• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM RESI GUDANG SEBAGAI INSTRUMEN PENGUATAN EFISIENSI RANTAI PASOK DAN STABILISASI HARGA PANGAN BAPPEBTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SISTEM RESI GUDANG SEBAGAI INSTRUMEN PENGUATAN EFISIENSI RANTAI PASOK DAN STABILISASI HARGA PANGAN BAPPEBTI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAPPEBTI

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Commodity Futures Trading Regulatory Agency (CoFTRA)

SEBAGAI INSTRUMEN PENGUATAN EFISIENSI RANTAI PASOK DAN

STABILISASI HARGA PANGAN

SISTEM RESI GUDANG

SISTEM RESI

GUDANG

(2)
(3)

2

Daftar Isi

» Kata Pengantar ... 4

» Latar Belakang Sistem Resi Gudang ... 5

» Dasar Hukum ... 6

» Implementasi SIstem Resi Gudang ... 7

» Permasalahan Utama Pelaku Pertanian di Indonesia .. 9

» SRG Sebagai Instrumen Stabilisasi Harga ... 11

» Rantai Pasok Komoditas Pangan di Indonesia ... 12

» SRG Sebagai Instrumen Nilai Tambah Komoditi ... 14

» Jenis Komoditi SRG ... 15

» Dukungan Pemerintah, BUMN dan Swasta Dalam Rantai Pasok Komoditas Pertanian ... 17

»

Key Success Factors Pelaksanaan SRG di Indonesia ... 19

» Strategi Pengembangan Sistem Resi Gudang ... 21

(4)
(5)

44

Keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sektor pertanian, terutama sektor komoditi pertanian dan perkebunan sangat ditentukan oleh kemampuan negara itu sendiri dalam menyediakan akses pembiayaan yang cepat dan efektif bagi pelaku produksi dan perdagangan komoditi.

Sistem Resi Gudang merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk memberdayakan petani, dengan Sistem Resi Gudang komoditi yang dihasilkan petani bisa digunakan sebagai agunan dalam mendapatkan pembiayaan dari bank maupun lembaga keuangan non bank dengan tingkat bunga subsidi maupun komersil.

Melalui Sistem Resi Gudang diharapkan petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani dan koperasi di Indonesia dapat meningkatkan produktivitasnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan daya saingnya pada tingkat nasional bahkan internasional.

Dalam mewujudkan dan mengimplementasikan Sistem Resi Gudang di Tanah Air dibutuhkan komitmen, konsistensi, dan sumber daya yang tidak sedikit. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi mengajak seluruh pemangku kepentingan perekonomian nasional, untuk secara bersama-sama mendorong terimplementasinya Sistem Resi Gudang yang efisien dan berkelanjutan.

Kolaborasi lintas sektor dibutuhkan dalam upaya membangun dan mengimplementasikan Sistem Resi Gudang di tanah air. Dengan demikian implementasi Sistem Resi Gudang dapat segera memberikan manfaat berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia.

Kata Pengantar

(6)

LATAR BELAKANG

SISTEM RESI GUDANG

Pemerintah, dalam hal ini Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, sejak tahun 1999 mengambil prakarsa untuk menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU) Tentang Sistem Resi Gudang.

Pada tanggal 20 Juni 2006, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) Tentang Sistem Resi Gudang diubah menjadi Undang-Undang (UU). Presiden Republik Indonesia kemudian mensahkannya RUU ini sebagai UU Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang pada tanggal 14 Juli 2006. Pada tanggal yang sama, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia menempatkan UU Sistem Resi Gudang dalam Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 59.

Undang-Undang No. 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang terdiri dari 8 (delapan) Bab, yaitu: Ketentuan Umum; Lingkup Resi Gudang;

Kelembagaan; Pembukuan dan Pelaporan; Pemeriksaan dan Penyidikan;

Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana; Ketentuan Peralihan; dan Penutup.

