• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. potensi alam (natural resources) dan budaya (cultural resources) menjadi daya tarik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. potensi alam (natural resources) dan budaya (cultural resources) menjadi daya tarik"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pariwisata pada umumnya didukung oleh sumberdaya lingkungan dengan potensi alam (natural resources) dan budaya (cultural resources) menjadi daya tarik serta tujuan wisata bagi wisatawan. Industri pariwisata merupakan salah satu sektor andalan dan menjadi pusat perhatian di banyak negara, baik yang berkembang maupun maju, karena mampu mendatangkan devisa serta merupakan salah satu industri terbesar di dunia (Pedersen, 2002: 11).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 (2011), pembangunan daya tarik wisata (DTW) meliputi: (a) Daya Tarik Wisata Alam, (b) Daya Tarik Wisata Budaya, dan (c) Daya Tarik Wisata hasil buatan manusia, dilaksanakan berdasarkan prinsip menjunjung tinggi nilai agama dan budaya, serta keseimbangan antara upaya pengembangan manajemen atraksi untuk menciptakan Daya Tarik Wisata yang berkualitas, berdaya saing, serta mengembangkan upaya konservasi untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumberdayanya.

Didasarkan pada prinsip konvensi bahwa situs warisan dunia memiliki nilai intrinsik dan universal dan harus dilestarikan untuk generasi mendatang (UNESCO, 1972 dalam Pedersen, 2007: 115). Pariwisata warisan yang berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible) didukung oleh sumberdaya warisan budaya. Pariwisata warisan atau pariwisata pusaka (heritage tourism) perkembangannya paling pesat dan

maju. Warisan budaya dapat dikatakan sebagai sesuatu yang positif dan bermanfaat,

(2)

intangible (tidak teraba) dapat memberikan keuntungan (Ardika, 2015: 1). Dijelaskan oleh Texas Historical Commission/THC (TT: 8) bahwa pariwisata warisan adalah salah satu segmen yang tumbuh paling cepat dari industri pariwisata dan berhasil melesatarikan sumberdaya, dan meningkatkan ekonomi lokal, namun pertimbangan cermat dan perencanaan dibutuhkan inisiatif atau program untuk mengembangkan situs pariwisata warisan.

Pariwisata warisan (cultural and heritage tourism) yang ada di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mendapatkan perhatian dengan kunjungan yang berasal dari pengunjung asing dalam menikmati daya tarik wiata seperti budaya, warisan, sejarah, seni, tradisi dan sajian kuliner (Nuryanti, 2016: 10). Kondisi ini menjadikan sumberdaya budaya sangat penting untuk diperhatikan. Ada sejumlah alasan yang logis mengapa prinsip-prinsip keberlanjutan perlu diterapkan dalam pengembangan destinasi pariwisata, yaitu: (a) fakta bahwa kompetisi destinasi pariwisata di tingkat global maupun nasional semakin tajam sehingga menuntut adanya optimalisasi keunggulan atau daya saing (Howie, 2003; Dwyer dan Kim, 2003 dalam Damanik dan Teguh, 2013: 1-2), (b) jika dilihat dalam konteks nasional, ada fakta yang sulit dibantah bahwa perkembangan destinasi pariwisata di berbagai daerah sangat variatif.

Warisan budaya juga memiliki makna bernilai yang terkandung di dalamnya sebagai daya tarik wisata dalam industri pariwisata dalam pengetahuan dan pengalaman. Khususnya pariwisata warisan (heritage tourism) atau pariwisata warisan budaya (culture and heritage tourism) merupakan sektor dengan perkembangan cukup pesat. Potensi produk di bidang pariwisata dapat dilihat dari indahnya berbagai keragaman panorama alam, kebudayaan, sejarah bangsa, festival, upacara-upacara yang unik, pelbagai macam seni lukis dan kerajinan tangan

(3)

(Payangan, 2014: 5). Hasil studi yang dilakukan oleh Travel Industry Association and Smithsonian Magazine pada tahun 2003 menunjukkan bahwa wisatawan yang mengunjungi situs sejarah dan atraksi budaya umumnya berpendidikan tinggi dengan pendapatan lebih banyak, tinggal lebih lama, dan cenderung membelanjakan uangnya lebih banyak dibandingkan dengan jenis wisatawan lainnya (Tien, 2003: 2 dalam Ardika, 2015: 17).

