• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDY OF DRAINAGE SYSTEM IN LIMESTONE QUARRY CASE STUDY OF PT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDY OF DRAINAGE SYSTEM IN LIMESTONE QUARRY CASE STUDY OF PT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STUDY OF DRAINAGE SYSTEM IN LIMESTONE QUARRY

CASE STUDY OF PT. SINAR TAMBANG ARTHALESTARI

SAWANGAN VILLAGE, AJIBARANG SUB-DISTRICT

BANYUMAS, CENTRAL JAVA PROVINCE

KAJIAN SISTEM PENIRISAN TAMBANG BATUGAMPING

STUDI KASUS PT. SINAR TAMBANG ARTHALESTARI

DI DESA SAWANGAN, KECAMATAN AJIBARANG

BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH

Faqih Baskoro Adi1), Peter Eka Rosadi2) 1). Mahasiswa Prodi Sarjana Teknik Pertambangan FTM UPN “Veteran” Yogyakarta - faqihbaskoro94@gmail.com.

2). Dosen Jurusan Teknik Pertambangan

FTM UPN “Veteran” Yogyakarta - peterekarosadi@upnyk.ac.id. ABSTRACT

The research was done in the mining licensed area of PT. Sinar Tambang Arthalestari (PT. STAR) which is located in Sawangan Village, Ajibarang Sub-district, Banyumas District, Central Java Province. The contracting company that has been trusted for mining exploitation of limestone is PT. Bintang Mitra Sejahtera (PT. BIMA) has been applying quarry mining system. The water pool of the mining site which is located on the hauling road, mining front, and stockpile of the limestone will affect the mining activity. The water pool on the hauling road will delay the time production of limestone, and the wet limestone will influence the work of the crushing plant for example the primary crusher machine will stop working (blocking), and the position of the belt conveyor will be changed (sway). From that case, PT. BIMA must make the study of mining drainage in limestone quarries to support the operation of limestone production. Rainfall data using secondary data of rainfall of Ajibarang Sub-district in 2005-2015. The calculation of rainfall statistics used frequency analysis and Gumbell probability distributions, return period of rainfall is 3 years with hydrological consideration risk of 86,83 % and requirement to construct open channel so that the value of rainfall at the plan is 110,56 mm/day. The rainfall intensity plan is 38,74 mm/hour which is obtained from the mononobe formular. The drainage methods at Sawangan Quarry uses mining drainage system and combination of mining drainage and mining dewatering methods. The study of mining drainage consists of the 9 open channels, the volume of sump is 1248,41 m3, utilizing pump Multiflo MF 290 with operation flowrate of 288 m3/sec, and both sedimentation ponds i.e. the Sawangan Barat pond with 4380 m3 of volume, and the Sawangan Timur with 2362,5 m3. Time maintenance of solid particles in the sediment pond is done every once in 4 months.

Keywords : mine drainage system, mine dewatering system, sump. ABSTRAK

Penelitian dilakukan di Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Sinar Tambang Arthalestari (PT.STAR) yang bertempat di Desa Sawangan Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Perusahaan kontraktor yang dipercaya untuk melakukan eksploitasi Batugamping yaitu PT. Bintang Mitra Sejahtera (PT. BIMA) yang menerapkan metode penambangan kuari. Genangan air tambang yang berada di jalan angkut, front penambangan, dan stockpile Batugamping akan mempengaruhi kegiatan produksi Batugamping. Genangan air yang ada di jalan angkut akan menunda waktu produksi, dan material Batugamping basah mempengaruhi kerja alat pengolahan misalkan alat peremuk utama berhenti (blocking), dan belt conveyor terlepas (sway). Dari kasus tersebut, PT. BIMA harus melakukan kajian sistem penirisan tambang guna menunjang operasi produksi Batugamping. Data curah hujan menggunakan data sekunder curah hujan Kecamatan Ajibarang tahun 2005-2015. Perhitungan statistik curah hujan menggunakan analisis frekuensi dan probabilitas distribusi Gumbell, periode ulang hujan dipilih 3 tahun dengan pertimbangan resiko hidrologi 86,83 % dan kebutuhan pembuatan saluran sehingga nilai curah hujan rencana 110,56 mm/hari. Intensitas curah hujan rencana 38,74 mm/jam diperoleh dari rumus mononobe. Metode penyaliran di Kuari Sawangan menggunakan mine drainage system, dan kombinasi mine drainage dengan mine dewatering system. Kajian

