• Tidak ada hasil yang ditemukan

BULETIN. Edisi Maret 2021 KHUSUS UNTUK ANGGOTA. Edisi Maret 2021 : 934 TAHUN KE - LI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BULETIN. Edisi Maret 2021 KHUSUS UNTUK ANGGOTA. Edisi Maret 2021 : 934 TAHUN KE - LI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi Maret 2021

JATENG

GINSI

Edisi Maret 2021 : 934 TAHUN KE - LI

Sekretariat : Jl. Abdul Rahman Saleh No. 226 H Semarang

Telp/Fax : 024 – 76432943 // 024 – 7602781 // WhatsApp : 082 133 919 046 Email : ginsi.jateng@gmail.com // Website : www.ginsijateng.com

(2)

Edisi Maret 2021

maret 2021

NOMOR : 934 TAHUN KE - LI

DAFTAR ISI

 Liputan Khusus : Kemenperin Targetkan Substitusi Impor Capai Rp152,83 Triliun di 2021 ... 1

 Awal Kinerja Perdagangan yang Baik, Ekspor Januari 2021, Ekspor Januari Tertinggi Sejak 2014 ………... 2

 KKP Perlancar Ekspor dan Kendalikan Impor Perikanan dengan Stelina ………... 5

 Kemenperin: Impor Baja Turun 34 Persen, Produksinya Melonjak 30 Persen ………..………. 6

 650 Ribu Ton Kedelai Impor Tiba di Tanah Air Maret 2021 ……….……….. 7

 Persiapan Lebaran 2021, Ini Komoditas Pangan yang Diimpor Kemendag ……….. 8

 Setahun Pandemi Covid-19, RI Perlu Diversifikasi Ekspor-Impor …...………... 9

 BPS: Impor Februari 2021 sebesar US$ 13,26 miliar, naik 14,86% dari tahun lalu ………. 10

 Ini Dampak Kawasan Berikat dan KITE Terhadap Devisa Ekspor ……….………... 12

 Bertemu Para Pengusaha, Sri Mulyani Sosialisasikan Fasilitas Pajak ………... 14

 Peraturan Pemerintah: Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2021 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Pertimbangan Teknis Impor Besi Atau Baja, Baja Paduan, Dan Produk Turunannya ………... 15

 Laporan Kegiatan BPD GINSI Jateng bulan Maret 2021 ………..……….. 18

*** dihimpun dari berbagai sumber

(3)

Edisi Maret 2021

LIPUTAN KHUSUS :

Kemenperin Targetkan Substitusi Impor Capai

Rp152,83 Triliun di 2021

Jakarta: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan substitusi impor senilai Rp152,83 triliun atau setara 35 persen dari angka potensial 2019. Target tersebut berlaku untuk impor barang baku dan barang penolong.

"Nilai substitusi impor yang ditargetkan sampai 2022 yaitu Rp152,83 triliun atau 35 persen dari potensi impor 2019 yang sebesar Rp434 triliun rupiah," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam rapat kerja Kementerian Perdagangan, Kamis, 4 Maret 2021.

Agus menyebutkan terdapat lima sektor yang dapat ditekan potensi impornya tahun depan, yakni sektor industri agro sebesar Rp5,82 triliun, sektor industri kimia farmasi tekstil sebesar Rp97,33 triliun, sektor industri logam transformasi dan alat elektronika sebesar Rp47,22 triliun, dan sektor industri aneka sebesar Rp2,46 triliun.

Langkah-langkah yang akan dilakukan Kementerian Perindustrian untuk menekan impor tersebut adalah dengan mendorong utilisasi industri manufaktur. Agus menyebutkan, pada tahun lalu rata-rata utilisasi industri manufaktur telah mencapai 60 persen. Kemudian, tahun ini dan tahun depan ditargetkan utilisasi industri manufaktur bisa mencapai 70 persen dan 80 persen.

"Ini salah satu cara kita program substitusi impor tercapai," ungkapnya.

Selain itu mendorong utilisasi, lanjut Agus, secara simultan pihaknya juga mendorong masuknya investasi baru, khususnya di lima sektor yang menjadi prioritas substitusi impor.

Ia menambahkn pandemi covid-19 telah memberikan pelajaran bagi pemerintah bahwa dua sektor industri yang masih lemah yaitu sektor farmasi dan alat kesehatan. Ia berharap investasi baru dari dua sektor ini akan masuk sehingga membantu tercapainya target substitusi impor.

"Kita masih sangat lemah di sektor di bidang kesehatan, maka dari yang tadi lima fokus sektor industri yang sudah ditetapkan, kami menetapkan dua sektor tambahan yaitu alat kesehatan dan sektor farmasi," imbuhnya.

Adapun Kementerian Perindustrian mencatat terdapat 81 proyek hilirisasi industri yang sudah masuk dalam data BKPM dengan total Rp921,84 triliun. Proyek-proyek tersebut ditaksir dapat menyerap tenaga kerja 125.286 orang.

"Jadi kalau kita bersama-sama mengawal agar komitmen investasi ini dijadikan realisasi tentu target kita akan semakin mudah tercapai," pungkasnya.

(4)

Edisi Maret 2021

Awal Kinerja Perdagangan yang Baik, Ekspor

Januari 2021, Ekspor Januari Tertinggi Sejak

2014

Jakarta, 25 Februari 2021 – Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, neraca perdagangan pada Januari 2021 kembali mengalami surplus yang cukup tinggi sebesar USD 1,96 miliar. Ini merupakan surplus Januari tertinggi sejak Januari 2014. Surplus perdagangan Januari 2021 disumbang oleh surplus neraca nonmigas sebesar USD 2,6 miliar dan defisit neraca migas sebesar USD 668,1 juta.

“Kita mengawali tahun 2021 dengan cukup baik. Kinerja neraca perdagangan luar negeri Indonesia masih terus melanjutkan tren surplus bulanan yang terjadi sejak bulan Mei 2020. Pada Januari 2021, neraca perdagangan kembali tercatat mengalami surplus sebesar USD 1,96 miliar,” ujar Mendag.

Mendag mengatakan, komoditas penyumbang surplus Januari 2021 antara lain

lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), dan alas kaki (HS 64). Sementara itu, negaranegara mitra dagang utama Indonesia yang menjadi penyumbang surplus nonmigas terbesar Januari 2021 yaitu Amerika Serikat (AS), India, Filipina, Jepang, dan Malaysia.

“Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2021 lebih baik dibanding Januari tahun 2019 yang mengalami defisit sebesar USD 1,0 miliar dan Januari 2020 yang mengalami defisit sebesar USD 0,6 miliar,” kata Mendag.

Menurut Mendag, surplus Januari 2021 menunjukkan perbaikan neraca perdagangan karena adanya kenaikan ekspor yang lebih tinggi dibandingkan kinerja impor yang masih menunjukkan penurunan.

(5)

Edisi Maret 2021 Optimisme Kinerja Perdagangan 2021

Pada Januari 2021, kinerja ekspor Indonesia mencapai USD 15,3 miliar atau meningkat 12 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya (YoY).

“Ekspor Indonesia di awal 2021 menunjukkan kinerja yang cukup baik, meskipun masih dalam masa pandemi Covid-19,” ucap Mendag.

Mendag menjelaskan, ekspor nonmigas Januari 2021 meningkat sebesar 12,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY). Bahkan, nilai ekspor nonmigas Januari 2021 lebih tinggi dibandingkan ekspor nonmigas periode yang sama selama lima tahun terakhir.

Lanjut Mendag, kinerja ekspor Januari 2021 yang baik terutama disebabkan adanya peningkatan harga komoditas internasional. Indeks harga komoditas energi pada Januari 2021 meningkat sebesar 10,0 persen (MoM).

Selain itu, indeks harga nonenergi tumbuh sebesar 4,4 persen (MoM) dan indeks harga logam mulai tumbuh sebesar 1,1 persen (MoM). Sejumlah produk ekspor yang mengalami peningkatan harga internasional adalah komoditas perkebunan, seperti minyak kernel sawit, teh, kopra, dan karet. Selain itu, komoditas pertambangan, seperti batubara, bijih besi, tembaga, timah, dan nikel. Ekspor nonmigas Indonesia ke beberapa pasar utama pada Januari 2021 masih mengalami peningkatan, antara lain ekspor nonmigas ke Thailand tercatat naik 14,7 persen (MoM) dan Australia tercatat naik 10,0 persen (MoM). Peningkatan ekspor ke Thailand diakibatkan adanya peningkatan ekspor produk besi dan baja (HS 72) empat kali lipat menjadi USD 12,8 miliar pada Januari 2021 dibandingkan Desember 2020 sebesar USD 3,1 juta.

Selain itu, tembaga dan barangbarang terkait (HS 74) meningkat tiga kali lipat menjadi USD 28,3 juta dibanding Desember 2020 sebesar USD 10,3 juta. Mendag menjelaskan, ekspor nonmigas Indonesia ke kawasan emerging markets dan developing economies mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pada Januari 2021, ekspor nonmigas ke kawasan Afrika Selatan mengalami peningkatan sebesar 138,5 persen (YoY), Eropa Timur sebesar 127,9 persen (YoY), dan Afrika Timur sebesar 57,7 persen (YoY).

“Kondisi pandemi yang mulai membaik di kawasan Afrika Selatan mendorong permintaan konsumsi di kawasan tersebut. Pemerintah Afrika Selatan sudah mengizinkan perjalanan normal dan mencabut larangan perjalanan di daerah perbatasan, khususnya Zimbabwe, Mozambik, dan Botswana. Membaiknya kondisi permintaan juga dirasakan di kawasan Eropa Timur, seperti Republik Ceko, Estonia, Lithuania, dan Slovenia,” tutur Mendag.

Impor Bulan Januari 2021 Mengalami

Penurunan

Nilai impor Indonesia Januari 2021 tercatat sebesar USD 13,34 miliar atau turun sebesar 7,59 persen dibanding Desember 2020. Pelemahan kinerja impor Indonesia pada Januari 2021 terutama didorong penurunan impor nonmigas sebesar 9 persen (MoM).

Sementara itu, impor migas mengalami kenaikan sebesar 4,73 persen (MoM) akibat adanya lonjakan impor minyak mentah sebesar 73,90 persen (MoM).

“Ditinjau dari golongan penggunaan barang (BEC), penurunan impor Indonesia Januari ini terjadi pada seluruh golongan penggunaan barang. Kontraksi impor terdalam terjadi pada impor barang modal yang turun 21,23 persen (MoM).

(6)

Edisi Maret 2021 Kemudian, diikuti penurunan impor barang

konsumsi dan bahan baku/penolong sebesar 17 persen dan 2,62 persen (MoM),” kata Mendag.

Beberapa produk barang modal yang mengalami penurunan cukup dalam diantaranya perangkat telepon seluler, kapal tanker di atas 50.000 GT, elevator dan konveyor, vending machines, dan derek kapal/crane. Selain itu, penurunan impor yang cukup besar juga terjadi pada barang konsumsi, seperti bawang putih, daging sapi/kerbau beku, apel segar, susu bubuk dalam kemasan, serta anggur segar.

Sedangkan, bahan baku/penolong yang mengalami penurunan impor pada Januari 2021 adalah bungkil kedelai untuk pakan ternak, komponen transmisi telepon seluler, bahan bakar kendaraan bermesin diesel, produk besi baja, dan emas batangan.

Mendag mengatakan, dalam rangka kebutuhan penanganan Covid 19, impor produk farmasi (HS 30) pada periode Januari 2021

menunjukkan kenaikan yang signifikan sebesar USD 148,6 juta atau 133,8 persen (MoM) dengan nilai impor sebesar USD 259,7 juta.

“Sumbangan impor vaksin turut meningkatkan nilai impor produk farmasi secara keseluruhan. Hal ini sejalan dengan program vaksinasi Covid-19 yang saat ini sedang dijalankan oleh pemerintah,” kata Mendag.

Berdasarkan negara asal, impor dari Tiongkok dan Brasil mengalami penurunan yang cukup dalam, masing-masing sebesar 5,2 persen (USD 230,4 juta) dan 46,7 persen MoM (USD 146,9 juta). Tiongkok merupakan negara asal impor terbesar bagi Indonesia di Januari 2021 dengan nilai USD 4,2 miliar atau dengan proporsi mencapai 31,8 persen dari total impor Indonesia.

