• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validitas Soal Matematika Tipe PISA Konteks Covid-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Validitas Soal Matematika Tipe PISA Konteks Covid-19"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

89

Validitas Soal Matematika Tipe PISA Konteks Covid-19

Sintia Andita 1, Liana Septy2, Harisman Nizar3, Rieno Septra Nery4 1234

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia

Korespondensi: [email protected]

Penelitian ini dilakukan untuk menguji validitas soal matematika pada siswa kelas X SMA Al-Hijrah dengan usia maksimal 15 tahun. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan soal matematika tipe PISA terbaru konteks Covid-19 dengan tingkat kevalidan akurat yang ditentukan melalui expert review dan one-to-one. Uji coba dilakukan pada tiga siswa dengan kemampuan berbeda di dalam ruang kelas dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Penelitian ini dilakukan dengan metode pengembangan yang terbagi dalam dua tahap yaitu preliminary dan formative evaluation yang meliputi self evaluation, prototyping (expert

review dan one-to-one). Penelitian ini menghasilkan perangkat instrumen yaitu kisi-kisi, rubrik penskoran,

kartu soal dan tentunya perangkat soal prototype 2 yang layak digunakan.

Kata Kunci: PISA, Expert Review, One-to-one, Matematika

This study was carried out to test the validity of math problems in Al-Hijrah High School 10th grade students with a maximum age of 15 year. The goal of this study was to obtain the most recent PISA type math questions in the context of Covid-19 with an accurate level of validity as determined by expert review and one-to-one. The trial was conducted on three students with different abilities in the classroom while still applying health protocols. This research was conducted through a development method that was divided into two stages, namely preliminary and formative evaluation, which included self-evaluation and prototyping (expert review and one-to-one). This research produces instrumen kits, namely grids, scoring rubrics, question cards and of course the prototype 2 question sets that are feasible to use.

Keyword: PISA, Expert Review, One-to-one, Mathematics

1. PENDAHULUAN

Semenjak pandemik seluruh aktivitas diminimalisir dan beralih di rumah. Hal tersebut diterapkan agar tidak terjadinya kerumunan yang dapat menyebabkan virus Covid-19 menyebar luas. Terutama pada dunia pendidikan juga merubah haluan dari belajar tatap muka di dalam kelas beralih menjadi pembelajaran via online. Belajar online sudah berjalan semenjak bulan Maret 2020 sampai sekarang, sekitar hampir satu tahun lebih dilaksanakan pembelajaran secara online. Hal

Terbit online pada laman web jurnal: http://jemst.ftk.uinjambi.ac.id/

Jurnal Of Education in Mathematics, Science, and Technology

ISSN: E-ISSN: 2614-1507

ABSTRAK

(2)

90 tersebut sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang penerapan peraturan pada saat wabah penyakit Coronavirus (Covid-19) (Hukum Online, 2020). Pembelajaran online menghubungkan peserta didik (database, ahli/instruktur, perpustakaan) yang terpisah secara fisik atau bahkan berjauhan tetapi dapat berkomunikasi, berinteraksi, atau bahkan berkolaborasi (langsung/sinkron dan tidak langsung/ asinkron) (Abidin & Arizona, 2020).

Komunikasi antara siswa dan guru berlangsung secara online membuat sebagian siswa harus berupaya penuh dalam memahami materi pembelajaran yang diberi. Matematika merupakan mata pelajar yang penting yang harus diajarkan di tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, berdasarkan Permendikbud 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah (Abad et al., 2018). Salah satu tujuannnya, menurut Kementerian Pendidikan Nasional (Depdiknas) adalah pendidikan matematika dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memahami masalah, mengembangkan model matematika, menerapkan model tersebut, dan menentukan solusi. Karena hampir semua kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan telah diperoleh, maka kemampuan memecahkan masalah menjadi sangat penting (Bidasari, 2017).

Program for International Student Assessment (PISA) yang dimulai pada tahun 1997 merupakan komitmen yang dibuat oleh negara-negara anggota Organization for Economic

Cooperation and Development (OECD) untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan dalam hal

kinerja siswa, serta kerangka kerja sama dalam skala global (OECD, 2013). PISA juga memperluas cakupan hasil yang diukurnya, termasuk kompetensi global pada 2018, pemikiran kreatif pada 2021, dan belajar di dunia digital pada tahun 2024. Asesmen 2018 meminta siswa untuk mengungkapkan bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain, apa mereka pikirkan hidup dan masa depan mereka, dan apakah mereka yakin memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang (OECD, 2019). PISA dilakukan setiap tiga tahun sekali. Penelitian ini menilai kemampuan siswa dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematical literacy), finansial (financial literacy), sains (scientific literacy) dan pemecahan masalah (problem solving) pada usia 15 tahun (Wardani & Hartono, 2017).

