• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREDIKSI KESULITAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS Z-SCORE PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREDIKSI KESULITAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS Z-SCORE PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI KESULITAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS Z-SCORE PADA

PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES

Wahyu Satrio

Wahyu6sa4@yahoo.com

Lailatul Amanah

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The researcher conducts the analysis of the financial report in the period of 2007 until 2011 at the food and beverages companies which is listed in The Indonesia Stock Exchange. The names of the companies arePT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, and PT. Sinar Mas Argo Tbk.The Analysis on this research is using the financial ratio analysis that is found on Z-Score model developed by Altman. Altman’s Z-Score model is able to categorize the companies into three which are the companies with the financial difficulties, the companies with the susceptible financial difficulties and does not experience any financial difficulties.

Keywords: Z-Score Analysis, The level of Financial Difficulties.

ABSTRAK

Penulis melakukan analisis atas laporan keuangan periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Sinar Mas Argo Tbk. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio keuangan yang terdapat pada model Z-Score yang dikembangkan oleh Altman. Model Z-Score Altman tersebut mampu mengelompokan perusahaan-perusahaan dalam tiga ketegori, yaitu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, rawan mengalami kesulitan keuangan dan tidak mengalami kesulitan keuangan.

Kata Kunci: Analisis Z-score, Tingkat Kesulitan Keuangan.

PENDAHULUAN

Pada era globalisasi saat ini banyak sekali perusahaan yang bermunculan sehingga menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat terhadap perusahaan sejenis, apalagi dengan adanya pasar bebas membuat persaingan semakin ketat karena tidak hanya bersaing dengan perusahaan-perusahaan lokal atau dalam negeri tetepi juga bersaing dengan perusahaan internasional, sehingga perusahaan dituntut dapat bekerja dan beroperasi secara efektif dan efisien.

Bagi perusahaan yang tidak mampu mengantisipasi perkembangan serta tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan tersebut maka usahanya akan semakin mengecil dan mengalami kesulitan keuangan dan akhirnya jatuh bangkrut. Perusahaan dalam negeri dituntut untuk tanggap terhadap peluang maupun permasalahan yang timbul pada saat ini maupun pada masa yang akan datang.

Daya saing perusahaan sangat ditentukan oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Salah satu aspek penting mengenai kinerja peusahaan adalah aspek keuangan. Gambaran kondisi keuangan suatu perusahan dapat dilihat dari hasil analisis laporan keuangan.

Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa

(2)

sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan memprediksi kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisis tersebut juga untuk mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan.

Kebangkrutan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya. Akibat yang lebih serius dari kebangkrutan adalah berupa penutupan usaha dan pada akhirnya pembubaran perusahaan atau likuidasi. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka pimpinan perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan finansial perusahaan serta hasil operasi yang telah dicapai saat ini, selain itu dengan melakukan analisis keuangan di waktu lampau, maka dapat diketahui kelemahan-kelemahan perusahaan serta hasil-hasilnya yang dianggap telah cukup baik, dan mengetahui potensi kebangkrutan perusahaan tersebut. Tingkat kesehatan perusahaan penting artinya bagi perusahaan untuk meningkatkan likuiditasnya, sehingga kemempuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan dan untuk menghindari adanya potensi kebangkrutan (Harnanto, 1984:485).

Tanda-tanda kebangkrutan perusahaan sebenarnya bisa diketahui jika menajemen mempunyai suatu alat untuk memprediksi kebangkrutan. Semakin dini tanda-tanda kebangkrutan tersebut diketahui maka semakin baik bagi pihak manajemen, karena pihak manajemen bisa melakukan usaha-usaha perbaikan untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Tindakan pencegahan yang bisa dilaksanakan tergantung dari apa yang menjadi penyebab dari kebangkrutan itu, seperti halnya merger, suntikan dana segar, restrukturisasi, penerbitan saham, obligasi, merupakan beberapa contoh tindakan yang harus dilakukan untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan.

Salah satu alternative metode yang paling banyak digunakan untuk memprediksi kebangkrutan adalah analisis diskriminan atau disebut juga analisis Z-score yang diperkenalkan oleh Edward L Altman. Hal menarik mengenai Z-score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Dengan menggunakan rumus matematika yang sederhana yang disebut analisis Z-score, kebangkrutan dapat diperkirakan dengan melihat rasio-rasio keuangan dari laporan-laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kesulitan keuangan pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan analisis Z-score.

TINJAUAN TEORETIS

Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:1) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

(3)

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:16) pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu. Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Barbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut: (1)

Biaya historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang

dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk

memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang

diterima sebagai penukaran dari kewajiban, atau dalam keadaan tertentu (misalnya,

pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan

dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha yang normal.

(2)

Biaya kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang

seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang.

Liabilitas dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan

(undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesakan kewajiban masa

kini.

(3)

Nilai realisasi/ penyelesaian (realizable/ settlement value). Aset dinyatakan

dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual

aset dalam pelepasan normal (orderly disposal). Liabilitas dinyatakan sebesar nilai

penyelesaian; yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskotokan yang

diharapkan akan bibayar untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha

normal.

