TANGGUNG JAWAB PT INOVISI INFRACOM (INVS) TERHADAP INVESTOR PUBLIK ATAS FORCED DELISTING OLEH PT BURSA
EFEK INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN DIBIDANG PASAR MODAL
Sarifatus Sa’diyah
(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: [email protected])
Sharda Abrianti
(Dosen Fakultas Hukum Trisakti) (Email: [email protected])
ABSTRAK
Dalam pasar modal Emiten diharuskan untuk menjalankan prinsip keterbukaan, merupakan jiwa pasar modal. Pelanggaran prinsip keterbukaan yang dilakukan oleh Emiten dapat dikenakan sanksi, yaitu dapat berupa peringatan tertulis, denda, penghentian perdagangan sementara (suspensi), hingga penghapusan pencatatan oleh Bursa (forced delisting). Bagaimana tanggung jawab PT Inovisi Infracom (INVS) atas keterbukaan informasi pada Laporan Keuangan Kuartal III-2014 berdasarkan peraturan di bidang pasar modal, serta bagaimana tanggung jawab hukum terhadap investor publik yang mengalami kerugian akibat forced delisting PT Inovisi Infracom (INVS) oleh PT Bursa Efek Indonesia. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka metode penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian normatif, dengan menggunakan data sekunder yang dianalisis secara kualitatif, dan disimpulkan menggunakan metode deduktif. Sehingga setelah dilakukan analisis dapat di simpulkan bahwa, PT Inovisi Infracom melanggar prinsip keterbukaan dengan adanya salah saji Laporan Keuangan Kuartal III Tahun 2014, serta suspensi dan forced delisting merupakan bentuk perlindungan yang di berikan kepada investor publik oleh PT Bursa Efek Indonesia.
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Salah satu keinginan perusahaan pada saat ingin berekspansi adalah mendapatkan tambahan dana serta bisa memperkenalkan perusahaan yang dimiliki ke publik secara lebih transparan dan bertanggung jawab. Sarana untuk mewujudkan itu semua salah satunya dapat dilakukan melalui keputusan go public.1 Pada tindakan go public suatu perusahaan menjual sahamnya kepada publik sehingga menjadi perusahaan terbuka. Sebaliknya, pada tindakan go private perusahaan terbuka berubah statusnya menjadi perusahaan tertutup.2 Berdasarakan penelitian yang dilakukan oleh Foley and Lardner LPP, alasan suatu perusahaan terbuka melakukan go private adalah karena merasa terbebani oleh biaya-biaya yang harus dikeluarkan dan kewajiban-kewajiban sebagai perusahaan terbuka.3 Salah satu penyebab perusahaan go private adalah dengan delisting. Delisting merupakan tindakan yang membawa akibat hukum pada tidak diperbolehkannya efek emiten yang bersangkutan diperdagangkan lagi di bursa. Dalam konsep delisting terdapat dua macam cara yaitu melalui voluntary delisting yaitu yang dilakukan dengan sukarela, atau force delisting penghapusan pencatatan yang dilakukan secara paksa oleh bursa sebagai otoritas yang berwenang. Akibat delisting yang mana ini sangat berpengaruh kepada investor yang berada di pasar modal. Investor adalah pihak penting yang berperan didalam kegiatan pasar modal.4 Hukuman dalam bentuk delisting tersebut, yang dijatuhkan oleh otoritas bursa hanya akan diambil oleh bursa efek, setelah memperhatikan dan mempertimbangkan ketidakmampuan dari emiten
1 Irham Fahmi, Pengantar Pasar Modal Bandung, (Bandung: Alfabeta, 2012) hal. 70. 2 Ibid, hal. 31.
3 Edo Relung Anantha, I Dewa Made Suartha, I Ketut Westra, Juli 2016, Kewajiban
Keterbukaan Sebuah Perusahaan Sebagai Emiten Setelah Go Public, Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana, Vol. 4 No. 4, 2016, hal. 2.
