• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Rina Mardiyana, Desi Tri Handayani *STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Rina Mardiyana, Desi Tri Handayani *STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto ABSTRACT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAPTINGKAT

PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA

SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRIDI DUSUN

KERET DESA SUMBERJATI, MOJOANYAR

MOJOKERTO

*Rina Mardiyana, Desi Tri Handayani *STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

ABSTRACT

SADARI or breast self-examining is the easiest, the cheapest and the simplest way to detect breast cancer earlier. Many people don’t know yet about this earlier detection activity. The aim of this research is to find out the influence of the health education about breast self-examining (SADARI) toward the level of girls’ knowledge in Keret village. The design which is used in this research is pre-experimental with pre-post test type in a group (one group pra-post test design). There are some variables that are used in this research, free variable that is used is health education about breast self-examining (SADARI), while the tied variable is the level of girls knowledge in Keret village. The population is Keret village girls about 41 respondents. Data taken using a questionnaire. Data were analyzed using descriptive analysis. The result was no defference in getting the level of knowledge of girls in keret village before and after health education about knowing that the average before being given health education after 4,88 becomes 9,95 that given health education. From this result, girl’s are expected to continuouslylearn to improve awareness and increase knowledge and skills in doing breast self examining (SADARI), especially the stages to do brest self examining (SADARI) so that the earlier the breast cancer is known the higher the number of healing.

Keywords: SADARI, health education, knowledge.

PENDAHULUAN

Kanker payudara merupakan pertumbuhan serta perkembangbiakan sel abnormal yang muncul pada jaringan payudara. (Shadine, 2009). Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita, setelah kanker leher rahim, dan merupakan kanker yang paling banyak ditemui diantara wanita (Rasjidi, 2009).

Kanker payudara tergolong pada keganasan yang dapat didiagnosis secara

dini. Usaha untuk ini adalah melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) (Soelarto, 1995). Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri untuk menemukan timbulnya benjolan abnormal pada payudara (Marmi, 2013). SADARI atau pemeriksaan payudara sendiri adalah metode termudah, tercepat, termurah dan paling sederhana yang dapat mendeteksi secara dini kanker payudara (Poniyah,

(2)

2012). Banyak orang yang belum mengetahui mengenai aktivitas deteksi dini atau masih memiliki kesadaran yang rendah untuk melakukan hal tersebut (Shadine, 2009). Deteksi dini kanker payudara penting mengingat di temukannya penderita penyakit kanker payudara pada usia 15 tahun. (Sutjipto Ketua YKPJ Rs. Dharmais, 2010).

Di Indonesia ada dua kasus kanker tertinggi yaitu kanker servik dan kanker payudara. Ditemukan 12.014 (28,7 %) perempuan dengan usia 30-50 tahun terdapat benjolan pada payudara (Riskesdas, 2013). Sedangkan menurut BPPD Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2010 penderita kanker payudara sejumlah 4.736 penderita dan tahun 2012 mencapai 7.487 penderita. Di RS Dharmais, hampir 85 % pasien kanker payudara datang ke rumah sakit dalam keadaan sudah stadium lanjut. Hal ini akan mempengaruhi prognosis dan tingkat kesembuhan pasien. Padahal jika kanker payudara ditemukan dalam keadaan sudah stadium awal, maka tingkat kesembuhan pasien akan sangat baik (Poniyah, 2012).

Pada kenyataannya dengan berkembangnya teknologi saat ini kanker dapat di deteksi dini. Bagi setiap wanita dianjurkan rutin untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Pemasyarakatan kegiatan SADARI bagi semua wanita dimulai sejak usia subur,

sebab 85 % kelainan di payudara justru pertama kali di kenali oleh penderita (Imam Rasjidi, 2009). Foster dan Constanta dalam Shadine (2009) menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) dibandingkan yang tidak.

Menurut WHO (2004), lebih dari 50% perempuan yang terdiagnosa kanker payudara tidak pernah melakukan penapisan, hanya 20% sampai 30% wanita melakukan SADARI, (4,1%) yang melakukan secara teratur. Menurut penelitian yang dilakukan (Novianti, 2013) di Ma’arif Durensewu Pasuruan menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) masih kurang berjumlah 61 responden (87,1%) yang berpengetahuan cukup 9 responden (12,8%) dan tidak ada yang berpengetahuan baik (0%).

