• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPRES DAUN SELEDRI TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA LANSIA PENDERITA GOUT ARTHRITIS DI DESA KRAPYAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KOMPRES DAUN SELEDRI TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA LANSIA PENDERITA GOUT ARTHRITIS DI DESA KRAPYAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPRES DAUN SELEDRI TERHADAP PENURUNAN

NYERI PADA LANSIA PENDERITA GOUT ARTHRITIS

DI DESA KRAPYAK

Solikatul Kasanah¹ Isnaini Rahmawati² Gatot Suparmanto

¹ Mahasiswa Progam Studi Keperawatan Progam Sarjama Universitas Kusuma Husada Surakarta solikatulkasanah1102@gmail.com

² ³ Dosen Progam Studi Keperawatan Progam Sarjana Universitas Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Gout ditandai dengan serangan berulang arhtritis(peradangan sendi). Pasien yang mengalami gout arthritis mengalami keluhan nyeri hebat di kaki bagian lutut, bengkak dan menjalar ke ujung kaki hingga menggangu aktivitas klien. Penanganan yang dapat dilakukan pada penderita Gout difokuskan pada cara mengontrol rasa nyeri. Penatalaksanaan Non Farmakologi sangat efektif dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul pada gout arthritis. Banyak referensi yang mengatakan bahwa kompres dapat menurunkan nyeri gout arthritis dan tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya yaitu salah satunya dengan Kompres Daun Seledri terhadap penurunan nyeri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kompres daun seledri terhadap penurunan nyeri pada lansia penderita gout arthritis di Desa Krapyak. Sampel ditemukan 72 responden. Metode penelitian Quasy Eksperimen dengan Pre and Post test Without Control pemilihan sampel dengan Total Sampling. Penelitian ini mengguanakan analisis statistik Uji Wilcoxon Signed Ranks Tes. Hasil penelitian didapatkan nilai p-Value 0,000<0,05 maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kompres daun seledri terhadap penurunan nyeri pada lansia penderita gout arthritis di Desa Krapyak.

Kesimpulan penelitian ini yaitu kompres daun seledri dapat menurunkan nyeri pada penderita gout arthritis. Rekomendasi pada penelitian ini yaitu kompres daun seledri dapat diterapkan pada penderita gout arthritis secara mandiri dirumah.

(2)

THE EFFECT OF CELEBRY LEAVES COMPRESS ON THE

REDUCTION OF PAIN IN LADDERS OF GOUT ARHTRITICAL

PATIENTS IN KRAPYAK VILLAGE

ABSTRAK

Gout is characterized by repeated attacks of arthritis (joint inflammation). Patients who experience gout arthritis experience severe pain in the legs of the knees, swelling and spreading to the toes of the feet to interfere with client activities. Handling that can be done in people with gout is focused on how to control pain. Non Pharmacological Management is very effective in reducing the pain that occurs in arthritis gout. Many references say that compresses can reduce arthritis gout pain and do not cause dangerous side effects, one of which is the Celery Leaf Compress to reduce pain. The purpose of this study was to determine the effect of celery leaf compresses on pain reduction in elderly people with gout arthritis in Krapyak Village. The sample found 72 respondents. Research method Quasy Experiment with Pre and Post test Without Control sample selection with purposive sampling. This study used a statistical analysis of the Wilcoxon Signed Ranks Test. The results showed that the p-value was 0.000 <0.05, so H0 was rejected and it could be concluded that there was an effect of compressing celery leaves on reducing pain in elderly people with gout arthritis in Krapyak Village.

The conclusion of this study is that celery leaf compresses can reduce pain in sufferers of arthritis gout. The recommendation in this study is that celery leaf compresses can be applied to arthritis gout sufferers independently at home.

(3)

PENDAHULUAN

Gout arthritis diartikan sebagai sebuah penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout ditandai dengan serangan berulang arhtritis(peradangan sendi) yang akut, kadamg-kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan tophus, deformitas (kerusakan) sendi secara kronik dan cidera (Koizer, 2010).

World Health Organization (WHO, 2017), memperkirakan prevalensi gout arthritis di dunia sebanyak 34,2%. Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2017), Gout arthritis sering terjadi di negara maju seperti Amerika. Prevalensi gout arthritis di Negara Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan Riskesdas diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia pada Lansia dengan usia 55-56 ada 15,5%, usia 65-74 ada 18,6 % dan berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 24,7%. (Riskesdas, 2018). Prevalensi penyakit sendi di Jawa Tengah tahun 2018 berdasarkan diagnosis nakes sebesar 11.2% ataupun berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 25.5% (Riskesdas, 2018).