(7)

6

DASAR HUKUM

SISTEM RESI GUDANG

Keberadaan Sistem Resi Gudang (SRG) dilandasi sejumlah dasar hukum yakni:

1. Undang-Undang No 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No 9 Tahun 2011;

2. Peraturan Pemerintah No 36 Tahun 2007 Tentang pelaksanaan UU No.9 Tahun 2006 tentang SRG sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2013;

3. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2016 Tentang Lembaga Pelaksana Penjaminan Sistem Resi Gudang;

4. Peraturan Bank Indonesia No. 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum;

5. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 33 tahun 2020 dan Nomor 37/M-DAG/ PER/11/2011 Tentang Barang dan Persyaratan Barang Yang Dapat Disimpan Dalam Sistem Resi Gudang;

6. Peraturan Kepala Bappebti yang mengatur mengenai teknis penyelenggaraan SRG;

Undang-Undang No. 9 Tahun 2006 menyebutkan bahwa Resi Gudang merupakan dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan digudang yang diterbitkan oleh Pengelola Gudang. Resi Gudang merupakan surat berharga yang dapat diperjualbelikan. Undang- Undang ini juga menjelaskan bahwa Resi Gudang merupakan bentuk jaminan baru antara debitur dan kreditur selain Fidusia dan/atau gadai yang dikenal sebagai “Hak Jaminan atas Resi Gudang”, dengan demikian Resi Gudang bisa dijadikan jaminan utang tanpa diperlukan adanya agunan lain bagi Penerima Hak Jaminan tersebut. Selain itu, Penerima Hak Jaminan mempunyai hak eksekusi melalui lelang umum atau penjualan langsung tanpa memerlukan penetapan pengadilan.

(8)

Alur Skema Sistem Resi Gudang

Dimulai dari pemilik barang yaitu petani, kelompok tani, koperasi, UKM atau pelaku usaha, mendatangi gudang SRG untuk menemui Pengelola Gudang SRG dengan membawa komoditi yang akan diresigudangkan.

Lembaga Penilaian Kesesuaian akan menguji mutu komoditi tersebut.

Bila komoditi tersebut memenuhi persyaratan maka Lembaga Penilai Kesesuaian membuat sertifikat yang berisi informasi yang berisikan antara lain: nomor, tanggal terbit, identitas pemilik, metode uji, jenis, sifat, jumlah, mutu, kelas barang dan tanda tangan yang berwenang.

Apabila mutu komoditi memenuhi ketentuan, Pengelola Gudang akan membuat Perjanjian Pengelolaan Barang, yang berisi deskripsi barang dan asuransi. Setelah menerima kode registrasi dari Pusat Registrasi, Pengelola Gudang juga akan menerbitkan Resi Gudang yang berisi informasi tentang: judul Resi Gudang, jenis Resi Gudang, nama dan alamat pihak pemilik barang, lokasi gudang tempat penyimpanan barang, tanggal penerbitan, nomor penerbitan, waktu jatuh tempo, deskripsi barang, biaya penyimpanan, tanda tangan pemilik barang dan Pengelola Gudang.

Implementasi Sistem Resi Gudang memerlukan sejumlah langkah persiapan yang baik dan matang. Proses implementasi SRG melibatkan sejumlah pihak baik petani produsen, pelaku usaha terkait (UKM, koperasi, prosesor, pedagang, eksportir) maupun kelembagaan dalam SRG itu sendiri (Badan Pengawas, Pengelola Gudang, LPK, Lembaga Asuransi, Pusat Registrasi dan Lembaga Pembiayaan).

IMPLEMENTASI

SISTEM RESI GUDANG

Petani Uji Mutu &

Asuransi Pembiayaan

Bank/Non-Bank Pasar/Industri Gudang SRG

Pengelola Gudang

Alur Proses Penerbitan Resi Gudang

Sistem Informasi SRG

(9)

8

Pengelola Gudang menyampaikan informasi tersebut pada Pusat Registrasi dan seluruh data dan informasi dalam Resi Gudang ini ditatausahakan oleh Pusat Registrasi.

Jika semua proses ini telah dilakukan, Resi Gudang yang diterbitkan oleh Pengelola Gudang bisa diterima petani/pelaku usaha untuk dijadikan agunan pembiayaan pada lembaga pembiayaan bank atau non-bank. Resi Gudang ini juga bisa disimpan sebagai sebuah aset, atau diperdagangkan/

diperjualbelikan.

Untuk menunjang implementasi SRG, Bappebti mengembangkan sistem informasi harga yang bertujuan untuk membantu pengambilan keputusan bagi petani, pelaku usaha dan lembaga pembiayaan.