PISA dibuat dengan tujuan mengumpulkan data tentang literasi siswa dalam tiga domain utama; membaca, matematika, dan sains (Dewantara, 2018). Dalam OECD (2018) menyatakan bahwa keterampilan matematika sangat penting untuk dimilki setiap orang karena salah satu cara untuk meningkatkan PDB adalah dengan memastikan bahwa semua siswa saat ini memiliki keterampilan dasar pada saat kelulusan (sebagaimana yang ditunjukkan skor PISA 420) dan agar pendidikan dan pelatihan lebih terjangkau oleh orang tua akan meningkatkan produktivitas (Putra & Vebrian, 2019).

Sejak sepuluh tahun terakhir kemampuan membaca anak Indonesia turun (Koesoema A, 2019). Ketidakmampuan siswa Indonesia dalam menyelesaikan soal PISA dipicu oleh berbagai faktor, baik secara eksternal maupaun internal siswa. Kesulitan siswa menginterprestasikan prinsip-prinsip matematika merupakan salah satu variabel internal (Haji, 2017; Haji, 2018). Hasil PISA 2018 tidak mengungkap keampuhan Gerakan Literasi Siswa (GLS) atau Taman Baca Masyarakat (TBM) dalam meningkatkan keterampilan literasi. Hal ini sebagian disebabkan oleh fakta bahwa buku teks belum disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan siswa serta kurangnya sumber daya yang tersedia bagi siswa dan masyarakat umum dalam memajukan pendidikan (Revina, 2019).

(3)

91 Hal terpenting dari studi PISA, Ini langkah strategis yang diambil untuk menindaklanjuti temuan studi tersebut, menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim. “Berita non positif, seperti penurunan nilai membaca tidak perlu mengesampingkan atau dikemas dalam kabar baik. Kita semua sadar akan masalah literasi PISA,” (Kemendikbud, 2019). Indonesia merasa perlu mengubah kebijakan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan negara. Mempertimbangkan peningkatan skor PISA sama dengan peningkatan kualitas pendidikan (Pratiwi, 2019).

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan menegaskan bahwa untuk meningkatkan keterampilan siswa perlu dibiasakan dengan berbagai gaya dan format bacaan. Kemudian ajarkan siswa untuk berkonsentrasi pada isi bacaan. Telah dibuktikan bahwa menandai atau meringkas dengan kata-kata efektif dalam memahami isi bacaan. “Kegiatan yang memungkinkan siswa menangkap informasi penting dan menulis ulang dengan kreativitas sendiri adalah meringkas kegiatan yang efektif dalam menumbuhkan keterampilan membaca.” Kata Toto (Kemendikbud, 2019).

Pemberian soal bisa berupa soal PISA yang bisa diberikan sedini mungkin atau pada awal siswa masuk SMP (Menurut Barezi, 2008; Efriani et al., 2018). Lebih lanjut, yang disampaikan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim dalam acara rilis hasil PISA 2018, di kantor Kemendikbud, Jakarta pada Selasa (3/12), “Hasil penilaian PISA menjadi masukkan yang berharga untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang akan menjadi fokus Pemerintah selama lima tahun ke depan. Menekankan pentingnya kompetensi guna meningkatkan kualitas untuk menghadapi tantangan abad 21,” (Kemdikbud, 2019).

Berdasarkan penelitian sebelumnya Zulkardi, dia mengusulkan pembuatan soal PISA dan menggunakannya di kelas untuk berlatih belajar matematika. Oleh karena itu, soal yang diberikan pada siswa harus dikembangkan oleh guru sesuai dengan konteks yang dialami siswa (Zulkardi, 2010; Efriani et al., 2018). Dengan demikian, peneliti tertarik mengambil penelitian tentang pengembangan soal matematika tipe PISA terbaru konteks sosial Covid-19 dimana kelebihan penelitian ini yaitu membahas secara tuntas bagaimana memperoleh soal PISA yang valid dan layak digunakan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kevaliditasan instrumen soal matematika tipe PISA. Adanya pembaharuan dan pengembangan soal PISA dapat menambah wawasan bagi guru dan siswa dalam melatih diri untuk menyelesaikan masalah matematika diberbagai situasi (Mansur, 2018).

Dari jabaran peneliti dan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan soal PISA sangat penting, apalagi soal tersebut dibuat dan diperbaruhi secara berkala serta disesuaikan dengan konteks sekitar. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul “Validitas Soal Matematika Tipe PISA Konteks Covid-19,” untuk penelitian ini. Berdasarkan judul yang telah dicetuskan peneliti menegaskan bahwa dalam pembuatan soal pentingnya memperhatikan kevaliditasannya.

2. METODE

Peneltian ini merupakan penelitian pengembangan yang terbagi dalam dua tahap yaitu pendahuluan (preliminary) dan evaluasi formatif (formative evaluation), yang meliputi

self-evaluation, prototyping (expert review dan one-to-one, dan small group), serta field test (Tessmer,

1993; Samsu, 2017). Penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk membuat produk dan menguji keefektifannya (Sugiyono, 2013). Namun, tahap penelitian ini hanya

(4)

92 terfokus pada expert review dan one-to-one.