Di Jawa Tengah prevalensi penyakit gout belum diketahui secara pasti. Namun dari suatu survei epidemiologik yang dilakukan di Jawa Tengah atas kerjasama WHO didapatkan prevalensi artritis gout sebesar 24,3%. Dari data yang diperoleh dari Puskesmas Puhpelem selama bulan Maret sampai bulan Oktober ada 188 orang yang didiagnosa menderita gout arthritis. Jadi perbulannya ada sekitar 24 orang penderita gout arthritis yang berkunjung ke puskesmas.

Pengobatan penyakit gout bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan sendi serta menurunkan kadar asam urat darah dapat dilakukan dengan cara mengurangi produksi atau

meningkatkan ekskresi asam urat. Saat ini banyak yang mulai mengembangkan terapi herbal untuk pengobatan – pengobatan. Selain terapi menggunakan farmakologi, atau dengan obat – obatan, ada terapi non farmakologi yang biasanya disarankan dengan menggunakan herbal. Terapi herbal merupakan bentuk penyembuhan atau pengurangan rasa sakit menggunakan tanaman atau tumbuhan yang berkhasiat obat (Helmi, 2012).

Menurut Uji Potensi Antioksidan Herba Seledri (2010) disebutkan bahwa khasiat tanaman seledri mengandung minyak atsiri yang memiliki sifat kimiawi dan efek farmakologi yaitu rasa pedas dan sebagai anti radang(anti inflamasi) dan menghilangkan rasa sakit atau nyeri yang bersifat analgetik serta melancarkan sirkulasi darah, yang di indikasikan untuk menghilangkan nyeri otot dan nyeri sendi pada penderita asam urat (Gout arthritis) badan pegal linu dan sakit kepala.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres daun seledri terhadap penurunan nyeri pada lansia penderita gout arthritis di Desa Krapyak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat penderita gout arthritis khususnya lansia dapat memanfaatkan kompres daun seledri dalam menangani nyeri sendi gout arthritis secara mandiri dan teratur ketika lansia mengalami nyeri sendisebelum diberikan obat farmakologi sebagai pereda rasa nyeri. Bagi Institusi Pendidikan sebagai masukan bagi bidang keperawatan, khususnya keperawatan komunitas dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gout arthritis. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah kuantitatif, dengan Quasi Eksperimental dengan Pre and post test without control. Jumlah besar sampel yang didapatkan sebanyak 72 dari 89 populasi. Penelitian ini dilakukan di Desa Krapyak selama periode Juni 2020 – Juli 2020.

Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi ( Skala

(4)

Nyeri ) yang dibuat oleh peneliti untuk mengukur skala nyeri gout. Teknik analisa menggunakan software IBM SPSS Statistic versi 16 For Windows. Uji statistic Wilcoxon dilakukan untuk menganalisis data antara sebelum dan sesudah diberikan kompres daun seledri. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Krapyak didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi sampel penelitian berdasarkan usia pada Lansia di Desa Krapyak. Karakteristik

Usia Min Max Mean SD Jumlah 60 73 65,06 3398

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui usia responden yang mengalami penyakit gout arthritis yaitu dengan minimal usia 60 tahun, usia maksimal 73 tahun dan dengan rata-rata usia 65,06 tahun.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin pada Lansia di Desa Krapyak.

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase Laki- Laki 26 36,1% Perempuan 46 63,9 % Jumlah 72 100%

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini paling banyak yaitu perempuan dengan 46 responden (63,9%), sedangkan laki-laki sebanyak 26 responden (36,1%).

Tabel 4.3 Skala Nyeri Responden Sebelum diberikan Intervensi Kompres Daun Seledri

Penurunan nyeri Mean SD Min/Max

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan kompres daun seledri skala nyeri gout arthritis rata-rata 6,46 dengan skala nyeri minimal 5 dan skala nyeri maksimal 8.

Tabel 4.4 Skala Nyeri Responden Sesudah diberikan Intervensi Kompres Daun Seledri

Penurunan nyeri Mean SD Min/Max Sebelum diberikan 4,42 (,931) 3/6 Kompres

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sesudah diberikan intervensi kompres daun seledri skala nyeri rata-rata 4,42 dengan skala nyeri minimal 3 dan skala nyeri maksimal 6.