(4)

Nilai sekarang (present value). Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk

bersih dimasa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan

dapat memberikan hasil dalam pelaksanan usaha normal. Liabilitas dinyatakan

sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang

yang diharapkan akan diperukan untuk menyelesaikan liabilitas dalam pelaksanaan

usaha normal.

Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain. Misalnya, persediaan biasanya dinyatakan sebesar nilai terendah dari biaya historis atau nilai realisasi bersih (lower of cost or net realizable value), akuntansi dana pensiun menilai aset tertentu berdasarkan nilai wajar (fair value).

Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.

Menurut Hanafi dan Halim (2000:5) analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengertahui profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Pekerjaan yang paling mudah dalam analisis kuangan tentu saja menghitung risiko-risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Bahkan dengan terjadinya program komputer, seperti spereadsheet atau program-program akuntansi, atau program-program-program-program yang khusus ditulis untuk tujuan laporan keuangan, perhitungan risiko-risiko keuangan menjadi hal yang mudah dilakukan, dan bisa dilakukan secara rutin. Tantangan analis bukan melakukan perhitungan semacam itu,

(4)

melainkan melakukan analisis dan menginterpretasikan risiko-risiko keuangan yang muncul.

Analisis Rasio

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang pempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti) analisis kritis atau laporan keuangan (Harahap, 2004:297).

Menurur Hanafi dan Halim (2005:75) rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabung-gabungkan angka-angka di dalam atau antara laporan laba-rugi dan neraca.

Jenis Rasio

Menurut Hanafi dan Halim (2002:77) rasio digunakan untuk melihat prospek dan risiko perusahaan pada masa mendatang. Faktor prospek dalam rasio akan mempengaruhi harapan investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang. (1) Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan melihat aktiva lancar perusahaan terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Rasio ini biasanya relatif tidak penting dibandingkan rasio solvabilitas, tetapi rasio likuiditas yang jelek dalam jangka penjang juga akan mempengaruhi solvabilitas perusahaan. (2) Rasio aktivitas merupakan rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset. Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva pada tingkat kegiatan tertentu. (3) Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. (4) Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. (5) Rasio pasar yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini.

Kesulitan Keuangan (Financial Distress)

Kesulitan keuangan merupakan kondisi bahwa keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau kritis. Kesulitan keuangan terjadi sebelum kebangkrutan, yang diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban dibitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat dicapai, yaitu laba. Laba yang diperoleh tersebut dapat digunakan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutupi dengan laba atau aktiva yang dimiliki. Mengetahui kesulitan keuangan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi keadaan yang mengarah pada kebangkrutan (Harnanto, 1984:496).

Manfaat Informasi Kesulitan Keuangan

Menurut Hanafi dan Halim (2005:273) informasi kesulitan keuangan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut: (1) Pemberi Pinjaman, Informasi kesulitan keuangan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada. (2) Investor, Investor

(5)

saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. (3) Pihak Pemerintah, Lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal. (4) Akuntan, Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan. (5) Manajemen, Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar.

Kebangkrutan Dan Kegagalan

Dalam praktik, dan juga dalam penelitian empiris, kesulitan keuangan sulit untuk didefinisikan. Kesulitan semacam ini bisa berarti mulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek), yang merupakan kesulitan keuangan yang paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan kesulitan yang paling berat. Dengan demikian kesulitan keuangan bisa dilihat sebagai kontinum yang panjang, mulai dari yang ringan sampai yang paling berat. Penelitian-penelitian empiris biasanya menggunakan pernyataan kebangkrutan sebagai definisi kebangkrutan.

Kebangkrutan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya. Akibat yang lebih serius dari kebangkrutan adalah berupa penutupan usaha dan pada akhirnya pembubaran perusahaan atau likuidasi (Harnanto, 1984:485).

Kegagalan keuangan dapat diartikan (Blum 1974) sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan, atau menyebabkan terjadinya perjanjian khusus dengan para kreditor untuk mengurangi atau menhapus utang (Munawir, 2002:288).

Arti kata “kegagalan” (failure) ini tidak jelas, sebagian karena terdapat tingkatan kegagalan. Suatu perusahaan secara teknis dianggap insolven bila perusahaan tersebut tidak mempu memenuhi kewajiban lancarnya. Akan tetapi, insolvensi tersebut mungkin hanya bersifat sementara dan tergantung pada cara mengatasinya. Karena itu, insolvensiteknis hanya merupakan kekurangan likuiditas. Sebaliknya, insolvensi dalam kebangkrutan berarti bahwa kewajiban perusahaan melebihi aktivanya. Dengan kata lain, kekayaan bersih (modal) perusahaan itu negatif. Kegagalan keuangan mencakup keseluruhan kisar kemungkinan di antara ekstrem-ekstrem ini (Horne, 1988:267).

Analisis Diskriminan Z-Score

Analisis Z-score adalah suatu penilaian Z-score yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan menggabungkan beberapa rasio keuangan menjadi suatu model peramalan yang berarti.

Menurut Waston dan Copland (1992:298) analisis Z-score (diskriminan) adalah salah satu teknik statistik yang bisa digunakan untuk mangkalsifikasian apakah suatu perusahaan bangkrut atau tidak bangkrut.

