• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pariwisata dalam negeri terus dikembangkan dan diarahkan untuk memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan jiwa, semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan disamping untuk meningkatkan kegiatan ekonomi. Usaha pembinaan dan pengembangan kepariwisataan dalam negeri ditujukan pula untuk meningkatkan kualitas kebudayaan bangsa, memperkenalkan kekayaan peninggalan sejarah serta keindahan alam termasuk alam bahari diseluruh pelosok Tanah Air. (Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Direktorat Jendral Pariwisata Tahun 2008).

Kebudayaan merupakan bagian dari pariwisata dimana di dalamnya terdapat berbagai macam tradisi, kesenian, perilaku, dan arsitektur bangunan yang khas dari suatu daerah. Sedangkan pariwisata menjadi salah satu faktor penting untuk menggalang persatuan bangsa yang rakyatnya memiliki daerah yang berbeda, dialek, adat istiadat, dan cita rasa yang beraneka ragam. Pariwisata menjadi suatu manifestasi lintas budaya yang penting, karena kegiatan ini menjadi kancah pertemuan warga dari berbagai kebangsaan, yang latarbelakang budaya berlainan, lingkungan sosial yang beragam, sikap mental yang beraneka corak dan susunan psikologis tidak sama.

(2)

Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat desa yang berada di Indonesia yang masih terjaga kelestariannya. Kampung Naga tetap mempertahankan budaya dan adat istiadatnya ketika masyarakat sekitarnya telah berubah seiring perkembangan jaman. Keberadaannya menggambarkan kehidupan masyarakat yang sesungguhnya yang belum terkontaminasi oleh perubahahan budaya. Daya tarik destinasi wisata Kampung Naga terletak pada kehidupan unik dan kesederhanaan dari masyarakat yang tinggal di Kampung Naga dimana mereka dapat berbaur dengan masyarakat modern, beragama Islam, tetapi masih tetap kuat dalam melestarikan adat istiadat dan budaya leluhurnya.

Kampung Naga sudah bertahun-tahun menjadi salah satu aset pariwisata Indonesia yang telah banyak dikunjungi wisatawan. Beberapa ke-khasan adat istiadat masyarakat Kampung Naga, diantaranya jumlah rumah tidak lebih dari 113 bangunan, bentuk rumah sama, yakni beratap ijuk atau rumbia, dinding terbuat dari serat-serat rotan atau bilik bambu, diatas daun pintu terdapat sejenis anyaman yang disebut tanda angina. Bangunan tidak boleh memakai cat kecuali kapur putih. Selain bangunan rumah tempat tinggal, terdapat pula bangunan khas yang lain yakni Bale Patemon (gedung pertemuan), leuit (lumbung padi), masigit (masjid) dan Bumi Ageung. (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya, 2010:2).

Untuk mempelajari lebih mendalam tentang hal tersebut, penulis memberikan judul tulisannya yaitu : “Inventarisasi Potensi Budaya Kampung Naga Sebagai Daya Tarik Wisata di Tasikmalaya”.

(3)

B. Rumusan Masalah

Dalam kegiatan penelitian ini untuk memperkenalkan daya tarik yang dimiliki Kampung Naga yaitu tentang kehidupan unik dan kesederhanaan masyarakatnya maupun adat istiadat serta budaya yang dimiliki Kampung Naga, penulis memiliki pertanyaan sebagai titik tolak pembahasan menulis. Adapun pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Apa saja potensi budaya yang ada di Kampung Naga dan perkembangan apa saja yang sudah ada di Kampung Naga ?

2. Bagaimana peran Pemerintah dan Masyarakat terhadap Kampung Naga sebagai daya tarik wisata di Tasikmalaya ?

C. Tujuan Penelitian

Dari pokok masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui potensi budaya yang dimiliki Kampung Naga saat ini dan apa saja yang sudah berkembang di Kampung Naga, sebagai daya tarik wisata di Tasikmalaya.

2. Mengetahui seberapa jauh peranan pemerintah dan masyarakat dalam upaya pelestarian budaya Kampung Naga, yang memiliki daya tarik sebagai unsur penunjang pengembangan pariwisata.