Penurunan impor asal Tiongkok disebabkan adanya penurunan beberapa komoditas impor utama Indonesia, yaitu bawang putih dan buah-buahan segar, seperti apel dan anggur

(7)

Edisi Maret 2021

KKP Perlancar Ekspor dan Kendalikan Impor

Perikanan dengan Stelina

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah mengembangkan integrasi Sistem Telusur dan Logistik Ikan Nasional (Stelina) sebagai implementasi PP Nomor 27 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Kelautan dan Perikanan, aturan turunan Undang-Undang Cipta Kerja. Melalui sistem ini, Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) ingin menjaga daya saing produk perikanan Indonesia di pasar domestik dan pasar global.

Stelina merupakan dashboard informasi yang memuat neraca ikan, ketertelusuran dan keamanan pangan. Selain itu, Stelina juga menjadi instrumen pemantauan impor perikanan sekaligus memuat informasi syarat ekspor ke negara-negara Uni Eropa.

"Stelina kalau bisa terimplementasi dengan baik, kita akan dapat data neraca ikan di beberapa tempat, asal-usul bahan baku akan tercatat dengan baik. Dalam waktu dekat kita selamatkan nilai ekspor 600 juta dolar AS ke Amerika Serikat," kata Dirjen PDSPKP, Artati Widiarti di Jakarta, Jumat 5 Maret 3 2021.

Artati menambahkan, nilai ekspor tersebut merupakan estimasi dari produk perikanan yang bisa ditolak oleh negara tujuan ekspor. Stelina menjadi integrasi sistem ketertelusuran dari hulu sampai hilir baik ketertelusuran internal maupun eksternal."Stelina mencatat secara elektronik mulai dari penangkapan, budidaya, pemasok, distribusi, pengolahan sampai ke pemasaran," ujarnya.

Terkait dengan ketertetelusuran ikan hasil tangkapan, lembar awal sebagai dasar penerbitan Sertifikat Hasil Tangkap Ikan (SHTI) terhadap setiap

kapal perikanan yang pertama kali mendarat hasil tangkapan ikan harus memperhatikan sejumlah hal. Yakni data bongkaran ikan, logbook penangkapan ikan, hasil pemeriksaan atau pengawasan kapal penangkapan ikan serta daftar kapal pada Regional Fisheries Management Organization (RFMO).

“Kita ingin semua ikan yang didaratkan bisa ditelusuri, dimana ditangkap, dengan alat tangkap apa, dengan kapal apa dan siapa yang menangkap. Ini adalah permintaan dan ketentuan-ketentuan yang harus kita akomodir apabila ikan kita ingin di ekspor ke luar negeri,” ujar Plt. Dirjen Perikanan Tangkap, Muhammad Zaini saat Dialog Interaktif Sosialisasi PP Nomor 27 Tahun 2021 yang digelar Rabu 3 Maret 2021.

Menurut Artati, Stelina KKP akan menjadikan pengendalian impor komoditas perikanan lebih kuat. Jika semula dilaksanakan menggunakan rekomendasi, pemberian ijin impor akan menggunakan neraca komoditas perikanan.

Direktur Pemasaran, Machmud mengatakan Stelina memperkuat posisi tawar produk perikanan Indonesia di pasar global. Ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah AS melalui National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang telah memberlakukan United States Seafood Import Monitoring Program (US SIMP) terhadap ikan dan produk perikanan yang masuk di pasar Amerika Serikat sejak 2018 lalu.

AS dalah tujuan utama ekspor perikanan Indonesia. Selama kurun waktu 2015 - 2020 ekspor perikanan Indonesia ke pasar AS rata rata sebesar 38,59 persen dari total ekspor perikanan Indonesia ke pasar global. Bahkan mengalami peningkatan sekitar 44,24 persen dengan rata-rata peningkatan sebesar 7,80 persen per tahun,” kata Machmud.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono meminta jajarannya untuk menjamin tidak ada lagi kasus penolakan produk perikanan di negara tujuan.PP 27 Tahun 2021 memiliki kekuatan untuk mengendalikan impor komoditas perikanan dan pergaraman khususnya yang digunakan sebagai bahan baku dan bahan penolong industry.

(8)

Edisi Maret 2021

Kemenperin: Impor Baja Turun 34 Persen,

Produksinya Melonjak 30 Persen

Kementerian Perindustrian fokus untuk menjalankan program substitusi impor sebesar 35 persen pada tahun 2022. Langkah strategis ini guna membangkitkan kembali kinerja industri dan ekonomi nasional akibat gempuran dampak pandemi Covid-19.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier mengatakan bahwa tahun 2020 merupakan lembaran baru bagi industri baja nasional. Sebab, Indonesia berhasil menekan impor baja hingga 34 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Kita berhasil menekan impor sebesar 34 persen, di mana sebelumnya di tahun 2019, 2018, dan 2017 itu sering diwarnai banjir impor. Karena apa? kami menegakkan kebijakan yang tepat, dengan mengatur supply and demand secara smart, terstruktur dan sesuai dengan kapasitas industri nasional,” tuturnya di Jakarta, Kamis (4/3).

Dirjen ILMATE menyebutkan, impor baja untuk jenis slab, billet, dan bloom pada tahun 2020 sebanyak 3.461.935 ton, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 4.664.159 ton. Penurunan impor juga terjadi pada jenis baja Hot Rolled Coil per Plate (HRC/P) yang pada tahun 2020 menjadi 1.186.161 ton dari 1.649.937 ton di tahun sebelumnya.

Sementara itu, impor untuk jenis Cold Rolled Coil per Sheet (CRC/S) turun menjadi 591.638 ton tahun 2020 dibandingkan pada 2019 yang sebesar 918.025 ton. Untuk jenis baja lapis, impornya juga turun menjadi 1.016.049 pada 2020 dari 1.276.605 ton di tahun sebelumnya.

“Penurunan impor ini diyakini berkontribusi kepada surplus neraca perdagangan Indonesia, namun surplus perlu dipertahankan ke depan dengan menjaga keseimbangan supply demand baja nasional untuk menarik investasi. Yang harus dipastikan dengan rata-rata peningkatan kebutuhan nasional 5 persen per tahun, pasar mampu memenuhinya dengan prioritas berasal dari industri dalam negeri,” papar Taufiek.