Tahap pertama preliminary, peneliti membuat rencana untuk menentukan lokasi dan subjek penelitiannya. Sebelumnya, peneliti menghubungi siswa yang akan dijadikan subjek penelitian. Siswa berusia maksimal 15 tahun menjadi subjek penelitian ini. Tahap kedua formative evaluation,

self-evaluation dan prototyping adalah bagian dari tahapan ini. Langkah pertama dalam penelitian

ini adalah analisis (Samsu, 2017). Peneliti akan melakukan analisis siswa, analisis kurikulum, dan analisis soal PISA asli selama tahap self-evaluation. Selanjutnya peneliti akan membuat instrumen soal, kartu soal, rubrik penskoran dan kisi-kisi, yang berkaitan dengan konteks Covid-19 dengan fokus konten uncertainty and data. Kemudian berdasarkan hasil desain yang dikembangkan selama tahap self-evaluation disebut prototype 1.

Produk yang telah didesain pada tahap self evaluation akan diujicoba kevalidan instrumen yang telah dibuat dengan diberikan secara paralel atau bersama kepada ahli (expert review) dan siswa (one-to-one). Pada tahap expert reviews, pertama validasi dilakukan pada teman sejawat mahasiswa Strata 1 program studi pendidikan matematika Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang yang berjumlah 5 orang. Kedua validasi juga dilakukan kepada 2 orang pakar yang telah berpengalaman meneliti soal-soal matematika tipe PISA. Pada tahap one-to-one, Subjek penelitian yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, yang akan dicapai secara langsung dengan mematuhi protokol kesehatan. Setelah melakukan beberapa tahapan-tahapan expert review dan one-to-one ini akan digunakan sebagai bahan revisi prototype 1 yang akan menghasilkan produk yang disebut prototype 2.

Dokumentasi, wawancara, dan walkthrough digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dokumentasi berupa foto dan audio wawanacara hasil uji coba tahap one-to-one. Wawancara dirancang untuk mengumpulkan data dan informasi tambahan tentang tanggapan siswa dan kendala yang dihadapi siswa dalam menjawab soal. Walkthrough digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan soal ditinjau dari expert review (pakar dan teman sejawat) dan one-to-one (siswa) digunakan untuk menentukan validitas soal, yang meliputi validasi isi, validasi konstruk, dan validasi bahasa.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahap preliminary, peneliti memohon izin terlebih dahulu pada kepala sekolah dan guru bawasannya sekolah tersebut akan digunakan untuk tujuan penelitian. Peneliti kemudian bekerjasama dengan guru kelas yang akan menjadi lokasi penelitian untuk merencanakan jadwal dan prosedur pelaksanan penelitian. Penelitian ini diikuti oleh tiga siswa yang berumur maksimal 15 tahun kelas X SMA Al-Hijrah Sirah Pulau Padang. Sekolah tersebut salah satu sekolah swasta yang tetap melakukan pembelajaran tatap muka. Selanjutnya, pada tahap analisis, peneliti melakukan analisis pada soal-soal PISA yang asli, siswa, dan kurikulum untuk membangun soal. Analisis soal-soal PISA yang asli, dilakukan dengan mengidentifikasi karakteristik soal PISA disetiap level 1 sampai level 6. Setelah analisis soal PISA peneliti menghubungkan keterkaitan konteks Covid-19 dengan beberapa tipe soal traditional multiple choice item, closed constructed

response type, dan open constructed response type dalam konten uncertainty and data. Selanjutnya

analisis siswa dilakukan berdasarkan kemampuan siswa dengan memenuhi standar usia maksimal 15 tahun, dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

(5)

93 Kurikulum 2013 yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diidentifikasi melalui analisis kurikulum. Selanjutnya pada tahap persiapan, peneliti membuat rancangan prototype awal soal yang akan dikembangkan untuk membuat instrumen pengembangan soal yang meliputi kartu soal, rubrik penskoran, dan kisi-kisi.

Tahap kedua formative evaluation digunakan dalam tahap pembuatan prototype penelitian ini. Dalam tahap formative evaluation terbagi menjadi beberapa tahapan-tahapan yang dilakukan penelitian ini yaitu self evaluation, adapun yang dilakukan peneliti yaitu mereview draf pertama pengembangan instrumen soal yang telah dibuat. Kemudian pengembangan perangkat soal disesuaikan dengan konteks sosial Covid-19. Prototype 1 merupakan hasil dari tahap self

evaluation.

Expert review pada teman sejawat mahasiswa program studi pendidikan matematika

sebagai validator dalam focus group discussions untuk menentukan validitas soal yang dikembangkan dengan mereview isi, konstruk, dan bahasa. Adapun ke lima mahasiswa tersebut berinisial TS1, TS2, TS3, TS4, dan TS5. Expert review dengan lima teman sejawat dilakukan via aplikasi Google meeting. Selanjutnya peneliti melakukan expert review dengan pakar yang sudah berpengalaman dalam penelitian soal-soal matematika tipe PISA dan peneliti juga melakukan uji coba pada siswa tahap one-to-one.