4 M.Irsan Nasarudin, et. al. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada
sebagai perseroan untuk memenuhi kriteria yang dapat menyababkan terjadinya delisting.5
Salah satu emiten yang di delisting oleh PT Bursa Efek Indonesia adalah PT Inovisi Infracom Tbk. Tanggal 23 Oktober 2017, BEI menghapus paksa saham emiten berkode INVS dari papan perdagangan. Penghapusan saham INVS oleh BEI disebabkan permasalahan terkait laporan keuangan yang tidak memenuhi prinsip keterbukaan. Awal mulanya bahwa INVS sudah bermasalah sejak 2015. Bermula bahwa INVS melakukan kesalahan dalam pelaporan keuangan, hal itu membuat otoritas melakukan suspensi atas saham INVS pada Februari 2015. Kesalahan laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan keuangan kuartal III-2014, yang diindikasikan sebagai laporan keuangan yang mencurigakan. Sehingga pada 13 Februari 2017 INVS di suspensi oleh bursa. Namun, sejak tanggal tersebut tidak ada itikad baik dari INVS untuk menyampaikan laporan keuangan revisi, serta perpanjangan suspensi karena INVS tidak membayar biaya listing tahunan. Setelah lebih dari dua tahun, maka BEI pada akhirnya memberikan tenggat waktu perdagangan di pasar negoasiasi selama 20 hari sejak 25 September hingga 20 Oktober 2017. Untuk melakukan buyback saham sebelum dilakukan delisting pada tanggal 23 Oktober 2017 PT Inovisi Infracom efektif di delisting oleh Bursa Efek Indonesia berdasarkan surat No. Peng-DEL-00002/BEI.PP2/09-2017 tentang force delisting saham INVS.
2. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini akan dikemukakan beberapa pokok-pokok permasalahan, yaitu:
a. Bagaimana tanggung jawab PT Inovisi Infracom (INVS) atas keterbukaan informasi pada laporan keuangan Kuartal III-2014 berdasarkan peraturan di bidang pasar modal ?
b. Bagaimana tanggung jawab hukum terhadap investor publik yang mengalami kerugian akibat force delisting PT Inovisi Infracom (INVS) oleh PT Bursa Efek Indonesia.
B. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian
Penilitian ini menggunakan metode penelitian normatif. Penelitian normatif adalah, penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat, dan menjadi acuan setiap orang.6
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan adalah secara deskriptif. Penelitian deskritif adalah penelitian yang, dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaaan atau gejala-gejala lainnya.7
3. Data dan Sumber Data
Terkait penelitian maka penulis menggunakan Data sekunder, yaitu antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian.8
Data sekunder meliputi beberapa bahan hukum, yaitu:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari.9 Dalam penelitian ini, bahan yang dimaksud terdiri dari : 1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.04/2015
tentang Keterbukaan Atas Informasi Atau Fakta Material Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik.
3) Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor : Kep-308/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-I tentang
6 Abdulkadir Muhammad. Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Abadi,
2005), hal.52.
7 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,
2015) hal. 10.
8 Soejono Soekanto, Op. Cit., hal. 52. 9 Ibid.
Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
4) Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-307/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-H tentang Sanksi. 5) Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor:
Kep-306/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-E tentang Kewajiban Penyampaian Informasi.
6) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-40/PM/2003 tentang Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan.
7) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-347/BL/2012 tentang Penyajian Dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.
8) Surat Edaran Nomor: SE-008/BEJ/08-2004 Perihal: Penghentian Sementara Perdagangan Efek (Suspensi) Perusahaan Tercatat. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer.10 Bahan hukum yang
digunakan antara lain, mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, jurnal.11
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder12, bahan hukum yang digunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia.
4. Pengumpulan Data dan Analisis Data
Data penelitian diperoleh di lakukan dengan studi pustaka, yaitu merupakan studi yang mengkaji tentang berbagai dokumen-dokumen, baik
10 Ibid. 11 Ibid. 12 Ibid.
yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan maupun dokumen-dokumen yang sudah ada.13
5. Cara Penarikan Kesimpulan
Pengambilan, kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika deduktif, artinya adalah metode menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan-pernyataan yang sifatnya umum.14
C. Hasil Penelitian
1. Laporan Keuangan Kuartal III Tahun 2004 PT Inovisi Infracom (INVS)
a. Point Kesalahan Pada Laporan Keuangan Kuartal III 2014 PT Inovisi Infracom.