Adapun kemampuan industri baja nasional, tercemin dari kapasitas produksi bahan baku baja nasional (slab, billet, bloom) saat ini sebesar 13.098.000 ton dengan perkiraan produksi tahun 2020 sebesar 11.576.546 ton atau meningkat 30,25 persen dibanding tahun 2019 yang mencapai 8.888.000 ton. Selain itu, utilisasi pada tahun 2020 juga meningkat hingga 88,38 persen dari tahun 2019 sebesar 67,86 persen.

Menurut Taufiek, hampir seluruh negara mengalami penurunan produksi baja pada tahun pandemi 2020. Namun hal tersebut tidak terjadi di beberapa negara, seperti China yang produksinya justru meningkat 5,2 persen. Berikutnya, produksi baja di Turki juga meningkat 6 persen, Iran meningkat 13 persen, dan Indonesia meningkat hingga 30,25 persen dibandingkan pada 2019.

“Sekto industri baja itu indikator ekonomi. Kalau industri bajanya tumbuh, tentunya ekonomi kita bisa terbangun dengan kuat. Dan, yang penting adalah kita harus mengoptimalkan produk-produk dalam negeri,” tegasnya.

(9)

Edisi Maret 2021

650 Ribu Ton Kedelai Impor Tiba di Tanah Air

Maret 2021

Kementerian Pertanian

(Kementan) memastikan 650 ribu

ton kedelai impor khusus untuk bahan baku tahu-tempe akan tiba pada Maret 2021, dari 2,6 juta ton yang akan direalisasikan sepanjang tahun ini. Sedangkan stok kedelai pada akhir 2020 sebanyak 411 ribu ton.

"Perkiraan impor pada 2021 sebanyak 2,6 juta ton, hingga Maret akan diimpor 650 ribu ton,” urai Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi, Kamis, 14 Januari 2021.

Ia menambahkan 2,6 juta ton kedelai yang akan diimpor itu diperuntukkan bagi perajin tahu-tempe. Pasalnya, kenaikan harga kedelai telah membuat perajin tahu-tempe menjerit. Pada November 2020 harga kedelai di distributor merangkak naik menjadi Rp7 ribu-Rp8 ribu per kg.

Kemudian Desember 2020 terus naik menjadi Rp8.500 per kg, dan di Januari 2021 bertengger di Rp9.200 per kg. "Kami terus bekerja sama dengan stakeholder, terutama dengan Kementerian Perdagangan dan Satgas Pangan. Solusi yang diambil bersama adalah untuk 100 hari

ke depan menurunkan harga kedelai di distributor menjadi Rp8.500 per kg," ungkapnya.

Ketua Komisi IV DPR Sudin meminta pemerintah mengawal realisasi impor kedelai pada tahun ini yang secara keseluruhan mencapai lebih dari lima juta ton. Bukan hanya untuk bahan baku tahu-tempe, kedelai impor itu juga untuk kebutuhan industri lainnya.

"Untuk tahu, tempe, industri tepung, dan lainnya, impor kedelai seluruhnya menjadi hampir lima juta ton lebih. Khusus untuk tahu-tempe sendiri 2,6 juta ton," ungkapnya.

Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) Riyanto menyarankan ada keterlibatan dari pihak Kementan dalam penentuan lalu lintas impor pangan. Menurutnya pihak yang lebih kompeten membuka keran impor adalah yang menangani produksi.

"Jadi berikan wewenang ke Kementan untuk memutuskan perlu impor atau tidak," ujar Riyanto.

Kewenangan untuk memutuskan perlu tidaknya impor bahan pangan, sambungnya, tidak bisa hanya ada di Kementerian Perdagangan. Tanpa mengetahui produksi riil, keputusan impor hanya akan jadi bumerang. Riyanto mencontohkan adanya kebijakan impor saat ini yang membuat petani jadi enggan berproduksi karena harganya kalah bersaing.

Hal tersebut tentu saja akan merugikan petani yang dapat memengaruhi produktivitas. "Contoh saja impor beras beberapa tahun lalu, begitu harga mendekati bagus buat petani, beras impor langsung datang. Akhirnya minat menanam menurun, apalagi harga input naik, biaya produksi naik," pungkasnya

(10)

Edisi Maret 2021

Persiapan Lebaran 2021, Ini Komoditas

Pangan yang Diimpor Kemendag

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memastikan bahwa komoditas penting yang dibutuhkan masyarakat setiap Hari Raya Idul Fitri hingga Lebaran sudah aman untuk tahun ini.

Akan tetapi, dia mengaku, ketersediaan berbagai barang atau komoditas yang selalu dicari masyarakat pada momentum itu, akan bisa terpenuhi melalui kebijakan impor.

"Saya sudah perintahkan untuk yang impor-impor. Gula sudah impor, daging sapi kerbau sudah impor, komoditas penting seperti beras sudah dipastikan," kata dia secara virtual, dikutip Jumat, 26 Februari 2021.

Meski demikian, Lutfi enggan menyebutkan besaran volume, harga maupun kedatangan dari masing-masing komoditas musiman tersebut secara terperinci. Sebab, menurutnya data ini sangat sensitif.

"Tapi jumlah harga dan kapan datangnya itu ada di kantong saya karena itu sensitif dan saya yakin kita melampaui ini dengan baik. Tapi yang pasti semua itu sudah saya kerjakan," tegas Lutfi.

Lutfi mengklaim, importasi tersebut telah dia lakukan satu hari setelah dia kembali dilantik sebagai menteri perdagangan menggantikan kepemimpinan Agus Suparmanto.

"Saya sudah mulai melaksanakan tanggal 24 Desember, di mana saya baru dilantik 23 Desember. Jadi saya enggak tahu administrasi menteri-menteri sebelumnya bagaimana," tuturnya

Secara prosedur, Lutfi menyatakan, impor untuk kebutuhan Lebaran pada tahun ini dia lakukan dengan langsung menghubungi para importir produk-produk tersebut. Bahkan sebelum mereka meminta izin.

"Tapi kalau Anda boleh tanya ke institusi-institusi yang saya tugaskan untuk impor itu, bukan dia yang nanya izin impor ke saya tapi saya yang telepon mereka. Eh kapan barang itu sampai," ungkap dia

Meski enggan menyebutkan mengenai data impor ini, Lutfi memastikan bahwa tata kelola izin impor yang ada di Kementerian Perdagangan akan terus diperbaikinya secara transparan.