Pada tahap expert review, mengevaluasi produk yang telah dirancang. Setiap konten, konstruksi, dan bahasa diperiksa dengan cermat oleh para ahli. Saran dari ahli digunakan untuk merevisi perangkat yang dikembangkan (Samsu, 2017). Ujicoba one-to-one dilakukan bersamaa dengan expert review. Berdasarkan tahap self evaluation, maka menghasilkan prototype 1, yang diujicobakan one-to-one dan divalidasi expert review teman sejawat dan uji pakar yang sudah berpengalaman dalam penelitian soal-soal PISA. Uji Pakar dilakukan lingkupan dalam dan luar instasi universitas.

Penelitian pengembangan memiliki 3 karakteristik utama, yaitu: (1) dihasilkannya sebuah produk untuk digunakan; (2) produk digunakan dilapangan (dalam praktek pendidikan); (3) selama penelitian berlangsung produk selalu divalidasi (Samsu, 2017). Validator 1 (V1) dari institusi UIN Raden Fatah Palembang, dan validator 2 (V2) dari institusi Universitas Nahdlatul Ulama Al-Ghazah Cilacap telah setuju untuk menjadi validator dalam penelitian ini. Sebelumnya, peneliti telah meminta izin dari pakar untuk dijadikan sebagai validator dalam instrumen penelitian ini. Setelah mendapatkan izin dan pakar bersedia menjadi validator, peneliti langsung mengirimkan kartu soal dan rubrik penskoran kepada pakar melalui whatsapp dan email. Sembari menunggu respon dari validator peneliti melakukan uji coba one-to-one.

Diujicobakan one-to-one terdiri dari tiga siswa yang mempunyai kemampuan berbeda yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dari ketiga siswa dalam uji coba ini telah memenuhi kriteria persyaratan kelulusan maksimal (KKM). Tiga siswa mengikuti studi yang dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan. Selama proses tatap muka, siswa berada dalam kesehatan mental dan fisik yang baik. Uji coba ini dilakukan dalam rangka mengamati dan mengumpulkan tanggapan siswa mengenai kejelasan bahasa dan kesulitan menjawab setiap soal. Tabel 1 menunjukkan deskripsi hasil validasi peneliti pada tahap expert review (pakar dan teman sejawat) dan one-to-one (siswa).

(6)

94

Tabel 1. Komentar & Saran Expert Review dan One-to-one

Soal Nomor 3 Soal Nomor 5

Expert Review

V1 Tuliskan proses mendapatkan jawaban. Bukan

langsung jawabannya. Buat jawaban sesuai dengan pertanyaan Anda.

Jika di soal dituliskan dukung jawaban Anda dengan argumentasi yang jelas, maka di kunci jawaban Anda harus memberikan argumentasi yang jelas juga.

V2 Pada pertanyaan dibuatkan yang lebih simple,

sehingga tidak terlalu banyak pemikiran mengenai pertanyaan.

Saran jawaban yang dibuatkan lebih mudah dipahami kalau bisa lebih banyak menggunakan simbol. (LDP)

Teman Sejawat

TS1 Perhatikan lagi dalam kekonsitenan penulisan kata

Covid-19 yang baku. Prediksi level sudah sesuai. Pertanyaan sudah jelas dan bisa dipahami.

Prediksi level sudah sesuai. Pertanyaan sudah jelas dan bisa dipahami.

TS2 Tabel yang di atas grafik sebaiknya dihapus saja.

Pemborosan kalimat penjelasan grafik pada kata “Dari data di atas … sampai biru mudah” sebaiknya dihilangkan saja, karena pada grafik siswa sudah bisa membaca datanya.

Pemborosan kalimat penjelasan grafik pada kata “Dari grafik … TBC 0,8%” sebaiknya dihilangkan saja, karena pada grafik siswa sudah bisa membaca datanya.

TS3 Grafiknya sebaiknya difokuskan pada kasus yang

ditanya.

Gambar grafiknya sebaiknya dibuat tabel saja, lebih cantik jika dilihat.

TS4 Biar lebih cantik lihat soalnya sebaiknya buat

sendiri dan fokuskan pada kebutuhan dari pertanyaan seperti kasus sembuh dan meninggal saja yang dimasukkan.

Pada kata “Virus Corona atau biasa disebut Covid-19” sebaiknya dihilangkan atau diganti dengan redaksi lain.

TS5 Pada kalimat “Virus dapat menyerang siapa saja

seperti lansia….ibu menyusui” sebaiknya diganti redaksinya dengan memberikan interval rentang usia saja seperti “Virus dapat menyerang siapa saja mulai dari bayi sampai lansia.”