Sedangkan menurut Indriartoro dan Supomo (1999:211) analisis diskriminan merupakan metode statistik untuk memprediksi pengaruh beberapa variabel independent (diukur dengan skala interval atau rasio) terhadap satu variabel dependen (objek atau orang) dengan dua atau lebih kategori yang diukur dengan skala nominal.

(6)

Z-score dibuat oleh profesor Altman, ia melahirkan suatu metode yang dapat memprediksi kapan kemungkinan suatu perusahaan akan bangkrut dengan berdasarkan data-data keuangan perusahaan.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya. Apakah dalam keadaan yang sehat, dalam keadaan yang meragukan, ataukah dalam keadaan yang kritis (diambang kebangkrutan), serta kinerjanya yang mencerminkan prospek suatu perusahaan dimasa yang akan datang.

Macam-Macam Altman Z-Score

Model prediksi kebangkrutan sudah dikembangkan ke beberapa Negara. Altman (1983, 1984) melakukan survey model-model yang dikembangkan di Amerika Serikat, jepang, Jerman, Swis, Brasil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda, dan Prancis. Salah satu masalah yang bisa dibahas adalah apakah ada kesamaan rasio keuangan yang bisa dipakai untuk prediksi kebangkrutan untuk semua Negara, ataukah mempunyai kekhususan.

1. Z-score perusahaan terbuka/ go publik (Zo)

Model ini disebut juga Z-score original, diterapkan bagi perusahaan manufaktur yang telah go publik dimana sahamnya diperjual belikan secara bebas di Bursa Efek Indonesia.

Zi = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1X5 Dimana :

X1 = Aktiva Lancar – Hutang Lancar Total Aktiva

X2 = Laba ditahan Total Aktiva

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak Total Aktiva

X4 = Nilai Buku Modal Saham Nilai Buku Utang X5 = Penjualan

Total Aktiva Cut off

Jika Z > 2,99 : Tidak bangkrut Jika Z diantara 1,81 – 2,99 : Rawan

Jika Z < 1,81 : Bangkrut

Salah satu masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah banyak perusahaan yang tidak go public. Dan dengan demikian tidak mempunyai nilai pasar. Untuk beberapa Negara sepeti Indonesia, perusahaan semacam ini merupakan bagian terbesar dari yang ada. Altman kemudian mengembangkan model alternative dengan cara demikian model tersebut bisa dipakai baik untuk perusahaan yang go public. Persamaan yang diperoleh dengan cara semacam ini adalah sebagai berikut:

2. Z-score untuk perusahaan baik privat / go publik (ZA)

Model ini menggunakan variabel X4 yang direvisi menjadi nilai buku modal saham / nilai buku total utang karena saham perusahaan tidak diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Zi = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Dimana :

X1 = Aktiva Lancar – Hutang Lancar Total Aktiva

(7)

X2 = Laba ditahan Total Aktiva

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak Total Aktiva

X4 = Nilai Buku Modal Saham Nilai Buku Utang X5 = Penjualan

Total Aktiva Cut off

Jika Z > 2,9 : Tidak bangkrut Jika Z diantara 1,2 – 2,99 : Rawan

Jika Z < 1,2 : Bangkrut

Dari analisis diatas kita bisa menyimpulkan bahwa suatu perusahaan yang berpotensi gagal mulai berkurang investasinya untuk aktiva lancar (X1). Karena X2 adalah indikator profabilitas komulatif yang relatif terhadap penjangnya waktu, maka ini mengisyaratkan bahwa semakin muda suatu perusahaan, semakin besar kemungkinan untuk bengkrut. Variabel (X3) mencerminkan keseluruhan kekuatan perusahaan dalam mendatangkan pendapatan. Melemahnya faktor ini merupakan indikator terbaik akan hadirnya kebangkrutan. Variabel (X4) melambangkan solvabilitas (leverage) atau kemantapan finansial jangka panjang dari suatu perusahaan. Variabel terakhir, yakni X5 menunjukan rasio perputaran modal (asset turnover) yang menunjukan besar kecilnya kemampuan menajemen untuk menjual asset-asset perusahaan.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan (purposive Sampling). Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2011, (2) Perusahaan Food and Beverages yang menerbitkan laporan keuangan selama lima tahun berturut yaitu tahun 2007 sampai 2011, (3) Perusahaan Food and Beverages yang modal kerjanya cenderung menurun pada tahun 2007 sampai 2011.

Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang dipakai penulis untuk pembahasaan ini adalah: Analisis Z-Score dan Rasio-Rasio keuangannya.

Yaitu suatu alat yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggabungkan rasio keuangan. Adapun rumus Z-Score yang digunakan adalah:

Model Altman

Zi = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5

Dimana rasio-rasio tersebut merupakan rasio yang mendeteksi kondisi keuangan perusahaan yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas dan aktivitas perusahaan.

Rasio-rasio tersebut terdiri dari:

X1 = Aset Lancar – Liabilitas Lancar Total Aset

(8)

Rasio ini menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

X2 = Laba ditahan Total Aset X2 = Rasio Profabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak

Total Aset X3 = Rasio Leverage

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya berdasarkan laba yang diperolehnya.

