• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan pemeriksaan perkara pidana dalam proses peradilan hakekatnya adalah untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tujuan pemeriksaan perkara pidana dalam proses peradilan hakekatnya adalah untuk"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pemeriksaan perkara pidana dalam proses peradilan hakekatnya adalah untuk mencari dan mendapatkan kebenaran materiil (materiile waarheid). Hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai usaha yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan untuk mengungkap suatu perkara baik pada pemeriksaan penyidikan dan penuntutan maupun pada tahap pemeriksaan di persidangan.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh para penegak hukum untuk mencari kebenaran materiil suatu perkara pidana dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan dalam penjatuhan pidana terhadap diri seseorang, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 ayat 2 Undang-undang No.48 Tahun 2009, tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa tiada seorang juapun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut Undang-undang mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang dituduhkan atas dirinya.

Dengan adanya ketentuan undang-undang di atas, maka dalam proses penyelesaian perkara pidana penegak hukum wajib mengusahakan pengumpulan bukti maupun fakta mengenai perkara pidana yang ditangani dengan selengkap mungkin. Adapun mengenai alat-alat bukti yang sah diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP yang terdiri dari :

a. keterangan saksi b. keterangan ahli c. surat

(2)

d. petunjuk

e. keterangan terdakwa.

Usaha untuk memperoleh bukti-bukti yang diperlukan guna kepentingan pemeriksaan suatu perkara pidana, seringkali para penegak hukum dihadapkan pada suatu masalah atau hal-hal tertentu yang tidak dapat diselesaikan sendiri dikarenakan masalah tersebut berada di luar kemampuan atau keahliannya. Dalam hal demikian maka bantuan seorang ahli sangat diperlukan dalam rangka mencari dan mendapatkan kebenaran materiil.

Berkaitan dengan diperlukannya bantuan seorang ahli dalam memberikan keterangan yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya dalam rangka, membantu pengungkapan dan pemeriksaan suatu perkara pidana, A. Karim Nasution menyatakan sebagai berikut :

Meskipun pengetahuan, pendidikan dan pengalaman dari seseorang mungkin jauh lebih luas daripada orang lain, namun pengetahuan dan pengalaman setiap manusia tetap terbatas adanya. Maka oleh sebab itulah selalu ada kemungkinan bahwa ada soal-soal yang tidak dapat dipahami secukupnya oleh seorang penyidik dalam pemeriksaan pendahuluan, ataupun seorang hakim di muka persidangan sehingga ia perlu diberi pertolongan oleh orang-orang yang memiliki sesuatu pengetahuan tertentu.

Agar tugas-tugas menurut hukum acara pidana dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka oleh undang-undang diberi kemungkinan agar para penyidik dan para hakim dalam keadaan yang khusus dapat memperoleh bantuan dari orang-orang yang berpengetahuan dan berpengalaman khusus tersebut.1

Menurut ketentuan Pasal 120 ayat (1) KUHAP, disebutkan bahwa dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus. Sedangkan untuk permintaan bantuan keterangan ahli pada tahap pemeriksaan persidangan, disebutkan dalam pasal 180 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.

1

(3)

Menurut ketentuan pasal 1 butir ke-28 KUHAP, disebutkan bahwa keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.

Bantuan seorang ahli yang diperlukan dalam suatu proses pemeriksaan perkara pidana, baik pada tahap penyidikan dan pada tahap penuntutan di sidang pengadilan, mempunyai peran dalam membantu aparat yang berwenang untuk membuat terang suatu perkara pidana, mengumpulkan bukti-bukti yang memerlukan keahlian khusus, memberikan petunjuk yang lebih kuat mengenai pelaku tindak pidana, serta pada akhirnya dapat membantu hakim dalam menjatuhkan putusan dengan tepat terhadap perkara yang diperiksanya.

Pada tahap penyidikan suatu peristiwa yang diduga sebagai suatu tindak pidana, mempunyai peran yang cukup penting bahkan menentukan untuk tahap pemeriksaan selanjutnya dari keseluruhan proses peradilan pidana. Tindakan penyidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian atau pihak lain yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan, yang bertujuan untuk mencari serta mengumpulkan bukti-bukti yang ada, dan dengan bukti tersebut dapat membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Berdasarkan hasil yang didapat dari tindakan penyidikan selanjutnya akan diproses pada tahap penuntutan dan persidangan di pengadilan.

Terkait dengan bantuan seorang ahli yang diberikan pada tahap penyidikan mempunyai peran yang cukup penting untuk membantu penyidik mencari dan mengumpulkan bukti-bukti dalam usahanya menemukan kebenaran materiil suatu perkara pidana. Dalam beberapa kasus tertentu, penyidik sangat bergantung terhadap keterangan ahli untuk mengungkap lebih jauh suatu tindak pidana yang sedang ditanganinya.