(2)

penyaliran tambang meliputi pembuatan saluran terbuka berjumlah 9 saluran terbuka, sumuran (sump) mempunyai volume 1248,41 m3, penggunaan pompa Multiflo MF 290 memiliki debit operasi 288 m3/detik, dan kedua kolam pengendapan yaitu kolam pengendapan Sawangan Barat memiliki volume total 4380 m3, kemudian kolam pengendapan Sawangan Timur volume total 2362,5 m3 dengan waktu pengerukan partikel padatan dalam kolam 4 bulan sekali.

Kata kunci : mine drainage system, mine dewatering system, sumuran.

1. PENDAHULUAN (INTRODUCTION)

Penelitian dilakukan di Wilayah IUP Operasi Produksi Batugamping PT. STAR. PT. BIMA dipercaya menjadi kontraktor penambangan Batugamping menerapkan sistem tambang terbuka dengan metode penambangan Kuari. Saat musim hujan, kegiatan penambangan sangat dipengaruhi gangguan air terutama air hujan. Genangan air yang ada di jalan angkut akan menunda waktu produksi, sedangkan material Batugamping basah akan mempengaruhi kerja alat pengolahan misalkan alat peremuk utama berhenti (blocking), dan terlepasnya belt conveyor (sway). Dari kasus tersebut, PT. BIMA harus melakukan kajian sistem penirisan tambang untuk menunjang operasi produksi batugamping. Penelitian mengenai sistem penirisan tambang belum pernah dilakukan karena pembukaan lahan untuk kegiatan penambangan dilakukan di akhir tahun 2015. Penelitian sebelumnya hanya berkaitan dengan evaluasi sumber daya mineral untuk penambangan sekala kecil yang ada di Kecamatan Ajibarang dan Kecamatan Gumelar dari Badan Geologi Kementrian ESDM.

2. LOKASI PENELITIAN (STUDY

AREA)

2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi penelitian penelitian secara astronomis berada di koordinat 7° 27’ 30”- 7° 25’ 00” Lintang Selatan dan 109° 00’ 30”- 109° 5’ 30” Bujur Timur. Rute menuju lokasi penelitian dapat ditempuh dari Kota Yogyakarta melalui jalur selatan perjalanan darat Jawa Tengah menggunakan kendaraan umum dengan jarak + 188 km dan waktu tempuh kurang lebih 5 jam.

2.2. Kedaan Iklim dan Curah Hujan

Iklim daerah penelitian termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin musim. Musim hujan berlangsung pada bulan September hingga Maret, sedangkan musim kemarau berlangsung dari bulan April hingga Agustus. Curah hujan umumnya normal, meskipun intensitas dan frekuensi tinggi pada bulan September hingga Februari. Suhu udara di wilayah Kecamatan Ajibarang berkisar 25,3 hingga 26,8 . Intensitas curah hujan bulanan tinggi yang disajikan dalam grafik diantaranya bulan Januari, Februari, Maret, September, November dan Desember (Gambar 2.1).

Sumber : Dinas SDABM Kec. Ajibarang, Kab. Banyumas Gambar 2.1

(3)

Sumber : Dinas SDABM Kec. Ajibarang, Kab. Banyumas Gambar 2.2

Grafik Hari Hujan Bulanan Tahun 2005-2015 Frekuensi curah hujan tinggi diatas

rata-rata 15 hari terjadi pada bulan Oktober hingga April (Gambar 2.2). Hal ini menjelaskan bahwa kemungkinan perusahaan mendapat waktu kehilangan karena intensitas dan frekuensi curah hujan yang tinggi pada bulan-bulan tersebut.

2.3. Keadaan Geografi 2.3.1 Topografi dan Morfologi

Lokasi Penelitian di Desa Sawangan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas memiliki ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 90-300 meter diatas permukaan

laut. Kondisi bentang alam atau morfologi daerah penelitian tergolong dalam perbukitan dengan relief rendah. Perbukitan dengan relief rendah merupakan rangkaian perbukitan yang tersusun oleh batuan sedimen berlapis dan struktur perlipatan. Penggunaan lahan pada umumnya digunakan untuk perumahan, sawah tadah hujan, kebun palawija, dan sebagai hutan produksi.