Beribatasan aktivitas Kevin dan keluarganya, karena siapa tahu setelah itu banyak kemungkinan yang terjadi setelah mereka makan siang.

One-to-one

S1 Mengerti apa yang dimaksud soal 3, tetapi dia tidak

tahu cara menyelesaikan soalnya. Alasannya karena Dia tidak bisa memberikan argument yang jelas dan tepat.

Soal nomor 5 mudah karena memakai logika dalam menjawabnya.

S2 Merasa kesulitan dalam mengerjakan soal nomor 3.

Siswa 2 sempat menanyakan maksud dari beberapa kalimat yang ada pada pertanyaan 3.

Soal nomor 5, menurutnya cukup mudah karena cara mengerjakannya menggunakan logika

S3 Tidak banyak bicara dia hanya memperhatikan apa

yang di terangkan oleh peneliti dari yang telah ditanyakan siswa 1 dan 2

Soal nomor 5 adalah soal yang dikerjakan siswa 3 diterakhir pengujung jam tes uji coba. Menurut siswa 3 soal tersebut sulit.

Berdasarkan tabel 1 maka peneliti menerima tanggapan dan saran dari para pakar (validator) tentang desain yang telah dibuat ditulis pada lembar validasi sebagai bahan merevisi dan

(7)

95 menyatakan bahwa apakah desain ini telah valid atau tidak (Samsu, 2017). Untuk menentukan kevalidan soal dapat dilakukan penelusuran dari tiga segi, yaitu validasi isi, validasi konstruk dan validasi bahasa. Validasi isi artinya kejituan dari pada suatu soal ditinjau dari isi soal tersebut. Suatu tes/ soal yang dinyatakan valid, apabila materi tes tersebut betul-betul merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan (Siyoto & Sodik, 2015).

Pada saran dari V1 dan V2 yang terdapat dalam tabel 1 merupakan saran yang temasuk untuk validasi isi. Saran V1 diterima dan sudah diperbaiki jawabannya di kartu soal dan rubrik penskoran dengan sedikit penambahan jawaban tersebut setelah dikonsultasika lagi pada validator 1 menyatakan bahwa instrumen soal yang dibuat bisa digunakan. Saran V2 diterima, untuk soal nomor 3 sudah dibuat lebih simpel pertanyaannya. Untuk soal nomor 5 sudah menggunakan simbol. Saran yang diberi oleh V2 tersebut baik untuk memberikan kejelasan pada soal 3 dan juga memberikan variable pada soal 5 itu cukup mempersingkat soal dengan tetap mempertahankan maksud dari soal tersebut.

Validitas konstruk artinya kejituan daripada suatu soal ditinjau dari susunan soal tersebut (Siyoto & Sodik, 2015). Untuk validitas bahasa yang diperhatikan adalah kebakuan bahasa mudah dipahami. Saran TS1 diterima untuk penulisan kata Covid-19 sudah diperbaiki. Saran TS2 diterima, untuk soal nomor 3 grafik awalnya diganti dengan grafik yang lain dan untuk tabel awalnya sudah dihapus, serta kata "Dari data…sampai biru mudah" sudah dihilangkan. Untuk soal nomor 5 sudah dihilangkan kata yang disarankan. Saran TS3 diterima grafik sudah diperbaiki dan sudah dibuat lebih menarik dan cantik. Saran TS4 diterima, untuk soal nomor 3 sudah diperbaiki dan redaksi pertanyaan soal sudah dibuat sendiri. Untuk nomor 5 kata yang disarankan “Virus Corona atau biasa disebut Covid-19” sudah dihilangkan. Saran TS5 diterima untuk kalimat "Virus dapat menyerang siapa saja seperti lansia…ibu menyusui" sudah diganti dengan "Virus bisa menyerang siapa saja mulai dari bayi sampai lanjut usia." Untuk soal nomor 5 sudah diberi batasan aktivitas kevin dan keluarga "Setelah kumpul makan siang mereka tidak melakukan aktivitas bersama lagi."

Pada tahap one-to-one tiga siswa dengan kemampuan berbeda diminta untuk mengerjakan soal kemudian setiap siswa dimintai pendapat, komentar, dan sarannya. Hal ini dilakukan untuk mengamati respon dan kendala siswa saat mengerjakan soal, serta untuk fokus pada keterbacaan dan kejelasan teks (Nizar et al., 2018). Tanggapan peneliti untuk siswa 1 dengan kemampuan tinggi. Soal nomor 3 sudah sesuai dengan level yang diberikan yaitu level 3 besar kemungkinan siswa tidak meliterasi soal dengan baik terlebih dahulu, sehingga siswa tidak bisa dan merasa kesulitan dalam menjawab soal. Untuk nomor 5 jika dicermati dan ditelitih lebih dalam oleh siswa maka siswa tidak hanya menggunakan logikanya dalam menjawab, tetapi juga diperlukan argumen yang kuat untuk mendukung jawabannya. Tanggapan peneliti untuk siswa 2 kemampuan sedang. Soal nomor 3 sudah sesuai dengan level dan tingkat kesulitannya jadi kemungkinan besar siswa tidak mengkakulasikan dengan baik dan setelah siswa menanyakan maksud dari soal nomor 3 siswa mengerti dan paham dari penjelasan yang diberi peneliti, sehingga siswa memberikan jawaban yang dia bisa. Untuk soal nomor 5 dengan jawaban terbuka, tetapi siswa seharusnya memberikan argumen yang kuat untuk mendukung jawabannya sehingga akurat. Namun, saat menjawab siswa hanya menggunakan logikanya saja. Terlihat siswa 3 hanya diam saja dan memeperhatikan soal dengan fokus tetapi setelah diwawancarai siswa 3 dengan kemampuan yang rendah merasa kedua soal sulit untuk dikerjakan.