Hasil dari uji normalitas data menggunakan Kolmogorov Smirnov adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5 Uji Kolmogorov Smirnov Variabel Sign Keterangan

Pre 0,000 Tidak Normal Post 0,001 Tidak Normal

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa hasil uji normalitas Kolmogorov Smirnov pada Sig dengan hasil pre test 0,000 dan post test 0,001 dimana nilai Sig <0,05 sehingga data berdistribusi tidak normal. Karena hasilnya tidak normal peneliti menggunakan uji statistik dengan uji Wilcoxon.

Tabel 4.6 Uji Wilcoxon

Variabel Mean N Asymp.Sign Pre 6.46 72

0,000 Post 4,42 72

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukan bahwa Uji Wilcoxon test menunjukan nilai p value = 0,000 (p value < 0,05), maka Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa Kompres Daun Seledri mempengaruhi Penurunan Nyeri Pada Lansia Penderita Gout Arthritis di Desa Krapyak.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden yang mengalami nyeri gout arthritis sebanyak 72 dengan usia minimal 60 tahun, usia

(5)

maksimal 73 tahun dan dengan rata-rata usia 65,06 tahun.

Menurut peneliti, nyeri gout arthritis merupakan penyakit umum yang terjadi pada masyarakat dengan berbagai faktor penyebabnya salah satunya adalah faktor usia. Dengan bertambahnya usia maka akan berisiko terhadap penyakit salah satunya adalah Gout Arthritis. Lansia dengan gout arthritis di Desa Krapyak mayoritas lansia yang mengeluhkan nyeri gout arthritis dengan usia 60 tahun ke atas. Faktor penyebabnya yaitu karena kurangnya pendidikan dan tingkat pengetahuan pada lansia di desa Krapyak. Selain itu, disebabkan karena faktor makanan yang dikonsumsi. Di desa krapyak mayoritas lansia mengkonsumsi makanan yang kaya tinggi purin seperti kacang-kacangan, jeroan, sayur bayam, buncis, dan kangkung sehingga menyebabkan lansia didesa krapyak banyak yang mengeluhkan nyeri gout arthritis. Karena kurangnya pengetahuan dan tingkat pendidikan menyebabkan lansia kurang informasi tentang makanan yang dikonsumsi dan yang tidak diperbolehkan dikonsumsi oleh lansia penderita gout arthritis.

Hasil penelitian ini berkaitan dengan penelitian Ana (2017) tentang Pengaruh Kompres Serei Hangat terhadap Intensitas Nyeri Pasien Gout Arthritis, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mayoritas lansia penderita nyeri gout arthritis berumur 60 tahun keatas dengan usia minimal 58 tahun, usia maksimal 74 tahun dan dengan rata-rata usia 63 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin, responden yang banyak mengalami nyeri gout adalah perempuan sebanyak 46 responden (63,9%) sedangkan Laki- laki sebanyak 26 responden (36,1%).

Menurut peneliti, jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang menyebabkan gout arthritis. Pada umumnya yang terserang gout adalah pria, sedangkan pada perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah menopause. Kadar gout kaum pria cenderung

meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Pada wanita, peningkatan itu dimulai sejak masa menopause. Gout cenderung dialami pria ini karena perempuan mempunyai hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan gout lewat urine. Sementara pada pria, gout cenderung lebih tinggi daripada perempuan karena tidak memiliki hormon estrogen atau hanya terdapat sedikit hormon estrogennya. Menurut analisa peneliti sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan atau yang banyak mengalami nyeri gout arthritis di desa krapyak adalah lansia Perempuan, dimana usinya berkisar antara 60-73 tahun. Hal ini disebabkan karena pada periode umur tersebut, perempuan kebanyakan sudah periode menopause dimana terjadi penurunan kadar estrogen. Kadar estrogen yang berkurang akan menurunkan fungsi urikosurik, sehingga kadar gout meningkat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Damayanti (2014) Tentang Kompres Hangat terhadap Nyeri Gout Arthritis, dimana hasil dari penelitiannya menunjukan bahwa mayoritas penderita nyeri sendi karena gout adalah lansia yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 responden (61,1,%) dan Laki-laki sebanyak 14 responden (38,3%).

Gout arthritis diartikan sebagai sebuah penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout ditandai dengan serangan berulang arhtritis(peradangan sendi) yang akut, kadamg-kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan tophus, deformitas (kerusakan) sendi secara kronik dan cidera (Koizer, 2010).

