 3) Badan-badan khusus: badan yang terkait dan berwenang untuk menyelesaikan suatu
sengketa. Badan khusus tersebut antara lain kantor urusan perumahan, pengadilan kepegawaian, badan sensor film, panitia urusan piutang negara, peradilan administrasi negara.
Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau konsep Rule of Law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.Konsep Rechtsaat muncul di abad ke-19 yang pertama kali dicetuskan oleh Julius Stahl. Pada saatnya hampir bersamaan muncul pula konsep negara hukum (rule of Law) yang dipelopori oleh A.V.Dicey.menurut A.V. Dicey sebagaimana dikutip oleh Nuktoh Arfawie Kurdie menguraikan adanya 3 (tiga) ciri penting negara hukum yang disebut dengan Rule of Law, yaitu :
1. Supermasi hukum, artinya tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau pejabat pemerintah 3. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan.3
Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
1. Adanya pengayoman dari pemerintah terhadap warganya
2. Jaminan kepastian hukum.
3. Berkaitan dengan hak-hak warganegara.
4. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.4
Perlindungan secara umum berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa kepentingan maupun benda atau barang. Selain itu perlindungan juga mengandung makna pengayoman yang diberikan oleh seseorang terhadap orang yang lebih lemah. Perlindungan hukum dapat diartikan dengan segala pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warganya agar hak-haknya sebagai seorang warganegara tidak dilanggar, dan bagi yang melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
2.2 Pengertian Kepariwisataan 2.2.1 Pengertian Pariwisata
Pariwisata pada saat ini merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia, baik yang melakukan perjalanan wisata maupun masyarakat sekitar daerah tujuan wisata. Wisatawan butuh dipuaskan keinginannya, sementara masyarakat sekitar lokasi berharap akan mendapatkan implikasi positif berupa peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Fenomena ini harus menjadi perhatian para pembantu kebijakan sebagaimana diamanatkan bahwa pembangunan kepariwisataan nasional diarahkan menjadi sektor andalan dan unggulan secara luas akan diterjemahkan sebagai penghasilan devisa terbesar yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
4Dinni Harina Simanjuntak, 2011, Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Franchise Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997, http://repository. usu.ac.id/bitstream/123456789/35732/6/Chapter%20III-V.pdf, diakses tanggal 02 November 2015
Pariwisata juga merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu. Alasannya karena aktivtas berwisata bagi seorang individu dapat meningkatkan daya kreatif, menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja, bisnis, mengetahui peninggalan sejarah dan budaya suatu etnik tertentu, kesehatan dan pariwisata spiritualisme. Pada saat ini, kedudukan sektor pariwisata menjadi salah satu sektor andalan yang dapat meningkatkan devisa negara sebagai pendukung komoditi ekspor migas maupun non migas. Pengembangan sektor pariwisata dilakukan karena mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan devisa negara dan disamping itu kegiatan pariwisata merupakan hal yang terkait erat dengan sumberdaya yang unik dari suatu tujuan wisata yaitu dalam bentuk daya tarik alam dan daya tarik budaya.
Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan.
Undang-Undang Kepariwisataan memberikan definisi yang berkaitan dengan pariwisata dalam Pasal 1 Undang-Undang Kepariwisataan yaitu sebagai berikut:
- Pasal 1 angka 1: Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
- Pasal 1 angka 2: Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata
- Pasal 1 angka 3: Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat diketahui bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, dari satu tempat ke tempat lain untuk menikmati perjalanan dan memenuhi keinginan yang beranekaragam.
Kepariwisataan menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Kepariwisataan menyatakan bahwa, Kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas:
a. manfaat; b. kekeluargaan; c. adil dan merata; d. keseimbangan; e. kemandirian; f. kelestarian; g. partisipatif; h. berkelanjutan; i. demokratis; j. kesetaraan; dan k. kesatuan.
Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat (Pasal 3 Undang-Undang Kepariwisataan). Kepariwisataan memiliki tujuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang Kepariwisataan yaitu :
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi; b. meningkatkan kesejahteraan rakyat; c. menghapus kemiskinan;
d. mengatasi pengangguran;
e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; f. memajukan kebudayaan;
g. mengangkat citra bangsa; h. memupuk rasa cinta tanah air;
i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan j. mempererat persahabatan antarbangsa.
