PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN 1693-3591
UJI PENDAHULUAN EFEK HAIR TONIC MINYAK BIJI WIJEN ( Sesamum indicum L ) TERHADAP PERTUMBUHAN RAMBUT KELINCI JANTAN
Ratno Subekhi, Sudarso, Dwi Hartanti
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto gravity_on_tanti@yahoo.co.id
ABSTRAK
Telah dilakukan uji pendahuluan efek hair tonic minyak wijen (oleum sesame) terhadap pertumbuhan rambut kelinci jantan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah minyak dari biji tanaman wijen ( Sesamum indicum L ) mempunyai efek mempercepat pertumbuhan rambut kelinci jantan. Minyak wijen dibuat dengan memeras serbuk biji wijen yang telah dicampur air panas. Punggung kelinci dicukur persegi dengan sisi 2,5 cm. Kotak 1 diolesi minyak cem-ceman sebagai kontrol positif, kotak 2 diolesi aquades sebagai kontrol negatif, kotak 3 diolesi minyak wijen sabagai sampel. Pengukuran pertumbuhan rambut dilakukan setiap 3 hari sekali selama 18 hari. Data pertumbuhan rambut rata-rata perhari yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis variansi yang dilanjutkan dengan uji tukey dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak wijen dapat mempercepat pertumbuhan rambut kelinci jantan.
Kata kunci : Biji wijen, memeras, pertumbuhan rambut, kelinci jantan.
ABSTRACT
A screening test of hair tonic effect of sesame oil (oleum sesame) to growth of rabbit hair has been done. This study was aimed to prove whether sesame oil influence the growth of rabbit hair. Sesame oil was made by squeezing sesame seed (Sesamum indicum L ) powder after mixed it with hot water. The back of rabbit was shaved into square with sides each 2,5 cm. Box 1 was treated with cem-ceman oil as positive control, box 2 was treated with aquades as negative control and box 3 was treated with sesame oil as sample. The measurement of hair growth was done every 3 days for 18 days. The daily average of hair growth was analyzed with analysis of variance and continued with tukey test at 95% significancy level. The result showed that sesame oil influence the growth of rabbit hair.
PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN 1693-3591
Pendahuluan
Kerontokan rambut dapat terjadi normal atau tidak normal tergantung dari banyaknya helai rambut yang rontok setiap hari. Seseorang yang sehat dengan kulit kepala bersih, sehat dan terawat, angka berkisar antara 0 sampai 40 jika angka kerontokan tidak melebihi 40, masih disebut normal (Anonim, 1985).
Faktor lingkungan yang terjadi terus menerus dan berulang-ulang mengakibatkan kulit kepala akan menjadi kasar, terjadi pigmentasi atau depigmentasi dan gangguan keratinasi, akhirnya terjadi kerontokan rambut. Faktor lingkungan demikian meliputi perubahan cuaca yang ekstrim. Suhu yang terlalu panas, dan infeksi jasad renik, iritasi zat kimia, atau penutupan dan penekanan rambut berikut kulit kepala seperti pemakaian topi, kerudung atau helm (Anonim, 1985).
Perawatan rambut yang sempurna tidak cukup hanya dengan menggunakan shampo dan kondisioner saja, karena rambut merupakan sel yang hidup, maka perlu dipelihara, dirawat dan diberi pupuk sehingga dapat hidup dan indah salah satu caranya adalah dengan menggunakan hair tonic. Hair tonic telah lama dikenal
untuk tujuan tertentu, dari pengobatan kerontokan rambut, mengatasi kulit kepala yang kering sehingga dapat mencegah ketombe, dan pertumbuhan rambut menjadi lebih baik (Balsam, 1970).
Sediaan perangsang pertumbuhan rambut adakalanya dimasukkan dalam kondisioner rambut baik dalam bentuk sediaan bilas atau sediaan penata rambut, fungsi sediaan perangsang pertumbuhan rambut dimaksudkan untuk menciptakan rambut bersih dan sehat serta sebagai perawatan rambut (Anonim,1985).