Delisting yang dilakukan oleh bursa efek terhadap emiten dengan kode INVS dilakukan karena adanya kesalahan laporan keuangan. Sehingga pada akhirnya, otoritas bursa selaku pihak yang berwenang dalam hal ini yaitu PT Bursa Efek Indonesia. Di lakukan penelaahan terhadap laporan keuangan tersebut, hasilnya diketahui, bahwa terdapat delapan poin dari kesalahan laporan keuangan yang telah ditelaah oleh bursa yang harus diperbaiki INVS. Berikut ini kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan Inovisi:15
1) Bagian utang lain-lain kepada pihak terelasi dan pihak ketiga. BEI menilai bagian ini tidak tie up dengan informasi yang disajikan pada Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Menurut perusahaan, jumlah utang lain-lain disajikan pada CALK nomor 20 halaman 52 yaitu sebesar Rp 58 miliar.
13 Soejono Soekanto, Op. Cit., hal. 52. 14 Ibid, hal. 56.
15 Detik Finance, Saham Inovisi Dibekukan 4 Bulan, Karena Laporan Keuangan Banyak
Salah, (On-Line), tersedia di:
2) Bagian aset tetap. BEI menilai saldo awal aset tetap tidak tie up dengan saldo aset tetap pada LK Tahunan 2013 hasil auditan. 3) Bagian laba bersih per saham. BEI menemukan perusahaan
menggunakan 'laba periode berjalan', seharusnya menggunakan 'laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk' saja, sehingga overstated.
4) Bagian pembayaran kas kepada karyawan. BEI menemukan adanya salah kaji, karena berdasarkan LK Tengah Tahunan, pembayaran kas kepada karyawan mencapai Rp 1,91 triliun, tapi pada periode kuartal III-2014 turun menjadi hanya Rp 59 miliar. Tidak terdapat penjelasan apakah terdapat pengembalian dana karyawan. Perusahaan menyatakan seharusnya tertulis Rp 1,9 miliar bukan triliun.
5) Bagian penerimaan (pembayaran) bersih utang pihak berelasi (laporan arus kas). BEI menemukan adanya indikasi salah kaji, berdasarkan laporan posisi keuangan, pelunasan utang berelasi Rp 124 miliar, tapi di laporan arus kas hanya diakui pembayaran Rp 108 miliar.
6) Bagian laporan segmen usaha. BEI menyatakan perusahaan tidak dapat mengalokasikan 45,5% asetnya kepada masing-masing segmen usaha.
7) Bagian jumlah kewajiban. BEI menyatakan bagian ini tidak tie up dengan laporan posisi keuangan.
8) Bagian kategori instrumen keuangan. BEI menyatakan bagian ini tidak tie up dengan laporan keuangan tahunan hasil auditan.
b. Struktur Laporan Keuangan Kuartal III-2014
Berikut merupakan Susunan Laporan Keuangan Kuartal III-2014 PT Inovisi Infracom:16
1) Aset: Aset Lancar, Aset Tidak Lancar.
16 Laporan Keuangan Interim Konsolidasi PT Inovisi Infracom dan Entitas Anak, 30
September 2014 (Tidak Diaudit) dan 31 Desember 2013 (Diaudit) Serta Untuk Periode Sembilan Bulan Berakhir 30 September 2014 (Tidak Diaudit) hal. 2-7.