X4 = Nilai Buku Modal Saham Nilai Buku Utang X4 = Rasio Solvabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

X5 = Penjualan Total Aset X5 = Rasio Aktivitas

Rasio ini mengukur efisiensi dan efektivitas pemanfaatan setiap aktivitas yang dimiliki perusahaan untuk menghasilakan penjualannya.

Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah analisis kuantitatif yaitu analisis yang akan menguraikan secara rasional tentang proses yang terjadi setelah dilakukan analisis dan pembahasan yang sesuai dengan permasalahan. Pada metode kuantitatif ini, alat pengujian adalah dengan menggunakan analisis Z-Score model Altman dan SPSS. Langkah-langkah teknik analisisnya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan rasio-rasio dari variabel Z-Score dan kemudian dihitung dengan rumus: X1 = Aset Lancar – Liabilitas Lancar

Total Aset X2 = Laba ditahan Total Aset

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak Total Aset

X4 = Nilai Buku Modal Saham Nilai Buku Utang X5 = Penjualan

Total Aset

b. Menentukan nilai konstanta rasio variabel Z-Score. Konstanta tersebut akan diperoleh suatu persamaan baru, dan persamaan tersebut digunakan sebagai pengganti persamaan model Altman sebagai analisis Z-Score.

c. Setelah selesai perhitungan dengan analisis Z-Score dan SPSS, kemudian menentukan cut off yang digunakan untuk mengklasifikasikan apakah perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau tidak tidak mengalami kesulitan keuangan. Perhitungannya dilakukan dengan melakukan penjumlahan terhadap rata-rata Z-Score keseluruhan perusahaan kemudian dibagi dengan jumlah perusahaan. Sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut:

(9)

Z >cut off = tidak mengalami kesulitan keuangan. Z <cut off = mengalami kesulitan keuangan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Rasio Keuangan

X1 = Aktiva Lancar – Hutang Lancar Total Aktiva

X2 = Laba ditahan Total Aktiva

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak Total Aktiva

X4 = Nilai Buku Modal Saham Nilai Buku Utang X5 = Penjualan

Total Aktiva

Tabel 1 menunjukan analisis rasio keuangan PT Multi Bintang Indonesia Tbk. Tabel 1

Analisis Rasio Keuangan PT Multi Bintang Indonesia Tbk

2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata X1 -0,254 -0,039 -0,293 -0,031 -0,003 -0,1240 X2 0,281 0,341 0,083 0,394 0,415 0,3028 X3 0,214 0,304 0,517 0,541 0,554 0,4260 X4 0,050 0,035 0,024 0,032 0,031 0,0344 X5 1,574 1,408 1,627 1,574 1,523 1,5412

Tabel 1 menunjukan bahwa variabel X1 (rasio modal kerja terhadap total aset) PT Multi Bintang Indonesia Tbk menunjukan kenaikan dan penurunan. Hal ini disebabkan karena modal kerja yang relatif kecil, yaitu pada tahun 2007 sebesar -0,254 dan pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi -0,039. Tetapi pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi sebesar -0,293, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan kembali menjadi sebesar -0,031. Pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 0,028 sehingga menjadi -0,003.

Variabel X2 (rasio laba ditahan terhadap total aset) pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk menunjukan kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2007 nilai rasio 0,281 mengalami kenaikan pada tahun 2008 menjadi 0,341, kemudian pada tahun berikutnya mengalami penurunan sebesar 0,083. Tetapi kemudian mengalami kenaikan berturut-turut pada tahun 2010 dan 2011 menjadi sebesar 0,394 dan 0,415 pada tahun 2011. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu mengalokasikan aset yang dimilikinya guna mengoptimalkan laba perusahaan sehingga berimbas pada saldo laba perusahaan yang akan digunakan untuk investasi perusahaan.

Variabel X3 (rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset) pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk menunjukan kenaikan setiap tahunnya. Hal ini mencerminkan bahwa perusahaan mampu untuk mengalokasikan aset yang dimilikinya guna mengoptimalkan laba perusahaan. Pada tahun 2007 nilai rasionya 0,214 dan mengalami kenaikan menjadi 0,034 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 sampai 2011 mengalami kenaikan secara

(10)

berturut-turut, pada tahun 2009 menjadi 0,517, 0,541 pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 0,013 menjadi 0,554.

Variabel X4 (rasio nilai buku saham terhadap nilai buku hutang) menunjukan penurunan dan kenaikan. Pada tahun 2007 nilai rasionya sebesar 0,050 dan pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,035. Pada tahun berikutnya mengalami penurunan menjadi sebesar 0,024, hal ini disebabkan oleh nilai buku hutang yang sangan tinggi antara tahun 2007 sampai 2011. Pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi sebesar 0,032, tetapi pada tahun 2011 kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 0,031.

Variabel X5 (rasio penjualan terhadap total aset) menunjukan kenaikan dan penurunan, hal ini disebabkan karena penjualan yang tidak stabil. Pada tahun 2007 nilai rasio sebesar 1,574 mengalami kemerosotan sebesar 0,834 menjadi sebesar 1,408 pada tahun 2008., hal ini disebabkan karena penjualan yang turun dan hal ini menjelaskan tingkat penjualan mempengaruhi prediksi kesulitan keuangan perusahaan. Pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi sebesar 1,627 dan pada tahun 2010 sampai 2011 mengalami penurunan berturut-turut menjadi sebesar 1,574 diahun 2010 dan 1,523 ditahun 2011.