Melihat ketidaknyamanan yang ditimbulkan dari nyeri gout maka banyak cara yang dikembangkan untuk mengatasinya. Beberapa metode

(6)

penanganan nyeri yang tidak menimbulkan efek samping yaitu metode non farmakologi. Metode non farmakologi salah satunya adalah dengan menggunakan kompres daun seledri. Kompres daun seledri sangat efektif digunakan untuk menangani nyeri.

Dalam penelitian ini, efek yang dirasakan responden setelah pemberian kompres daun seledri terbukti berpengaruh menurunkan tingkat nyeri gout arthritis. Responden mengatakan nyeri gout arthritis menurun. Ditunjukkan dari hasil penelitian 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga ada pengaruh yang signifikasi antara pre dan post test pada tingkat nyeri gout arthritis. Maka H0 ditolak yang berarti bahwa ada pengaruh tingkat nyeri gout arthritis pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan kompres daun seledri di Desa Krapyak.

Pemberian kompres daun seledri ini pada lanjut usia penderita gout arthritis terlihat terjadi penurunan intensitas nyeri, ini dikarenakan dalam daun seledri terkandung suatu senyawa Ftalid dikenal memiliki sifat antiinflamasi dan mengandung komponen metabolit sekunder diantaranya apiin dan apigenin yang berfungsi sebagai antirematik, obat asam urat, dan mengurangi peradangan yang diserap melalui kulit pada daerah yang meradang pada penderita gout arthritis.

Menurut Uji Potensi Antioksidan Herba Seledri (2010) disebutkan bahwa khasiat tanaman seledri mengandung minyak atsiri yang memiliki sifat kimiawi dan efek farmakologi yaitu rasa pedas dan sebagai anti radang(anti inflamasi) dan menghilangkan rasa sakit atau nyeri yang bersifat analgetik serta melancarkan sirkulasi darah, yang di indikasikan untuk menghilangkan nyeri otot dan nyeri sendi pada penderita asam urat (Gout arthritis) badan pegal linu dan sakit kepala, efek hangat ini akan merangsang sistem effektor sehingga mengeluarkan signal yang akan mengakibatkan terjadinya vasodilatasi perifer.

Hal ini sesuai dengan mekanisme gate control, dimana kurangnya konsentrasi menyebabkan pintu gerbang yang mentransmisikan nyeri, sehingga sampai stimulus nyeri ke otak yang seharusnya berkurang akibat kompres stimulus kutaneus. Selama kompres daun seledri dilakukan pada lansia mampu berkonsentrasi terhadap kompres daun seledri yang diberikan. Keefektifan stimulasi kutaneus tergantung pada kemampuan lansia untuk menerima input sensori. Selain nyeri, efek hangat inilah yang meredakan nyeri, kaku dan spasme otot pada gout atrhitis.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Ana (2017) tentang Pengaruh Kompres Serei Hangat terhadap Intensitas Nyeri Pasien Gout Arthritis. Berdasarkan penelitian diketahui hasil uji beda rata-rata kompres serei hangat terdapat pengaruh yang signifikasi 0,001 sehingga p value < 0,05.

Hasil penelitian diketahui bahwa hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai signifikasi 0,000 sehingga p value < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat nyeri pada pasien gout arthritis di Desa Krapyak. Hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat nyeri setelah diberikan kompres daun seledri. Pasien gout arthritis dapat menggunakan terapi kompres tersebut secara mandiri dan diberikan lembar observasi berupa skala nyeri. Dengan demikian terjadi penurunan yang signifikan terhadap tingkat nyeri. Hal ini dikarenakan peneliti memberikan terapi kompres daun seledri sesuai dengan SOP (Standart Operasional Prosedur) ditambah kepatuhan responden melakukan terapi sendiri dirumah yang sebelumnya sudah dipraktikkan peneliti. Selain itu, responden patuh untuk menerapkan kompres daun seledri saat nyeri muncul sehingga mayoritas responden mengalami penurunan nyeri yang signifikan. Responden mengatakan mulai membiasakan diri pada saat nyeri