(11)

Edisi Maret 2021

Setahun Pandemi Covid-19, RI Perlu

Diversifikasi Ekspor-Impor

Sektor perdagangan Indonesia perlu transformasi besar untuk dapat mencapai diversifikasi ekspor maupun impor. Diversifikasi kian diperlukan mengingat struktur perdagangan luar negeri Indonesia saat ini cenderung rentan menghadapi disrupsi jika pandemi serupa kembali terjadi. Kerentanan itu setidaknya sempat tecermin pada kinerja impor RI yang mengalami kontraksi besar pada semester I 2020.

Impor nonmigas yang didominasi oleh bahan baku penolong dan modal menyentuh level terendah US$9,80 miliar pada Februari dan US$7,78 miliar pada Mei. Hal tersebut terjadi seiring dengan maraknya penerapan kebijakan karantina wilayah di berbagai negara pemasok.

Pemerintah saat itu bahkan memberi insentif pembebasan bea masuk untuk bahan baku di sejumlah sektor manufaktur agar bisa mencari pemasok alternatif. Hal serupa juga terjadi pada ekspor yang menyentuh level terendah pada Mei 2020 dengan nilai US$10,45 miliar. Ekspor RI mulai naik dan menyamai nilai rata-rata sebelum pandemi pada semester II bersamaan dengan menguatnya harga komoditas.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengemukakan perbaikan kinerja bulanan perdagangan RI selama pandemi membaik seiring pulihnya perekonomian China.

Negara tersebut merupakan mitra dagang terbesar dan menjadi pemasok bahan baku penolong serta modal utama bagi RI. China juga menjadi destinasi ekspor terbesar RI dan masih mencatatkan pertumbuhan 2,3 persen meski dihantam Covid-19 pertama kali.

“Pandemi ini mengajarkan kita perlunya mendorong diversifikasi ekspor dan impor, diversifikasi negara pemasok dan tujuan maupun produk yang dihasilkan,” kata dia saat dihubungi, Rabu (3/3/2021).

Faisal mencatat kinerja perdagangan RI yang mulai membaik pada kuartal IV/2020 bukanlah hal yang murni positif karena kenaikan ekspor terjadi akibat harga komoditas yang menguat dan impor masih diselimuti tekanan.

“Ekspor bulanan pada kuartal IV bahkan melampaui rata-rata nilai sebelum pandemi. Namun perlu dicatat bahwa ini belum benar-benar sehat karena didominasi harga komoditas, untuk manufaktur baru didukung produk besi dan baja akibat penghiliran nikel,” ujarnya.

Karena itu, Faisal mengatakan perlu transformasi besar pada perdagangan luar negeri agar Indonesia bisa lebih optimal dalam pemulihan yang lebih baik dari masa sebelum pandemi. Dalam kaitan ini, dia menyebutkan ambisi Indonesia untuk mengejar investasi agar posisi dalam rantai nilai global hanyalah satu dari sejumlah opsi yang bisa dipilih.

“Perlu dilihat dulu investasi yang masuk ini bagaimana multiplier effect-nya terhadap ekonomi dalam negeri. Apakah bisa menyerap tenaga kerja dan meningkatkan keikutsertaan UMKM. Jika tidak Indonesia hanya sekadar ‘terkait’ saja dengan rantai nilai global,” kata Faisal.

Faisal pun memberi catatan bahwa investasi yang masuk ke Indonesia dan berpeluang mendorong ekspor ke depannya bakal terbatas pada industri dengan bahan baku yang memiliki keunggulan komparatif besar. Dia memberi contoh pada industri besi dan baja dengan limpahan bahan baku di dalam negeri. Sementara untuk industri manufaktur lain yang bahan bakunya banyak dipasok lewat pengadaan luar negeri, Indonesia masih perlu waktu panjang untuk meningkatkan daya saing.

(12)

Edisi Maret 2021

BPS: Impor Februari 2021 sebesar US$ 13,26

miliar, naik 14,86% dari tahun lalu

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor pada bulan Februari 2021 sebesar US$ 13,26 miliar. Jumlah ini meningkat 14,86% year on year (yoy) dari impor bulan Februari 2020 yang sebesar US$ 11,55 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, peningkatan impor secara tahunan ini merupakan hal yang baik. Karena, ini merupakan pertumbuhan positif pertama sejak bulan Juni 2019 yang pada waktu itu tumbuh 2,02% yoy.

“Jadi, pada Februari 2021 ini pertama kalinya kita tumbuh positif secara tahunan, setelah selama ini mengalami tumbuh negatif. Ini indikasi yang bagus,” ujar Suhariyanto, Senin (15/3) via video conference.

Suhariyanto bilang, peningkatan impor secara tahunan ini didukung oleh peningkatan impor non minyak dan gas (non migas) sebesar 22,03% yoy. Meski, impor migas pada bulan Februari 2021 mengalami penurunan 25,37% yoy.

Sayangnya, nilai impor Februari 2021 bila dibandingkan dengan nilai pada bulan Januari 2021 yang

sebesar US$ 13,33 miliar, tercatat tumbuh negatif 0,49% mom.

Penurunan impor secara bulanan ini didorong oleh penurunan impor migas sebesar 15,95% mom, di tengah peningkatan impor non migas sebesar 1,54% mom.

Insentif

Bea

Masuk

dan

Pajak

Impor

Vaksin

per

Maret 2021 Capai Rp825,34

Miliar

JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memberikan sejumlah insentif kepabeanan, termasuk untuk impor vaksin, dalam rangka mendorong percepatan penanganan pandemi Covid-19.

(13)

Edisi Maret 2021

Adapun, insentif kepabeanan yang diberikan untuk impor vaksin Covid-19 berupa pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor (PDRI).

Berdasarkan bahan paparan Kemenkeu di acara Forum Group Discussion (FGD) bersama dengan Komisi XI DPR RI yang diperoleh Bisnis, Rabu (10/3/2021), tercatat nilai fasilitas kedua jenis insentif tersebut untuk impor vaksin Covid-19 mencapai Rp825,34 miliar.

Jumlah tersebut diberikan mulai dari 8 Desember 2020 hingga 8 Maret 2021 untuk 41,6 juta dosis vaksin Covid-19 dengan total nilai impor yang mencapai Rp4,72 triliun.