Pariwisata warisan budaya atau pariwisata pusaka (cultural and heritage tourism) yang merupakan segmen industri pariwisata minat khusus agar tetap memberikan manfaat (benefit) bagi alam, budaya, masyarakat dan wisatawan yang berkunjung, maka dengan selayaknya keberadaan salah satu dari warisan budaya seperti bangunan bersejarah (BB) itu tetap diperhatikan, dijaga dan dipelihara agar tetap lestari dan berkelanjutan (sustainable). Penggunaan heritage tourism akan tetap digunakan dalam penelitian ini.

Bali memiliki warisan budaya dalam mendukung pariwisata budaya juga memiliki kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang ditetapkan dengan kreteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi dan dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan (Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009). Selanjutnya, Perda Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali, yang merupakan revisi dari Perda Bali Nomor 3 Tahun 1991 tentang Pariwisata Budaya sebelumnya memperluas penyelenggaraan kepariwisataan budaya Bali dilaksanakan dengan menerapkan falsafah Tri Hita Karana dan salah satu tujuannya adalah untuk melestarikan alam, lingkungan dan sumberdaya. Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Bali (2016), menyebutkan bahwa Bali dengan daya tarik wisatanya juga memiliki nilai tinggi untuk alam, budaya dan kehidupan spritual yang semuanya bersinergi untuk menciptakan harmoni dan kedamaian.

(4)

Pulau Bali yang kaya seni dan kehidupan kota yang dinamis (Darma Putra, 2015: 101), juga tidak ada keraguan bahwa Bali telah dikenal sebagai salah satu tujuan wisata paling populer di dunia karena kegiatan budaya dan panorama alam (Wiranatha dkk. 2016: 3). Sejumlah warisan budaya di Bali seperti yang terletak di bagian hulu sungai Pakerisan, Taman Ayun, Pura Ulun Danu Batur dan kawasan subak Jatiluwih serta Catur Angga Pura Batukaru kini telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Penetapan warisan budaya dunia dilandasi oleh filosofi Tri Hita Karana yang diangggap memiliki nilai-nilai keluarbiasaan bersifat universal (outstanding universal value) dan kini dapat dikatakan telah menjadi jati diri masyarakat dunia/internasional dan bukan semata-mata milik komunitas lokal (Ardika, 2015: 4-5). Objek dan daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Karangasem adalah Puri Karangasem, Besakih, Tirta Gangga, Tenganan, Padangbai, Jemeluk, Telaga Waja, Tulamben, Yeh Malet, Candi Dasa, Sibetan dan Taman Ujung (Disparda Prov. Bali, 2016)

Di samping itu juga, heritage tourism melalui bangunan bersejarah yang ada di Bali, menurut Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2017) menyebutkan bahwa destinasi dari bangunan bersejarah adalah Goa Gajah di Kabupaten Gianyar, Kertagosa Park di Kabupaten Klungkung dan Tirta Gangga serta Taman Ujung di Kabupaten Karangasem. Selanjutnya, jumlah kunjungan wisatawannya di tahun 2015 dari wisatawan nusantara dan mancanegara berturut-turut sebagai berikut: wisatawan nusantara 37.280 dan mancanegara 252.868 untuk Goa Gajah, Kertagosa Park mendapat kunjungan wisatawan nusantara sebanyak 5.330 dan mancanegara sebanyak 38.353. Jumlah kunjungan wisatawan nusantara sebanyak 11.727 dan mancanegara sebanyak 47.249 untuk Tirta Gangga, dan Taman Ujung mendapat kunjungan wisatawan nusantara sebanyak 44.665 dan wisatawan mancanegara

(5)

sebanyak 24.093.

Keberadaan jumlah kunjungan wisatawan ke Bali pada 10 (sepuluh) daerah tujuan wisata yang memiliki jumlah kunjungan terbanyak pada tahun 2015 (Tabel 1.1), bangunan bersejarah (seperti Tirta Gangga dan Taman Ujung) sebagai heritage tourism yang terdapat di Kabupaten Karangasem dengan potensi alam dan budayanya belum mampu masuk ke dalam sepuluh besar kunjungan daya tarik wisata di Bali. Kondisi tersebut perlu mendapatkan perhatian dari berbagai aspek, seperti persepsi, ekspektasi dan nilai ekonomi dalam strategi pengembangan untuk kunjungan wisatawan jika dibandingkan ke dalam kunjungan wisatawan ke daya tarik wisata lainnya di Bali seperti dapat disajikan pada Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1