Minyak dari berbagai jenis tumbuhan dapat digunakan untuk memperbaiki pertumbuhan rambut, materi yang digunakan adalah biji dari tanaman yang mengandung minyak. Penelitian ini menggunakan minyak wijen (Oleum sesame) karena mudah didapatkan dan tersedia dalam jumlah yang cukup banyak tetapi belum dimanfaatkan dengan baik, baru sebatas untuk penyedap dan tambahan makanan (Ketaren,1986).
Minyak wijen sebagai penyubur rambut dan mencegah kerontokan rambut dan penggunaan sudah banyak dikenal masyarakat secara turun temurun namun belum ada data
PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN 1693-3591
penelitiannya. Pengambilan minyak wijen dalam penelitian ini menggunakan cara tradisional karena lebih mudah dilakukan, lebih ekonomis, kualitas minyak lebih terjamin tetap baik dan tidak berbeda jauh dengan menggunakan cara yang lebih baru (Hatta, 2002).
Minyak wijen mengandung trigliserida, sesamin, sesamolin, sesamol, lignans, pedaliin, planteose, vitamin A dan E. Asam -asam lemak yang terkandung dalam minyak wijen komposisi terbesarnya yaitu asam linoleat 40,4% dan asam arakidat 9,1%. Kedua asam tersebut merupakan bagian dari hair tonic (Ketaren, 1986). Metode Penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Farmasi dan Laboratorium Farmakologi Toksikologi Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 2 bulan.
Bahan dan alat
Bahan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji wijen yang diperoleh dari dari daerah Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Kontrol positif yang digunakan adalah minyak cem-ceman murni
diproduksi di Jakarta kontrol negatif yang digunakan adalah akuades.
Komposisi dari minyak cem-ceman : Henna Extrak 5%, urang-aring Extrak 4%, Tocopheryl Acetate 1%, Coconut Oil, Palm Kemel Oil, Candle Nut oil, Canangae Oil, Jasmine Oil, PEG-40 Hydrogenated Castor Oil.
Hewan uji yang digunakan adalah 5 ekor kelinci jantan jenis Flame Zeorus yang mempunyai umur 2-3 bulan dan berat 1-2 kg.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan minyak wijen adalah beker glass 1 liter, pengaduk, corong plastik, kain flanel, pisau dan blender. Alat yang digunakan dalam uji pertumbuhan rambut meliputi gunting, pencukur rambut, pinset, disposable injection, objek glass, dan jangka sorong.
Jalannya Penelitian
Determinasi tanaman dan identifikasi biji yang digunakan
Tanaman sebelum digunakan harus dipastikan terlebih dahulu bahwa yang akan digunakan adalah benar. Determinasi tanaman dan identifikasi biji wijen dilakukan dengan mengacu pada buku acuan Flora of Java karangan C.A Backer (1986). Determinasi
PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN 1693-3591
tanaman wijen dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu.
Pengumpulan Bahan
Biji wijen didapat dari tanaman wijen yang diambil dari polong biji wijen yang dikupas dan dikumpulkan pada wadah yang bersih dan kering.
Pembuatan minyak wijen (Oleum sesame).
Biji wijen ( Sesamum indicum L ) sebanyak 200 gr diblender terlebih dahulu ditambahkan air panas sebanyak 200 ml lalu digojog kemudian diperas dengan sedikit penekanan, ekstrak dimasukan dalam bekker glass dan diamkan selama 1-2 jam hingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan atas adalah minyak, lapisan bawah air, Pembuatan ini dilakukan sebanyak 5 kali.
Identifikasi kandungan kimia
a. Uji asam lemak dengan prinsip saponifikasi dengan 5 tetes minyak ditambah 5 tetes NaOH dan 5 tetes aquades lalu dipanaskan.
b. Uji gliserol dengan memasukkan lapisan KHSO4 dan ditambahkan 5 tetes minyak lalu dipanaskan dengan hati-hati.