“[Total fasilitas yang diberikan] termasuk 1,1 juta dosis vaksin Astra Zeneca," tulis Kemenkeu dalam paparannya.

Di samping insentif impor vaksin, pemerintah juga memberikan insentif berupa pembebasan bea masuk dan PDRI untuk impor alat kesehatan. Tercatat, nilai fasilitas yang diberikan mencapai Rp2,89 triliun.

Insentif tersebut diberikan kepada sebanyak 1.814 entitas, di antaranya pemerintah pusat, pemerintah daerah, yayasan, swasta, dan perorangan.

Fasilitas terbesar diberikan kepada pihak swasta dengan porsi sebesar 63,8 persen dari total nilai fasilitas yang diberikan.

Maret 2021, Impor Kurma

Meningkat

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto memperkirakan impor kurma akan meningkat pada Maret 2021.

“Karena Ramadan masih April, kemungkinan nanti pada waktu kita mengumumkan impor untuk posisi Maret 2021, termasuk volume dan dari negara mana saja,” katanya di Jakarta, kemarin (15/3).

Pada Februari 2021, BPS mencatat nilai impor Indonesia mencapai USD13,26 miliar, meningkat cukup tinggi sebesar 14,86 persen secara tahunan (yearon year/yoy) meski secara bulanan turun tipis sebesar 0,49 persen.

Secara bulanan impor migas mengalami penurunan sebesar 15,95 persen dan nonmigas meningkat 1,54 persen. Sementara secara tahunan, impor nonmigas meningkat sebesar 22,03 persen.

Sementara penggunaan barang, BPS mencatat impor barang konsumsi mengalami penurunan sebesar 13,78 persen, didorong oleh penurunan beberapa komoditas seperti vaksin dan buah-buahan.

Di sisi lain, impor bahan baku/penolong dan impor barang modal mengalami peningkatan yang tinggi secara tahunan, masing-masingnya sebesar 11,53 persen yoy dan 17,68 persen yoy.

(14)

Edisi Maret 2021

Ini Dampak Kawasan Berikat dan KITE Terhadap

Devisa Ekspor

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) mencatat kontribusi devisa ekspor dari perusahaan penerima fasilitas kawasan berikat dan kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) pada 2020 mencapai 40,97% dari total devisa ekspor nasional.

Berdasarkan pada data dalam Laporan Kinerja (Lakin) DJBC 2020, total devisa ekspor kawasan berikat dan KITE tercatat senilai US$62,37 miliar. Nilai tersebut tercatat sebesar 40,97% dari total devisa ekspor nasional yang tercatat senilai US$152,25 miliar.

“Persentase kontribusi ekspor kawasan berikat dan KITE tahun berjalan adalah persentase kontribusi dari jumlah FOB ekspor perusahaan kawasan berikat dan KITE terhadap jumlah FOB ekspor nasional yang datanya bersumber dari CEISA DJBC,"

Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kontribusi perusahaan penerima fasilitas kawasan berikat dan KITE terhadap ekspor

keseluruhan di atas 30%. Pada 2017, 2018, dan 2019 kontribusinya mencapai 37,76%, 34,37%, dan 37,55%.

Peningkatan kontribusi perusahaan penerima fasilitas kawasan berikat dan KITE terhadap ekspor tersebut, masih dalam Lakin DJBC 2020, tidak terlepas dari pemberian fasilitas tambahan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 31/2020.

Keberadaan fasilitas kawasan berikat dan KITE tidak hanya berdampak terhadap ekspor, melainkan juga dalam aspek ketenagakerjaan pada sektor manufaktur. Pada 2020, total tenaga kerja pada perusahaan penerima fasilitas kawasan berikat dan KITE mencapai 1,64 juta atau 8,92% dari total tenaga kerja pada sektor manufaktur sebanyak 18,45 juta per Februari 2020.

Dalam hal kontribusi terhadap tenaga kerja sektor manufaktur, kontribusi kawasan berikat dan KITE pada tahun lalu mengalami penurunan. Pada

(15)

Edisi Maret 2021 2017 hingga 2019, total tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh perusahaan kawasan berikat dan KITE selalu lebih dari 10% total tenaga kerja sektor manufaktur.

DJBC mengatakan data ketenagakerjaan pada Lakin DJBC 2020 tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi tahun lalu. Pasalnya, data tenaga kerja yang digunakan DJBC untuk mengukur kontribusi kawasan berikat dan KITE terhadap total tenaga kerja sektor manufaktur adalah data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2020.

“[Data BPS Februari 2020] kurang mencerminkan kondisi tahun 2020 , di mana jumlah tenaga kerja merupakan salah satu aspek yang paling terdampak dengan adanya pandemi Covid-19 ini," tulis DJBC.

Untuk meningkatkan dampak kebijakan terhadap perekonomian pada tahun ini, DJBC berkomitmen melakukan monitoring dan evaluasi berkala per semester melalui pengumpulan data dampak ekonomi fasilitas kawasan berikat dan KITE pada Kanwil DJBC di seluruh Indonesia.

Manfaatkan Insentif PPh

Pasal 22 Impor? Ini Ada

Pengumuman dari DJP

Ditjen Pajak (DJP) menyampaikan imbauan mengenai pengajuan kembali permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 Impor berdasarkan pada PMK 9/2021.

Melalui Pengumuman No. PENG-2/PJ.09/2021 yang diteken Direktur Penyuluhan,

Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat DJP Neilmaldrin Noor pada 4 Maret 2021, DJP menyampaikan beberapa poin mengenai pemanfaatan insentif PPh Pasal 22 Impor.

“Sehubungan dengan pemanfaatan insentif pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 Impor oleh wajib pajak terdampak pandemi Covid-19, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut,” tulis DJP dalam pengumuman tersebut, dikutip pada Selasa (9/3/2021).

DJP menegaskan kembali wajib pajak yang bergerak di salah satu dari 730 bidang usaha tertentu, perusahaan yang memperoleh fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), atau perusahaan di kawasan berikat dapat memanfaatkan insentif pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor.

Adapun pemberian insentif pembebasan PPh Pasal 22 Impor untuk tahun pajak 2021 berlaku sejak wajib pajak memperoleh SKB PPh Pasal 22 Impor.

Melalui pengumuman tersebut, wajib pajak diimbau untuk mengajukan kembali permohonan SKB melalui aplikasi permohonan PPh 22 Impor berdasarkan pada PMK 9/2021 dengan mengakses laman www.pajak.go.id yang telah tersedia sejak 10 Februari 2021.