2) Liabilitas: Liabilitas Jangka Pendek, Liabilitas Jangka Panjang. 3) Ekuitas: Ekuitas Yang Dapat Diatribuksikan Kepada Pemilik
Entitas Induk, Ekuitas Bersih 4) Pendapatan
5) Beban Pokok Pendapatan 6) Laba Bruoto
7) Beban Usaha 8) Laba Usaha
9) Penghasilan (Beban) Lain-Lain 10) Bagian Laba (Rugi) Entitas Asosiasi 11) Laba Sebelum Pajak
12) Manfaat (Beban) Pajak Penghasilan 13) Laba Periode Berjalan
14) Pendapatan Komperhensif lain
15) Laba Periode Berjalan Yang Dapat Diatribusikan
16) Jumlah Laba Komprehensif Periode Berjalan Diatribusikan 17) Laba Besih Per Saham Dasar
18) Laba Bersih Per Saham Dilusinan 19) Arus Kas Dari Aktivasi Operasi 20) Arus Kas Dari Aktivasi Pendanaan
21) Kenaikan (Penuruan) Bersih Kas dan Bank 22) Selisih Kurs Penjabaran
23) Setara Kas Yang Dibatasi Penggunaanya 24) Kas dan Bank Awal Periode
25) Kas dan Bank Akhir Periode
2. Tindakan PT Bursa Efek Indonesia Terkait Laporan Keuangan Kuratal III-2014 PT Inovisi Infracom (INVS)
BEI melayangkan surat No. Peng-DEL-00002/BEI.PP2/09-2017 tentang Delisting saham INVS dari papan pengembangan BEI yang berlaku efektif pada 23 Oktober 2017. Dalam surat tersebut dipaparkan dua kondisi yang
membuat perseroan akhirnya didepak dari BEI. Pertama, kelangsungan usaha INVS berada dalam kondisi negatif secara finansial dan hukum. Kedua, saham INVS tidak diperdagangkan selama lebih dari 24 bulan terakhir.17 Sebelum di layangkannya surat suspesi yang diberikan oleh Pihak PT Bursa Efek Indonesia, maka terlebih dahulu diberikan sanksi berupa suspensi (penghentian perdagangan sementara), berdasarkan surat- surat yang dikeluarkan oleh PT Bursa Efek Indonesia, baik mengenai a. 12 Februari 2015 berdasarkan Surat No. :
Peng-SPT/0002/BEI.PG2/02-2015 tertanggal 13 Februari 2015 mengenai pernghentian perdagangan sementara perdagangan.
b. 30 Oktober 2015 berdasarkan Surat hingga tanggal 29 Oktober 2015 c. 1 Februari 2016 Surat Pengumuman Penyampaian Laporan Keuangan
Interim berakhir per 30 September 2015, No.: Peng-SPT/00001/BEI.PP1/02-2016, No.: Peng-SPT-00002/BEI.PP2/02-2016. No.: Peng-SPT-00014/BEI.PP3/02-Peng-SPT-00002/BEI.PP2/02-2016. Berdasarkan catatan bursa, sampai tanggal 29 Januari 2016.
d. 10 Maret 2016, Surat pengumuman Penyampaian laporan keuangan interm yang berakhir per 30 September 2015, No.: Peng-SPT-00002/BEI.PP1/03-2016, No.: Peng-SPT-00002/BEI.PP2/03-2016, No.: Peng-SPT-00002/BEI.PP3/03-2016
e. 22 Maret 2016, Surat Pengumuan Pengentian Efek Sementara Peng-SPT-00003/BEI.PP1/03-2016, Peng-SPT-00004/BEI.PP2/03-2016,Peng-SPT-00004/BEI.PP3/03-2016.
f. 30 Juni 2016, Surat Pengumuman Penyampaian Laporan Keuangan Auditan Yang Berakhir Per 31 Desember 2015, No.:Peng-SPT-00005/BEI.PP1/06-2016, No.:Peng-SPT-00006/BEI.PP2/06-2016, No.:Peng-SPT-00006/BEI.PP3/06-2016.
17 Delisting Paksa: Sayonara INVS, (On-line), tersedia di: http://kalimantan.bisnis.
g. 1 Agustus 2016, Surat Pengumuman Penyampaian Laporan Keuangan Auditan Yang Berakhir Per 31 Maret 2016, No.:Peng-SPT-00008/BEI.PP1/08-2016, No.:Peng-SPT-00008/BEI.PP2/08-2016, No.:Peng-SPT-00009/BEI.PP3/08-2016.
h. 30 Januari 2017, Surat Pengumuman Penyampaian Laporan Keuangan Auditan Yang Berakhir Per 30 September 2016, No.:Peng-SPT-00001/BEI.PP1/01-2017, No.:Peng-SPT-00001/BEI.PP2/01-2017, No.:Peng-SPT-00001/BEI.PP3/01-2017.
i. 1 Maret 2017, Pengumuman Penghentian Sementara Perdagangan Efek, No.:Peng-SPT-00004/BEI.PP1/03-2017, No.:Peng-SPT-00005/BEI.PP2/03-2017, No.:Peng-SPT-00004/BEI.PP3/03-2017. j. 3 Juli 2017, Penyampaian Laporan Keuangan Auditan Yang Berakhir
Per 31 Desember 2016, No.:Peng-SPT-00007/BEI.PP1/07-2017, No.:Peng-SPT-00009/BEI.PP2/07-2017, No.: Peng-SPT-000014/ BEI.PP3/07-2017.
k. 22 September 2017, Surat Pengumuman Pencabutan Penghentian Sementara Perdagangan Efek Hanya di Pasar Negosiasi PT Inovisi Infracom Tbk. (INVS) No.: Peng-UPT-00009/BEI.PP2/09-2017.