Sepuluh Besar Kunjungan Pada Daya Tarik Wisata di Bali Tahun 2015

No Nama Objek Jumlah Kunjungan

1 Tanah Lot 3.179.617

2 Uluwatu 1.774.009

3 Ulun Danu Beratan 650.412

4 Kebun Raya Eka Karya 523.905

5 Penelokan Batur 473.010

6 Tirta Empul 450.120

7 Taman Ayun 363.507

8 Bali Safari And Marine Park 293.728

9 Goa Gajah 290.148

10 Bali Zoo Park 209.583

Sumber: Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Bali (2017)

Kabupaten Karangasem yang terletak di Timur dan merupakan salah satu dari sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali memiliki destinasi tersendiri sebagai heritage tourism yang dapat dilihat dari kunjungan wisatawan ke bangunan bersejarah seperti Taman Soekasada Ujung dan Tirta Gangga. Potensi ini dapat terus dioptimalkan sebagai penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor

(6)

pariwisata, sehingga pengembangan sektor pariwisata dengan sumberdaya budaya khususnya dapat diberdayakan di wilayah Kabupaten Karangasem (Bagiarta, 2011: 1). Melalui Konferensi Strategic Meeting Organization World Heritage City (OWHC) Asia Pasifik di kota Denpasar yang berlangsung pada tanggal 7 sampai dengan tanggal 10 Agustus 2016 melengkapi Simposium International Asian Heritage Network 2016 yang bertema “Supporting Historic Urban Conservation Activities“ yang telah berlangsung di Kabupaten Karangasem pada tanggal 8-11 Januari 2016, semakin menegaskan bahwa Bali memiliki potensi kota pusaka secara akademik dan ekonomi, serta potensi kota pusaka beserta segala jejak sejarah pertumbuhan perkotaan dan perdesaan Bali tersebut merupakan aset yang sangat berharga utamanya dalam kegiatan wisata minat khusus/special interest tourism. Predikat yang diberikan dari pengakuan internasional menunjukkan dalam hal ini Kabupaten Karangasem memiliki keunikan heritage dalam hal kota pusaka maupun kegiatan kota/desa yang memiliki kekentalan sejarah yang luar biasa (Dharma, 2016: 6).

Melalui Peraturan Daerah Kabupaten Karangasem (2012), Taman Soekasada Ujung dan Tirta Gangga tergolong kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, khususnya kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan daya tarik wisata. Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2017) mencatat perkembangan jumlah kunjungan wisatawan pada daya tarik wisata, baik dari potensi sumberdaya alam dan budaya untuk Kabupaten Karangasem khususnya historical building (HB) Tirta Gangga dan Taman Ujung dari tahun 2010 sampai dengan 2015 (6 tahun terakhir) dapat dilihat seperti pada Tabel 1.2 di bawah ini:

(7)

Tabel 1.2

Kunjungan Wisatawan pada Tirta Gangga dan Taman Ujung di Kabupaten Karangasem Tahun 2010 – 2015

No Nama Daya Tarik

Wisata 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Tirta Gangga 40.646 58.265 62.518 68.140 32.087 58.976 2 Taman Ujung 33.995 70.167 99.060 109.221 120.335 68.758 Sumber: Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Bali (2017)

Melihat kunjungan wisatawan pada bangunan bersejarah sebagai heritage tourism di 2 (dua) objek wisata seperti Tirta Gangga dan Taman Soekasada Ujung seperti tersaji pada Tabel 1.2 dan dengan kunjungan wisatawan pada sepuluh besar daya tarik wisata di Bali (Tabel 1.1) serta jumlah kunjungan wisatawan (nusantara dan mancanegara) pada bangunan bersejarah Goa Gajah khususnya, sepatutnya tetap diberikan perhatian dengan mencermati aspek-aspek seperti persepsi masyarakat, persepsi dan ekspektasi (wisatawan) serta nilai ekonomi sebagai dasar untuk mencari strategi pengembangan dalam heritage tourism (meningkatkan daya tarik wisata) baik dari sesuatu yang dilihat (something to see), sesuatu yang dilakukan (something to do) dan sesuatu yang dapat dibeli (something to buy) di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Agar lebih memberikan manfaat pada bangunan bersejarah sebagai heritage tourism di Kabupaten Karangasem, dilakukan pelestarian, perlindungan dan pemanfaatan cultural and natural heritage melalui dimensi-dimensi pendukung yang dimilikinya yaitu inclusive social and economic development seperti dianjurkan oleh UNESCO (2015: 5). Dengan belum meningkatnya kunjungan wisatawan terhadap bangunan bersejarah sebagai wujud heritage tourism di Kabupaten Karangasem, bukan berarti cagar budaya dan ilmu pengetahuan daya tarik wisata ini tanpa manfaat atau tidak memiliki nilai (Grandstaff dan Dixon, 1991: 152) bagi wisatawan yang berkunjung dan masyarakat sekitarnya untuk masa sekarang bahkan juga mendatang.