(4)

Kasus-kasus tindak pidana seperti pembunuhan, penganiayaan dan perkosaan merupakan contoh kasus dimana penyidik membutuhkan bantuan tenaga ahli seperti dokter ahli forensik atau dokter ahli lainnya, untuk memberikan keterangan medis tentang kondisi korban yang selanjutnya cukup berpengaruh bagi tindakan penyidik dalam mengungkap lebih lanjut kasus tersebut.

Suatu kasus yang dapat menunjukkan bahwa pihak kepolisian selaku aparat penyidik membutuhkan keterangan ahli dalam tindakan penyidikan yang dilakukannya yaitu pada pengungkapan kasus perkosaan. Kasus kejahatan kesusilaan yang menyerang kehormatan seseorang dimana dilakukan tindakan seksual dalam bentuk persetubuhan dengan menggunakan ancaman kekerasan atau kekerasan, membutuhkan bantuan keterangan ahli dalam penyidikannya. Keterangan ahli yang dimaksud ini yaitu keterangan dari dokter yang dapat membantu penyidik dalam memberikan bukti berupa keterangan medis yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai keadaan korban, terutama terkait dengan pembuktian adanya tanda-tanda telah dilakukannya suatu persetubuhan yang dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut.

Melihat tingkat perkembangan kasus perkosaan yang terjadi di masyarakat saat ini, dapat dikatakan bahwa kejahatan perkosaan telah berkembang dalam kuantitas maupun kualitas perbuatannya. Ditinjau dari segi kuantitasnya maka kejahatan perkosaan, dapat dilihat dengan semakin banyak media cetak maupun elektronik yang memuat dan menayangkan kasus-kasus perkosaan.

Sebuah Lembaga Perlindungan Anak di Jawa Timur (LPA Jatim), dalam datanya mengenai tingkat kejahatan perkosaan yang terjadi pada anak, mengungkapkan bahwa kasus perkosaan anak mengalami peningkatan yang cukup memprihatinkan. Disebutkan dalam laporan tahunan lembaga tersebut, pada tahun 2002 kekerasan seksual pada anak mencapai 81 kasus. Pada tahun 2003 di triwulan pertama sampai bulan Maret, di Jawa Timur telah terdapat 53 anak dibawah umur yang menjadi korban perkosaan. Jumlah ini

(5)

meningkat 20 % dibandingkan kasus yang terjadi pada tahun 2002. Ditengarai bahwa kasus perkosaan yang terjadi jumlahnya lebih banyak dari data yang diperoleh oleh lembaga tersebut.2

Selanjutnya diliat dari kualitas kejahatan perkosaan, semakin beragam cara yang digunakan pelaku untuk melakukan tindak perkosaan. Demikian pula berbagai kesempatan dan tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya tindak perkosaan, hubungan korban dan pelaku yang justru mempunyai kedekatan karena hubungan keluarga, tetangga, bahkan guru yang seharusnya membimbing dan mendidik, bentuk kekerasan yang dilakukan terhadap korban, serta usia korban perkosaan yang saat ini semakin banyak terjadi pada anak-anak.

Dalam mengungkap suatu kasus perkosaan pada tahap penyidikan, akan dilakukan serangkaian tindakan oleh penyidik untuk mendapatkan bukti-bukti yang terkait dengan tindak pidana yang terjadi, berupaya membuat terang tindak pidana tersebut, dan selanjutnya dapat menemukan pelaku tindak pidana perkosaan.

Terkait dengan peranan dokter dalam membantu penyidik memberikan keterangan medis mengenai keadaan korban perkosaan, hal ini merupakan upaya untuk mendapatkan bukti atau tanda pada diri korban yang dapat menunjukkan bahwa telah benar terjadi suatu tindak pidana perkosaan.

Keterangan dokter yang dimaksudkan tersebut dituangkan secara tertulis dalam bentuk surat hasil pemeriksaan medis yang disebut dengan visum et repertum. Menurut H.M. Soedjatmiko .Visum et repertum diartikan sebagai laporan tertulis untuk kepentingan peradilan atas permintaan yang berwenang, yang dibuat oleh dokter, terhadap segala sesuatu yang dilihat

2

Kasus Perkosaan,

(6)

dan ditemukan pada pemeriksaan barang bukti, berdasarkan sumpah pada waktu menerima jabatan, serta berdasarkan pengetahuannya yang sebaik-baiknya .3

Peranan visum et repertum dalam pengungkapan suatu kasus perkosaan sebagaimana terjadi dalam pemberitaan surat kabar di atas, menunjukkan peran yang cukup penting bagi tindakan pihak kepolisian selaku aparat penyidik. Pembuktian terhadap unsur tindak pidana perkosaan dari hasil pemeriksaan yang termuat dalam visum et repertum, menentukan langkah yang diambil pihak kepolisian dalam mengungkap suatu kasus perkosaan.