(8)

96 Agar tidak terjadi kesalahan karena faktor uji coba, maka instrumen harus diuji berulang-ulang untuk mencapai validitas yang tinggi (Siyoto & Sodik, 2015). Selain memeriksa hasil dari wawancara one-to-one peneliti juga membandingkan jawaban siswa dengan komentar dan saran dari siswa. Pada pertanyaan nomor 3, terlihat pada lembar jawaban bahwa Siswa 1 hanya memberikan pernyataan yang ada pada instrumen soal tanpa menggunakan konsep dan tanpa adanya kalkulasi dan argumen yang tepat. Siswa 2 terlihat bahwa jawaban yang diberi hanya berupa logikanya dan langsung memberikan jawaban persentasenya tanpa memberikan algoritma yang jelas. Siswa 3 hanya memberikan pendapatnya saja dan mengulangi pernyataan dari soal. Dilihat dari jawaban yang dipaparkan oleh siswa peneliti menarik kesimpulan bahwa kemampuan literasi siswa terhadap soal yang diberi masih kurang, karena rata-rata jawaban siswa hanya berupa pernyataan dan logikanya saja tanpa memberikan algoritma dan memaparkan kalkulasi yang jelas serta belum terdapat argumentasi yang valid untuk mendukung jawaban siswa tersebut. Terlihat bahwa siswa belum menggunakan literasi matematika dengan baik.

Pada pertanyaan nomor 5 yaitu soal dengan judul gejala dan kondisi penyerta positif Covid-19. Soal tersebut termasuk level 5 dan berupa soal open constructed response type. Dalam hal ini, siswa harus konsentrasi dan menggunakan literasi matematika terlebih dahulu dalam menafsirkan maksud dari soal yang sebenarnya. Materi pada soal 5 yaitu berupa materi peluang dengan kompetensi dasar yaitu membahas tentang peluang empirik dari teoritik suatu kejadian. Adapun indikator soal tersebut yaitu siswa dapat menafsirkan, merumuskan dan menyelesaikan masalah pada perluang terjangkitnya Covid-19. Data soal tersebut terhitung dari awal penyebaran Covid-19 sampai tanggal 28 Maret 2021.

Tanggapan yang diharapkan untuk pertanyaan 5 adalah tanggapan yang dikonstruksikan terbuka, di mana siswa diminta untuk memberikan jawaban atas banyak kemungkinan hasil. Pada siswa 1 terlihat bahwa sudah memberikan jawaban dan pendapatnya. Namun, siswa 2 tidak memberikan algoritma dan kakulasi yang jelas untuk mendukung jawabannya. Siswa 3 memberikan jawaban singkat saja. Dari jawaban di atas, terlihat bahwa Hal ini senada dengan temuan peneliti Triliana dan Asih pada tahun 2019, ditemukan bahwa ketika menyelesaikan masalah yang melibatkan peluang, siswa dapat memahami masalah yang ada tetapi tidak dapat mengidentifikasi operasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kemungkinan besar disebabkan oleh kegagalan siswa dalam memahami konsep materi peluang (Khazanov & Prado, 2010; Saputri et al., 2020). Setelah merevisi prototype 1 pada expert review dan one-to-one menghasilkan

prototype 2. Gambar 1 menunjukkan soal prototype 1 dan gambar 2 menunjukkan soal prototype 2

(9)

97

Gambar 1. Soal nomor 3 prototype 1 Gambar 2. Soal nomor 3 prototype 2

Berdasarkan gambar 1 dan 2 terlihat jelas perbedaan gambar sebelum dan sesudah revisi. Ditinjau dari komentar teman sejawat dan validator pada instrumen pengembangan soal yang telah dibuat oleh peneliti terlihat ada beberapa perbaikan pada soal nomor 3 prototype 1. Pada prototype 1 sebelum diperbaiki bahasa soal masih terlihat belum ringkas dan masih banyak pemborosan kata, setelah diperbaiki soal lebih ringkas dan mudah dipahami. Selanjutnya peneliti juga memperbaiki konstruk, data dari berbentuk tabel dan grafik yang belum spesifik sesuai saran teman sejawat dan validator peneliti merevisi dengan menghilangkan tabel yang ada di atas grafik dan grafiknya sudah diganti lebih simpel dengan menfokuskan data yang hanya ditanya pada soal tersebut. Dari segi bahasa sudah diperbaiki juga, pada gambar 1 terlihat bahwa banyak kata yang berlebihan dan seharusnya tidak perlu dituliskan, setelah direvisi katanya lebih simpel. Untuk revisi dari segi isi, hanya beberapa isi teks yang dibuat lebih mudah dipahami, levelnnya sudah sesuai dengan kesulitan soal yang dibuat yaitu sesuai dengan level 3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan soal nomor 3 sudah valid ditinjau tahapan-tahapan yang telah dilakukan.