2.3.2 Fisiografi

Kecamatan Ajibarang termasuk dalam zona Pegunungan Serayu Selatan (Gambar 2.3).

Sumber : Dokumen Georeg PT. STAR, 2016 Gambar 2.3

(4)

Jalur ini memanjang dari Majenang sampai Pegunungan Manoreh di daerah Kulon Progo, D.I. Yogyakarta (Van Bemmelen 1949 dalam Dokumen Geologi Regional PT.STAR, 2016). Daerah ini didominasi oleh morfologi perbukitan lipatan (antiklinorium) Batugamping. Daerah ini merupakan bagian dari Cekungan Banyumas yaitu berupa cekungan belakang busur (back arc basin) Tersier sebagai akibat interaksi antara lempengSamudra Hindia yang menunjam ke arah Utara di bawah lempeng Asia.

2.4. Keadaan Geologi 2.4.1 Stratigrafi

Stratigrafi regional dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum dari beberapa formasi batuan berdasarkan waktu pembentukannya yang diuraikan dari satuan yang tua ke satuan yang lebih muda. Urutan stratigrafi regional daerah penelitian dari yang berumur tua sampai berumur muda tersusun atas Formasi Pemali, Formasi Rambatan, Formasi Halang, Formasi Kumbang, Formasi Tapak, dan Batuan Terobosan.

Sumber : Mining Div. PT. STAR, 2016

Gambar 2.4

Peta Geologi Regional WIUP PT.STAR 2.4.2 Struktur Geologi

Struktur geologi yang dijumpai berupa sesar, lipatan, perlapisan dan kekar, yang melibatkan batuan berumur Miosen sampai Holosen. Ciri fisik Batugamping yang berada di Desa Sawangan berwarna putih kekuning-kuningan, berstruktur laminasi sejajar, membundar-menyudut tanggung, terpilah sedang, kemas terbuka, ukuran butiran pasir sedang, komposisi terdiri dari kalsit, pecahan koral, ganggang, kuarsa, plagioklas, kalkarenit dengan kedudukan bidang perlapisan N 240°E/35° (Dokumen Geologi Regional PT.STAR, 2016).

3. METODE (METHODS)

Kerangka metode digambarkan dalam bagan alir (Gambar 3.1). Pengambilan data

meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil berupa koefisien limpasan (c), kegunaan lahan, data dimensi saluran terbuka dan kolam pengendapan. Data sekunder yang diambil yaitu data curah hujan, data peta topografi, data peta geologi, brosur spesifikasi pompa dan pipa, rekomendasi persen solid aliran, dan dokumen perusahaan. Pengolahan dan analisa data menggunakan urutan sebagai berikut ; perhitungan statistik data curah hujan, penentuan dan pembagian daerah tangkapan hujan pada peta topografi, penentuan nilai koefisien limpasan, menghitung debit air limpasan, merancang saluran terbuka, perhitungan kebutuhan sumuran (sump), pompa dan pipa, dan perhitungan dimensi serta perawatan kolam pengendapan.

(5)

Gambar 3.1

Bagan Alir Metode Penelitian Perhitungan statistik curah hujan

menggunakan analisis frekuensi dan probabilitas distribusi Gumbell, perhitungan luas DTH menggunakan konsep koordinat, koefisien limpasan menggunakan teori Hassing (1995) dan observasi lapangan, debit air limpasan diperoleh dari rumus rasional, dimensi saluran terbuka dan gorong-gorong menggunakan rumus manning (1889), perhitungan sumuran diperoleh dari persamaan kuadrat, penentuan kebutuhan pompa berdasarkan debit air limpasan dan head total dari debit pompa, dan kecepatan pengendapan partikel menggunakan hukum stokes. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan dengan kondisi aktual.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

(RESULT AND DISCUSSIONS)

4.1. Debit Air Tambang

4.1.1. Perhitungan Statistik Data Curah Hujan Data curah hujan didapat dari dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kecamatan Ajibarang tahun 2005-2015. Data curah hujan diambil data tertinggi dari setiap tahunnya, diperoleh nilai rata-rata curah hujan maksimum 102,09 mm/hari. Periode Ulang Hujan (return period) yang dipakai 3 tahun berdasarkan pertimbangan nilai resiko hidrologi (hydrological risk) 86,83% dan kepentingan pembuatan saluran terbuka (Kite, G.W 1977 dalam R.Hariyanto dan Sudaryanto, 2015), sehingga curah hujan rencana yang diperoleh

110,56 mm/hari serta intensitas curah hujan rencana maksimum 38,74 mm/jam termasuk kategori hujan deras (Suripin, 2004).