Berdasarkan uraian - uraian diatas tersebut, betapa pentingnya visum et repertum dalam pengungkapan suatu kasus perkosaan pada tahap penyidikan dan untuk mengetahui lebih lanjut Peranan Visum et Repertum dalam mengungkap tindak pidana perkosaan, serta perlu dilakukan penelitian dengan judul “PERANAN VISUM ET REPERTUM PADA TAHAP

PENYIDIKAN DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PERKOSAAN

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat diangkat untuk selanjutnya diteliti dan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana peranan visum et repertum pada tahap penyidikan dalam mengungkap tindak pidana perkosaan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. untuk mengetahui peranan visum et repertum pada tahap penyidikan dalam mengungkap suatu tindak pidana perkosaan.

3 H.M.Soedjatmiko, Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, 2001, hlm.1.

(7)

2. untuk mengetahui upaya yang ditempuh penyidik apabila hasil visum et repertum tidak memuat keterangan tentang tanda kekerasan pada korban perkosaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Berpijak tujuan penelitian tersebut diatas maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan gambaran mengenai realitas penerapan hubungan ilmu hukum khususnya hukum pidana dengan bidang ilmu lainnya yaitu ilmu kedokteran. Kepentingan penyidik untuk mendapatkan kebenaran materiil suatu perkara yang ditanganinya merupakan aplikasi dari ketentuan hukum acara pidana, sedangkan pembuatan visum et repertum yang dilakukan oleh dokter merupakan aplikasi dari ilmu kedokteran yang dapat berperan dan membantu penyidik dalam tugasnya menemukan kebenaran materiil tersebut. Disamping itu dapat memberikan informasi yang berguna bagi pengembangan ilmu hukum acara pidana khususnya mengenai penggunaan bantuan tenaga ahli. Yakni dokter pembuat visum et repertum dalam tahap penyidikan suatu perkara pidana.

2. bagi masyarakat luas, hasil penelitian ini dimaksudkan agar dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai peranan visum et repertum dan penerapannya oleh pihak kepolisian selaku penyidik, khususnya dalam mengungkap tindak pidana perkosaan.

(8)

3. bagi peneliti, dapat melatih dan mengasah kemampuan dalam mengkaji dan menganalisa teori-teori yang ada dalam penerapannya terhadap kasus-kasus yang terjadi di masyarakat, sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai realitas penggunaan visum et repertum bagi kepentingan penyidikan untuk mengungkap suatu tindak pidana perkosaan.

1.5 Metode Penelitian

Dalam penelitian digunakan beberapa metode yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang obyektif. Untuk keperluan tersebut diperlukan informasi dan data-data yang mendukung. Sehubungan dengan hal tersebut, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Metode Pendekatan Masalah

Metode pendekatan yang digunakan dalam mengkaji permasalahan adalah yuridis sosiologis yang berarti penelitian terhadap permasalahan hukum akan dilakukan secara sosiologis atau memperhatikan aspek dan pranata-pranata sosial yang lainnya. Dalam hal ini metode pendekatan akan menitik beratkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman pembahasan masalah, juga dikaitkan dengan kenyataan yang ada dalam praktek dan aspek-aspek sosial yang berpengaruh.4

Pendekatan yuridis dalam penelitian ini yaitu mengacu pada peraturan perundang-undangan dalam KUHAP yang mengatur penggunaan bantuan orang ahli dalam tahap penyidikan perkara pidana, dalam hal ini khususnya dokter sebagai pembuat visum et repertum. Sedangkan pendekatan sosiologis digunakan untuk mengetahui peranan visum et

4

(9)

repertum dalam penyidikan tindak pidana perkosaan berdasarkan ketentuan tersebut dalam kenyataannya di lapangan.

1.5.2 Jenis Penilitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran dari fenomena yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat atas obyek permasalahan dari kasus yang diteliti. Dan dari hasil penelitian ini nantinya hanya akan memberikan gambaran sebatas objek permasalahan yang akan diteliti.

1.5.3 Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini diperlukan jenis data sebagai berikut :

1. data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapang melalui teknik wawancara dengan responden5). Data jenis ini diperoleh dari sumber data yang merupakan responden penelitian yaitu penyidik di Polres Bondowoso khususnya yang bertugas di Ruang Pemeriksaan Khusus (RPK). RPK yaitu suatu bagian ruang pemeriksaan di Polres Bondowoso yang dipergunakan untuk melakukan penyidikan terhadap kasus-kasus tindak pidana kesusilaan dan tindak pidana dengan pelaku anak-anak.