Bagi petani dan pelaku usaha informasi harga komoditi berperan penting untuk mengetahui dan memproyeksikan waktu yang tepat untuk menyimpan dan menjual komoditi, sedangkan bagi lembaga

keuangan informasi ini digunakan untuk membantu menentukan besarnya nilai pembiayaan yang dapat diberikan.

Informasi harga ini dapat diakses melalui internet dengan alamat:

http://infoharga.bappebti.go.id. Sistem informasi dalam Sistem Resi Gudang terintegrasi di semua pihak yang terkait secara online dan real time.

Setiap Pengelola Gudang dilengkapi dengan perangkat sistem yang terhubung secara online ke Pusat Registrasi dengan sistem komputer, baris data lokal, komunikasi melalui dial-up, leased lines, VPN, atau internet.

Sementara Pusat Registrasi menyediakan sistem dan jaringan informasi yang terhubung dengan stakeholders SRG (Pengelola Gudang, LPK (Penguji Mutu), Asuransi, Perbankan Bappebti) untuk menata-usahakan Resi Gudang (verifikasi, konfirmasi, registrasi, pengamanan, query, early warning system) seperti dapat dilihat dalam bagan di bawah.

» Data Pengelola Gudang

» Data PLK

» Data Gudang

» Data Asuransi

» Data Komoditi

» Data komoditi

» Data Jenis Uji Mutu

» Data PLK

» Data Asuransi

1b. Data Master 4. Pengiriman Rekap

Data RG

» Pengambilan Kode Registrasi

» Penggantian & Pengalihan

» Perbaikan

» Penyerahan Barang 3a. Pengiriman Data

Transaksi RG

Pusat Registrasi Pengelola

Gudang Asuransi

Perbankan

1a. P engambilan Da

ta Mas

ter 2a. Pengambilan Data Master

2b. Data Master

3b. Pengambilan Kode Registrasi

Konfirmasi

(10)

PERMASALAHAN UTAMA

PELAKU

PERTANIAN

DI INDONESIA

(11)

10

1. AKSES PEMBIAYAAN

Minimnya akses pembiayaan petani ke lembaga keuangan sehingga marak praktik ijon.

• Minimnya aset tetap untuk dijaminkan sehingga petani kesulitan mendapatkan modal kerja bertani

• Petani menghadapi kesulitan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

• Akses pembiayaan untuk usaha budidaya dan pasca budidaya yang terbatas mendorong petani tergantung sistem ijon.

4. PENGELOLAAN PASCA PANEN

Petani tidak memiliki akses fasilitas pasca panen untuk tunda jual sehingga mendapatkan harga yang lebih tinggi.

• Petani tidak memiliki akses menyimpan hasil panen di gudang sehingga minim daya tawar

• Petani kesulitan akses dan pembiayaan & pasar untuk mendapatkan harga yang kompetitif saat panen raya

5. INFORMASI

Terbatasnya informasi ketersediaan stok pangan, harga dan sebaran komoditas

• Belum adanya jaringan informasi yang dapat memberikan informasi ketersediaan stok &

informasi harga komoditas

• Minimnya data yang dapat diandalkan untuk membuat kebijakan pengendalian stok dan inflasi yang efektif

2. KELEMBAGAAN

Minimnya

pendampingan serta kelembagaan petani.

• Pendampingan petani yang kurang efektif dalam membantu meningkatkan

produktivitas dan nilai tambah hasil panen

• Sistem kelembagaan petani yang

belum kuat untuk meningkatkan daya tawar petani.

3. RANTAI PASOK

Pola umum rantai pasok yang panjang dan dominasi kekuatan pemain tengah sektor pertanian di Indonesia membuat tingginya harga akhir a.l :

• Pasar Gabah yang bersifat oligopsonistik (banyak penjual, sedikit pembeli dan dominan)

• Pasar Beras yang bersifat oligopolistik (sedikit penjual dan dominan, banyak pembeli)

• Konsumen akhir mengeluhkan tingginya harga di tingkat konsumen

• Para prosesor/exportir sering mengeluhkan kesulitan mendapatkan kepastian bahan baku.