Persiapan hewan uji
Penelitian menggunakan 5 ekor kelinci jantan galur Flame Zeorus, umur 2-3 bulan, berat badan 1,5-2,0 kg. Kelinci sebelum digunakan perlu diadaptasikan terlebih dahulu terhadap tempat atau kandangnya selama 2 minggu, selama diadaptasikan dan selama digunakan kelinci diberi makan dengan jenis dan jumlah yang sama. Kelinci sebelum dan sesudah diadaptasikan harus ditimbang untuk memastikan bahwa deviasi bobot kelinci tidak lebih dari 10%, sehingga dapat digunakan untuk penelitian (Anonim, 1989). Rambut pada punggung kelinci dicukur sampai bersih menggunakan pencukur, kemudian dibagi 3 kotak yang berbentuk persegi dengan ukuran 2,5 cm, dengan jarak antar kotak 1 cm yang masing-masing telah ditentukan letaknya.
Pengolesan pada bagian punggung kelinci
Pengolesan dilakukan pada setiap kotak 2 kali sehari tiap pagi dan sore. Setiap pengolesan sebanyak 0,5ml menggunakan spuit injeksi tanpa jarum. Pembagian daerah pengolesan ini dilakukan dengan cara punggung kelinci yang dicukur sampai bersih menggunakan gunting atau alat cukur, kemudian dibagi menjadi 3 kotak yang
PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN 1693-3591
berbentuk persegi panjang dengan sisi 2.5 cm, jarak antar kotak 1 cm.
Pengamatan dan pengukuran pertumbuhan rambut
Rambut setelah tumbuh kemudian diukur. Rambut diambil secara acak dicabut sebanyak kurang
lebih 10 helai setiap bagian, kemudian dipilih 5 helai yang terpanjang (Palupi, 1994).
Pengukuran panjang rambut dilakukan menggunakan jangka sorong diukur setiap 3 hari selama 18 hari ( 6 kali pengukuran ).
Gambar 1. Sketsa pengujian pada punggung kelinci. 1 : Minyak wijen (Oleum sesame), 2: aquades (kotrol negatif ), 3: Minyak cem-ceman murni (kontrol positif ).
Analisis data
Berdasarkan data panjang rambut yang diperoleh, dihitung pertambahan panjang rambut kelinci perharinya dengan rumus panjang hari ke-18 dikurangi panjang rambut hari pertama rambut tumbuh dibagi 15 (Sariasih, 1996).
Data pertumbuhan rambut kelinci diperoleh kemudian dianalisis statistik dengan anava satu jalan. Bila ada perbedaan maka dilanjutkan uji Post Hoc Test berupa tukey.
Hasil dan Pembahasan Determinasi Tanaman
Determinasi dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional,
Tawangmangu, Kabupaten
Karanganyar. Determinasi tanaman dilakukan dengan menggunakan buku acuan Flora of Java karangan C.A Backer (1986). Determinasi tersebut dilakukan dengan mencocokkan tanaman dengan kunci-kunci determinasi sehingga dipastikan benar tidaknya tanaman yang akan digunakan dalam penelitian.
2 3
PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN 1693-3591
Hasil determinan menyatakan bahwa tanaman yang diteliti adalah Tanaman wijen (Sesamum indicum L ). Pembuatan minyak wijen
Bagian tanaman wijen yang digunakan sebagai bahan pembuatan minyak wijen adalah bagian biji. Biji dari tanaman wijen diambil dari daerah Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar pada bulan November 2008. Bahan biji yang telah kering dibersihkan dari kotoran-kotoran yang berada bersama biji wijen. Timbang biji kering wijen sekitar 200 gr lalu diblender sehingga diperoleh serbuk biji wijen yang kemudian dicampur dengan aquades sebanyak 100 ml dan dipanaskan. Tujuan pemanasan adalah agar minyak yang terkandung didalam serbuk biji wijen mudah tersarikan sehingga didapatkan campuran seperti santan berwarna abu-abu. Saring campuran tersebut, sari dari penyaringan dmasukkan dalam bekker glass dan diamkan selama 1-2 jam hingga diperoleh 2 lapisan yaitu lapisan minyak pada bagian atas dan sari biji wijen pada lapisan bawahnya. Dari 200 gr biji wijen kering dapat diperoleh kurang lebih 20 ml minyak wijen dengan ciri-ciri berwarna kuning keemasan, berbau khas dan wangi.