Kepariwisataan juga diselenggarakan dengan beberapa prinsip yang telah diatur yaitu : a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep
hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan;
b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal;
c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas; d. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
e. memberdayakan masyarakat setempat;
f. menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antarpemangku kepentingan;
g. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang pariwisata; dan
h. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.2.2 Pengertian Wisatawan
Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk berlibur, berobat, berbisnis, berolahraga serta menuntut ilmu dan mengunjungi tempat-tempat yang indah atau sebuah negara tertentu. Organisasi Wisata Dunia (WTO), menyebut wisatawan sebagai pelancong yang melakukan perjalanan pendek. Menurut organisasi ini, wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke sebuah daerah atau negara asing dan menginap minimal 24 jam atau maksimal enam bulan di tempat tersebut. Menurut pandangan psikologi, wisata adalah sebuah sarana memanfaatkan waktu luang untuk menghilangkan tekanan kejiwaan akibat pekerjaan yang melelahkan dan kejenuhan. Adapun ilmu sosiologi menilai pariwisata sebagai rangkaian hubungan yang dijalin oleh pelancong yang bermukim sementara di suatu tempat dengan penduduk lokal. Krapf Hunziker, seorang pakar pariwisata meyakini bahwa wisata adalah munculnya serangkaian hubungan dari sebuah perjalanan temporal yang dijalin oleh seorang yang bukan penduduk asli. Pariwisata, berdasarkan seluruh definisinya, adalah fenomena yang terus berkembang. Lebih dari itu, industri ini telah menyelamatkan sejumlah negara dari krisis, dan memarakkan pertumbuhan ekonominya.5 Undang-Undang Kepariwisataan memberikan definisi mengenai wisatawan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 2 yaitu “Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.”
Adapun Jenis-Jenis & Karakteristik Wisatawan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Wisatawan lokal (local tourist) yaitu wistawan yang melakukan perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata yang berasal dari dalam negeri.
5Udayana United Tourism, Pengertian Wisatawan, https://m.facebook.com/ notes/udayana-united-tourism/pengertian-wisatawan/122378417778366/
b. Wisatawan mancanegara (interntional tourist) yaitu, wisatawan yang mengadakan perjalanan ke daerah tujuan wisata yang berasal dari luar negeri.
c. Holiday tourist adalah wisatawan yang melakukan perjalanan ke daerah tujuan wisata dengan tujuan untuk bersenang-senang atau untuk berlibur.
d. Business tourist adalah wisatawan yang berpergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan untuk urusan dagang atau urusan profesi.
e. Common interest tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan khusus. Seperti, studi ilmu pengetahuan, mengunjungi sanak keluarga atau untuk berobat dan lain-lain.
f. Individual tourist adalah wistawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara
sendiri-sendiri.
g. Group tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara bersama-sama atau berkelompok.6
2.2.3 Karakteristik Obyek Wisata
Obyek wisata atau yang dalam Undang-Undang kepariwisataan disebut sebagai daya tarik wisata menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 5 adalah “segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman, kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.”
