• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung

Demak

Mohhamad Kusyanto(1), Debagus Nandang(1), Erlin Timor Tiningsih(2), Bambang Supriyadi(3), Gagoek Hardiman(3)

(1)Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Fatah Demak. (2)Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Fatah Demak. (3)Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang.

Abstrak

Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Pulau Jawa. Masjid ini memiliki ruang utama yang besar sehingga untuk menaungi ruang ini diperlukan struktur atap yang besar dan kokoh. Struktur Masjid Agung Demak memiliki karakteristik yang berbeda dengan masjid yang lain. Artikel ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran/pemahaman struktur Masjid Agung Demak yang memiliki bentang yang besar. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan kategori sifat penelitian deskriptif eksploratif. Pengumpulan data dengan survei dan observasi langsung ke Masjid Agung Demak, penelusuran bahan pustaka, wawancara, pengukuran dan penggambaran serta dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah deskriptif-analitis melalui gambar-gambar atau foto-foto dan sketsa. Dalam penelitian ini ditemukan karakteristik sistem struktur bentang lebar Masjid Agung Demak yang memiliki keunikan dalam mempertahankan sistem struktur sejak awal pendiriannya, penggunaan kayu dalam menyelesaikan bentang lebar masjid dan membagi sistem struktur dalam tiga susun tajug.

Kata-kunci : Demak, karakteristik, masjid, sistem, struktur

Pendahuluan

Masjid Agung Demak yang diduga didirikan pada tahun 1479 (Sumalyo, 2000) dan telah berdiri kokoh sampai saat ini. Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua di Pulau Jawa memiliki karakterisitik yang terlihat pada ruang, bentuk, dekorasi dan banyak karakteristik lain. Oleh karena itu masjid menjadi titik temu berbagai bentuk seni, mulai dari seni spasial, ruang dan bentuk, dekorasi, hingga seni suara (Setiabudi, 2000).

Bentuk Masjid Agung Demak dapat dikenali me-lalui unsur-unsur elemen visual seperti garis, shape, value, tekstur, warna dan ruang. Bentuk dianggap sebagai suatu yang fundamental, ber-diri senber-diri sebagai suatu elemen tertutup dan terstruktur dalam dunia visual (Wardani, 2013: 198).

Masjid Agung Demak termasuk masjid yang besar dikarenakan memiliki ruang utama sholat berbentuk bujur sangkar berukuran 24 x 24 meter dengan penutup atap tajug susun tiga, sehingga membutuhkan struktur ruang utama yang kuat. Struktur Masjid Agung Demak ter-masuk struktur bentang lebar yang sangat menarik untuk diteliti (Gambar 1, 2),

Gambar 1. (kiri) Posisi Masjid Agung Demak Gambar 2. (kanan) Masjid Agung Demak (Sumber : Kusyanto, 2015)

(2)

Tujuan dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran/pemahaman struktur bentang lebar Masjid Agung Demak yang terbuat dari bahan kayu, memberikan pengetahuan karakteristik struktur ruang utama masjid dan dapat dijadi-kan rujudijadi-kan dalam pembangunan masjid lain yang menggunakan bentuk atap tajug pada ruang utamanya.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif (Creswell, 2008) dengan kategori sifat penelitian deskriptif eksploratif (Groat & Wang, 2002). Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilalukan melalui survei dan observasi langsung ke Masjid Agung Demak, penelusuran bahan pustaka, wawancara, peng-ukuran dan penggambaran serta dokumentasi. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif-analitis melalui gambar-gambar atau foto-foto dan sketsa dengan membagi sesuai dengan jumlah susun dalam atap tajug Masjid Agung Demak (Gambar 3)

Gambar 3. Susunan Atap Tajug Masjid Agung Demak

Analisis dan Interpretasi

Masjid Agung Demak termasuk dalam masjid Jawa yang memiliki karakteristik meliputi denah persegi, atap piramid, dibatasi dinding sekeliling, dekat komplek makam, dan memiliki struktur utama saka guru, sementara serambi dan menara merupakan elemen tambahan (Budi, 2004).