Dari hasil pembuatan minyak wijen yang dilakukan sebanyak 5 kali hingga diperoleh 100,70 ml minyak wijen dengan nilai rata-rata setiap pembuatan 20,14 ml dan nilai rendemen sebesar 10,07%. Minyak wijen yang diperoleh berupa minyak wijen minyak wijen dengan ciri-ciri berwarna kuning keemasan, berbau khas dan wangi.
Dari ekstraksi minyak wijen tersebut kemudian dilakukan pengujian kualitas dari minyak wijen dengan hasil tercantum pada tabel 1. Dari hasil uji kualitas minyak wijen yang tercantum dalam tabel 1 dapat dilihat bahwa minyak wijen mengandung asam lemak tak jenuh dimana disebutkan dalam pustaka minyak wijen mengandung asam lemak tak jenuh berupa oleat, linoleat, linolenat dan asam lemak jenuh palmitat, stearat, arachidat (Ketaren, 1986).
Uji efek hair tonic terhadap sampel Dalam penelitian ini digunakan 5 kelinci dimana pada setiap kelinci diperlakukan 3 perlakuan yaitu daerah kontrol positif, daerah sampel dan daerah kontrol negatif. Dari 5 ekor kelinci diperoleh data pengukuran pertumbuhan rambut selama 18 hari, pengukuran kemudian dirata-rata.
PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN 1693-3591
Pada perlakuan hewan uji, metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan, dan perlakuan yang diberikan pencukuran. Pemilihan metode pencukuran karena metode pencukuran lebih baik dari pada metode perontokan. Metode pencukuran tidak mengakibatkan kerusakan sel-sel kulit yang berpengaruh pada pertumbuhan rambut. Namun metode pencukuran mempunyai kelemahan yaitu tidak mampu mendapatkan punggung yang benar-benar bersih. Dalam melakukan penelitian ini banyak ditemukan masalah dalam teknis pelaksanaanya, diantaranya masalah pengukuran yang sangat menentukan data yang pengukuran, dalam pengukuran digunakan jangka sorong yang mempunyai ketelitian yang lebih akurat karena batas pengukuran bisa sampai
0,1 mm dibandingkan mikrometer yang hanya mencapai 1 mm.
Pengamatan dimulai setelah pertumbuhan rambut mulai merata sehingga hasil pengukuran lebih bagus, hari pertama pengukuran ditetapkan setelah daerah kontrol negatif menunjukkan pertumbuhan yang merata, karena kontrol negatif dianggap menimbulkan efek pertumbuhan rambut yang paling lambat. Pengukuran dilakukan sampai 18 hari dengan tiap pengukuran berselang 3 hari (6×pengukuran).
Dari data pengukuran panjang rambut selama 15 hari penelitian kemudian dirata-rata dengan panjang rambut yang diperoleh, dihitung pertambahan panjang rambut kelinci perharinya dengan rumus panjang hari ke-18 dikurangi panjang rambut hari pertama rambut tumbuh dibagi 15.