Tabel 2 menunjukan analisis rasio keuangan PT Multi Bintang Indonesia Tbk Tabel 2

Analisis Rasio Keuangan PT Multi Bintang Indonesia Tbk

2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata X1 -0,254 -0,039 -0,293 -0,031 -0,003 -0,1240

X2 0,281 0,341 0,083 0,394 0,415 0,3028

X3 0,214 0,304 0,517 0,541 0,554 0,4260

X5 1,574 1,408 1,627 1,574 1,523 1,5412

Tabel 2 menunjukan bahwa variabel X1 (rasio modal kerja terhadap total aset) PT Multi Bintang Indonesia Tbk menunjukan kenaikan dan penurunan. Hal ini disebabkan karena modal kerja yang relatif kecil, yaitu pada tahun 2007 sebesar -0,254 dan pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi -0,039. Tetapi pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi sebesar -0,293, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan kembali menjadi sebesar -0,031. Pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 0,028 sehingga menjadi -0,003.

Variabel X2 (rasio laba ditahan terhadap total aset) pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk menunjukan kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2007 nilai rasio 0,281 mengalami kenaikan pada tahun 2008 menjadi 0,341, kemudian pada tahun berikutnya mengalami penurunan sebesar 0,083. Tetapi kemudian mengalami kenaikan berturut-turut pada tahun 2010 dan 2011 menjadi sebesar 0,394 dan 0,415 pada tahun 2011. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu mengalokasikan aset yang dimilikinya guna mengoptimalkan laba perusahaan sehingga berimbas pada saldo laba perusahaan yang akan digunakan untuk investasi perusahaan.

Variabel X3 (rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset) pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk menunjukan kenaikan setiap tahunnya. Hal ini mencerminkan bahwa perusahaan mampu untuk mengalokasikan aset yang dimilikinya guna mengoptimalkan laba perusahaan. Pada tahun 2007 nilai rasionya 0,214 dan mengalami kenaikan menjadi 0,034 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 sampai 2011 mengalami kenaikan secara berturut-turut, pada tahun 2009 menjadi 0,517, 0,541 pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 0,013 menjadi 0,554.

(11)

Variabel X4 (rasio nilai buku saham terhadap nilai buku hutang) menunjukan penurunan dan kenaikan. Pada tahun 2007 nilai rasionya sebesar 0,050 dan pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,035. Pada tahun berikutnya mengalami penurunan menjadi sebesar 0,024, hal ini disebabkan oleh nilai buku hutang yang sangan tinggi antara tahun 2007 sampai 2011. Pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi sebesar 0,032, tetapi pada tahun 2011 kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 0,031.

Variabel X5 (rasio penjualan terhadap total aset) menunjukan kenaikan dan penurunan, hal ini disebabkan karena penjualan yang tidak stabil. Pada tahun 2007 nilai rasio sebesar 1,574 mengalami kemerosotan sebesar 0,834 menjadi sebesar 1,408 pada tahun 2008., hal ini disebabkan karena penjualan yang turun dan hal ini menjelaskan tingkat penjualan mempengaruhi prediksi kesulitan keuangan perusahaan. Pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi sebesar 1,627 dan pada tahun 2010 sampai 2011 mengalami penurunan berturut-turut menjadi sebesar 1,574 diahun 2010 dan 1,523 ditahun 2011.

Tabel 3 menunjukan analisis rasio keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk Tabel 3

Analisis Rasio Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata X1 - 0,036 - 0,042 0,044 - 0,216 0,218 -0,0064 X2 0,168 0,135 0,173 0,193 0,206 0,1750 X3 0,097 0,110 0,124 0,133 0,128 0,1184 X4 X5 0,042 0,938 0,028 0,980 0,029 0,920 0,039 0,812 0,040 0,846 0,0356 0,8992

Tabel 3 menunjukan bahwa variabel X1 (rasio modal kerja terhadap total aset) memperlihatkan adanya penurunan di tiap tahunnya dengan beberapa kenaikan dengan angka yang relatif kecil. Pada tahun 2007 rasio menunjukan nilai –0,036 dan mengalami penurunan yang sangat kecil menjadi -0,042 pada tahun 2008, kenaikan terjadi pada tahun 2009 menjadi 0,044. Pada tahun 2010 sampai 2011 juga mengalami penurunan, pada tahun 2010 nilainya sebesar -0,216 menjadi -0,218.

Variabel X2 ( rasio laba ditahan terhadap total aset ) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk menunjukan kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2007 nilai rasio 0,168 mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi sebesar 0,135, kemudian pada tahun berikutnya mengalami kenaikan sebesar 0,173. Tetapi kemudian mengalami kenaikan berturut-turut pada tahun 2010 dan 2011 menjadi 0,193 dan 0,206 pada tahun 2011. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu mengalokasikan aset yang dimilikinya guna mengoptimalkan laba perusahaan sehingga berimbas pada saldo laba perusahaan yang akan digunakan untuk investasi perusahaan.