Tabel 4.1

Hasil Perhitungan Luas DTH, Koefisien Limpasan, dan Debit Air Limpasan. DTH Luas (Km2) C Debit (m3/det)

1 0,0073 0,55 0,044 2 0,0129 0,52 0,072 3 0,0037 0,52 0,021 4 0,0562 0,55 0,333 5 0,0073 0,59 0,047 6 0,0682 0,50 0,364 7 0,0515 0,53 0,292 8 0,0156 0,53 0,090 9 0,0115 0,69 0,085 10 0,1335 0,52 0,750 11 0,0831 0,65 0,578 12 0,0515 0,73 0,403

Sediment Pond Barat 0,0307 0,53 0,175

Sediment Pond Timur 0,0031 0,78 0,026

4.1.2. Daerah Tangkapan Hujan dan Koefisien Limpasan (c)

Daerah Tangkapan Hujan (DTH) ditentukan berdasar arah aliran pada peta topografi, dan diperhitungkan dengan konsep perhitungan koordinat. Pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak autocad versi

(6)

2007 untuk menghitung luasan DTH. Faktor yang mempengaruhi nilai koefisien limpasan pada suatu DTH yaitu kemiringan topografi, jenis tanah dan tata guna lahan atau tutupan (Hassing 1995 dalam Suripin, 2004).

4.1.3. Perhitungan Debit (Q)

Debit air tambang yang diperhitungkan dari air limpasan dan pengukuran suatu aliran air pada lereng di Selatan Kuari Batugamping Sawangan Barat 0,0006 m3/detik. Perhitungan debit air limpasan menggunakan rumus rasional yang terdiri dari komponen koefisien limpasan (c), intensitas hujan rencana (I) dalam mm/jam, dan luas DTH (A) dalam km2. Debit air tambang di daerah Sawangan Barat 1,524 m3/detik berasal dari DTH 1-9, pengukuran debit langsung di Selatan Kuari Batugamping Sawangan Barat, dan DTH sekitar kolam pengendapan Sawangan Barat, sedangkan debit air tambang di daerah Sawangan Timur 1,757 m3/detik berasal dari DTH 10-12, dan DTH sekitar kolam pengendapan Sawangan Timur.

4.2. Metode Penirisan Air Tambang 4.2.1. Metode Penirisan Kuari Batugamping

Saat ini

Metode Mine Drainage System masih dapat diterapkan pada kondisi lapangan, air tambang dialirkan melalui saluran terbuka yang ada dan menuju kolam pengendapan agar partikel padatan terpisah dengan air tambang.

4.2.2. Metode Penirisan Rencana Penambangan 2016

Peta topografi penambangan menunjukkan adanya perubahan elevasi penambangan dari kondisi aktual di Kuari Batugamping Sawangan Barat mencapai RL 120, Kuari Batugamping Bukit 3 RL 160, dan Kuari Batugamping Sawangan Timur RL90. Kuari Batugamping Sawangan Barat dan Kuari Bukit 3 menggunakan metode Mine Drainage System karena masih dapat mengalirkan air secara hukum gravitasi dan membuat paritan di sekeliling Kuari. Kuari Batugamping Sawangan Timur akan membuat suatu Pit karena penggalian mengarah ke bawah sehingga menggunakan kombinasi metode Mine Drainage dan Mine Dewatering System berupa pembuatan saluran terbuka mengelilingi Pit, pembuatan sumuran di elevasi terendah, dan pengadaan pompa & pipa untuk mengalirkan air keluar Pit.