Ruang utama merupakan salah satu komponen yang ada dalam sebuah masjid. Menurut

Su-malyo (2000), komponen yang ada dalam masjid adalah (1) ruang untuk sholat bersama (ruang utama); (2) mimbar yakni tempat duduk tempat berceramah, agar lebih mudah didengar dan dilihat oleh umat atau peserta shalat jamaah; (3) mihrab yakni sebuah ceruk atau ruang relatif kecil masuk dalam dinding, sebagai tanda arah kiblat. Biasanya mimbar berdam-pingan di sebelah kanan mihrab; (4) tempat wudhu yakni ruang untuk menyucikan diri de-ngan antara lain membasuh tade-ngan, muka dan kaki sebelum sembahyang; (5) minaret yakni menara untuk ”memanggil” untuk bersembah-yang atau azan bersembah-yang juga menjadi ritual shalat; (6) dikka, semacam panggung dengan tangga, diletakkan di tengah ruang shalat utama (unsur pelengkap yang tidak selalu ada dalam masjid); (7) dekorasi. Menurut Frishman (1994: 32–41), masjid memiliki komponen bagian yang meliputi ruang yang diberi batas, dinding kiblat dan mihrab, mimbar, dikka, kursi, maqsura, kolam, minaret, dan gerbang

Bentuk dan ruang ditampilkan sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam usaha me-respons kondisi, fungsi, dan tujuan sesuai kon-teksnya (Ching: 2008: ix). Ruang utama Masjid Agung Demak berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 24x24 meter yang dapat menampung sedikitnya 500 jamaah. Bentuk bujur sangkar ruang utama sangat memungkinkan struktur atap tajug ini dipakai untuk menaungi ruang utama (Gambar 4).

Gambar 4. Penggunaan Atap Tajug pada Denah Bujur sangkar

Atap yang digunakan pada Masjid Agung Demak adalah tajug bersusun tiga. Masing-masing tajug memiliki karakteristik sistem struktur yang tidak sama.

Tajug Susun 1 Tajug Susun 2 Tajug Susun 3

(3)

1. Tajug Susun 1

Tajug susun 1 berhubungan langsung dengan ruang utama Masjid Agung Demak. Sistem struktur ruang utama ini ditopang oleh 4 saka guru. Berdasarkan wawancara dengan pengurus Takmir Masjid Agung Demak, tinggi setiap saka guru adalah 17 meter. Keempat saka guru ini merupakan karya empat wali dari walisanga. Susunan formasi tata letak saka guru adalah : - Bagian Barat Laut : Sunan Bonang (Tuban) - Bagian Barat Daya : Sunan Gunung Jati

(Cirebon)

- Bagian Tenggara : Sunan Ampel (Surabaya) - Bagian Timur Laut : Sunan Kalijaga

(Kadi-langu Demak) yang lebih dikenal dengan Saka Tatal.

Ke empat saka guru ini memiliki keunikan bah-wa jarak antar saka guru tidak membentuk bujur sangkar. Hal ini diduga terjadi pergeseran saat rehab atau pemugaran saka guru tersebut (Gambar 5).

Gambar 5. Jarak Antar Saka Guru

Saka guru ruang utama masjid Agung Demak menopang atap masjid yang paling atas (tajug susun 3), atap tajuk susun yang tingkat kedua ditopang oleh struktur saka penanggap yang terbuat dari beton berbentuk lingkaran yang mengelilingi saka guru dan tajug susun 1 ditopang oleh dinding masjid dari batu bata yang mengelilingi ruang utama masjid. (Gam-bar 6).

Gambar 6. Saka Guru dan Saka Guru Penanggap Ruang Utama

Empat saka guru berdiameter 1,45 meter itu menahan beban bagian atap tertinggi (tajug susun 3). Tiang sekeliling saka guru (saka penanggap) menahan beban atap tajug susun 2, dan menjadi tautan atap paling bawah (tajug susun 1).