Selanjutnya peneliti juga merevisi soal nomor 5 prototype 1 yang menghasilkan prototype 2. Pada gambar 3 menunjukkan soal prototype 1 sebelum direvisi dan gambar 4 menunjukkan soal

(10)

98

Gambar 3. Soal nomor 5 prototype 1 Gambar 4. Soal nomor 5 prototype 2

Berdasarkan gambar 3 dan gambar 4 terlihat jelas perbedaan sebelum dan sesudah direvisi. Setelah melakukan beberapa tahapan expert review dan one-to-one tentunya peneliti mendapatkan banyak sekali masukkan yang berguna untuk memperbaiki instrumen soal yang telah dibuat. Pada

prototype 1 soal nomor 5 ditinjau dari segi isi sudah sesuai dengan level yang diprediksi yaitu level

5, tetapi pada pernyataan soal direvisi lagi sehingga terlihat lebih padat dan berisi. Selanjutnya peneliti juga merevisi dari segi bahasa, pada prototype 1 banyak kata yang tidak terlalu berpengaruh pada pertanyaan soal dan ada beberapa kalimat yang tidak perlu dijelaskan sehingga diperbaiki menjadi kalimat dibuat lebih simpel dan mudah dipahami serta menggunakan simbol dalam penyebutan gelaja dan kondisi penyerta Covid-19. Ditinjau dari segi konstruk, sesuai dengan saran dari teman sejawat dan validator grafik sudah diganti menjadi tabel. Supaya siswa lebih mengerti maksud soal. Dari jabaran peneliti untuk soal nomor 5 bahwa instrumen pengambangan soal ini

(11)

99 sudah memenuhi syarat kevalidan soal.

Validitas ditunjukkan oleh hasil validator selama tahap expert review untuk masalah isi, konstruk, dan bahasa, serta saran/komentar siswa selama tahap one-to-one untuk kejelasan/keterbacaan masalah soal (Nizar et al., 2018). Pada soal nomor 3 dan 5 sudah divalidasi tahap expert review dan one-to-one dapat memenuhi kevaliditasannya dan layak digunakan untuk pengembangan soal matematika tipe PISA terbaru.

4. KESIMPULAN

Kevalidan soal dapat dilihat dari validasi isi, konstruk dan bahasa sehingga menghasilkan soal matematika tipe PISA terbaru konten uncertainty and data dengan konteks Covid-19. Dari validasi dilihat bahwa hasil yang didapat dan tahap yang sudah dilalui yaitu expert review (teman sejwat dan pakar), dan one-to-one (siswa). Melalui beberapa tahapan yang sudah disebutkan oleh peneliti soal dikatakan valid jika sudah melalui tahapan uji coba expert review, dan one-to-one. Artinya instrumen soal yang dibuat peneliti sudah layak digunakan. Kevalidan soal sudah teruji sehingga soal tipe PISA dalam konteks Covid-19 yang layak digunakan oleh guru dan siswa. Setelah melakukan penelitian ini, disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efektivitas dari soal yang telah dikembangkan melalui tahapan small group dan field test. Peneliti juga menyarankan agar dilakukan penelitian lebih banyak lagi tentang pengembangan soal matematika tipe PISA dengan konteks dan konten yang berbeda yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abad, P., Teknologi, K.-B., & Afriyanti, I. (2018). Pengembangan Literasi Matematika Mengacu PISA Melalui. Jounal UNNES, 1, 608–617.

Abidin, Z., & Arizona, K. (2020). Pembelajaran Online Berbasis Proyek Salah Satu Solusi Kegiatan Belajar Mengajar di Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5, 64–70. https://doi.org/10.29303/jipp.v5i1.111

Bidasari, F. (2017). Pengembangan Soal Matematika Model PISA Pada Konten Quantity Untuk Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama.

Jurnal Gantang, II(1), 63–78.

Dewantara, A. H. (2018). Soal Matematika Model PISA : Alternatif Materi Program Pengayaan.

Didaktika Jurnal Kependidikan, 12, 197–213.

Efriani, A., Ilma, R., & Putri, I. (2018). Pengembangan Soal Tipe PISA untuk Mengetahui Kemampuan Literasi Matematis Siswa. UNION: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(3), 377– 390.