Berdasarkan Studi Pendahuluan yang dilakukan di Desa Sumberjati Kabupaten Mojokerto, melalui kuesioner pada 10 orang, 2 (20 %) orang mengatakan cukup mengetahui apa itu Pemeriksaan Payudara Sendiri dan bagaimana cara melakukannya, sedangkan 8 (80 %) orang mengatakan tidak mengetahui Pemeriksaan Payudara Sendiri dan bagaimana cara melakukannya.

(3)

Kurangnya informasi mengenai cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) tentang bagaimana cara meraba yang tepat pada payudara serta ketidaksiapan mental dan takut bila ditemukan adanya benjolan atau kanker didalam tubuhnya, merupakan faktor penyebab wanita tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) (Fifi, 2011). Akibatnya banyak penderita kanker payudara datang ke rumah sakit dalam keadaan sudah stadium lanjut. Oleh karena itu, perlunya kaum wanita untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), wanita juga diharapkan untuk mendeteksi atau mengidentifikasi secara dini adanya kanker payudara, sehingga dapat diobati dengan tepat dan tingkat kesembuhannya cukup tinggi (80-90%) (Rasjidi, 2009).

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan wanita adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada wanita. Menurut Herawani (2002), pendidikan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri, aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru. Dengan demikian masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat

melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik meneliti tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) terhadap tingkat Pengetahuan Remaja Putri di Dusun Keret Desa Sumberjati Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto” untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) terhadap tingkat pengetahuan Remaja Putri.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-eksperimental dengan pendekatan one group pre-post test design.

Populasinya adalah semua remaja putri di Dusun Keret Desa Sumberjati Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling sejumlah 41 responden. Analisa Data penelitian ini menggunakan analisa deskriptif.

HASIL PENELITIAN

1. Tingkat pengetahuan remaja putri sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

(4)

Sumber : Kuisioner, Juli 2015

Diagram 4.5 Distribusi frekuensi pengetahuan Remaja Putri di Dusun Keret Desa Sumberjati Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

Berdasarkan diagram 4.5 diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden tentang SADARI saat pre-tes tadalah pengetahuan kurang 35 responden (85 %), sedangkan pengetahuan cukup 5 responden (12,5 %) dan berpengetahuan baik 1 responden (2,5 %).

2.Tingkat pengetahuan remaja putri sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

Sumber : Kuisioner, Juli 2015

Diagram 4.6 Distribusi frekuensi pengetahuan Remaja Putri di Dusun Keret Desa Sumberjati Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden tentang SADARI setelah dilakukan

post-test adalah berpengetahuan cukup berjumlah 18 responden (44%), sedangkan berpengetahuan baik berjumlah 23 responden (56 %).

2. Perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Sumber : Kuisioner, Juli 2015

Diagram 4.7 Perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang

0 20 40 60 80 100 2.512.5 85 baik cukup 0 10 20 30 40 50 60 56 44 0 baik cukup kurang 0 50 100 baik cukupkurang 2.5 12.5 85 56 44 0 sebelum sesudah

(5)

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yaitu respondenyang berpengetahuan baik dari 2,5 % menjadi 56 % mengalami kenaikan sebesar 95,5 %, responden yang berpengetahuan cukup dari 12,5 % menjadi 44 % mengalami kenaikan sebesar 70 % sedangkan responden yang berpengetahuan kurang dari 0 % menjadi 85 % mengalami kenaikan sebesar 100 %. Hal ini menunjukkan terdapat perubahan tingkat pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

4. Rata-rata tingkat pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Tabel 4.8 Rata-rata tingkat pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa rata-rata tingkat pengetahuan remaja putri sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yaitu 4,88 dan sesudah

diberikan diberikan pendidikan kesehatan yaitu 9,95. Hal ini menunjukkan terdapat perubahan tingkat pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja putri sebelum diberikan pendidikan kesehatan nilai terendahnya 1 dan nilai tertinggi 7, dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan nilai terendah 7 dan nilai tertinggi 12. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan tingkat pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja putri sebelum diberikan pendidikan kesehatan standar deviasnya 40,98, sesudah diberikan pendidikan kesehatan standar deviasinya 398,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan standar deviasi tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

PEMBAHASAN

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri di Dusun Keret Desa Sumberjati Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Responden Mean Min Max SD

Tingkat Pengetahuan Sebelum Sesudah 4,88 9,95 1 7 11 12 40,98 398,05

(6)