Tabel 1. Hasil uji kualitas minyak wijen
Uji Hasil Pustaka Kesimpulan
Uji asam lemak 5 tetes minyak wijen + 5 tetes
NaOH + 5
aquades dipanaskan
Timbul busa putih, terbentuk 2 lapisan :
atas berwarna
kuning lapisan
bawah putih
Timbul lapisan busa
berwarna putih
(Ketaren,1986)
Minyak wijen
mengandung asam
lemak tak jenuh
Uji gliserol 5 tetes minyak wijen + 5 tetes KHSO4+ 5 tetes aquades Terbentuk 2 lapisan , lapisan atas berwarna kuning dan lapisan berwarna bening. Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna
kuning dan lapisan
bawah kuning muda
(Ketaren, 1986)
Minyak wijen
mengandung gliserol yang mengikat asam lemak
PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN 1693-3591
Tabel 2. Panjang rata-rata pertumbuhan rambut dari 5 ekor kelinci selama 18 hari
Replikasi Pertumbuhan rambut rata-rata (mm)
Kontrol (+) Kontrol (-) Sampel
1 2 3 4 5 0,364 0,187 0,364 0,363 0,108 0,356 0,432 0,178 0,445 0,384 0,178 0,417 0,318 0,099 0,295 Rata-rata 0,372 0,150 0,375
Data pengukuran panjang pertumbuhan rambut rata-rata.
Dari data panjang pertumbuhan rambut rata-rata pada tabel 2,terlihat pada kontrol positif pertumbuhan rambut berkisar antara 0,350 mm sampai dengan 4,20 mm, untuk kontrol negatif pertumbuhan rambut berkisar 0,100 mm sampai dengan 1,80 mm dan sampel berkisar 0,300 sampai dengan 4,400 mm.
Perbedaan pertumbuhan rambut rata-rata kelinci diduga karena adaya pengaruh dari kandungan minyak wijen. Minyak wijen mengandung gliserida (asam oleat, linoleat, asam arakidonat, palmitat, stearat, dan miristinat), sesamin, sesamolin, sesamol, lignans, pedaliin, planteose, vitamin A, B1, Dan E. Minyak wijen bermanfaat sebagai obat batuk, obat gosok pada reumatik, sakit perut, diare,
mencegah kerontokan rambut, menghitamkan rambut, mengatasi rambut beruban dan sebagai penyubur rambut (Sastramidjojo, 1965 ; Wijayakusuma, 2002).
Kandungan yang
bertanggaungjawab terhadap efek peningkatan pertumbuhan rambut rata-rata kelinci adalah adanya asam linoleat (Vitamin F) dimana asam ini merupakan hair tonic berperan sebagai zat kondisioner rambut yang berfungsi untuk memperbaiki rambut, merangsang pertumbuhan rambut, dan mencegah kerontokan rambut. Pada gambar 3 menunjukkan struktur dari vitamin F (asam Linoleat) merupakan asam lemak tak jenuh yang terkandung didalam minyak wijen (Oleum Sesame) dimana zat ini yang berperan dalam meningkatkan pertumbuhan rata-rata
PHARMACY, Vol.06 No.
Gambar 3.
Dari data-data pertumbuhan panjang rambut kelinci
tabel lampiran 7 apabila ditampilkan dalam bentuk kurva antara rata pertumbuhan rambut (mm) dengan waktu pengukuran dapat dilihat pada gambar 5.
Hasil analisis data menunjukkan sampel (minyak wijen) dengan kontro negatif berbeda bermakna, atau minyak wijen mempunyai efek meningkatkan pertumbuhan rambut rata
Kontrol positif dengan sampel (minyak
Gambar 4. Grafik hubungan panjang pertumbuhan rambut (mm) vs waktu (hari) 3 0 8 7 6 5 4 3 2 1 0
, Vol.06 No. 03 Desember 2009
Gambar 3. Struktur vitamin F (asam linoleat)
data pertumbuhan panjang rambut kelinci rata-rata pada tabel lampiran 7 apabila ditampilkan dalam bentuk kurva antara rata-rata pertumbuhan rambut (mm) dengan waktu pengukuran dapat dilihat pada
Hasil analisis data menunjukkan sampel (minyak wijen) dengan kontrol negatif berbeda bermakna, atau minyak wijen mempunyai efek meningkatkan pertumbuhan rambut rata-rata kelinci. Kontrol positif dengan sampel (minyak
wijen) tidak berbeda bermakna yang berarti efek meningkatkan pertumbuhan rambut rata
antara sampel dan kontrol positif sama. Efek peningkatan pertumbuhan rambut rata-rata kelinci diduga karena adanya kandungan asam linoleat dalam minyak wijen karena asam linoleat merupakan hair tonic berperan sebagai zat kondisioner rambut yang berfungsi untuk memperbaiki rambut, merangsang pertumbuhan rambut, dan mencegah kerontokan rambut.