(12)

SRG SEBAGAI INSTRUMEN STABILISASI HARGA

Komoditas Pangan

Pola fluktuasi

harga komoditas pangan mengikuti ketersediaan barang, yang biasanya dipengaruhi oleh kondisi panen raya.

» Fluktuatif

» Volatile

» Potensi Inflasi

» Mempengaruhi PDB Sektor Pertanian

SRG sebagai

instrumen pengendali harga dan

manajemen stok komoditas pangan

Kuantitas 50

5 10 15

S

D

100 150

Harga (dolar) Shortage

Surplus

Simpan di Gudang SRG

Jual

Panen Raya

» Produksi Meningkat

» Stok Melimpah

» Penyerapan Stabil

» Supply > Demand

» Harga Anjlok

TIDAK PANEN / MUSIM TANAM / PACEKLIK

» Produksi Menurun

» Stok Berkurang

» Permintaan stabil / cenderung meningkat

» Supply < Demand Harga Meningkat

(13)

12

RANTAI PASOK KOMODITAS PANGAN DI INDONESIA

Komoditas Beras

Komoditas Bawang Merah

Komoditas Gula Pasir

• Rantai Utama (3 rantai):

Produsen - Pedagang Grosir - Pedagangan Ecer - Konsumen Akhir.

• Perpanjangan Rantai (6 Rantai):

Produsen – Pedagang Pengepul – Distributor – Agen – Pedagang Grosir – Pedagang Eceran/

Supermarket – Konsumen Akhir.

• Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) : 20,83%.

• Rantai Utama (3 rantai) :

Produsen - Pedagang Pengepul - Pedagangan Ecer - Konsumen Akhir.

• Perpanjangan Rantai (7 Rantai) :

Petani – Distributor - Sub Distributor – Agen - Pedagang Pengepul - Pedagang Grosir - Pedagang Eceran - Konsumen Akhir; Atau Petani - Pedagang Pengepul – Distributor - Sub Distributor – Agen - Pedagang Grosir - Pedagang Eceran - Konsumen Akhir

• Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) : 35,73%.

• Rantai Utama (4 rantai) :

Produsen – Distributor - Pedagang Grosir - Pedagang Eceran - Konsumen Akhir.

• Perpanjangan Rantai (6 Rantai) : Produsen – Distributor – Sub Distributor – Agen – Pedagang Grosir – Pedagang Eceran – Konsumen Akhir.

• Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) : 33,18%.

POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN Badan Pusat Statistik (BPS), 2019.

(14)

OPTIMALISASI PEMANFAATAN SISTEM RESI GUDANG (SRG) MEMBERIKAN PELUANG TERCIPTANYA RANTAI PASOK YANG LEBIH

EFISIEN DAN MENGURANGI TERJADINYA POTENSI PERPANJANGAN RANTAI

PERDAGANGAN;

PEDAGANG RETAIL DAPAT SECARA LANGSUNG MEMBELI KOMODITAS DARI PETANI/PEMILIK BARANG YANG DISIMPAN DI GUDANG SRG DENGAN HARGA DAN MUTU

YANG TERJAMIN;

PEDAGANG RETAIL DAPAT SECARA LANGSUNG MEMBELI KOMODITAS DARI PETANI/PEMILIK BARANG YANG DISIMPAN DI GUDANG SRG DENGAN HARGA DAN MUTU

YANG LEBIH BAIK;

DI SISI LAIN, PETANI JUGA DIUNTUNGKAN DENGAN PEROLEHAN HARGA JUAL YANG

KOMPETITIF.

(15)

14

MELALUI SARANA/FASILITAS PENUNJANG DI GUDANG SRG, KOMODITAS DAPAT DIOLAH LEBIH LANJUT SEHINGGA MENJADI

PRODUK SIAP EDAR DENGAN NILAI JUAL YANG LEBIH BAIK

SRG SEBAGAI INSTRUMEN NILAI TAMBAH KOMODITI

Komoditas

bahan baku Proses Produksi

Gudang SRG

Komoditi

barang jadi

(16)

Mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 33 Tahun 2020 Tentang Barang dan Persyaratan Barang yang dapat disimpan dalam Sistem Resi Gudang, sejauh ini telah ada 20 (dua puluh) komoditi yang bisa diresigudangkan yaitu:

» Gabah » Garam » Gula Kristal Putih

» Beras » Gambir » Kedelai

» Jagung » Teh

» Kopi » Kopra

» Kakao » Timah

» Lada » Bawang merah

» Karet » Ikan

» Rumput Laut » Pala

» Rotan » Ayam Karkas Beku

Penetapan selanjutnya tentang komoditi dalam SRG dilakukan melalui Peraturan Menteri Perdagangan dengan berdasarkan atas rekomendasi dari pemda, instansi terkait atau asosiasi komoditas, dengan mempertimbangkan daya simpan, standar mutu, serta jumlah minimum yang disimpan.