Bagi wajib pajak yang telah mencetak ulang SKB PPh Pasal 22 Impor berdasarkan PMK 86/2020 dalam kurun waktu 4—9 Februari 2021, SKB tersebut sudah tidak berlaku lagi sejak 10 Februari 2021. Oleh karena itu, wajib pajak harus mengajukan kembali permohonan sesuai dengan ketentuan dalam PMK 9/2021

(16)

Edisi Maret 2021

Bertemu Para Pengusaha, Sri Mulyani

Sosialisasikan Fasilitas Pajak

SEMARANG– Di hadapan para pengusaha, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan sejumlah stimulus yang diberikan pemerintah untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional dari tekanan pandemi Covid-19.

Menkeu mengatakan stimulus mencakup isu kesehatan, perlindungan sosial, hingga dukungan kepada dunia usaha. Khusus untuk dunia usaha, pemerintah memberikan berbagai macam fasilitas atau insentif perpajakan.

"Di sisi pemberian fasilitas, terutama perpajakan dan kepabeanan dan cukai, kami berikan semua dukungan ini supaya sektor riil juga bergerak," katanya dalam temu stakeholder untuk percepatan pemulihan ekonomi nasional di Semarang, Kamis (25/3/2021).

Sri Mulyani menuturkan pemerintah memberikan stimulus kepada dunia usaha karena

peranannya yang besar dalam perekonomian nasional. Dengan insentif tersebut, ia berharap pelaku usaha pulih lebih cepat seiring dengan program vaksinasi yang berjalan.

Tahun ini, pemerintah menyiapkan dana pemulihan ekonomi nasional senilai Rp699,43 triliun. Dari angka tersebut, ada stimulus untuk dunia usaha senilai Rp58,46 triliun, yang hingga 17 Maret 2021 telah terealisasi Rp7,15 triliun atau 12,2%.

Insentif tersebut meliputi PPh Pasal 21 ditanggung pemerintah (DTP), PPh final untuk UMKM DTP, serta PPnBM mobil DTP. Lalu, ada insentif bea masuk, pembebasan PPh Pasal 22 impor, restitusi PPN dipercepat, pengurangan angsuran PPh Pasal 25, dan PPN rumah DTP.

dalam temu wicara di Semarang tersebut, Sri Mulyani mendatangkan beberapa pegawai Ditjen Pajak (DJP) serta Ditjen Bea dan Cukai (DJBC). Pada situasi pandemi seperti saat ini, menurutnya, kedua institusi tersebut justru memberikan banyak fasilitas dan kemudahan bagi dunia usaha.

"Dari Ditjen Pajak hari ini diundang. Tidak perlu takut, tidak diperiksa, [melainkan] untuk diajak bicara mengenai pemulihan ekonomi," ujarnya.

Dia pun mengajak pengusaha di Semarang segera memanfaatkan berbagai insentif pajak tersebut. Menurutnya, pemerintah akan terus menyempurnakan berbagai insentif perpajakan tersebut agar semakin sesuai dengan kebutuhan dunia usaha.

(17)

Edisi Maret 2021

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2021

TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 1 TAHUN 2019 TENTANG PERTIMBANGAN TEKNIS IMPOR BESI ATAU BAJA, BAJA PADUAN, DAN PRODUK TURUNANNYA

Menimbang :

a. bahwa untuk memastikan kelancaran dan meningkatkan efektivitas proses penerbitan pertimbangan dan pertimbangan teknis untuk impor produk besi atau baja, baja paduan, dan produk turunannya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pertimbangan Teknis Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 32 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pertimbangan Teknis Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya, perlu melakukan penyesuaian pada ketentuan pada Peraturan Menteri dimaksud;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pertimbangan Teknis Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya;

Mengingat :

1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

4. Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2020 tentang Kementerian Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 254);

5. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1509)

6. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pertimbangan Teknis Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 28)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 32 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pertimbangan Teknis Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1233);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR NOMOR 1 TAHUN 2019 TENTANG PERTIMBANGAN TEKNIS IMPOR BESI ATAU BAJA, BAJA PADUAN, DAN PRODUK TURUNANNYA. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG IMBAL BELT UNTUK PENGADAAN BARANG PEMERINTAH ASAL IMPOR

Pasal 1

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pertimbangan Teknis Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 28) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 32 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pertimbangan Teknis Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1233) diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan angka 7 Pasal 1 diubah dan di antara angka 7 dan angka 8 disisipkan 1 (satu) angka yakni angka 7a, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Besi atau Baja adalah produk dari peleburan besi

karbon atau baja dengan sejumlah unsur paduan dan unsur pengotor lebih lanjut, dan/atau barang yang dihasilkan dari produk tersebut.

2. Baja Paduan adalah produk dari peleburan baja yang mengandung satu unsur atau lebih bahan panduan.

3. Produk Turunan Besi atau Baja dan Baja Paduan yang selanjutnya disebut Produk Turunannya adalah produk hash proses lebih lanjut Besi atau Baja dan Baja Paduan dalam bentuk dasar berupa batangan atau lembaran atau hasil proses perakitan atau penggabungan basil proses lebih lanjut dari Besi atau Baja dan Baja Paduan dalam bentuk dasar.

(18)

Edisi Maret 2021

4. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean

5. Persetujuan Impor adalah persetujuan yang diberikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan dan digunakan sebagai izin untuk melakukan Impor Besi atau Baja dan Baja Paduan.

6. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan pendaftaran.

7. Pertimbangan Teknis adalah surat persetujuan yang diterbitkan bagi perusahaan pemilik Angka Pengenal Importir Umum (API-U) yang digunakan sebagai persyaratan untuk mendapatkan Persetujuan Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya.

a. Pertimbangan adalah persetujuan yang diterbitkan bagi perusahaan pemilik Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) digunakan sebagai persyaratan untuk mendapatkan Persetujuan Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk yang Turunannya. 8. Sistem Informasi Industri Nasional yang selanjutnya

disebut SIINas adalah tatanan prosedur dan mekanisme kerja yang terintegrasi meliputi unsur institusi, sumber daya manusia, basis data, perangkat keras dan lunak, serta jaringan komunikasi data yang terkait satu sama lain dengan tujuan untuk penyampaian, pengelolaan, penyajian, pelayanan, serta penyebarluasan data

9. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian. 10. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang

memiliki tugas, fungsi, dan wewenang untuk membina dan mengembangkan industri logam di lingkungan Kementerian Perindustrian.