Obyek wisata terbagi menjadi dua kelompok, obyek wisata alam ciptaan Tuhan (natural
site-attraction) dan obyek wisata karya manusia (man-made site-attraction). Demikian juga
halnya dengan atraksi wisata yang terbagi menjadi dua yakni atraksi “asli” (real, authentic) dan atraksi “pentas” (staged, artificial). Obyek wisata memiliki karakteristik yang berbeda dengan atraksi wisata. Adapun mengenai karakteristik dari obyek wisata yaitu bersifat statis,
terikat pada tempat, dapat dijamah (tangible). Contoh, obyek wisata alam: pantai, gunung/bukit, hutan, pulau, danau, air terjun, gua, lembah, pemandangan alam, cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, dan lain-lain; sedangkan contoh obyek wisata karya manusia: situs sejarah, candi, monumen, tugu, bangunan berasitektur khas/daerah. Bangunan dan lokasi bersejarah seperti museum, pelabuhan, mesjid, gereja, kraton, makam tokoh agama/nasional/sejarah, bangunan lain yang bernilai khusus antara lain jembatan (misalnya Ampera, Suramadu, Kutai-Kartanegara), bendungan, perkebunan, kebun binatang, taman kota, taman rekreasi, dan sebagainya.7
Karakteristik dari Atraksi Wisata yaitu bersifat dinamis, mencerminkan adanya gerak,
tidak terikat tempat (dapat berpindah) dan tidak dapat dijamah (intangible). Contoh atraksi asli (ada atau tidak ada tourist akan berlangsung seperti apa adanya): seperti adat istiadat, pakaian traditional, arsitektur khas/ daerah, kebiasaan dan pola hidup, gaya hidup, bahasa, suasana keakraban dan keramahan masyarakat, seni budaya yang melekat pada kehidupan masyarakat, seni batik, seni ukir, seni pahat, seni lukis, seni tari dan gamelan, seni musik, upacara ritual keagamaan, upacara perkawinan, upacara menyambut kelahiran anak, upacara kraton, acara 17-an (Agustus), dan sebagainya. Contoh, atraksi pentas: Pementasan seni budaya (tari, gamelan, musik, wayang, dan lain-lain), pameran lukisan, pameran pahatan, pameran ukiran, peragaan busana, dan lain-lain.8
Kawasan strategis pariwisata menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Kepariwisataan yaitu:
kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
7
Care Tourism, Tourism Society Of Indonesia, Pengertian Dasar Kepariwisataan, Obyek & Atraksi, https://caretourism.wordpress.com/2011/12/09/pengertian-dasar-kepariwisataan-obyek-atraksi/, diakses pada 10 November 2015
Penetapan kawasan strategis pariwisata di seluruh wilayah Indonesia dilakukan dengan memperhatikan aspek :
1. Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata; 2. Potensi pasar;
3. Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah;
4. Perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;
5. Lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya;
6. Kesiapan dan dukungan masyarakat; 7. Kekhusussan dari wilayah.9
Kawasan strategis pariwisata di seluruh Indonesia dikembangkan untuk berpartisipasi dalam terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta pengingkatan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan aspek budaya, sosial dan agama masyarakat setempat.
2.2.4 Sarana Pariwisata
Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain, karena pariwisata bisa dikatakan sebagai gabungan fenomena dan hubungan timbal balik akibat adanya interaksi dengan wisatawan, supplier bisnis, pemerintah tujuan wisata serta masyarakat daerah tujuan wisata. Pariwisata merupakan suatu usaha yang komplek, hal ini dikarenakan terdapat banyak kegiatan yang terkait dalam penyelenggaraan pariwisata. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya seperti usaha perhotelan (home stay), usaha kerajinan/cinderamata,
9Tabea Tamang, Penyelenggaraan Kepariwisataan Indonesia, https://tabeatamang. wordpress.com/2012/08/24/penyelenggaraan-kepariwisataan-indonesia/, diakses pada 10 November 2015
usaha perjalanan, dan usaha – usaha lainnya. Usaha pariwisata dapat dapat dikaitkan dengan sarana pokok kepariwisataan yaitu perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata.
Sarana Pariwisata adalah fasilitas dan perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maju mundurnya sarana kepariwisataan tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan. Sarana pariwisata meliputi10:
1. Perusahaan Perjalanan Seperti Travel Agent, Travel Bureu Dan Tour Operator 2. Perusahaan Transportasi, Terutama Transportasi Angkutan Wisata
3. Biro Perjalanan Wisata adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan. Kegiatan usaha biro perjalanan wisata:
a. Menyusun dan menjual paket wisata luar negeri atas dasar permintaan. b. Menyelenggarakan atau menjual pelayaran wisata (cruise).
c. Menyusun dan menjual paket wisata dalam negeri kepada umum atau atas dasar permintaan.
d. Menyelenggarakan pemanduan wisata. e. Menyediakan fasilitas untuk wisatawan.