4.3. Kajian Teknis Penirisan Air Tambang 4.3.1. Saluran Terbuka (Open Channel)

Penulis mengelompokkan saluran terbuka yang ada menjadi 9 saluran terbuka, macam penampang disesuaikan dengan keadaan di lapangan yaitu penampang bentuk trapesium dan persegi. Berikut hasil pengukuran dimensi aktual saluran terbuka di lapangan terdapat di Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Hasil Pengukuran Dimensi Aktual Saluran Terbuka Saluran

Dimensi Sketsa Penampang Saluran

b Lebar Permukaan (m) B Lebar Bawah (m) d Tinggi Saluran (m) 1 0,99 - 0,87 2 0,0 0,0 0,0 3 2,38 1,25 1,30 4 1,64 0,5 0,94 5 0,0 0,0 0,0 6 2,22 0,92 1,13 7 0,0 0,0 0,0 8 1,52 1,24 0,69 9 0,0 0,0 0,0

Saat penelitian dilakukan, kondisi saluran terbuka (saluran terbuka 1-7) di daerah penambangan Sawangan Barat dapat mengalirkan air dengan baik walaupun ada beberapa saluran yang terdapat endapan kerikil. Kondisi saluran terbuka (saluran terbuka 8-9) di

daerah penambangan Sawangan Timur kurang terawat karena operasi produksi Batugamping fokus pada daerah front penambangan Sawangan Barat sehingga air kurang terkelola dengan baik. Setelah melakukan perhitungan ulang saluran terbuka menggunakan rumus

(7)

manning (1889), didapatkan dimensi baru yang disajikan dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3

Hasil Perhitungan Saluran Terbuka Saluran Dimensi Bahan Koefisien Manning (n) b Lebar Permukaan (m) B Lebar Bawah (m) d Tinggi Saluran (m)

1 - 0,5 0,4 Batu disemen Pasangan 0,025

2 0,8 0,4 0,4 Gravel/ kerikil 0,035 3 2,2 1,1 1,1 Gravel/ kerikil 0,035 4 1,3 0,7 0,7 Gravel/ kerikil 0,035 5 0,6 0,3 0,3 Tanah (lempung berpasir) 0,03 6 1,5 0,8 0,8 Gravel/ kerikil 0,035 7 0,8 0,4 0,4 Tanah (lempung berpasir) 0,03 8 1,7 0,9 0,9 Tanah (lempung berpasir) 0,03 9 1,5 0,8 0,8 Tanah (lempung berpasir) 0,03 Setelah membandingkan kondisi aktual

dan hasil perhitungan, perlu adanya perbaikan pada saluran terbuka 2, penambahan lebar bawah saluran terbuka 4, pengadaan saluran terbuka 5 di Selatan Kuari Sawangan Barat, pengadaan saluran terbuka 7, penambahan tinggi saluran terbuka 8, dan pengadaan saluran 9.

4.3.2. Gorong-gorong (Culvert)

Saluran terbuka yang melalui akses jalan akan dipasang sebuah gorong-gorong, hasil pengamatan lapangan ada 5 titik yang perlu adanya pemasangan gorong-gorong dan 2 macam ukuran gorong-gorong untuk kebutuhan desain Kolam Pengendapan.

Tabel 4.4

Hasil perhitungan diameter minimal gorong-gorong

Lokasi gorong-gorong Bahan (n) Diameter min. (d)

Gorong-gorong 1 Besi (0,017) 0,2 m

Gorong-gorong 2 Beton (0,016) 0,3 m

Gorong-gorong 3 Besi (0,017) 0,6 m

Gorong-gorong 4 Besi (0,017) 0,3 m

Gorong-gorong 5 Beton (0,016) 0,5 m

Gorong-gorong kolam pengendapan sawangan Barat Besi (0,017) 0,6 m Gorong-gorong kolam pengendapan sawangan Timur Besi (0,017) 0,5 m

Perhitungan gorong-gorong tetap menggunakan rumusan manning, namun pada variabel luas (A) diganti sebagai luas lingkaran karena penampang gorong-gorong berbentuk lingkaran. Perbandingan hasil perhitungan diameter gorong-gorong dengan kondisi aktual : a. Gorong-gorong 1 dipasang pada saluran terbuka 2 di depan hopper, karena saat penelitian keadaan gorong-gorong rusak (amblas), diameter minimal 0,2 m.