Dalam SRG, komoditi harus memiliki persyaratan seperti:

a. Mempunyai usia simpan yang cukup lama, minimal 3 bulan;

b. Mempunyai standar mutu tertentu, serta komoditi potensial dan sangat berperan dalam perekonomian daerah setempat dan nasional, yang akan menjamin ketahanan pangan nasional serta menjadi unggulan ekspor.

JENIS KOMODITI

SISTEM RESI GUDANG

(17)

16

KOMODITAS YANG DAPAT DIRESIGUDANGKAN

Kopi Beras

Rumput Lada Laut

Teh

Garam Jagung

Kopra Gabah

Timah Karet

Bawang Merah Kakao

Ikan Gambir

Pala Kedelai

Rotan

Ayam Karkas

Beku Gula Kristal

Putih

(18)

DUKUNGAN PEMERINTAH, BUMN DAN SWASTA

DALAM RANTAI PASOK KOMODITAS PERTANIAN

Pra Tanam /

Produksi Panen &

Pasca Panen

PEMERINTAH, BUMN, SWASTA

»Asuransi Pertanian

»Pembiayaan Modal Usaha

»Pendampingan

»Akses Benih

»Distribusi Pupuk

»Pendampingan

»Sarana pasca panen

(19)

18 18 Penyimpanan & Pembiayaan Distribusi dan Pemasaran

» Pergudangan

» Jaminan mutu

» SISTEM RESI GUDANG

»Linkage dengan Pasar

»Off taker

»SISTEM RESI GUDANG

(20)

KEY SUCCESS FACTORS PELAKSANAAN SRG DI INDONESIA

Dukungan Pemerintah Pusat & Daerah

Sarana & Prasarana Gudang SRG yang memadai;

Infrastruktur & Akses Ke Gudang yang baik

Pengelola Gudang Mandiri & Kompeten

(21)

20 20

Ketersediaan Lembaga Petani/

Nelayan

Nilai Tambah SRG bagi Pemilik &

Pembeli Komoditi

Adanya Kepastian Pembeli Sistem & Biaya Administrasi

SRG yang efisien

Kemudahan akses menuju Perbankan Kemudahan Akses ke Lembaga

Uji Mutu

Lembaga Penjamin SRG

(22)

STRATEGI

PENGEMBANGAN SISTEM

RESI GUDANG

(23)

22

22

(24)

Bappebti

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Jl. Kramat Raya No. 172 Jakarta 10430

T: (021) 31924744 | F: (021) 31923204

Referensi

Dokumen terkait

pihak tersebut, tujuannya adalah meminimumkan total biaya gabungan antara perusahaan dan distributornya, yang dalam hal ini terdiri dari biaya persiapan untuk

Atas dasar pemikiran diatas dan mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 133 Tahun

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 26/M- DAG/PER/6/2007 tentang Barang Yang Dapat Disimpan di Gudang Dalam Penyelenggaran Sistem Resi Gudang sebagaimana telah

gg) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 38/M-DAG/PER/10/2010 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24/M-DAG/PER/6/2006

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Kebutuhan Hidup Layak Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 18 Tahun

Peraturan Menteri Kominfo Nomor 3 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kominfo Nomor 33/PER/M.KOMINFO/08/2009 tentang Penyelenggaraan Komunikasi

Dalam penggunaan lignin sebagai bahan baku perekat, terutama bila ditinjau dalam hal mudahnya pembentukan gel, lignin dengan kadar metoksil rendah lebih menguntungkan daripada

Klasifikasi adalah proses menemukan model (fungsi) yang menjelaskan dan membedakan kelas-kelas atau konsep, dengan tujuan agar model yang diperoleh dapat digunakan