(7)

muncul sering melakukan kegiatan terapi kompres daun seledri seperti pada saat menonton tv, keadaan istirahat, duduk dikursi dan dilakukan dengan rutin yaitu 3x berturut-turut dalam seminggu pagi dan sore selama 10-20 menit saat nyeri muncul, dan terapi kompres daun seledri yang dilakukan secara benar dan tepat maka dapat menurunkan skala nyeri gout arthritis. Dapat disimpulkan bahwa, Kompres Daun Seledri berpengaruh terhadap penurunan Nyeri pada Lansia penderita Gout Arthritis. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden mengalami penurunan tingkat nyeri gout arthritis atau Kompres Daun Seledri berpengaruh terhadap penurunan nyeri gout arthritis.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Berdasarkan Penelitian mayoritas

lansia yang mengalami nyeri Gout Arthritis berjenis kelamin perempuan sebanyak 46 responden (63,9%) dan dengan rata-rata Usia 65,06 tahun. 2. Berdasarkan Penelitian mayoritas

lansia sebelum diberikan terapi kompres daun seledri didapatkan skala nyeri rata-rata 6,46 dengan skala nyeri minimal 5 dan skala nyeri maksimal 8. 3. Berdasarkan Penelitian mayoritas lansia sesudah diberikan terapi kompres daun seledri didapatkan skala nyeri rata-rata 4,42 dengan skala nyeri minimal 3 dan skala nyeri maksimal 6. 4. Berdasarkan Hasil Penelitian ada pengaruh intensitas nyeri lansia yang mengalami nyeri sendi gout arthritis sebelum diberikan terapi kompres daun seledri dengan nilai signifikasi 0,000 dan sesudah diberikan terapi kompres daun seledri dengan nilai signifikasi 0.001.

5. Berdasarkan Hasil Penelitian ada perbedaan penurunan intensitas nyeri lansia yang mengalami nyeri sendi gout arthritis sesudah diberikan terapi kompres daun seledri dengan nilai signifikasi 0,000.

Berdasarkan penelitian dan

keterbatasan penelitian, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat penderita gout arthritis khususnya lansia dapat memanfaatkan kompres daun seledri dalam menangani nyeri sendi gout arthritis secara mandiri dan teratur ketika lansia mengalami nyeri sendisebelum diberikan obat farmakologi sebagai pereda rasa nyeri. Keluarga lansia hendaknya lebih memperhatikan dan dapat membantu lansia untuk mempersiapkan kompres daun seledri dan memberikannya secara teratur kepada lansia terutama pada saat lansia mengalami nyeri. 2. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi calon perawat terapi kompres daun seledri dapat dijadikan landasan teori dalam praktik asuhan keperawatan pada penderita gout arthritis khususnya yang sering dialami oleh lansia.

3. Bagi Peneliti Lain

a. Diharapkan peneliti selanjutnya pada saat menggunakan kompres daun seledri dapat mengganti media dengan mnggunakan media yang lain.

b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat memperluas obyek penelitian yang tidak terbatas pada lansia

4. Bagi Peneliti

Diharapkan peneliti dapat lebih mensosialisasikan dan menerapkan pengguna terapi kompres daun seledri sebagai alternatif pengobatan non farmakologi untuk membantu menurunkan nyeri pada penderita gout arhtritis.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, (2012). Asam Urat. Yogyakarta: B First

Ana, NQ. (2017). Pengaruh kompres serei hangat terhadap intensitas nyeri pada pasien gout arthritis di

(8)

posyandu lansia desa kendel. Kemusu

Andarmoyo. (2013). Konsep dan Pelaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC Asmadi, (2010). “Efektivitas Kompres

Jahe Merah Hangat Terhadap Penurunan Intensitas nyeri Arthritis Remathoid pada lanjut usia di desa mojoranu dander kabupaten bojonegoro” Stikes Insan Cendekia Bojonegoro

Azari, RA. (2014). Panduan Lengkap Mencegah & Mengobati Asam Urat Yogyakarta : Araska

Azis, B. (2015). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarata: FKUI

Damayanti, D. (2012). Panduan Lengkap mencegah dan mengobati asam urat. Yogyakarta: penerbit

Dhalimarta, (2010). Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat. Depok: Penebar Swadaya

Dharma KK, (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: KDT

Dherrickson, (2012). Konsep Penyakit Nyeri. Jakarta: Salemba

Helmi, (2012). Atasi Asam Urat dan Rematik. Jakarta : Puspa Swara Hidayat, (2011). Metode Penelitian

keperawatan dan teknik analisa data. Jakarta: Salemba Medika

Ika, P. ( 2017). “Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri Terhadap Kadar Asam Urat pada Penderita Gout”. Skripsi. Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Intan, (2019). “Pengaruh pemberian Kompres Hangat Terhadap tingkat Nyeri Lansia Gout Arthritis. Skripsi. Universitas Halu Oleo