Haji, S. (2018). Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyesaikan Soal-Soal PISA ( Programme for International Student Assessment ) di SMP Kota Bengkulu. Jurnal Pendidikan Matematika

Raflesia, 03(02), 177–183.

Hukum Online. (2020). Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020

Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19). 1–3. www.hukumonline.com/pusatdata

Kemdikbud. (2019). Tanggapi Hasil PISA 2018, Mendukbud: Ini Jadi Masukan Berharga. Kemdikbud.Go.Id. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/tanggapi-hasil-pisa-2018-mendikbud-ini-jadi-masukan-berharga

(12)

100

Kualitas.

https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/hasil-pisa-indonesia-2018-akses-makin-meluas-saatnya-tingkatkan-kualitas/

Koesoema A, D. (2019). Belajar dari PISA. Kompas.Id.

https://www.kompas.id/baca/opini/2019/12/06/belajar-dari-pisa/

Mansur, N. (2018). Melatih Literasi Matematika Siswa dengan Soal PISA. Jounal UNNES, 1, 140– 144.

Nizar, H, Putri, R. I. I., & Zulkardi. (n.d.). PISA-like mathematics problem with karate context in Asian Games. Journal of Physics: Conference Series, 1088. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1088/1/012063

Nizar, Harisman, Putri, R. I. I., & Zulkardi. (n.d.). Developing PISA-Like Mathematics Problem Using the 2018 Asian Games Football and Table Tennis Context. Journal on Mathematics

Education, 9(2), 183–194. https://doi.org/10.22342/jme.9.2.5246.183-194

OECD. (2013). PISA 2012 Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading, Science,

Problem Solving and Financial Literacy. OECD Publishing.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1787/9789264190511-en

OECD. (2019). PISA 2018 Results (Volume II); Where All Students Can Succeed, PISA: Vol. II. OECD Publishing. https://doi.org/https://doi.org/10.1787/b5fd1b8f-en.

Pratiwi, I. (2019). Efek Program PISA Terhadap Kurikulum di Indonesia. Jurnal Pendidikan Dan

Kebudayaan, 4, 51–71. https://doi.org/10.24832/jpnk.V4i1.1157

Putra, Y. Y., & Vebrian, R. (2019). Pengembangan Soal Matematika Model PISA Konteks Kain Cual Bangka Belitung. Journal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 03(02), 333–340. Revina, S. (2019). Skor Siswa Indonesia dalam Penilaian Global PISA Melorot, Kualitas Guru dan

Disparitas Mutu Penyebab Utama. Theconversation.Com.

https://theconversation.com/skor- siswa-indonesia-dalam-penilaian-global-pisa-melorot-kualitas-guru-dan-disparitas-mutu-penyebab-utama-128310

Samsu. (2017). Metode Penelitian: Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Mixed Methods, serta Research and Development. Diterbitkan oleh: Pusat Studi Agama dan

Kemasyarakatan (PUSAKA).

Saputri, N. W., Turidho, A., Zulkardi, Darmawijoyo, & Somakim. (2020). Desain Soal PISA Konten Uncertainty and Data Konteks Penyebaran Covid-19. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan

Matematika, 2759, 106–118. https://doi.org/10.20527/edumat.v8i1.8564

Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodelogi Penelitian. Literasi Media Publishing. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. ALFABETA, CV.

Wardani, A. K., & Hartono, Y. (2017). Pengembangan Soal Matematika Model Pisa Level 5. Jurnal

Gambar

Gambar 1. Soal nomor 3 prototype 1     Gambar 2. Soal nomor 3  prototype 2
Gambar 3. Soal nomor 5 prototype 1  Gambar 4. Soal nomor 5 prototype 2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah menghasilkan suatu produk soal matematika model PISA sebanyak 4 butir soal pada

Hasil penelitian didapatkan seperangkat soal matematika model PISA Konteks Kain Cual Bangka Belitung yang valid, praktis, dan memiliki efek potensial terhadap kemampuan

Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan instrumen evaluasi berupa masalah matematika tipe soal PISA dengan konteks budaya lokal yang valid, praktis, dan efektif untuk menilai

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan soal matematika pengembangan model PISA pada konten uncertainty and data dengan konteks futsal yang valid dan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan soal matematika model PISA untuk siswa SMP menggunakan konteks Jambi yang valid, praktis, dan memiliki efek

Hasil penelitian didapatkan seperangkat soal matematika model PISA Konteks Kain Cual Bangka Belitung yang valid, praktis, dan memiliki efek potensial terhadap kemampuan

129 ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA PADA SISWA SMP KELAS IX DALAM MENYELESAIKAN SOAL TIPE PISA Diah Ajeng Putri Sabrina1, Kadek Rahayu Puspadewi2, Putu Ledyari Noviyanti3

PENGEMBANGAN SOAL TIPE PISA UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA JAMBI Aisyah 1, Sri Dewi 2 1Prodi Pendidikan Matematika