Tajug susun 1 memiliki keunikan penutup gen-tingnya membentuk teritisan yang lebar sehing-ga harus ditopang oleh saka atau kolom. Ada perbedaaan kolom penahan teritisan pada sisi Utara dan Selatan menggunakan kolom berben-tuk lingkaran, sedangkan pada sisi Barat teri-tisan ditopang kolom persegi (Gambar 8,9,10).

Gambar 8. (kiri) Kolom sisi Selatan Gambar 9. (tengah) Kolom sisi Utara Gambar 10. (kanan) Kolom sisi Barat 490

497 497

490

(4)

Kolom teritisan sisi Timur menopang pertemuan atap tajug dengan atap limasan yang menaungi serambi masjid membentuk sebuah talang (Gambar 11).

Gambar 11. Kolom sisi Barat

2. Tajug Susun 2

Tajug susun 2 ditopang oleh saka penanggap. Untuk memperkuat saka penanggap dalam me-nopang beban atap, dipecahkan melalui kuda-kuda berbentang lebar. Bentang atap yang besar yakni 14,5 m. Sambungan pada kuda-kuda dipatek dengan pasak kayu. Untuk mem-perkuat kuda-kuda dipasang plat baja sebagai klem rangka kuda-kuda (Gambar 12).

Gambar 12. Kuda-kuda Masjid Agung Demak Kuda-kuda yang dipasang berjumlah 2 buah dengan bentang yang sama. Kuda-kuda terbuat dari 2 kayu yang digabungkan dengan dipasak. Keunikan peletakkan kuda-kuda ini tidak dito-pang oleh saka penanggap melainkan menum-pang diatas blandar yang melintang di atas saka penanggap (Gambar 13). Untuk memperkuat sisi Timur dan Barat dipasang setengah kuda-kuda memanjang (Gambar 14).

Gambar 13. Perletakkan Kuda-kuda Masjid Agung Demak

Gambar 14. Setengah Kuda-kuda Memanjang Masjid Agung Demak

3. Tajug Susun 3

Sistem struktur atap yang paling atas, ditopang oleh blandar yang bersilangan dengan diberi penegak (makelar) ke atas menopang atap yang paling atas (Gambar 15).

Gambar 15. Struktur Penopang Atap Tajug Susun 3 Kuda-kuda Blandar Setengah Kuda-kuda Blandar Makelar

(5)

Keunikan struktur pada tajug susun 3 adalah penggunaan kayu pada blandar yang bersila-ngan tidak dalam posisi tegak tetapi telentang dan tidak menopang pada ke empat saka guru tetapi menopang blandar yang melintang yang ditumpu oleh saka guru (Gambar 16, 17).

Gambar 16. (kiri) Struktur kayu tajug susun 3 Gambar 17. (kanan) Perletakkan Struktur kayu tajug susun 3

Struktur ruang utama Masjid Agung Demak telah menganut kaidah sistem struktur bangu-nan. Ruang utama masjid yang besar dan ba-ngunan masjid yang tinggi, membutuhkan sistem struktur bentang lebar dengan bahan dari kayu. Sistem struktur Masjid Agung Demak dapat dilihat pada Gambar 18 di bawah ini.

Gambar 18. Isonometri Masjid Agung Demak Keunikan-keunikan yang terdapat dalam sistem struktur Masjid Agung Demak memunculkan karakteristik tersendiri bagi struktur Masjid Agung Demak.

Kesimpulan

Masjid Agung Demak memiliki karakterisitik yang berbeda dengan masjid lainnya yakni :

Pertama, Masjid Agung Demak sebagai salah satu masjid tertua di Pulau Jawa masih mem-pertahankan sistem struktur sejak awal pendiriannya.

Kedua, Masjid Agung Demak yang memiliki ruang utama sholat yang besar termasuk masjid bentang lebar yang menggunakan struktur dari bahan kayu. Penggunaan kayu sebagai kon-struksi masjid bentang besar memerlukan perla-kuan yang berbeda dengan bahan lain. Kayu memiliki keterbatasan dalam panjang bentang kayu untuk memenuhi sistem struktur, sehingga kayu harus disambung dengan kayu lain untuk memenuhi bentang tersebut.