b. Gorong-gorong 2 yang ada (diameter = 0,6 m) sudah memenuhi kapasitas terhadap hasil perhitungan.

c. Gorong-gorong 3 yang ada belum memenuhi kapasitas secara perhitungan. Sebaiknya

hasil perhitungan menjadi bahan pertimbangan.

d. Gorong-gorong 4 dipasang pada akses jalan angkut produksi Batugamping dari Bukit undip. Gorong-gorong terbuat dari besi berdiameter minimal 0,3 meter.

e. Gorong-gorong 5 dipasang pada akses jalan produksi Batugamping dari Pit Sawangan Timur. Gorong-gorong terbuat dari beton dan diameter minimal 0,5 meter.

4.3.3. Sumuran (Sump)

Saat penelitian tidak ada sumuran di lokasi penelitian, karena Pit Sawangan Timur belum membuat suatu cekungan/ lubang bukaan ke arah bawah. Namun rencana penambangan

(8)

akhir tahun 2016, Pit Sawangan Timur akan membuat cekungan hingga RL 90 maka dibuat suatu sumuran di elevasi tersebut. Debit air limpasan yang masuk Pit 1451,39 m3/jam, setelah dilakukan simulasi pemompaan volume yang harus dipertahankan sebanyak 1248,41 m3. Dimensi sumuran berbetuk penampang trapesium dan dihitung menggunakan persamaan kuadrat dengan kedalaman 4 m (sesuai jangkauan penggalian excavator Doosan DX225LC-3) sehingga panjang permukaan 22 m, lebar permukaan 19 m, panjang dasar 17 m, dan lebar dasar 14 m. Lokasi sumuran di Utara pada elevasi RL 90, karena penambangan Batugamping ke arah Selatan.

4.3.4. Pompa dan Pipa

Langkah awal merancang pompa yaitu melakukan simulasi head (julang) yang dihasilkan sesuai debit pompa yang tersedia dan disajikan dalam bentuk grafik.

Sumber

:

Peta

Longterm

Kuari

Batugamping Sawangan PT. BIMA, 2016.

Gambar 4.1

Penggambaran Sayatan Pit Sawangan

Timur

Hal ini untuk mengetahui pompa mana yang memiliki efisiensi maksimal. Pompa yang digunakan yaitu merk Multiflo MF 290 menghasilkan efisiensi maksimal 71% beroperasi pada debit 288 m3/jam. Jumlah pompa yang dibutuhkan 1 unit. Pompa tersebut menggunakan pipa air HDPE seri PE100 diameter dalam 0,15 m dan ujung pipa hisap dipasang katup jenis saringan. Pemasangan pipa

direncanakan mengikuti bentuk dari jenjang akhir (Gambar 4.1), sehingga terbentuk sudut-sudut belokan yaitu 2 belokan bersudut-sudut 40 , 7 belokan bersudut 59 , 2 belokan bersudut 60 , 1 belokan di elevasi teratas bersudut 70 . Kebutuhan panjang pipa 137 m, pemasangan pipa yang memotong akses jalan angkut (ramp) perlu dilakukan pemasangan gorong-gorong di luar pipa agar pompa tetap bekerja optimal walau akses jalan digunakan.

4.3.5. Kolam Pengendapan (Sedimentation Pond)

Kolam pengendapan yang berada di Kuari Batugamping Sawangan dibagi menjadi dua bagian sesuai arah aliran dan topografi perbukitan di lokasi penelitian (Tabel 4.5).

Berdasarkan peta situasi tambang letak Kolam Pengendapan bagian Barat berada pada koordinat UTM 287992;9178063 sedangkan Kolam Pengendapan bagian Timur berada pada koordinat UTM 289035;9178191.