(4)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Sebagai acuan dan pengetahuan di bidang kebudayaan mengenai Kampung Adat Naga sebagai salah satu destinasi wisata budaya di Tasikmalaya.

2. Manfaat Praktis

Memberikan manfaat kepada perusahaan, travel, hotel, dan instansi pariwisata serta industri pariwisata lainnya, khususnya Program Studi D III Kepariwisataan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada dan mahasiswa untuk ikut memajukan kegiatan pariwisata di Indonesia dan memberikan pengetahuan serta motivasi untuk terus semangat dengan bidang apapun yang digeluti.

E. Landasan Teori

1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. (Undang-Undang Pariwisata Nomor 10,2009:3).

Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan

(5)

lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. (Kodhyat, 1983:4).

2. Prinsip Penyelenggaraan Kepariwisataan Kepariwisataan dilaksanakan dengan prinsip:

a. Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesame manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan;

b. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal;

c. Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, dan proporsionalitas;

d. Memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup; e. Memberdayakan masyarakat setempat;

f. Menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antara pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antar pemangku kepentingan; g. Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan

internasional dalam bidang pariwisata; dan

h. Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Undang-undang Pariwisata nomor 10,2009:6)

(6)

3. Pengertian Budaya

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem komunikasi yang mengikat dan memungkinkan bekerjanya suatu himpunan manusia yang disebut masyarakat. Dengan demikian dapat didefinisikan kebudayaan sebagai “sistem aturan-aturan komunikasi dan interaksi yang memungkinkan suatu masyarakat terjadi, terpelihara, dan dilestarikan”. Kebudayaan itu memberikan arti kepada semua usaha dan gerak-gerik manusia. (Nababan, 1984: 49).

Berdasarkan definisi di atas, jelas sekali terlihat bahwa antara manusia dan kebudayaannya tidak dapat dipisahkan. Demikian juga antara manusia Indonesia dan kebudayaan Indonesia. Hal ini disebabkan manusia Indonesia di samping hidup dalam satu kesatuan wilayah masyarakat etnik, juga hidup dalam satu kesatuan Negara Republik Indonesia. Dalam kaitan ini, mereka menjunjung kebudayaan yang satu, sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara, yaitu kebudayaan nasional Indonesia. (Geriya, 1996: 71).

4. Community Based Tourism (Pariwisata Berbasis Komunitas)

CBT (Community Based Tourism) yaitu konsep pengembangan suatu destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal, dimana masyarakat turun andil dalam perencanaan, pengelolaan, dan pemberian suara berupa keputusan dalam pembangunannya. Ada tiga kegiatan

(7)

pariwisata yang dapat mendukung konsep CBT yakni penjelajahan (adventure travel), wisata budaya (cultural tourism), ekowisata (eco tourism).

Menurut Suansri (2003:14), mendefinisikan CBT sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkunngan, sosial dan budaya. CBT merupakan alat pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan. Atau dengan kata lain CBT merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Dalam definisi yang disampaikan Suansri, gagasan untuk memunculkan tools berparadigma baru dalam pembangunan pariwisata adalah semata-mata untuk menjaga keberlangsungan pariwisata itu sendiri. Untuk itu ada beberapa prinsip dasar dari community based tourism yang harus dilakukan yaitu :

1. Mengenali, mendukung, dan mempromosikan kepemilikan masyarakat dalam pariwisata.

2. Melibatkan anggota masyarakat dari setiap tahap pengembangan pariwisata dalam berbagai aspeknya.

3. Mempromosikan kebanggaan terhadap komunitas bersangkutan.

4. Meningkatkan kualitas kehidupan.

(8)

6. Melindungi ciri khas (keunikan) dan budaya masyarakat lokal.

7. Mengembangkan pembelajaran lintas budaya.

8. Menghormati perbedaan budaya dan martabat manusia.

9. Mendistribusikan keuntungan dan manfaat yang diperoleh secara proporsional kepada anggota masyarakat.

10. Memberikan kontribusi dengan presentase tertentu dari pendapatan yang diperoleh untuk proyek pengembangan masyarakat.