Variabel X3 ( rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset ) menunjukan kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2007 nilai rasio 0,097 mengalami kenaikan berturut-turut sampai tahun 2010 dimana nilai rasionya sebesar 0,110 ditahun 2008, 0,124 ditahun 2009 dan 0,133 ditahun 2010. Tetapi pada tahun 2011 mengalami penurunan sehingga nilai rasionya menjadi 0,128. Hal ini disebabkan oleh laba sebelum bunga dan pajak ( EBIT ) yang sangat besar karena penjualan lebih kecil dari pada beban pokok penjualan.

Variabel X4 ( rasio nilai buku saham terhadap nilai buku hutang ) menunjukan penurunan dan kenaikan. Pada tahun 2007 nilai rasio 0,042 mengalami penurunan sehingga nilai rasionya menjadi sebesar 0,028 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 sampai 2011

(12)

mengalami kenaikan berturut-turut, dimana nilai rasionya 0,029 pada tahun 2009, 0,039 pada tahun 2010 dan 0,040 pada tahun 2011.

Variabel X5 ( rasio penjualan terhadap total aset ) menunjukan penurunan dan kenaikan, hal ini disebabkan karena penjualan yang tidak stabil. Pada tahun 2007 nilai rasio sebesar 0,938 dan pada tahun 2008 nilai rasio mengalami kenaikan sehingga nilai rasionya menjadi 0,980. Pada tahun 2009 nilai rasio mengalami penurunan sehingga nilai rasionya menjadi 0,920 dan pada tahun 2010 juga mengalami penurunan menjadi 0,812, hal ini disebabkan karena penjualan yang turun. Pada tahun 2011 mengalami kenaikan yang relatif kecil, nilai rasionya menjadi 0,846. Hal ini menjelaskan tingkat penjualan mempengaruhi prediksi kesulitan keuangan perusahaan.

Tabel 4 menunjukan analisis rasio keuangan PT Sinar Mas Argo Resources Tbk Tabel 4

Analisis Rasio Keuangan PT Sinar Mas Argo Resources Tbk

Tabel 4 menunjukan bahwa variabel X1 ( rasio modal kerja terhadap total aset ) menunjukan kenaikan setiap tahunnya terkecuali pada tahun 2009 mengalami penurunan dengan nilai 0,159. Hal ini dikarenakan nilai liabilitas lancar yang melebihi nilai aset lancarnya sehingga nilai aset lancar tidak dapat menutupi nilai liabilitas lancarnya. Sedangkan untuk tahun 2007 nilai rasionya 0,196 mengalami kenaikan menjadi sebesar 0,197 untuk tahun 2008. Pada tahun 2010 juga mengalami kenaikan menjadi sebesar 0,171 dari rasio sebelumnya 0,156 pada tahun 2009. Tahun 2011 juga mengalami kenaikan yang signifikan menjadi sebesar 0,250.

Variabel X2 ( rasio laba ditahan terhadap total aset ) menunjukan kenaikan berturut-turut setiap tahunnya. Pada tahun 2007 nilai rasionya 0,135 mengalami kenaikan menjadi sebesar 0,212 pada tahun 2008. Tahun 2009 sampai tahun 2011 juga mengalami kenaikan berturut-turut menjadi sebesar 0,230 untuk tahun 2009, 0,272 untuk tahun 2010 dan 0,332 untuk tahun 2011. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu mengalokasikan aset yang dimilikinya guna mengoptimalkan laba perusahaan sehingga berimbas pada saldo laba perusahaan yang akan digunakan untuk investasi perusahaan.

Variabel X3 ( rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset ) menunjukan kenikan dan penurunan. Pada tahun 2007 nilai rasionya sebesar 0,206 mengalami kenaikan pada tahun 2008 sebesar 0,007 sehingga menjadi 0,213. Pada tahun 2009 mengalami penurunan sehingga nilai rasionya menjadi sebesar 0,109 dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan kembali sebesar 0,025 sehingga nilai rasionya menjadi sebesar 0,134. Pada tahun 2011 juga mengalami kenaikan menjadi sebesar 0,168.

Variabel X4 ( rasio nilai buku modal saham terhadap nilai buku hutang ) menunjukan penurunan. Pada tahun 2007 nilai rasionya sebesar 0,127 dan pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,106, hal ini disebabkan nilai buku hutang yang sangat tinggi diantara 2007 sampai 2011. Pada tahun 2009 memiliki nilai rasio yang sama dengan tahun

2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata X1 0,196 0,197 0,156 0,171 0,251 0,1942 X2 0,135 0,212 0,230 0,272 0,332 0,2362 X3 0,206 0,213 0,109 0,134 0,168 0,1660 X4 X5 0,127 1,002 0,106 1,605 0,106 1,391 0,086 1,624 0,078 2,152 0,1006 1,5548

(13)

2008 sebesar 0,106, tahun 2010 dan tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,086 untuk tahun 2010 dan 0,078 untuk tahun 2011.