f. Menjual tiket/karcis sarana angkutan, dan lain-lain. g. Mengadakan pemesanan sarana wisata.
h. Mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 4. Agen Perjalanan Wisata adalah perusahaan yang melakukan kegiatan penjualan tiket,
sarana angkutan dan lain-lain serta pemesanan sarana wisata. Kegiatan dari agen perjalanan wisata yaitu :
10Setzer Manuvitz, Sarana dan Prasarana Pariwisata, http://pariwisatadanteknologi. blogspot.co.id/2010/04/sarana-dan-prasarana-pariwisata.html, diakses pada 12 November 2015
a. Menjual tiket dan lain-lain
b. Mengadakan pemesanan sarana wisata
c. Mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 5. Cabang Biro Perjalanan Umum
Adalah satuan-satuan usaha dari suatu Biro Perjalanan Umum Wisata yang berkedudukan di tempat yang sama atau ditempat lain yang memberikan pelayanan yang berhubungan dengan perjalanan umum.
6. Industri-industri Dalam Kepariwisataan, terdiri dari : a. Pengangkutan
b. Akomodasi
c. Segala sesuatu yang menarik wisatawan untuk berkunjung sesuai sifat kegiatan perusahaan perjalanan dibagi menjadi:
a) Wholesaler adalah perusahaan perjalanan yang menyusun acara perjalanan wisata secara menyeluruh atau secara khusus menjual paket perjalanan wisata kepada Retail Travel Agent
b) Retailer atau Retailer Travel Agent adalah biro perjalanan yang menjual perjalanan wisata secara langsung kepada wisatawan.11
7. Hotel dan Jenis Akomodasi Lainnya
Yang termasuk jenis akomodasi: hotel, motel, wisma, pondok wisata, villa, apartemen, karavan, perkemahan, kapal pesiar, yacht, pondok remaja dan sebagainya.
a. Serviced Accomodation, akomodasi yang menyediakan fasilitas dan pelayanan makanan dan minuman.
b. Non-Service Accomodation, akomodasi yang tidak menyediakan makanan dan minuman. Sekurang-kurangnya harus menyediakan kamar berperabot (furnished
room) dan tenaga untuk melayani keperluan tamu.
8. Bar, Restoran, Katering dan Usaha Jasa Boga Lainnya 9. Toko cenderamata dan pusat kerajinan
10. Daya tarik wisata
Suatu obyek daya tarik wisata pada pinsipnya harus memenuhi tiga persyaratan berikut:
a. Something to see (ada yang dilihat) b. Something to do (ada yang dikerjakan) c. Something to buy (ada yang dibeli/suvenir).
Obyek atau daya tarik wisata dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
a. Obyek Wisata Alam: laut, pantai, gunung, danau, fauna, flora, kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam.
b. Obyek Wisata Budaya: upacara kelahiran, tari-tari tradisional, pakaian adat, perkawinan adat, upacara laut, upacara turun ke sawah, cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun tradisional, tekstil lokal, pertunjukan tradisional, adat-istiadat lokal, musem, dan lain-lain.
c. Obyek Wisata Buatan: sarana dan fasilitas olahraga, permainan (layang-layang), hiburan (lawak, akrobatik), ketangkasan (naik kuda), Taman rekreasi, taman nasional, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain.
11. Organisasi kepariwisataan
Adalah suatu badan yang langsung bertanggung jawab terhadap perumusan dan kebijakan kepariwisataan dalam lingkup nasional.
a. Sebagai lembaga yang bertanggung jawab tentang maju mundurnya pariwisata di suatu negara.
b. Lembaga yang bertanggung jawab tentang pembinaan, perencanaan, pengembangan dan promosi kepariwisataan baik dalam lingkup lokal, nasional dan internasional.
c. Bertanggung jawab untuk mengadakan penelitian memperbaiki produk dan mengembangkan produk baru sesuai dengan ketentuan.
d. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan departemen yang berkaitan dengan kegiatan kepariwisataan.
e. Sebagai badan yang mewakili negara dalam kegiatan dan percaturan kepariwisataan internasional.12