Iskandar, (2012). Rematik: Asam Urat Hiperurisemia Arthritis Gout( 1 ed). Jakarta : Pustaka Obor Populer Jordan et al. (2012). Rhematology

Guideline for the Management of Gout, The britith Society for Rhematology

Koizer, B., & Erb, G., 2010. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta : EGC

Kowalak, (2012). Penyakit Asam Urat kandas Berkat Herbal. Jakarta: Fmedia

Kumar & Lenert. (2016). Rematik Asam Urat – Hiperurisemia, Arthritis Gout. Jakarta: Pustaka Obor Populer Kusumadewi AP, (2010). Uji Potensi

Antioksidan Herba Seledri. Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Marie, (2012). Buku Pintar Nyeri Tulang & Otot. Jakarta: Penerbit Erlangga Mediarti, (2015). Konsep dan Proses

Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha Ilmu

NANDA, (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and Classification

Nasir, et al. (2010). Metodelogi Penelitian ( buku ajar praktis cara membuat penelitian). Bandung: Panca Terra Firma

Neogi, T. (2011), Clinical Practice of Gout, The New England Journal of Medicine,pp.443-447

(9)

Notoatmojo, (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam, (2016). Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Putra, (2014). Gout dan Hiperurisemia,

Medicinus, Vol 22, No 1, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Podungge, (2017). Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

Prasetya I, (2017). Pengaruh pemebrian rebusan seledri terhadap kadar asam urat pada penderita gout arthritis di wilayah kerja puskesmas rasau jaya Potter, PA & Perry, AG.(2012). Buku ajar

fundamental keperawatan konsep, proses, dan praktik edisi 4. Jakarta : EGC

Roddy et al (2010). Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

Rostchild, BM. (2013). Gout and Pseudogout, Emedicic Medscape, Diakses Desember 2019, http://www.emedicine, Medscape, Com/article/329958-author

Selami & Ibtissem H, et al. (2012). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Depok: Penebar Swadaya

Senna, dkk. (2013). Pengaruh Pemberian Kompres Jahe terhadap Intensitas Nyeri Gout Arthritis pada Lansia di PSTW Budi Sejahtera. Kalimantan Selatan

Sustrani, L., S. (2010). Asam Urat. Jakarta: PT Gramedia

Sudoyo, S. (2009). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Sulistyo, (2013). Fundamental of nursing. Jakarta: saduran

Sugiyono, (2016). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta Tamsuri, 2013. Konsep dan Pelaksanaan

Nyeri. Jakarta: EGC

Tamher, S. (2015). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Tyagi, Satyanand et al. (2011). Tanaman Hias Berkhasiat. Jakarta: Penebar Swadaya

Wallace, (2012). Buku Ajar Bedah. Jakarta: Kedokteran EGC

Widi, Nyoman, Deddy (2011). Rematik dan Asam Urat. Bhuana Ilmu Popular Kelompok Gramedia. Jakarta

Wiarto, (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Yommi, Alejandra Karina et al. 2013. Potensi Seledri (Apium graveolen) untuk pengobatan : review article Zahara, (2013). Asam Urat. Jakarta:

(10)

Referensi

Dokumen terkait

(2) Tarif jasa layanan di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat se bagaimana dimaksud pada ayat ( 1) ditetapkan dalam kontrak kerja sama

Adapun tujuan umum penelitian strategi pengembangan berbasis persepsi dan ekspektasi serta nilai ekonomi Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism di Kabupaten Karangasem,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat, limpahan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada penulis

Rangsang nyeri yang digunakan pada metode ini berupa hot-plate yang panas dengan suhu suhu 55 ± 0,5 ºC dimana kaki mencit diletakkan ke atas hot-plate, maka nanti mencit

HILANG BPKB No. Fientje Maritje Suebu. In- terchem Plasagro J alamat jln Tanah Abang 1 no 12c Jakarta Pusat. Graha Sumber Serkah alamat Jl Letjen Su- prapto No.. Iklan Baris

Penelitian optimisasi kinerja hydrotreating unit kilang minyak dengan integrasi panas untuk mendapatkan Total Annual Cost ini dilakukan dengan menggunakan software

Pelaksanaan kegiatan SECAR melalui senam Aerobic Kids sudah dipersiapkan secara maksimal sesuai perencanaan yang ditetapkan melalui tahapan sebagai berikut: tahapan pra