2. data sekunder, yaitu data tidak langsung yang diperoleh melalui studi kepustakaan.6) yang terdiri dari :

a. dokumen-dokumen resmi, arsip-arsip yang terdapat di lokasi penelitian (Polres Bondowoso).

b. literatur, perundang-undangan, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, artikel-artikel dalam media cetak serta media massa lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

5 Ibid., hlm.24. 6 Ibid.

(10)

1.5.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1 wawancara atau interview yaitu proses tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Dalam proses interview terdapat dua pihak yang menempati kedudukan yang berbeda, satu pihak berfungsi sebagai pencari informasi atau penanya atau disebut interviewer sedang pihak yang lain berfungsi sebagai pemberi informasi atau informan atau responden.7) Pada penelitian yang dilakukan ini, penulis atau peneliti berkedudukan sebagai interviewer dan responden adalah penyidik di Polres Bondowoso, khususnya yang pernah menangani kasus tindak pidana perkosaan.

Teknik wawancara yang dipakai bersifat bebas terpimpin yaitu wawancara dilakukan dengan menggunakan interview guide yang berupa catatan mengenai pokok-pokok yang akan ditanyakan, sehingga dalam hal ini masih dimungkinkan adanya variasi-variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi ketika interview dilakukan.8)

2 Studi kepustakaan yaitu mendapatkan data melalui bahan-bahan kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari peraturan perundang-undangan, teori-teori atau tulisan-tulisan yang terdapat dalam buku-buku literatur, catatan kuliah, surat kabar, dan bahan-bahan bacaan ilmiah yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diangkat. 9)

7 Ibid., hlm.71. 8 Ibid., hlm.73.

(11)

3 Studi dokumentasi, yaitu studi terhadap dokumen-dokumen resmi serta arsip-arsip yang terkait dengan permasalahan yang diangkat.10) Dalam hal ini dokumen atau arsip seperti surat permohonan pembuatan visum et repertum, visum et repertum korban pemerkosaan, serta arsip lainnya yang terkait dengan permasalahan yang terdapat di lokasi penelitian yaitu di Kepolisian Resort Bondowoso.\

1.5.5 Tempat Daerah Penelitian

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penelitian dilakukan di Kantor Kepolisian Resort Bondowoso.

1.5.6 Populasi dan Sampel

1 populasi adalah keseluruhan obyek penelitian dengan cirri yang sama yang dapat berupa himpunan orang, benda, kejadian atau kasus pada waktu dan tempat yang sama. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pihak penyidik yang menangani kasus tindak pidana perkosaan.

2 sample berarti sebagian dari populasi yang diharapkan mewakili populasi secara keseluruhan. Sample diambil dengan tehnik purposie sampling, yaitu proses penarikan sample dengan jumblah tertentu yang terdiri dari unsur yang diinginkan dengan cara memilih secara acak. Dalam hal ini sample yang menjadi obyek penelitian adalah penyidik atau Kanit Ruang Pelayanan Khusus (RPK) Polres Bondowoso yang menangani masalah visum et repertum.

(12)

1.5.6 Metode Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu berusaha menganalisis data dengan menguraikan dan memaparkan secara jelas dan apa adanya mengenai obyek yang diteliti. Data-data dan informasi yang diperoleh dari obyek penelitian dikaji dan dianalisis, dikaitkan dengan teori dan peraturan yang berlaku yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang diangkat.11) Berdasarkan hasil analisis tersebut selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai peranan visum et repertum pada tahap penyidikan dalam membantu aparat kepolisian mengungkap suatu tindak pidana perkosaan

Referensi

Dokumen terkait

Berikut akan disampaikan Teknik Penentuan Harga Air Baku dari kawasan hutan, sebagai salah satu referensi bagi para pengelola hutan baik Dinas Kehutanan, Balai Konservasi

39 INDRIA SARI SIH DEWANTI Wakil Bendahara Bidang Seni dan Budaya 40 H SAEPUDIN Wakil Bendahara Bidang Kerohanian 41 YUL1US HERU TYASTANTO Wakil Bendahara Bidang Pemuda

Pengaruh perubahan pemanfaatan lahan terhadap daya dukung air di Kecamatan Kanigoro dapat dilihat dari hasil analisis pemanfaatan lahan tahun 2002 dan 2018,

(1) Pemindahan kendaraan yang diparkir dan atau berhenti pada tempat yang dilarang untuk berhenti dan atau parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b dilakukan

Kesulitan keuangan terjadi sebelum kebangkrutan, yang diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi

Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata

Bank Indonesia selaku regulator perbankan di Indonesia membagi inovasi produk perbankan kedalam 4 (empat) kategori, yaitu perbankan internet (internet banking), layanan perbankan

nya dalam bentuk gambar, bercerita , bernyanyi, gerak tubuh, dll tentang lingkungan social Anak tidak mampu menyelesaikan karyanya meski dengan bantuan guru Anak mampu