Ketiga, Struktur Masjid Agung Demak dirancang dapat mengalirkan beban yang ditopangnya dan beban lain yang mempengaruhinya seperti angin, getaran dan sebagainya. Sistem struktur dibuat saka guru menopang atap masjid yang paling atap (tajug susun 3), atap tajug susun tingkat kedua ditopang oleh struktur saka penanggap yang terbuat dari beton berbentuk lingkaran. Yang mengelilingi saka guru, dan tajug susun 1 ditopang oleh dinding masjid dari batu bata yang mengelilingi ruang utama masjid.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan adanya penelitian lanjutan yang membahas lebih dalam sistem struktur Masjid Agung De-mak terkait dengan sistem penyaluran gaya dan penelitian lanjutan lainnya dengan tema seputar sistem struktur masjid.

Ucapan terima kasih kepada Simlitabmas Ristek Dikti yang telah mendanai penelitian hibah Pe-kerti dan Takmir Masjid Agung Demak yang telah memberi informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.

Daftar Pustaka

Budi, B.S. (2004). A Study on the History and Development of the Javanese Mosque, Part 1: A Review of Theories on the Origin of the Javanese Mosque. Journal of Asian Architecture and Building Engineering , 3, 1, 189-195.

Ching, Francis DK. 2008. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Tatanan. Jakarta: Erlangga.

Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc.

(6)

Frishman, M. (1994). Islam and the Form of the Mosque. In The Mosque; History, Architectural Development & Regional Diversity, ed. M. Frishman and H. Khan. London: Thames and Hudson, 17-41. Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research

Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Kusyanto, M., Nandang, D., Tiningsih, E.T., Supriyadi,

B., Hardiman, G. 2015. Evaluasi Lingkungan Terbangun Kawasan Masjid Agung Demak Dalam Optimalisasi Ruang Luar Masjid, Seminar Nasional-Semesta Arsitektur Nusantara 3, Universitas Brawijaya, Malang

Setiabudhi, B. 2000. Menelusuri Arsitektur Masjid di Jawa, dalam Mencari Sebuah Masjid, Bandung: Masjid 2000,

Sumalyo, Y. 2000. Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim, Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Wardani, L. 2013. Estetika Tata Ruang Interior Keraton Yogyakarta. Disertasi. UGM.

Gambar

Gambar 3. Susunan Atap Tajug Masjid Agung Demak  Analisis dan Interpretasi
Gambar 5. Jarak Antar Saka Guru
Gambar 11. Kolom sisi Barat
Gambar 18. Isonometri Masjid Agung Demak

Referensi

Dokumen terkait

bentuk bangunan yang mirip Masjid Agung Demak yang didirikan.. oleh para Wali penyiar Agama

Tujuan dari skripsi ini adalah: (1) Mengetahui nilai-nilai yang mendorong orang berziarah ke Masjid Agung Demak, (2) Mengetahui motivasi dan respon peziarah melakukan wisata

Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid yang banyak dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara dan pada umumnya tujuan utama dari para wisatawan tersebut adalah

Dengan modal dasar berupa pengetahuan sejarah tentang kerajaan Demak dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, maka pengembangan kawasan wisata Masjid Agung

(3) Bentuk akulturasi yang terdapat pada bangunan Masjid Agung Demak dapat terlihat jelas pada bangunan pokoknya yang mengacu pada bentuk bangunan rumah joglo dan

Hasil temuan penelitian ini adalah, pertama, argumentasi kelompok yang menghendaki pengubahan saf arah kiblat Masjid Agung Demak disesuaikan dengan hasil pengukuran

Dari diskusi dalam tulisan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Masjid Agung Demak didirikan dengan konsep dan nilai – nilai lama yang mengakar pada masyarakat Jawa sebelum

Beberapa ciri khas Masjid Agung Demak diantaranya lokasi masjid yang berada di sebelah barat alun-alun, penggunaan atap tajug bersusun tiga pada bangunan induk atau ndalem, penggunaan