Grafik hubungan panjang pertumbuhan rambut (mm) vs waktu (hari) Hari 12 9 6 3 15 kontrol (+) kontrol (-) sampel 18 ISSN 1693-3591
wijen) tidak berbeda bermakna yang berarti efek meningkatkan pertumbuhan rambut rata-rata kelinci ampel dan kontrol positif sama. Efek peningkatan pertumbuhan rambut rata kelinci diduga karena adanya kandungan asam linoleat dalam minyak wijen karena asam linoleat merupakan berperan sebagai zat kondisioner rambut yang berfungsi perbaiki rambut, merangsang pertumbuhan rambut, dan mencegah kerontokan rambut.
PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN 1693-3591
Kesimpulan
Minyak wijen dapat meningkatkan pertumbuhan rata-rata rambut kelinci perhari dimana aktivitasnya sebanding dengan minyak cem-ceman. Kandungan aktif yang diduga memiliki efek hair tonic adalah asam linoleat dengan mekanisme sebagai zat kondisioner rambut.
Daftar Pustaka
Anonim, 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta, hal.201-207, 252-260
Anonim, 1989, Materi Medika Indonesia, Jilid 5, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal.112-113
Becker, C.A., Van den Brink, F.C.B., 1968, Flora of Java, Vol I Publised Under Auprices of the Ricksherbarium, Teyden, P. hal.529
Balsam, 1972, Cosmetic Science and Technology, Volume 2, edisi I . Interscience Publication John Willy and sinc. New york, hal.128-129
Bevelander, G., and Ramley, J.A., 1988 , Dasar-dasar Histologi, Edisi 8, diterjemahkan oleh Gunarso ,
W. Penerbit Erlangga , Jakarta, hal.206-213
Dalimarta, S., dan Soedibyo M., 1999, Perawatan Rambut dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen, cetakan ke-2, Penerbit swadata, Jakarta, hal.1-13
Hatta, S., 2002 , Budidaya Wijen dan Aspek Ekonominya, Kanisius, Yogyakarta. hal.15-17.29-23 Ketaren, 1986, Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak pangan, UI, press , Jakarta , hal.261-268 Palupi, L., 1994, Pengaruh Sari Alkohol
Daun Ageratum conyzoides L. Terhadap Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan dan Skrining Fitokimianya, Skripsi,Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta, hal.19
Sariasih, A., 1996, Uji Pertumbuhan Rambut dan Pengawasan Mutu Sediaan Hair tonik dengan Daun waru (Hibiscus filiaceus), Skripsi, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta, hal.77
Sastromidjojo, 1965, Obat Asli Indonesia, Penerbit Dian rakyat, Jakarta , hal.12
Wikipedia.com, 2009, Artikel tentang asam
PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN 1693-3591
http://id.wikipedia.org/wiki/vitamin F, Akses Maret 2009
Wasitaatmadja, S.M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI press, Jakarta, hal.9,202,211.
Wijayakusuma, H., 2002, Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia,
Rimpang dan Ubi , penerbit Milenia Populer, hal.195-197. Wirakusumah ,E.s dan Setyowati , R.N,
2000. Cantik dan Bugar dengan Ramuan nabati Jilid V, Penebar Swadaya , Jakarta , hal.11-16,0-51.