VariabelX5 ( rasio penjualan terhadap total aset ) menunjukan kenaikan dan penurunan, hal ini disebabkan karena penjualan yang tidak stabil. Pada tahun 2007 nilai rasionya sebesar 1,002 mengalami kenaikan pada tahun 2008 menjadi sebesar 1,605. Dan pada tahun 2009 mengalami kemerosotan nilai rasionya sebesar 0,214 menjadi 1,391, hal ini disebabkan karena penjualan yang turun dan hal ini menjelaskan tingkat penjualan mempengaruhi prediksi kesulitan keuangan. Pada tahun 2010 dan 2011 mengalami kenaikan berturut-turut menjadi sebesar 1,624 untuk tahun 2010 dan 2,152 untuk tahun 2011.

Analisis Z-Score

Dari analisis data dengan menggunakan SPSS dapat diketahui persamaan baru, yaitu: Z = 0,716 X1 + 0,840 X2 + 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,990 X5

Jika Z > 2,9 : Tidak mengalami kesulitan keuangan Jika Z diantara 1,2 – 2,99 : Rawan mengalami kesulitan keuangan Jika Z < 1,2 : Mengalami kesulitan keuangan

Z-Score PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

Dari hasil penelitian analisis Z-Score selama periode tahun 2007 sampai dengan 2011, maka PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk menghasilkan rata-rata Z-Score sebesar 0,9018, hal ini dapat dibuktikan dengan:

Z = 0,716 (0,0550) + 0,840 (-0,0758)+ 3,107 (0,0894)+ 0,420 (0,4410) + 0,990 (0,4678)

= 0,9018

Ini menunjukan bahwa PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat diprediksikan perusahaan tidak sehat atau mengalami kesulitan keuangan. Dan dilihat dari hasil analisis Z-Score dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan masih mampu mengatasi masalah keuangan keuangan meskipun posisi perusahaan masih berada pada kondisi tidak sehat atau mengalami kesulitan keuangan. Terbukti masih adanya ketidakstabilan nilai Z-Score yang naik turun. Jadi, masih bisa naik kembali jika dapat ditingkatkan terus yang akan berdampak positif bagi perusahaan. Dan sampai saat ini PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk

Dari hasil penelitian analisis Z-Score selama periode tahun 2007 sampai dengan 2011, maka PT. Multi Bintang Indonesia Tbk menghasilkan rata-rata Z-Score sebesar 3,0294, hal ini dapat dibuktikan dengan:

Z = 0,716 (-0,1240) + 0,840 (0,3028)+ 3,107 (0,4260)+ 0,420 (0,0344) + 0,990 (1,5412)

= 3,0294

Ini menunjukan nilai Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk diprediksikan sehat atau tidak mengalami kesulitan keuangan. Jika posisi ini dapat ditingkatkan, kemungkinan akan berdampak lebih baik bagi perkembangan perusahaan. Dan dilihat dari hasil analisis Z-Score dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan mampu mengatasi masalah keuangan. Dan kondisi perusahaan berada pada level sehat, tetapi tidak menutupi kemungkinan kondisinya akan menurun apabila manajemen salah dalam pengambilan keputusan, tidak mengontrol penjualan dan kewajiban. Dan sampai saat ini PT. Multi Bintang Indonesia Tbk masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(14)

Z-Score PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

Dari hasil penelitian analisis Z-Score selama periode tahun 2007 sampai dengan 2011, maka PT. Indofood Sukses Makmur Tbk menghasilkan rata-rata Z-Score sebesar 1,4154, hal ini dapat dibuktikan dengan:

Z = 0,716 (-0,0064) + 0,840 (0,1750)+ 3,107 (0,1184)+ 0,420 (0,0356) + 0,990 (0,8992)

= 1,4154

Ini menunjukan bahwa PT. Indofood Sukses Makmur Tbk selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat diprediksikan perusahaan rawan kesulitan keuangan. Dan dilihat dari hasil analisis Z-Score dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan masih mampu mengatasi masalah keuangan keuangan meskipun posisi perusahaan masih berada pada kondisi rawan mengalami kesulitan keuangan. Terbukti masih adanya ketidakstabilan nilai Z-Score yang naik turun. Jadi, masih bisa naik kembali jika dapat ditingkatkan terus yang akan berdampak positif bagi perusahaan. Dan sampai saat ini PT. Indofood Sukses Makmur Tbk masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Z-Score PT. Sinar Mas Argo Resources And Tecnology Tbk

Dari hasil penelitian analisis Z-Score selama periode tahun 2007 sampai dengan 2011, maka PT. Sinar Mas Argo Resources And Tecnology Tbk menghasilkan rata-rata Z-Score sebesar 2,4347, hal ini dapat dibuktikan dengan:

Z = 0,716 (0,1942) + 0,840 (0,2362)+ 3,107 (0,1660)+ 0,420 (0,1006) + 0,990 (1,5548)

= 2,4347

Ini menunjukan nilai Z-Score PT Sinar Mas Argo Resources And Teknology Tbk diprediksikan rawan mengalami kesulitan keuangan. Jika posisi ini dapat ditingkatkan, kemungkinan akan berdampak lebih baik bagi perkembangan perusahaan. Dan dilihat dari hasil analisis Z-Score dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan mampu mengatasi masalah keuangan. Dan kondisi perusahaan berada pada level kurang sehat, tetapi tidak menutupi kemungkinan kondisinya akan menurun apabila manajemen salah dalam pengambilan keputusan, tidak mengontrol penjualan dan kewajiban. Dan sampai saat ini PT Sinar Mas Argo Resources And Teknology Tbk masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tabel 5