11. Menonjolkan keaslian hubungan masyarakat dengan lingkungannya.

Berdasarkan pemahaman tersebut dapat kita lihat pendekatan community based tourism sangat berbeda dengan pendekatan pembangunan pariwisata pada umumnya. Dimana, komunitas merupakan aktor utama dalam proses pembangunan pariwisata, dengan tujuan utama adalah untuk peningkatan standar kehidupan ekonomi masyarakat tersebut.

Landasan teori ini yang nantinya digunakan penulis untuk memecahkan masalah dalam menulis “Inventarisasi Potensi Budaya Kampung Naga Sebagai Daya Tarik Wisata di Tasikmalaya”.

(9)

F. Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan penelurusan pustaka yang penulis lakukan, belum banyak buku-buku yang membahas secara khusus tentang kebudayaan di Kampung Naga.

Her Suganda dalam bukunya Kampung Naga Mempertahankan Tradisi menjelaskan tentang gambaran Kampung Naga secara umum mulai dari jumlah penduduk, sejarah dan asal usul Kampung Naga. Menurut beliau sejarah dan asal-usul leluhur masyarakat Kampung Naga Selama ini lebih banyak disampaikan secara lisan. Dalam kisah tersebut diungkapkan bahwa leluhur mereka adalah Sembah Dalem Eyang Singaparana. Namun ada pula ada pula yang menyebutnya Singaparna. Sedangkan penduduk Kampung Naga seperti juga penduduk Jawa Barat pada umumnya termasuk suku bangsa Sunda. Bahasa yang dipergunakan dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa Sunda.

Menurut Heni Fajria Rif’ati dkk, dalam bukunya Kampung Adat dan Rumah Adat di Jawa Barat, menjelaskan tentang letak Kampung Naga secara administratif termasuk ke dalam wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Desa Neglasari berbatasan dengan tiga desa dan satu kecamatan. Sebelah utara berbatasan dengan Sunda Wenang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cigalontang, sebelah barat berbatasan dengan Karang Mukti, dan sebelah timur berbatasan dengan Tanjung Sari.

(10)

Adapun penelitian yang sudah pernah dilakukan selama ini tetapi dalam tempat dan permasalahan yang berbeda adalah riwayat penelitian Dody Sofyan yang berjudul “Pengaruh Pariwisata Terhadap Masyarakat Adat Kampung Cikondang di Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung”, menulis bahwa kondisi pariwisata yang ramai ini sebenarnya tidak terlalu berpengaruh pada keadaan sosial dan budaya masyarakat setempat, karena banteng adat dan aturan cukup kuat menjaga warga. Bahkan ada aturan yang mengharuskan pengunjung menghadap kuncen untuk ditanya keperluannya mengunjungi kampung itu. Namun ditahun 2004 kondisi ramainya pariwisata ini, dirasakan mulai mengganggu keaslian dan kebersihan kampung. Banyaknya interaksi warga, terutama anak muda dengan para wisatawan mulai merubah pola hidup dan pola kebutuhan penduduk. Karenanya Tetua adat Kampung Ini tertutup untuk pariwisata selama waktu yang tidak ditentukan.

Skripsi Eka Qaanitaatin yang berjudul “Upacara Perkawinan Dalam Masyarakat Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat”, penelitian ini mendeskripsikan masyarakat Kampung Adat Naga yang masih mempertahankan ritual adat dalam tradisi upacara perkawinan dan lebih memfokuskan pada analisis simbol terhadap upacara perkawinan di Kampung Naga khususnya dalam upacara ngariung atau di sebut juga ngukus kasur.