Berdasarkan diagram 4.5 diketahui bahwa tingkat pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI masih kurang berjumlah 35 responden (85%), yang berpengetahuan cukup sebesar 5 responden (12,5%), dan ada 1 responden yang memiliki pengetahuan baik (2,5%). Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoadmojo (2007) yaitu pendidikan, umur, pengalaman, kepercayaan, dukungan keluarga, sosial budaya, informasi / media. Adanya 1 (2,5%) responden yang berpengetahuan baik karena sebelumnya sudah mendapatkan infromasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) serta pendidikan responden adalah akademi/perguruan tinggi dan 5 (12,5%) responden berpengetahuan cukup karena dipengaruhi oleh pendidikan responden yang berpendidikan SMA meskipun sudah pernah mendapatkan infromasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Sedangkan 35 (85%) responden berpengetahuan kurang dikarenakan 35 responden selama dibangku sekolah belum pernah mendapatkan infromasi mengenai pemeriksaan payudara sendiri.

Informasi yang diperoleh baik itu formal maupun informal sangat berpengaruh sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Menurut Notoadmojo (2007), Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan karena

pendidikan adalah kombinasi apapun dari pengalaman pembelajaran terencana yang didasarkan pada teori-teori yang logis yang membekali individu, kelompok, dan masyarakat dengan peluang untuk mendapatkan informasi. Masih banyaknya responden yang memiliki pengetahuan kurang karena juga di pengaruhi oleh malasnya responden dalam mencari informasi atau kurangnya informasi tentang deteksi dini kanker payudara (SADARI).

Pengetahuan Remaja Putri di Dusun Keret Desa Sumberjati Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Hasil penelitian pengetahuan menunjukkan pengetahuan remaja putri dalam deteksi dini kanker payudara melalui SADARI pada tingkat tahu dan memahami sesudah diberikan pendidikan kesehatan responden yang berpengetahuan cukup berjumlah 18 responden (44%), sedangkan berpengetahuan baik berjumlah 23 responden (56 %).

Mayoritas responden atau 23 (56%) responden berpengetahuan baik karena mereka sudah mendapatkan informasi yaitu berupa pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), meskipun responden sudah mendapatkan pendidikan kesehatan, akan tetapi ada 18 responden (44%) responden yang

(7)

berpengetahuan cukup. Hal ini dipengaruhi oleh faktor umur dan subjek itu sendiri.

Menurut Notoadmojo (2003), semakin cukup umur maka tingkat pengetahuan yang dimiliki semakin meningkat. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang maka akan bertambah pula pengetahuan yang didapatnya. Dengan usia yang semakin matang diharapkan pengetahuan deteksi dini kanker payudara (SADARI) akan bertambah dan dengan demikian kanker payudara dapat di deteksi sejak dini sehingga akan meningkatkan tingkat harapan hidup seorang wanita.

Pendidikan kesehatan diperlukan untuk mendapa tinformasi. Menurut Herawani (2002), pendidikan kesehatana dalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri, aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru. Menurut (Nursalam, 2008), Proses pendidikan kesehatan adalah tidak lain proses belajar yang memiliki tiga komponen utama yaitu masukan (input), proses, dan hasil (output). Dalam proses belajar di pengaruhi oleh 4 faktor yaitu materi, lingkungan, instrument dan subjek. Perubahan pengetahuan responden yang

baik dikarenakan responden berminat mengikuti pendidikan kesehatan yang diberikan oleh peneliti, dan dalam proses belajar peneliti tidak hanya memberi penjelasan saja tetapi ada instrumen (gambar, demonstrasi), serta kondisi lingkungan yang kondusif dan subjek yang mendukung.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Putri di Dusun Keret Desa Sumberjati Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto.

Sebelum diberikan pendidikan kesehatan mengenai deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dari yang berpengetahuan kurang 35 responden (85 %), berpengetahuan cukup 5 responden (12,5 %) dan berpengetahuanbaik 1 responden (2,5 %), kemudian sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri dilakukan pengukuran menggunakan kuesioner, responden yang berpengetahuan cukup berjumlah 18 responden (44%), sedangkan berpengetahuan baik berjumlah 23 responden (56 %).