(8)

Akhirnya, penelitian ini akan fokus pada aspek persepsi, nilai ekonomi dan strategi pengembangan berbasis persepsi dan ekspektasi dari dimensi-dimensi Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Aspek-aspek penelitian di atas belum dilakukan, maka sangatlah tepat topik ini diangkat dalam penelitian.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang bahwa keberadaan Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali yang sudah mendapat pengakuan sebagai kota pusaka atas keunikan heritagenya dan membeikan manfaat melalui kunjungan wisatawan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap nilai sosiokultural yang dimiliki oleh Taman Soekasada Ujung sebaagi heritage di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali?

2. Bagaimanakah persepsi wisatawan terhadap dimensi-dimensi Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali?

3. Berapakah nilai ekonomi total yang dimiliki oleh Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism dari perspektif wisatawan di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali?

4. Bagaimanakah strategi pengembangan berbasis persepsi dan ekspektasi dari dimensi-dimensi Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali?

(9)

Tujuan Penelitian Tujuan umum

Adapun tujuan umum penelitian strategi pengembangan berbasis persepsi dan ekspektasi serta nilai ekonomi Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali adalah untuk mendapatkan pemahaman baru tentang strategi pengembangan bangunan bersejarah sebagai heritage tourism dari perspekstif masyarakat dan wisatawan serta nilai ekonomi sumberdaya warisan budaya.

Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian strategi pengembangan berbasis persepsi dan ekspektasi serta nilai ekonomi Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis dan menginterpretasikan persepsi masyarakat terhadap nilai sosiokultural yang dimiliki oleh Taman Soekasada Ujung sebagai heritage di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali

2. Menganalisis dan menginterpretasikan persepsi wisatawan terhadap dimensi- dimensi Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali

3. Menganalisis dan mengestimasi nilai ekonomi total yang dimiliki oleh Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism dari perspektif wisatawan di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.

4. Mensintesis strategi pengembangan berbasis persepsi dan ekspektasi dari dimensi-dimensi Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali

(10)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian strategi pengembangan berbasis persepsi dan ekspektasi serta nilai ekonomi Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

Manfaat akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang strategi pengembangan berbasis persepsi dan ekspektasi serta nilai ekonomi yang dimiliki bangunan bersejarah sebagai heritage tourism.

Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam sebuah rekomendasi untuk menentukan langkah-langkah dan tahapan strategi pengembangan berbasis persepsi dan ekspektasi dari dimensi-dimensi Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya dan langkah-langkah peran ASEAN dalam penanganan konflik laut China Selatan terkait perebutan kepulauan Spartly dan Paracel sudah dilakukan oleh ASEAN denagn

Pertambangan memiliki dampak yang kompleks terhadap kehidupan, seperti terhadap kegiatan sosial ekonomi maupun lingkungan, dalam menanggapi dampak yang kompleks

Kepuasaan konsumen yang dimaksud disini adalah harapan konsumen akan hasil atau kinerja yang di berikan oleh Bank Rakyat Indonesia cabang pemalang mengenai

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian atas kualitas pelayanan suatu perusahaan terhadap kepuasan konsumen, dengan topik penelitian

Filsuf paling awal meletakkan dasar filsafat secara modern dengan cara menyelidiki subjektivitas manusia dengan pendekatan rasio adalah Rene Descartes, melalui Descarteslah

Siswa juga merasa nyaman berada disekolah hal ini disebabkan oleh lingkungan sekolah yang bersih, suasana sekolah yang nyaman, hubungan sosial yang baik dengan

Sama halnya pada pengukuran kadar air kulit kemiri, pada pengukuran kadar air daging kemiri juga didapatkan bahwa pengeringan dengan mesin pengering lebih baik

Hasil analisis menyatakan bahwa DP memberikan pengaruh yang cukup besar pada perilaku RDP akibat beban gempa dibandingkan dengan struktur OF, dimana pengaruh