Dari beberapa litelatur tersebut, penulis belum menemukan pembahasan yang menjelaskan secara khusus mengenai potensi budaya apa saja yang ada di Kampung Naga sebagai daya tarik wisata di Tasikmalaya. Untuk itu penyusun

(11)

tertarik untuk memperdalam kajian potensi budaya di Kampung Naga sebagai daya tarik wisata di Tasikmalaya. Litelatur atau buku-buku yang sudah ada dipergunakan sebagai bahan referensi yang dapat membantu dalam penulisan penelitian ini.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Lapangan ( Field Research ), yakni penelitian dimana obyeknya adalah peristiwa faktual yang ada di lapangan. Dalam hal ini fokus penelitian di Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Kemudian untuk menunjang penelitian ini penyusun juga melakukan penelaahan buku-buku yang relevan dengan judul penelitian ini. Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Pengumpulan data

a. Penelitian Kepustakaan ( Library Research )

Metode penulisan data ini merupakan penelitian yang dilakukan melalui kepustakaan dengan cara membaca dan mengumpulkan data dari referensi buku-buku ilmiah yang didapat dari perpustakaan, buku-buku tentang kebudayaan pariwisata, dan hal yang berkaitan selama kuliah, brosur, diklat, Koran, majalah, buku report dan internet yang berhubungan dengan pembahasan yang dibicarakan.

b. Wawancara

Metode yang digunakan penulis dengan melakukan wawancara langsung dan bertatap muka dengan para responden atau subyek penelitian dalam hal ini

(12)

adalah masyarakat Kampung Naga, Pemerintah Daerah, Wisatawan, serta pihak-pihak terkait yang mempunyai peranan penting dalam pengelolaan Kampung Naga.

c. Observasi Lapangan

Adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan.

d. Dokumentasi

Data (dokumen) dari kantor dinas, kantor kepala desa atau tempat lainnya, sejauh data tersebut ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti, dalam hal ini penyusun mencari data tertulis baik yang berupa catatan, arsip, serta buku-buku lain yang dianggap perlu.

2. Analisis Data

Setelah dikumpulkan dan dituangkan data harus segera dianalisis dalam bentuk laporan lapangan. Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan dari hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman penulis tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.

(13)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan akhir ini terdiri atas empat bab yang masing-masing dijabarkan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Pendahuluan meliputi penjelasan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penulisan tugas akhir dan sistematika penulisan.

Bab II : Deskripsi Objek Penelitian

Bab ini berisi gambaran umum Kabupaten Tasikmalaya, gambaran umum Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya dan gambaraan umum Kampung Naga, yang menjelaskan tentang tentang letak geografis, sejarah Kampung Naga, kondisi Kampung Naga dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan keagamaan.

Bab III : Pembahasan

Pembahasan berisi tentang potensi budaya yang dimiliki Kampung Naga saat ini dan apa saja yang sudah berkembang di Kampung Naga sebagai daya tarik wisata di Tasikmalaya. Membahas tentang peran Pemerintah dan Masyarakat dalam upaya melestarikan keaslian budaya Kampung Naga yang memiliki daya tarik sebagai unsur penunjang pengembangan pariwisata.

(14)

Bab IV : Penutup

Merupakan bab terakhir, yaitu memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari pokok permasalahan yang diangkat dalam tugas akhir ini, dan juga disertai saran-saran.

Referensi

Dokumen terkait

apakah citra Kereta Api Prambanan Ekspres dimata Komunitas Pramekers Joglo sudah sesuai dengan citra yang diharapkan perusahaan mengenai Kereta Api Prambanan Ekspres

Dalam upaya pengembangan literasi informasi terdapat beberapa potensi yang belum secara optimal dimanfaatkan, potensi tersebut antara lain potensi kewenangan,

Cerita ini mengemukakan tema keberanian luar biasa seorang raja yang bernama Indera Nata dalam usaha mencari gajah bergadingkan emas dan menyelamatkan tujuh orang

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, masalah yang timbul adalah rendahnya hasil penilaian elemen standar dalam sistem manajemen keselamatan dan

Puri merupakan tempat tinggal untuk kasta Ksatria yang memegang pemerintahan Umumnya menempati bagian kaja kangin di sudut pempatan agung di pusat desa.. Puri umumnya

Perbedaan metode ekstraksi maserasi, perkolasi, sokletasi dan refluks dapat menghasilkan kadar flavonoid total yang berbeda dari ekstrak metanol daun kersen (Muntingia