D. Pembahasan
1. Tanggung Jawab PT Inovisi Infracom Terhadap Ketebukaan Informasi Pada Laporan Keuangan Kuartal-III 2014.
Dari hasil pemeriksaan Bursa atas laporan keuangan PT INVS, secara aturan memang PT INVS telah menyampaikan laporan keuangan sebagai bagian dari penerapan prinsip keterbukaan yang diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal. Walapun PT INVS sudah menyampaikan laporan keuangan Kuartal III-2014 sebagai penerapan prinsip keterbukaan, namun berdasarkan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-306/BEJ/07-2004 tentang Peraturan I-E tentang Kewajiban Penyampaian Informasi serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 31/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan Informasi atau Fakta Material oleh
Emiten atau Perusahaan Publik, PT INVS telah melakukan kesalahan dalam menyajikan fakta material yang sesungguhnya. Terdapatnya kesalahan dalam laporan keuangan Kuartal III-2014 PT INVS, maka dengan sendirinya isi pernyataan direksi PT INVS sebagaimana dituangkan dalam surat pernyataan yang dilampirkan bersama dengan laporan keuangan tersebut menjadi tidak sesuai.
Pernyataan tersebut adalah pernyataan yang terdapat dalam Butir 3 huruf a dan b Lampiran Formulir Nomor: VIII.G.11-1 Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-40/PM/2003 tentang Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan, yang menyatakan bahwa laporan keuangan ini telah disusun sesuai secara lengkap dan benar serta tidak mengandung fakta material yang tidak benar. Sehingga atas kesalahan tersebut, PT INVS melakukan pelanggaran prinsip keterbukaan dengan adanya kesalahan mengenai penyajian laporan keuangan, yang mana seharusnya disajikan sesuai dengan prinsip keterbukaan.
Setelah dilakukan analisis terhadap fakta-fakta disertai dengan dasar hukum, maka ditemukan bahwa dalam hal ini PT INVS tidak bertanggung jawab dikarenakan apa yang seharusnya disampaikan kepada investor publik mengenai keterbukaan informasi sebagai bagian dalam menjalankan prinsip keterbukaan sebagaimana yang di muat pada pasal 1 angka 25 Undang-Undang Pasar Modal tidak di jalankan dengan sebagaimana mestinya. Pelanggaran prinsip keterbukaan yang dilakukan oleh PT INVS dapat terlihat melalui salah saji Laporan Keuangan Kuartal III Tahun 2014 yang dikaji oleh bursa. Sehingga atas salah saji tersebut menjadi indikasi tidak bertanggung jawabnya PT INVS terhadap apa yang seharusnya menjadi kewajiban yang dilakukan sebagai Emiten. Karena tidak di sampaikanya informasi material kepada investor publik oleh emiten dengan sebagaimana mestinya Sehingga dapat disimpulakan bahwa PT INVS tidak bertanggung jawab atas investor publik dengan adanya pelanggaran prinsip keterbukaan tersebut.
Berdasarkan pada suspensi serta forced delisting sesuai dengan ketentuan Butir III.1.2, Butir III.3.1, dengan kondisi sesuai Butir III.3.1.1, Butir III.3.1.2 Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor : Kep-308/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa, yang dilakukan oleh Bursa dalam hal ini termasuk ke dalam bentuk perlindungan yang diberikan kepada invetor publik, berupa tindakan represif atas pelanggaran yang dilakukan oleh Emiten. Sebagai bentuk pertanggung jawaban Bursa kepada Investor Publik yang berinvestasi di pasar modal, karena Bursa adalah perantara perdagangan efek antara Emiten dengan investor publik. Serta karena adanya wewenang Bursa sebagai SRO (Self Regulatory Organization), yang dalam hal ini berhak memberikan sanksi kepada Emiten yang bersangkutan.