Menurut (Nursalamdan Ferry, 2008), Pendidikan kesehatan adalah proses yang direncanakan dengan sadar untuk menciptakan peluang bagi individu-individu untuk senantiasa belajar memperbaiki kesadaran serta meningkatan pengetahuan dan keterampilannya demi

(8)

kepentingan kesehatannya. Sesuai dengan pengertian menurut (Notoadmojo, 2007) pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan pada Remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu bentuk hasil pengindraan terhadap suatu objek yang diberikan dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), dimana pemberian pendidikan kesehatan merupakan sebuah modal utama untuk dilakukan pada remaja putrid agar dapat mencegah terjadinya kanker payudara. KESIMPULAN

1. Tingkat pengetahuan Remaja Putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah berpengetahuan kurang 35 responden (85%), sedangkan berpengetahuan cukup 5 responden (12,5%), dan berpengetahuan baik 1 responden (2,5%). Hal ini dikarenakan sebagian responden belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan atau informasi mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

2. Tingkat pengetahuan Remaja Putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sesudah diberikan pendidikan

kesehatan adalah berpengetahuan cukup berjumlah 18 responden (44%), sedangkan berpengetahuan baik berjumlah 23 responden (56 %). Sebagian besar responden berpengetahuan baik, hal ini dikarenakan sebagian responden sudah mendapatkan pendidikan kesehatan atau informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

3. Ada perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan yaitu rata-rata (mean) sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebesar 4,48 sedangkan sesudah diberikan pendidikan kesehatan rata-rata (mean) menjadi 9,95.

SARAN

1. Hendaknya remaja putri lebih meningkatkan pengetahuan dan tahapan dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) untuk deteksi dini kanker payudara dengan cara mencari informasi yang lebih banyak dari media massa atau pun dengan mengundang tenaga kesehatan dalam memberikan informasi sehingga dapat menambah pengetahuan dan mau melakukan SADARI.

2. Diharapkan peneliti berikutnya membuat rancangan kerja saat melakukan penelitian, peneliti harus bisa melihat siapa responden kita, peneliti

(9)

memberikan jeda waktu dalam melakukan post test, serta hasil penelitian ini sebagian data awal terutama tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), dalam deteksi dini kanker payudara sehingga hasil penelitian dapat lebih ditingkatkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Herawani, dkk. 2001. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan.

Jakarta: EGC.

Hidayat, A. A. 2010. Metode Penelitian

Kesehatan : Paradigma Kuantitatif.

Surabaya: Health Books Publishing. Marmi. 2013. Kesehatan reproduksi.

Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Nursalam dan Ferry Efendi. 2008.

Pendidikan dalam Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan

Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rasjidi, Imam. 2009. Deteksi Dini, dan

Pencegahan Kanker pada Wanita.

Jakarta: CV. Sagung Seto.

Saraswati, Sylvia. 2010. 52 Penyakit

Perempuan: Mencegah dan mengobati 52 Penyakit yang sering diderita Perempuan. Jogjakarta: Katahari.

Saryono dan Ari Setyawan. 2010.

Metodologi Penelitian kebidanan DIII, DIV, S1, Dan S2. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Setiadi. 2007. Konsep dan penulisan Riset

Keperawatan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Shadine, Mahannad. 2009. Penyakit Wanita, Pencegahan, Deteksi Dini & Prngobatannya. Jakarta: Keen Books.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif – Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syafrudin dan Yudhia F. 2009. Promosi

Kesehatan untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info

Media.

Yunita, 2010. Stop Kanker. Jakarta : Agro media Pustaka.

Gambar

Diagram  4.7  Perbedaan  tingkat  pengetahuan  remaja  putri  sebelum  dan  sesudah  diberikan  pendidikan  kesehatan  tentang  pemeriksaan  payudara sendiri (SADARI)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan tablet cepat hancur menggunakan maltodekstrin DE 10-15 dan pragelatinisasi pati singkong dalam berbagai konsentrasi

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini ialah peningkatan kualitas kinerja sistem ventilasi alamiah di permukiman padat Sayidan.. Kata kunci: Ventilasi alamiah,

Hidrokarbon aromatik polisiklik dalam air dan sedimen laut serta akumulasinya pada ikan nomei, Harpadon nehereus (Hamilton, 1822)..

Dalam Kitab Suci al- Qur’an misalnya, Allah memerintahkan agar Nabi Muhammad, rasul -Nya, mengajak komunitas keagamaan yang lain, khususnya para penganut Kitab (Ahl al- Kitab

Ia berpandangan bahwa jika suatu pengetahuan dapat diverifikasi di dalam realitas empiris, pengetahuan tersebut adalah pengetahuan yang valid dan tidak bermakna. 45

mengarahkan calon supaya menyemak butiran kod kertas, nama kertas, masa peperiksaan dan arahan pada muka hadapan kertas peperiksaan bagi memastikan calon mendapat kertas

Surat Keputusan Mahkamah Agung No.144 tentang keterbukaan Informasi di Pengadilan merupakan terobosan dan warisan berarti dari Ketua MA periode yang lalu, Bagir Manan.