Hasil Analisis Z-Score

No Perusahaan Z-Score Simpulan

1 PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk 0,9018 Mengalami kesulitan keuangan 2 PT. Multi Bintang Indonesia

Tbk

3,0294 Tidak mengalami kesulitan keuangan

3 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

1,4154 Rawan mengalami kesulitan keuangan

4 PT. Sinar Mas Argo Tbk 2,4347 Rawan mengalami kesulitan keuangan

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Perusahaan kategori mengalami kesulitan keuangan yaitu PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk; (2)

(15)

Perusahaan kategori rawan mengalami kesulitan keuangan yaitu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT. Sinar Mas Argo Resources And Tecnology Tbk; (3) Sedangkan perusahaan kategori sehat atau tidak mengalami kesulitan keuangan yaitu PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.

Saran

Bagi perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, sebaiknya segera melakukan perbaikan-perbaikan, baik perbaikan pada manajemen keuangan perusahaan maupun melakukan negosiasi-negosiasi dengan pihak ekstern perusahaan. Bagi perusahaan yang diklasifikasikan dalam kondisi tidak mengalami kesulitan keuangan, harus berhati-hati dalam melakukan pengambilan kebijakan perusahaan serta berusaha untuk terus meningkatkan kinerja perusahaan dan berusaha memanfaatkan aset yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Bagi investor yang berinvestasi pada perusahaan yang sehat sebaiknya mempertahankan investasinya pada perusahaan tersebut, karena hal tersebut dapat menguntungkan bagi investor maupun perusahaan. Sedangkan bagi investor yang berinvestasi pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan sebaiknya melakukan penambahan dana pada perusahaan tersebut agar perusahaan tersebut dapat melakukan perbaikan pada kinerja keuangannya sehingga hal tersebut dapat berdampak positif untuk nilai Z yang dihasilkan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, M. dan A. Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Edisi I. Cetakan 2. Unit Penerbitan dan Percetakan AMP-YKPN: Yogyakarta.

Harahap, S. S. 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi I. Cetakan Keempat. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Harnanto. 1984. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama. BPFE: Yogyakarta.

Horne, J.C. 1988. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi keenem. jilit 2. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2012. SAK Per Juni 2012. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia. Indriantoro, N. Dan S. Bambang. 1999. Metodologi PenelitianBisnis Untuk Akuntansi dan

Manajemen. Edisi Pertama. Catatan Pertama, BPFE: Yogyakarta.

Munawir. S. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Penerbit LIBERTY: Yoyakarta.

Nurita, R. (2012). Analisis Z-Score Sebagai Dasar Untuk Memprediksi Kesulitan Keuangan Pada Perusahaan Retail Trade Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Surabaya.

Prastowo, D. 1995. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi. Cetakanpertama. Unit PenerbitdanPercetakan AMP YKPN.Yogyakarta.

Sartono, A. 1997. Ringkasan Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. BPFE: Yogyakarta. Sugiyono. 2001. Metode PenelitianBisnis. CetakanKetiga. Bandung: CV ALFABETA.

Weston, J. F. dan T. Copeland. 1992. Manajemen Keuangan. Edisi kedelapan. Bina Rupa Angkasa: Jakarta.

Gambar

Tabel 1 menunjukan analisis rasio keuangan PT Multi Bintang Indonesia Tbk.
Tabel 2 menunjukan analisis rasio keuangan PT Multi Bintang Indonesia Tbk  Tabel 2
Tabel  3 menunjukan analisis rasio keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk  Tabel 3
Tabel  4 menunjukan analisis rasio keuangan PT Sinar Mas Argo Resources Tbk  Tabel 4

Referensi

Dokumen terkait

 Ilmu yang mempelajari penyebaran dan pergerakan air, terutama airtanah yang terdapat di lapisan bawah permukaan..  Ilmu yang mempelajari mengenai fenomena degradasi/erosi

Hasil penelitian diketahui bahwa remaja putri yang mengalami dismenore sebelum di lakukan intervensi paling banyak yaitu berada pada tingkat nyeri sedang sebanyak 21 orang

Sedangkan variabel yang tidak signifikan berpengaruh terhadap kemiskinan di Kampung Tambak Lorok yakni persepsi pembangunan infrastruktur, jumlah anggota keluarga dan

Teori kabut ini telah dipercaya orang selama kira-kira 100 tahun, tetapi sekarang telah benyak ditinggalkan karena: (1) tidak mampu memberikan jawaban-jawaban

Hasil penelitian ini menunjukan pajak hotel memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah, begitupun pajak restoran memiliki pengaruh

Makalah ini menguraikan tentang aplikasi SCADA menggunakan jaringan nirkabel 2.4 Ghz dalam pengendalian dan pemantauan peralatan proses di fasilitas penyimpanan bahan

Indikasi yang dapat disebutkan di sini adalah pada akhir abad 19 dunia mengalami krisis dengan jumlah tingkat pengangguran yang tidak hanya terjadi di belahan diunia

From data collection in the field covering the result of the optical fibre cable instalment test, the analysis of installed communication devices and the test result of