Berdasarkan pada analisis yang telah dilakukan melalui fakta-fakta berserta dasar hukum terhadap peristiwa forced delisting PT INVS, yang termuat dalam surat Pengumuman No.: Peng-DEL-00002/BEI.PP2/09-2017, tertanggal 22 September 2017 mengenai Penghapusan Pencatatan Efek PT PT INVS Tbk. (INVS) di Papan Pengembangan, maka terhadap peristiwa delisting oleh bursa PT INVS dijelaskan pada Butir III.3.2.4 Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor : Kep-308/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa, bahwa efek atas emiten yang akan di delisting oleh bursa (forced delisting) akan di perdagangkan selama 20 hari di pasar negosiasi sebelum efektif dilakukan delisting PT INVS, 20 hari di pasar negosiasi tersebut yaitu terhitung sejak 25 September 2017 sampai dengan 20 Oktober 2017 berdasarkan surat yang dikeluarkan oleh Bursa.
Dengan demikian 20 hari masa penjualan saham tersebut merupakan bentuk tanggung jawab pada investor publik oleh emiten yang akan di delisting saham oleh bursa yang dalam hal ini telah dialami oleh PT INVS. Sehingga apabila terdapat kerugian yang dialami oleh investor publik di
luar setelah masa perdagangan efek di pasar negosiasi selama jangka waktu 20 hari atas efek emiten, maka itu merupakan bagian dari risiko berinvestasi dalam pasar modal. Sebab dalam jangka waktu selama 20 hari di pasar negosiasi, bursa telah memberitahukan secara terbuka melalui pengumuman yang dikeluarkan oleh bursa kepada seluruh pemegang saham publik. Sehingga diharapkan atas di keluarkannya surat pengumuman pemberitahuan tersebut, maka investor publik dapat menentukan sikap.
Bentuk pernyataan sikap investor publik ini dapat ditempuh dengan mengambil langkah yaitu melakukan penjualan efek pada masa 20 hari selama berada di pasar negosiasi, atau langkah lain yang dapat di tempuh oleh investor publik apabila tidak memiliki keinginan untuk menjual efek tersebut, maka investor publik dapat mengikuti perubahan status perusahaan yang semula terbuka menjadi tertutup.
Dengan perubahan tersebut kepemilikan efek milik investor publik berubah menjadi saham biasa di perusahaan tertutup. Sehingga efek investor publik dalam hal ini tidak hilang hanya saja berubah menjadi saham biasa di perusahaan tertutup.
E. PENUTUP 1. Kesimpulan
a. Prinsip keterbukaan merupakan jiwa pasar modal di dalam segala aspek kegiatan pasar modal, yang merupakan suatu prinsip dasar yang menjadi landasan berjalannya suatu Hukum Pasar Modal (Capital Market Law) secara umum. Prinsip keterbukaan sebagai bagian dari Good Corporate Goverence di implementasikan dalam ke Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, diatur dalam Pasal 1 angka 25. Salah satu pelaksanaan prinsip keterbuakaan oleh emiten adalah kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan baik laporan tahunan maupun laporan interim. PT INVS dalam hal ini memang telah melaksanakan prinsip keterbukaan sesuai dengan ketentuan yang
dimuat dalam Undang-Undang Pasar Modal. Namun Laporan Keuangan Kuartal III-2014 yang disampaikan terindikasi bermasalah. Oleh karenanya PT INVS telah melanggar Peraturan I-E tentang Penyampaian Informasi, serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 31/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan Informasi atau Fakta Material oleh Emiten atau Perusahaan Publik. Prinsip keterbukaan dalam hal ini tidak sepenuhnya dijalankan karena kesalahan terhadap laporan keuangan Kuartal III Tahun 2014, merupakan suatu bukti bahwa Laporan Keuangan tersebut tidak mencerminkan prinsip keterbukaan yang sudah di nyatakan dalam Surat Pernyataan Tanggung Jawab Direksi, dimana surat tersebut merupakan surat pernyataan yang di lampirkan bersamaan dengan di sampaikannya setiap laporan keuangan, baik pada Laporan Tahunan maupun Laporan Interim.
b. Suspensi merupakan bentuk perlindungan yang diberikan oleh Bursa kepada investor publik. Agar investor publik terlindungi dari kerugian dengan skala yang lebih besar. Walaupun perdagangan saham emiten disuspensi, namun saham tersebut masih dapat diperdagangkan di pasar negosiasi. Namun menurut ketentuan jika di lihat maka suspensi dapat dilakukan hingga selama 24 (dua puluh empat) bulan apabila tidak adanya itikad baik Emiten untuk memperbaiki pelanggaran yang dilakukan. PT INVS telah disuspensi selama 24 (dua puluh empat) bulan sebagai akibat tidak ada itikad baik untuk melakukan perbaikan diminta oleh bursa selama kurun waktu tersebut. Suspensi yang dilakukan oleh bursa kepada PT INVS sesuai dengan Ketentuan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-307/BEJ/07-2014 tentang Peraturan Nomor I-H tentang Sanksi. Serta bentuk tanggung jawab PT INVS adalah melalui perdagangan efek di pasar perdana selama 20 hari sebelum efektik dilakukan delisting, di luar dari masa 20 hari tersebut apabila investor publik belum menentukan
langkah-langkah yang akan di ambil atas efek tersebut, maka kerugian investor publik merupakan resiko investasi di pasar modal.
2. Saran
a. PT INVS melanggar prinsip keterbukaan yang mana prinsip tersebut sudah seharusnya menjadi kewajiban yang harus di jalankan oleh setiap Emiten setelah sahamnya tercatat di bursa yaitu dengan menyampaikan laporan kepada bursa. Sehingga, sebagai salah satu kewajiban Emiten sudah seharusnya PT INVS penyampaian laporan, baik laporan berkala maupun terhadap laporan yang bersifat insidentil. PT INVS di harapkan menjadi acuan oleh emiten lain agar lebih patuh pada ketentuan bursa, serta menjalankan segala ketentuan yang sudah berlaku bagi emiten dengan lebih seksama. Sehingga tujuan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan efisien dapat terwujud sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Pasar Modal.
b. Terhadap investor publik yang memiliki suatu efek atas emiten yang melakukan pelanggaran di bidang pasar modal, investor publik di harapkan mengetahui langkah-langkah yang harus ditempuh untuk selanjutnya mengambil tindakan atas efek emiten tersebut, agar dapat meminimalisir risiko kerugian dalam melakukan investasi di pasar modal.
F. DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan Atas Informasi Atau Fakta Material Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik.
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor : Kep-308/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-307/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-H tentang Sanksi.
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-306/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-E tentang Kewajiban Penyampaian Informasi.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-40/PM/2003 tentang Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-347/BL/2012 tentang Penyajian Dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.
Surat Edaran Nomor: SE-008/BEJ/08-2004 Perihal: Penghentian Sementara Perdagangan Efek (Suspensi) Perusahaan Tercatat.
REFERENSI
Abdulkadir Muhammad. Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Abadi, 2005.
Gunawan Widjaja, Wulandari Risnamanitis, D., Seri Pengetahuan Pasar Modal: Go Public Dan Go Private Di Indonesia, Jakarta: Kencana Media Prenada, 2009.
Irham Fahmi, Pengantar Pasar Modal Bandung, Bandung: Alfabeta, 2012.
M.Irsan Nasarudin, et. al. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2015.
JURNAL
Edo Relung Anantha, I Dewa Made Suartha, I Ketut Westra, Juli 2016, Kewajiban Keterbukaan Sebuah Perusahaan Sebagai Emiten Setelah Go Public, Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana, Vol. 4 No. 4, 2016.
ON-LINE DARI INTERNET
Detik Finance, Saham Inovisi Dibekukan 4 Bulan, Karena Laporan Keuangan Banyak Salah, (On-Line), tersedia di: https://finance.detik.com/bursa-
Delisting Paksa: Sayonara INVS, (On-line), tersedia di: http://kalimantan.bisnis.
com/read/20170928/442/693735/delisting-paksa-sayonara-invs (3 Agustus 2018)
DOKUMEN
Laporan Keuangan Interim Konsolidasi PT Inovisi Infracom dan Entitas Anak, 30 September 2014 (Tidak Diaudit) dan 31 Desember 2013 (Diaudit) Serta Untuk Periode Sembilan Bulan Berakhir 30 September 2014 (Tidak Diaudit) hal. 2-7.