Tabel 4.5

Dimensi Aktual Kolam Pengendapan Lokasi Kompartemen Panjang

(m) Lebar (m) Kedalaman (m) Sawangan Barat 1 16,3 10,8 3 2 20,4 4,3 3,5 Sawangan Timur 1 16,5 8,9 2 2 15 9,5 2 3 15 4,9 2

Debit air tambang yang masuk kolam pengendapan Sawangan Barat 1,617 m3/detik

(Qinput = 5817,6 m

3

/jam) yang berasal dari seluruh saluran terbuka yang mengalirkan air ke kolam, sedangkan debit air tambang yang masuk kolam pengendapan Sawangan Timur 0,856 m3/detik (Qinput = 3081,6 m

3

/jam) yang berasal dari saluran terbuka 8, debit pompa dari Pit sawangan Timur, dan DTH sekitar kolam pengendapan Sawangan Timur. Data yang tersedia untuk menghitung dimensi, padatan yang berhasil terendapkan, dan lama waktu pengerukan (maintenance) dari PT. BIMA yaitu; persen solid 0,2% (dokumen amdal perusahaan), ukuran partikel yang direncanakan keluar kolam (D) = 0,000002 m (ukuran lempung menurut ASTM), berat jenis padatan (ρp) = 2680 kg/m3. Perhitungan kecepatan pengendapan berdasar hukum stokes (persen solid <40%) sehingga di dapat 0,0028 m/detik. Hasil perhitungan kolam sebagai berikut : 1. Kolam pengendapan Sawangan Barat

a) Kedalaman (H) = 3 m

b) Lebar (b) = 16 m

c) Panjang kompartemen (l) = 36,5 m

B

(9)

d) Panjang total kolam (P) = 119,5 m e) Lebar penyekat (b1) = 5 m f) Luas keseluruhan kolam = 1752 m2 g) Volume keseluruhan kolam = 4380 m3 2. Kolam pengendapan Sawangan Timur

a) Kedalaman (H) = 3 m

b) Lebar (b) = 15 m

c) Panjang kompartemen (l) = 21 m d) Panjang total kolam (P) = 73 m e) Lebar penyekat (b1) = 5 m f) Luas keseluruhan kolam = 1095 m2 g) Volume keseluruhan kolam = 2362,5 m3

Semua kolam pengendapan dirancang menjadi 3 kompartemen yaitu kompartemen pengkondisian, kompartemen pemisahan partikel padat dengan air tambang, dan kompartemen pengaliran. Penyekat antar kolam berukuran 5 m dan dipasang gorong-gorong berbahan besi. Lebar penyekat dibuat sedemikian rupa agar memudahkan alat mekanis dalam melakukan pengerukan partikel padatan (maintenance). Elevasi antar kompartemen juga dibuat berbeda, kompartemen 1 akan lebih tinggi dari kompartemen 2 dan selanjutnya agar saat air mengalir dari kompartemen 1 ke kompartemen 2 dapat dilakukan pengawasan (monitoring) terhadap keadaan air lumpur.

Perubahan dari dimensi aktual yaitu, pada kolam pengendapan bagian Barat ditambah 1 kompartemen untuk kompartemen pengaliran, dan perubahan panjang kolam 16,1 – 20,2 meter, lebar kolam 6 – 12 meter, dan kedalaman 3 meter. Perubahan kolam pengendapan bagian Timur yaitu, pertambahan panjang kolam 4,5 – 6 meter, pertambahan lebar kolam 4 – 10 meter, dan kedalaman 3 meter.

5. KESIMPULAN (CONCLUSION) Dari hasil dan pembahasan yang diuraikan dapat disimpulkan :

1. Nilai rata-rata curah hujan maksimal tahun 2005-2015 sebesar 102,09 mm/hari. Pemilihan PUH 3 tahun memperoleh nilai Curah Hujan Rencana 110,56 mm/hari, Intensitas Curah Hujan Rencana 38,74 mm/jam termasuk kategori hujan deras.

2. Debit air tambang yang ada di daerah Sawangan Barat 1,524 m3/detik. Debit air tambang di daerah Sawangan Timur 1,757 m3/detik.

3. Metode penirisan menggunakan mine drainage system, dan kombinasi mine drainage-mine dewatering system. 4. Saluran terbuka yang mengalami

perubahan berjumlah 6 saluran terbuka. 5. Pengadaan gorong-gorong di lokasi

gorong-gorong 1,3,4, dan 5.

6. Sumuran berbentuk penampang trapesium dengan volume 1248,41 m3. Kebutuhan pompa 1 unit Multiflo 290, dan pipa sepanjang 137 meter.

7. Kolam pengendapan mengalami pertambahan kompartemen dan dimensi yaitu : kolam pengendapan Sawangan Barat ditambah 1 kompartemen untuk kompartemen pengaliran, dan perubahan panjang kolam 16,1 – 20,2 meter, lebar kolam 6 – 12 meter, dan kedalaman 3 meter. Perubahan kolam pengendapan Sawangan Timur yaitu, pertambahan panjang kolam 4,5 – 6 meter, pertambahan lebar kolam 4 – 10 meter, dan kedalaman 3 meter.

6. UCAPAN TERIMAKASIH

(ACKNOWLEDGEMENT)

Atas selesainya penyusunan karya ilmiah ini, diucapkan terimakasih kepada :

1. Tanto Afrianto S, selaku General Manager PT. Bintang Mitra Sejahtera. 2. Hidayatullah Sidiq, selaku Pembimbing

Lapangan.

7. DAFTAR PUSTAKA (REFERENCES) Bambang Triatmodjo, 2009, Hidrologi

Terapan, Beta Offset, Yogyakarta, 213-225.

Currie, John M., 1973, Unit Operations in Mineral Processing, Departement of Chemical and Metalurgical Technology, British Columbia, 11-1 – 11-4.

R. Hariyanto dan Sudaryanto. 2015. Buku Panduan Praktek Tambang Terbuka. Program Studi Teknik Pertambangan UPN “Veteran” Yogyakarta, 179-188. Rama Rante Lalo, 2015, Kajian Teknis Sistem

Penyaliran Tambang Pada Pit 4500 Blok 12 PT. Trubaindo Coal Mining di Kecamatan Melak Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, Skripsi, Program Studi Teknik

(10)

Pertambangan, UPN Veteran Yogyakarta.

Rudy S. Gautama, 1999, Diktat Kuliah Sistem Penyaliran Tambang, Institut Teknologi Bandung.

Sularso dan Tahara, Haruo, 1987, Pompa dan Kompressor, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 28-43.

Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.

Badan Geologi Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi, Evaluasi Sumber Daya Mineral Sekala Kecil di Kecamatan

Ajibarang,http://psdg.bgl.esdm.go.id/inde x.php?option=com_content&id=444&Ite

mid=449. Diunduh pada tanggal 31

Oktober 2016

Djuri, dkk.(1996)., 2016, Peta Geologi Regional IUP PT. Sinar Tambang Arthalestari, skala 1 : 25.000, Mining division PT. Sinar Tamabng Arthalestari. Hidayatullah Sidiq, 2016, Peta Longterm Kuari

Batugamping Sawangan, Engineering division PT. Bintang Mitra Sejahtera. _____, 2016, Data Curah Hujan Dinas

Sumberdaya Air dan Bina Marga Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.

_____, 2016, Dokumen Geologi Regional, Mining division PT. Sinar Tambang Arthalestari.

Gambar

Grafik Curah Hujan Bulanan Tahun 2005-2015
Grafik Hari Hujan Bulanan Tahun 2005-2015  Frekuensi  curah  hujan  tinggi  diatas

Referensi

Dokumen terkait

Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rumini pada tahun 2015 yang berjudul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar Tema Berbagai Pekerjaan Melalui

Untuk mendukung upaya peningkatan produktifitas dan produksi padi, jagung dan kedelai serta meringankan beban petani dalam rangka peningkatan penggunaan benih varietas unggul

Dari hasil analisis data tersebut dapat dikatakan bahwa fungsi humor yang berfungsi sebagai alat untuk memperbaiki situasi tegang dan kaku menempati urutan

KMKO Sipil

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan di Kota Dumai telah disusun indikator Dumai Sehat 2021 yang mengacu pada Indikator Rencana Strategis Kementerian

Beberapa faktor yang menyebabkan inkonsistensi ini, antara lain: (a) pengembangan petani tidak sesuai dengan rencana induk perkebunan Aceh yang telah diterbitkan sejak

Hasil yang diperoleh adalah Status keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove Pulau Mantehage masuk dalam kategori baik, akan tetapi satu dari tiga dimensi yang menjadi

tidak boleh mempengaruhi pelajar etnik India bertingkah laku devian. d) Untuk mengenal pasti sama ada penglibatan terhadap aktiviti sosial/. kemasyarakatan boleh atau