11. Direktur adalah direktur yang memiliki tugas, fungsi, dan wewenang untuk membina dan mengembangkan industri logam di lingkungan Kementerian Perindustrian.

2. Ketentuan Pasal 2 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 2

(1) Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini hanya dapat diimpor oleh perusahaan pemilik Angka Pengenal Importir yang telah mendapat Persetujuan Impor.

(2) Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi perusahaan pemilik Angka Pengenal Importir diterbitkan berdasarkan (API-U) Pertimbangan Teknis dari Direktur Jenderal.

(3) Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi perusahaan pemilik Angka Pengenal

Importir diterbitkan berdasarkan Produsen (API-P) Pertimbangan dari Direktur Jenderal.

3. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3

Pertimbangan dan Pertimbangan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 paling sedikit memuat informasi mengenai:

a. nomor pos tarif/HS Besi atau Baja, Baja Paduan dan Produk Turunannya yang akan diimpor;

b. jumlah, jenis dan spesifikasi Besi atau Baja, Baja Paduan dan Produk Turunannya yang akan diimpor; c. pelabuhan muat dan/atau negara asal;

d. pelabuhan tujuan Impor;

e. keterangan verifikasi di pelabuhan muat; dan masa berlaku hanya untuk Pertimbangan Teknis.

4. Di antara Pasal 3 dan Pasal 5 disisipkan 1 (satu) Pasal yakni Pasal 3A yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3A

Pemberian Pertimbangan dilaksanakan berdasarkan data permohonan Persetujuan Impor yang disampaikan secara elektronik dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan ke SIINas.

5. Di antara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 1 (satu) Pasal yakni Pasal 12A yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 12A

(1) Direktur Jenderal menerbitkan Pertimbangan Teknis dan Pertimbangan serta perubahannya dengan mempertimbangkan:

a. kebutuhan Besi atau Baja, Baja Paduan dan/atau Produk Turunannya dari pelaku usaha;

b. realisasi impor dan/atau produksi dari pelaku usaha; dan

c. neraca penyediaan dan permintaan Baja, Baja Paduan dan Produk Turunannya nasional.

(2) Kebutuhan Baja, Baja Paduan dan/atau Produk Turunannya dari pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dipertimbangkan berdasarkan dokumen persyaratan disampaikan dan data industri yang disampaikan melalui SIINas sesuai dengan ketentuan peraturan yang perundang-undangan.

(19)

Edisi Maret 2021 6. Ketentuan Lampiran I Peraturan Menteri

Perindustrian Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pertimbangan Teknis Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 32 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pertimbangan Teknis Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya diubah, sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal II

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 Februari 2021 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd.

AGUS GUMIWANG KARTASASMITA Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 17 Februari 2021

DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

(20)

Edisi Maret 2021

KEGIATAN BPD GINSI JATENG PERIODE

MARET 2021

1. MUSYAWARAH PROVINSI KE 12 DPP APINDO JAWA TENGAH

Musprov ini diadakan pada hari Selasa, 9 Maret 2021 melalui zoom meeting pada pukul 09.00 WIB. Pada Musprov kali ini melaporkan pertanggungjawaban kerja pengurus dalam waktu 5 tahun pada periode 2015 – 2020 dan pemilihan Struktur Organisasi terbaru.

.

2. EU – INDONESIA TRADE AND INVESTMENT MEETING

Acara ini diadakan pada hari Selasa, 9 Maret 2021 pada pukul 14.00 WIB melalui zoom Meeting. Pada pembahasan kali ini membahas terkait perekonomian terutama di Jawa Tengah.

3. SOSIALISASI DAN ASISTENSI PENGISIAN DOKUMEN PIB BC 2.0

Sosialisasi ini diadakan pada hari Selasa, 16 Maret 2021 melalui zoom meeting. Pada sosialisasi ini dipimpin oleh Bp. Wage yang membahas mengenai Sistem Pengisian Dokumen Impor yang benar dan tepat agar tidak terjadi kendala.

4. KONSULTASI PUBLIK R-PERMENDAG AMANAT PP NOMOR 5 TAHUN 2021 DAN PP NOMOR 29 TAHUN 2021

Acara ini diadakan pada Hari Kamis, 18 Maret 2021 di Hotel Aryaduta Jakarta dan melalui Zoom Meeting pada pukul 09.00 WIB. Acara ini membahas mengenai Penyusunan Rancangan Permendag Amanat PP No. 5 Tahun 2021 dan PP No. 29 Tahun 2021

5. TALKSHOW PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL (PEN)

Acara ini diadakan pada hari Kamis, 25 Maret 2021 di Hotel PO Semarang pada pukul 09.00 WIB dengan Narasumber Menteri Keungan RI, Gubernur Bank Indonesia, dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Pada Talkshow ini memaparkan sejumlah stimulus yang diberikan pemerintah untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional dari tekanan pandemi Covid-19.Tahun ini, pemerintah menyiapkan dana pemulihan ekonomi nasional senilai Rp699,43 triliun. Dari angka tersebut, ada stimulus untuk dunia usaha senilai Rp58,46 triliun, yang hingga 17 Maret 2021 telah terealisasi Rp7,15 triliun atau 12,2%.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya ada penelitian oleh Dimas Aji Saputro dan Silvi[7] tentang perancangan sistem informasi penjualan ban truk di mana sebelumnya segala hal yang berkaitan dengan

Ketentuan Lampiran I dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 23 Tahun 2021 tentang Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Atau Lebih (Berita Negara Republik

Mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 33 Tahun 2020 Tentang Barang dan Persyaratan

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 15 Tahun

2. Peraturan Menteri Tenaga Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing.. 2)

Penambahan konsentrasi ikan patin berpengaruh nyata terhadap kadar air kerupuk mentah maupun matang, kadar protein, daya pengembangan, daya patah, dan sifat sensoris kerupuk

(1) Perusahaan API-P dan Perusahaan API-U yang telah diverifikasi menyampaikan permohonan Rekomendasi melalui SIINas kepada Direktur Jenderal dengan menggunakan

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penyiaran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor