• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun 1960-an sering dikatakan sebagai tahun berkembangnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun 1960-an sering dikatakan sebagai tahun berkembangnya"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tahun 1960-an sering dikatakan sebagai tahun berkembangnya strukturalisme. Strukturalisme bangkit mendominasi kultur intelektual Perancis sebagai paradigma baru menggantikan eksistensialisme (Schrift, 2006: 40). Strukturalisme menawarkan pendekatan baru dalam memahami realitas sebagai sesuatu yang terstruktur. Pendekatan ini berusaha menyingkap sebuah stuktur internal yang mendasari suatu realitas. Struktur yang dipahami oleh strukturalisme bukanlah struktur dalam pengertian empiris, tetapi merupakan struktur abstrak yang dianggap sebagai realitas yang sebenarnya.

Strukturalisme berakar dari metode pendekatan disiplin ilmu humaniora yang terinspirasi oleh pemikiran ahli linguistik Ferdinand De Saussure. Saussure memperkenalkan gagasan bahasa sebagai suatu sistem yang terisolasi. Maksudnya bahasa sebagai sebuah sistem yang mandiri terlepas dari realitas. Sebelum Saussure, penelitian terhadap bahasa selalu dilakukan dengan menggunakan pendekatan sejarah atau diakronis. Perspektif ini berusaha meneliti bahasa dengan mengikuti alur perkembangannya.

Saussure berpendapat penelitian terhadap bahasa tidak harus menggunakan pendekatan diakronis. Fakta-fakta bahasa dapat diperoleh melalui pendekatan sinkronis saja. Pendekatan sinkronis adalah pendekatan yang meneliti bahasa dalam waktu tertentu. Pendekatan ini melihat bahasa sebagai sesuatu yang

(2)

berkeadaan stabil. Saussure membagi bahasa atau langage menjadi dua segi, yakni segi individual yang disebutnya sebagai parole, dan segi sosial yang disebut sebagai langue. Objek penyelidikan ilmu linguistik adalah aspek bahasa yang memuat fakta sosial masyarakat yang disebut Saussure sebagai langue (Kridalaksana dalam Saussure, 1988: 8-9). Dengan demikian, bahasa dapat diselidiki sebagai sebuah sistem stabil tanpa dipengaruhi oleh pergerakan waktu.

Gagasan Strukturalisme kemudian menyebar ke wilayah ilmu humaniora khususnya antropologi yang dirintis oleh Claude Levi Strauss. Levi Strauss menggunakan kerangka berpikir Saussure untuk menganalisis kesatuan masyarakat dalam konteks komunikasi (Harland, 2006: 34). Perhatian utama Levi Strauss adalah struktur yang memuat aturan main sebagai sesuatu yang mengikat kesatuan sosial masyarakat. Levi Strauss menolak anggapan yang menyatakan fenomena totem hanyalah sekedar halusinasi atau kekeliruan pemikiran masyarakat primitif pra-ilmiah. Totem merupakan upaya manusia primitif untuk mengklasifikasikan pengalaman-pengalaman mereka secara spontan (Badcock, 2008: 58). Lebih jauh, sistem totemik adalah sebuah sistem bahasa yang membentuk hubungan antara kelompok-kelompok sosial yang berbeda.

Penekanan yang besar terhadap struktur membuat pendekatan strukturalisme meminggirkan agensi individu. Strukturalisme justru menganggap individu adalah produk dari sistem penandaan yang pada umumnya tidak disadari, daripada menganggap individu sebagai agen yang aktif. Segaris dengan penekanan Saussure terhadap langue daripada parole, strukturalisme tidak memberikan perhatian pada aspek individu sebagai agen yang bebas dan sadar.

(3)

Pengaruh strukturalisme juga terlihat dalam psikoanalisis Jacques Lacan. Lacan menyadari pentingnya bahasa dalam psikoanalisis, dan berusaha untuk mengintegrasikan konsep linguistik Saussure kedalam psikoanalisis untuk memugar kembali pemikiran Freud. Pentingnya bahasa ini terlihat dalam percakapan pasien dengan analis. Dalam konteks percakapan psikoanalisa, pasien bisa bersentuhan dengan ketidaksadaran pada saat mereka membicarakannya dengan analis. Dalam percakapan tersebut ketidaksadaran terartikulasi dalam bahasa (Bertens, 2001: 206).

Lacan menginterpretasikan gagasan-gagasan Freud secara bertolak belakang dengan rekan-rekannya yang berasal dari aliran psikologi ego. Psikologi ego menafsirkan pemikiran Freud secara biologis, dan cenderung menekankan pada aspek mekanisme pertahanan dalam wilayah kesadaran dibandingkan motivasi ketidaksadaran mempengaruhi suatu aksi (Harland, 2008: 52). Konsep linguistik Saussure sangat berguna bagi Lacan untuk menginterpretasi gagasan-gagasan Freud kedalam kerangka sosial.

Pembacaan ulang terhadap gagasan Freud mendorong perhatian Lacan pada peran bahasa dalam ketidaksadaran. Tesis sentral Lacan adalah ketidaksadaran mempunyai struktur yang analog dengan bahasa. Ketidaksadaran bukanlah suatu wilayah misterius yang benar-benar tidak bisa dipahami. Hal ini yang menjadi sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Penelitian ini fokus pada konsep struktur dalam psikoanalisis Jacques Lacan.

(4)

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut:

a. Apa konsep struktur dalam strukturalisme?

b. Apa konsep struktur dalam psikoanalisis Jacques Lacan? 2. Keaslian Penelitian

Penelusuran yang dilakukan peneliti, ada beberapa karya ilmiah yang bersinggungan dengan objek material. Berikut adalah naskah akademis yang berkaitan dengan penelitian

a. Aqib Rosyidi. 2004. Pembentukan aku Perspektif Filsafat Jacques Lacan. Skripsi. Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam penelitian ini, peneliti membahas konsepsi Aku dalam filsafat Jacques Lacan. Aku dianggap sebagai pusat identitas manusia hanyalah ilusi. Aku sebagai kesatuan terbentuk saat anak memasuki “fase cermin”. Dengan penekanan strukturalis pada bahasa pada pengertian positif, Lacan menonjolkan pentingnya bahasa dalam pemikirannya. b. Setiawati, Milla. 2015. Konsep hasrat Jacques Lacan pada tokoh

Humbert dalam Film Lolita(1997) karya Adrian Lyne. Skripsi. Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut, secara garis besar peneliti menganalisa penyimpangan seksual pedofilia pada tokoh Humbert ditinjau dari psikoanalisis Jacques Lacan. c. Dwi Ariantoni N. 2015. Eksistensi Pria Metroseksual dalam Perspektif

(5)

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian tersebut menganalisis fenomena pria metroseksual ditinjau dari konsep hasrat dalam pemikiran Jacques Lacan.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu:

a. Bagi Filsafat:

Penelitian ini diharap dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu filsafat, dan memperkaya literatur filsafat khususnya mengenai psikoanalisis dan strukturalisme.

b. Bagi Kalangan Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi kajian psikoanalisis Jacques Lacan.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat, khususnya yang mempunyai minat terhadap kajian psikoanalisis, dan strukturalisme.

d. Bagi peneliti

Menambah wawasan baru dan kemampuan penelitian mengenai filsafat. Selain itu, memberikan kesempatan belajar untuk mendalami strukturalisme, dan psikoanalisis.

(6)

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, penulisan makalah ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan konsep-konsep struktur

2. Menelaah konsep struktur dalam psikoanalisis Jacques Lacan

C. Tinjauan Pustaka

Istilah struktur dan strukturalisme dalam kalangan ilmiah sering digunakan dalam bidang matematika, fisika, psikologi, ilmu bahasa, dan ilmu manusia lainnya, tetapi tidak selalu dalam arti yang sama. Dalam ilmu bahasa, strukturalisme juga digunakan dalam berbagai cara. Ada yang disebut strukturalisme amerika yang tidak berkaitan dengan strukturalisme di perancis. Istilah strukturalisme yang digunakan di sini mengacu pada mode filosofis yang dikembangkan oleh kelompok pemikir perancis berdasarkan ilmu bahasa rintisan Ferdinand De Saussure pada tahun 60-an. Walau terdapat banyak perbedaan pemikiran dalam kalangan pemikir strukturalis, tetapi pada dasarnya mereka menggunakan prinsip-prinsip dasar linguistik Saussure sebagai model, dan menerapkannya pada bidang-bidang lain di luar bahasa (Bertens, 2001: 176-179).

Struktur adalah sebuah bangun abstrak yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berkaitan. Hubungan sejumlah komponen yang membentuk jaringan komponen secara keseluruhan disebut sebagai sistem. Struktur adalah sebuah totalitas dalam pengertian struktur-struktur bawahan saling

(7)

membentuk suatu totalitas dalam struktur yang lebih besar. Struktur bukanlah konsep yang statis, melainkan dapat bertransformasi karena konsep struktur bukan hanya “terstruktur”, suatu keadaan, tetapi juga “menstruktur”, sesuatu yang berproses (Hoed, 2008: 29).

Ferdinand De Saussure adalah orang pertama yang meletakkan dasar strukturalisme modern. Saussure melihat bahasa sebagai sebuah sistem sosial koheren yang dapat dipahami, dan dijelaskan sebagai suatu keseluruhan. Sintaksis dan semantik secara bersama-sama membentuk aturan-aturan yang harus diikuti oleh individu untuk dapat berkomunikasi dengan individu lainnya (Lane, 1970: 27).

Bahasa, atau dalam istilah Saussure disebut sebagai langage terdiri dari langue dan parole. Langue adalah aspek bahasa yang bersifat sosial, sedangkan parole adalah aspek bahasa yang bersifat individual. Langue adalah norma, suatu himpunan konvensi sosial yang diterima oleh seluruh masyarakat untuk memungkinkan berfungsinya langage pada diri individu, sedangkan parole adalah keseluruhan dari ujaran atau tuturan individu dalam berbagai macam bentuk.(Saussure, 1988: 80). Konsep langue-parole ini menjadi acuan bagi teori strukturalisme dalam memahami gejala sosial, budaya, dan alam (Hoed, 2008: 31).

Bahasa dapat diteliti melalui dua pendekatan, pertama, secara historis, dan kedua, dalam spasial. Dua pendekatan ini oleh Saussure dinamakan sebagai diakronis, dan sinkronis. Pendekatan diakronis meneliti perkembangan bahasa

(8)

serta perubahan-perubahan bahasa sepanjang sejarah, sedangkan pendekatan sinkronis meneliti bahasa secara statis, dalam kerangka waktu tertentu. Premis dasar pendekatan sinkronis adalah kemampuan bahasa untuk berubah harus disingkirkan dalam rangka mempelajari struktur yang berkeadaan stabil. Struktur yang hendak diungkapkan oleh para strukturalis adalah struktur yang stabil, tetapi bukan berarti tak pernah akan berubah (Sturrock, 2003: 28).

Kaum strukturalis merujuk pada pemikiran Saussure, melihat tanda sebagai pertemuan antara bentuk dan konsep. Saussure menggunakan istilah penanda untuk segi bentuk tanda, dan petanda untuk segi konsepnya. Saussure melihat tanda sebagai keterkaitan antara penanda dan petanda dalam kognisi manusia. Hubungan antara penanda dan petanda tidak bersifat pribadi, tetapi didasari oleh konvensi sosial (Hoed, 2008: 3).

Tanda bersifat arbitrer karena tak ditentukan oleh realitas. Strukturalisme melihat tanda sebagai sebuah elemen yang saling terkait dalam suatu jaringan sistem pertandaan. Konsekuensinya, nilai suatu tanda ditentukan oleh relasi internal dengan tanda lainnya dalam suatu sistem integral. Relasi antar tanda tersebut bersifat oposisional, karena tanda selalu bergantung dengan tanda lainnya secara negatif – tak ada tanda yang bisa berdiri sendiri. Menurut Saussure, bahasa adalah sebuah sistem diferensial (Sturrock, 2003: 38-39).

Subjektivitas modern yang berpangkal pada cogito sebagai titik tolak filsafat semenjak Descartes ditolak oleh strukturalisme. Subjektivitas modern memprioritaskan kesadaran manusia sebagai pusat yang menjadi tolak ukur bagi

(9)

segala sesuatu. Dalam hal ini manusia melihat dirinya sebagai subjek sadar. Strukturalisme menolak prioritas kesadaran tersebut dengan mengatakan bahwa manusia bukanlah titik pusat otonom. Subjektivitas merupakan hasil dari suatu proses strukturasi yang tidak dikuasainya. Singkatnya, manusia takluk pada sistem (Bertens, 2001: 220-221).

D. Landasan Teori

Jacques Lacan merupakan seorang tokoh psikoanalisis, tetapi dalam menerangkan teorinya, Lacan lebih menggabungkan metode linguistik dan bersifat sosial. Oleh karena itu Lacan disebut sebagai tokoh post-strukturalisme. Teori post-strukturalisme Lacan menerangkan tentang pembentukan manusia struktural, dalam membentuk manusia struktural manusia harus melalui mirror stage (tahap cermin). Tahap cermin merupakan proses identifikasi atas kekurangan diri seorang subjek. Pada tahap cermin the other dan hasrat mempunyai pengaruh yang besar dalam tiga tatanan psikhe (the imaginary, the symbolic, dan the real) dalam membentuk identitas subjek (Ariantoni, 2015: 86).

Kesadaran dan ketidaksadaran berkesinambungan erat dalam memahami perilaku dan problematika kepribadian manusia. Ketidaksadaran tidak dapat dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi logisnya sedangkan kesadaran itu merupakan suatu wilayah terkecil atau tipis dari keseluruhan pikiran manusia. Ego manusia terbentuk melalui serangkaian kontak individu dengan dunia luar., dan berfungsi sebagai upaya untuk mengurangi tegangan, kekosongan (lackness) pada diri manusia. Menurut Lacan, manusia

(10)

selalu dalam kondisi kekosongan. Kekosonganlah yang bisa membuat manusia bergerak untuk memenuhi kekosongan tersebut. Dengan demikian pemikiran psikoanalisa Lacan tidak terlepas dari konsep hasrat dan kekosongan manusia (Setiawati, 2015: 95).

Lacan mengatakan bahwa linguistik sangat penting dalam rangka menjelaskan ketaksadaran pada manusia. Penggunaan yang begitu solid atas linguistik menyebabkan Lacan berkesimpulan bahwa ketaksadaran itu terstruktur seperti bahasa. Komponen utama bahasa, yaitu penanda, oleh Lacan diberi prioritas, karena dalam pemahamannya petanda sebetulnya menempati penanda lain yang berbeda posisi, yaitu bertempat di bawah palang pemisah dalam penandaan (Irawan, 2008: 158).

Saussure masih memahami hubungan penanda dengan petanda sebagai hubungan yang stabil, dan dapat diperkirakan. Saussure mengatakan adanya kemungkinan menentukan hubungan penanda tertentu dengan petanda tertentu untuk membentuk tanda linguistik. Di sisi lain menurut Lacan makna hanya mungkin muncul melalui wacana, sebagai konsekuensi penggantian dalam mata rantai penandaan. Sebagaimana Derrida, Lacan menekankan sifat petanda yang dapat berubah, kemampuan setiap petanda untuk berfungsi sebagai penanda. Konsekuensi status nonrepresentasional bahasa ini, tentu adalah bahwa petanda selalu bersifat sementara. Pada posisi ini Lacan berarti telah menjadi poststrukturalis (Rosyidi, 2004: 94).

(11)

Pendapat yang berbeda dengan Ariantoni dan Rosyidi dikemukakan Anika Lemaire yang berpendapat bahwa Lacan adalah seorang strukturalis. Menurut Lemaire (Lemaire, 1977: 7) dalam pandangan Lacan ketidaksadaran adalah struktur yang tersembunyi di balik kesadaran dan aksi tertentu. Dorongan yang ditekan oleh tatanan simbolik, dan penanda ketidaksadaran terorganisir dalam jaringan yang telah diatur oleh berbagai hubungan asosiatif, mengatasi segala hubungan metafor dan metonimia.

Pandangan Lacan terhadap subjektivitas mengikuti skema Freud dengan satu perubahan besar. Bahasa menjadi basis perbedaan gender menggantikan anatomi tubuh. Dalam pemikiran Freud, phallus beroperasi sebagai sistem perbedaan gender,simbol kekuasaan maskulin, dan basis hukum sosial. Berbeda dengan Freud, Lacan memosisikan bahasa sebagai sesuatu yang mendefinisikan gender. Konsep phallus anatomis dalam pemikiran Freud diubah Lacan menjadi penanda transendental, phallus simbolik (Mansfield, 2000: 48).

Lacan mengonseptualisasikan Oedipus complex sebagai transaksi linguistik. Ia mendukung pendapatnya ini dengan menunjuk konsep tabu inses hanya dapat diartikulasikan melalui pemisahan anggota kultural tertentu dari anggota-anggota lain dengan kategori linguistik seperti ayah dan ibu. Lacan melihat penanda paternal, apa yang dia sebut “Atas-Nama-Ayah” sebagai faktor terpenting dalam sejarah subjek maupun organisasi wilayah simbolik yang lebih luas (Sarup, 2008: 29)

(12)

Atas-Nama-Ayah atau “Ayah simbolik adalah penanda murni dalam pengertian penanda tersebut tidak merepresentasikan apapun. Atas-Nama-Ayah adalah elemen minimal yang ada dalam setiap sistem pertandaan. Lacan menyebut penanda tersebut adalah penanda transenden yang dalam pengertian Kantian sebagai kondisi atau syarat yang memungkinkan sistem pertandaan apapun (Grigg, 2008: 30).

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan yang mengambil topik pemikiran atau konsep seorang tokoh filsafat. Objek material penelitian ini adalah adalah konsep struktur. Objek formal yang digunakan untuk menganalisis konsep tersebut adalah pemikiran Jacques Lacan.

2. Materi Penelitian

Materi penelitian didapatkan dari berbagai literatur baik berupa buku, jurnal, atau internet mengenai pemikiran Jacques Lacan, dan strukturalisme yang terkait dengan tema penelitian. Data ini dibagi menjadi dua yaitu pustaka primer dan pustaka sekunder.

a. Pustaka Primer

Pustaka primer dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan objek formal dan objek material:

1. Lacan, Jacques. 2004. Ecrits: a selection. W.W Norton & Company. New York

(13)

2. Lacan, Jacques. 1997. The Seminar of Jacques Lacan: Book III The Psychoses. W.W Norton & Company: New York 3. Lemaire, Anika. 1977. Jacques Lacan. Routledge & Kegan

Paul: London

4. Saussure, Ferdinand De. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

5. Sturrock, John. 2003, Structuralism. Blackwell Publishing: Oxford

b. Pustaka Sekunder

Pustaka sekunder dalam penelitian ini adalah berbagai tulisan maupun artikel yang terkait dengan tema penelitian, baik yang berhubungan dengan objek material maupun objek formal penelitian. Data tersebut akan peneliti gunakan sebagai bahan pelengkap dan data tambahan penelitian.

3. Alur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut ini: a. Inventarisasi data dan bahan: pengumpulan data dilakukan

dengan mengumpulkan referensi dan studi pustaka yang terkait dengan objek formal dan objek material penelitian. b. Klasifikasi data: peneliti mengklasifikasi data dan bahan

hasil inventaris menjadi data primer dan data sekunder sesuai dengan penelitian

(14)

c. Penyusunan dan pengolahan data: data yang sudah diperoleh disusun dan diolah sesuai dengan kerangka berpikir dan pembahasan penelitian.

d. Analisis hasil penelitian: setelah melalui penyusunan dan pengolahan data dianalisis guna menjawab rumusan masalah dan mencapai tujuan penelitian

4. Analisis Hasil

Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode hermeneutika dengan unsur-unsur metodis sebagai berikut (Bakker & Zubair, 1990: 63-64):

a. Deskripsi: peneliti akan menguraikan secara teratur konsep-struktur dalam pemikiran Jacques Lacan

b. Koherensi intern: agar dapat memberikan interpretasi yang tepat mengenai konsep struktur dalam pemikiran Jacques Lacan, semua konsep-konsep akan dilihat menurut keselarasannya satu sama lain.

c. Holistika: peneliti menggunakan data yang telah dikumpulkan untuk memahami konsep struktur dalam psikoanalisis Jacques Lacan secara menyeluruh

d. Kesinambungan historis: peneliti melihat perkembangan pemikiran strukturalisme Jacques Lacan berdasarkan latar belakang, dan pengaruh-pengaruh yang diterima oleh Jacques Lacan

(15)

F. Hasil yang Telah Dicapai

Hasil yang telah dicapai dalam penelitian filsafat ini adalah sebagai berikut a. Mendeskripsikan konsep struktur

b. Uraian konsep struktur dalam psikoanalisis Jacques Lacan G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang ingin dicapai, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, memaparkan pemikiran Jacques Lacan

Bab ketiga,membahas tentang konsep struktur dalam strukturalisme

Bab keempat, berisi tentang uraian konsep struktur dalam pemikiran Jacques Lacan

Bab kelima, berisi penutup yang memuat kesimpulan yang dirumuskan peneliti dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

tekanan darah dengan mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, produk susu rendah lemak, membatasi asupan garam (<6 gram per hari) dan alkohol (tidak lebih dari 2 minuman

berikut.. Sebuah mesin Carnot yang bekerja di antara dua reservoir bersuhu 27°C dan 227°C digunakan untuk menggerakkan sebuah generartor yang mempunyai tegangan

Karena itu, parameter bukanlah fokus dari pengujian CFA, tetapi yang difokuskan dalam CFA adalah penyimpangan yang terjadi pada model ditandai dengan munculnya type dan

Terkait dengan permasalahan kognitif tentang mengenal lambang bilangan anak usia empat sampai lima tahun, maka penelitian ini tentang pengaruh media menara kardus angka

Dalam masalah ini upaya yang dilakukan dalam regulasi konflik oleh pihak ketiga yaitu, pertama: dalam bentuk mediasi seperti memberikan penyuluhan yang berupa

Kedua, kebutuhan yang dipandang perlu dila- kukan sebagai solusi dari masalah-masalah di atas adalah sebagai berikut: (1) guru perlu memberi ke- sempatan siswa

Optimasi terhadap kondisi dilakukan dengan mencari nilai warna kulit pada wajah yang tidak tersegmentasi dan memasukkannya kedalam rentang nilai kondisi dimana hasil

5. Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi... CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM URUSAN ESDM No Indikator Target RPJMD 2013-2018 Target Tahun 2014 Realisasi Capaian