• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 132012003 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 132012003 Full text"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KETERBUKAAN

DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA

TAHUN AJARAN 2015/2016

ARTIKEL SKRIPSI

Oleh

Esti Purnamasari 132012003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PENDAHULUAN

Pada kenyataannya, manusia dalam kehidupan sehari-harinya dituntut untuk dapat berperan sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan demi kelangsungan hidupnya, sedangkan sebagai makhluk sosial dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberi pertolongan pada individu lain yang membutuhkan. Namun dalam kenyataannya, pada masa globalisasi saat ini masyarakat di kota-kota besar sedikit demi sedikit mengalami perubahan sebagai akibat dari modernisasi. Jadi, tidaklah mengherankan apabila di kota-kota besar nilai-nilai pengabdian, kesetiakawanan dan tolong-menolong mengalami penurunan sehingga yang nampak adalah perwujudan kepentingan diri sendiri dan rasa individualis. Hal ini akan mengganggu dalam tugas perkembangan dan mengganggu tentang komunikasi yang baik dengan teman sebaya.

Pada masa sekarang jalinan pertemanan itu tidak berjalan dengan mulus terkadang ada banyak hal masalah kecil yang mengganggu seperti: egois, tidak peduli dengan perasaan temannya, terlalu banyak memikirkan diri sendiri. Keterbukaan Diri bermula dari diri sendiri ketika diri sendiri tidak ingin menceritakan diri terhadap teman-temannya sebagian kecil bisa mengganggu kesehatan mentalnya karena akan menjadi orang yang introvert, menjadi orang yang tidak percaya diri, menjadi orang yang tidak bisa percaya dengan temannya dan masih banyak lagi yang akan mengganggu

individu tersebut ketika Keterbukaan Dirinya rendah.

Menurut Hurlock (2005), manusia dibentuk juga oleh lingkungannya, maka dalam pembentukan disiplin diri individu dituntut untuk mengenali setiap unsur yang ada disekelilingnya. Tanpa mengenali lingkungan akan mengakibatkan kesulitan dalam Keterbukaan Diri, karena seseorang akan terbuka dengan orang lain ketika ia dapat menangkap kondisi diri dan lingkungannya. Unsur lingkungan paling dekat adalah dirinya sendiri dan keluarga.

Terkait dengan lingkungan keluarga berarti melibatkan pola asuh orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk merawat anak-anaknya, mengajarkan cara berinteraksi dan bersosialisasi, mengajarkan bagaimana berperilaku yang dapat diterima sesuai norma masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pola asuh merupakan pola interaksi dalam pengasuhan orang tua kepada anak (Hurlock, 2005)

Di dalam keluarga, orang tua sebagai penanggung jawab keluarga bertugas membentuk sikap kepribadian dan perilaku yang baik, salah satunya melalui membentuk keterbukaan diri anak agar dapat menjadi pribadi yang mampu bersosialisasi dan berguna bagi sekitarnya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui signifikasi pengaruh pola asuh orang tua terhadap keterbukaan diri remaja.

LANDASAN TEORI

(7)

mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita dimasa kini tersebut.Menurut Morton (dalam Dayaksini 2009) mengemukakan bahwa keterbukaan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi dalam keterbukaan diri bersifat deskriptif dan evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin untuk diketahui oleh orang lain, misalnya seperti pekerjaan, alamat, dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan perasaan pribadinya lebih mendalam kepada orang lain, misalnya seperti tipe orang yang disukai, hal yang disukai maupun hal-hal yang tidak disukainya.

Menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2013) sebagai rujukan, karakteristik orang yang bersikap terbuka dikontraskan dengan karakteristik orang bersikap tertutup (dogmatis) yaitu :

a. Menilaipesansecaraobjektifdenganm engunakan data danlogika.

b. MampuMembedakandenganmudahd

f. Mencaripengertianpesan yang tidaksesuaidengankepercayaan. Selanjutnya menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat 2013) tentang karakteristik orang yang bersikap tertutup sebagai berikut:

a. MenilaiPesanBerdasarkan Motif-motif pribadi

b. BerpikirSimplistis,

artinyaberpikirhitam-putih

c. Bersandar lebih banyak pada sumber pesan daripada isi pesan.

d. MencariInformasitentangkepercayaa n orang lain darisumbernyasendiri, e. Secarakakumempertahankandanmem

egangteguhsistemkepercayaannya. f. Menolak, mengabaikan, mendistorsi,

danmenolakpesan yang tidakkonsistendengansistemkepercay aannya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi keterbukaandiri

Menurut Devito (2011), mengidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi keterbukaan diri. Ke tujuh faktor tersebut adalah :

a. Besar Kelompok

Keterbukaan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil daripada kelompok besar. Diad (kelompok yang terdiri atas dua orang)merupakan lingkungan yang paling cocok untuk pengungkapan diri. Dengan satu pendengar, pihak yang melakukan pengungkapan diri dapat meresapi tanggapan dengan cepat. Sebaliknya bila lebih dari satu orang pendengar, pemantauan seperti ini menjadi sulit, karena tanggapan yang muncul pasti berbeda dari pendengar yang berbeda. b. Perasaan Menyukai

(8)

membuka diri kepada mereka yang kita sukai, kita juga tampaknya menjadi suka kepada mereka terhadap siapa kita membuka diri.

c. Efek Diadik

Keterbukaan diri dilakukan bila orang yang bersama kita juga melakukan keterbukaan diri. Efek diadik ini barangkali membuat kita merasalebih aman dan nyatanya memperkuat perilaku keterbukaan diri kita sendiri. d. Kompetensi

Orang yang kompeten lebih banyak melakukan dalam keterbukaan diri daripada orang yang kurang

kompeten. “Sangat mungkin,” kata

James McCroskey dan Lawrence Wheeles (dalam Devito, 2011),

“bahwa mereka yang lebih kompten juga merasa diri mereka memang lebih kompeten dan karenanya mempunya rasa percaya diri yang diperlukan untuk lebih memanfaatkan

keterbukaan diri.” Atau, lebih

mungkin lagi, orang yang kompeten barangkali memiliki lebih banyak hal positif tentang diri mereka sendiri untuk diungkapkan daripada orang-orang yang tidak kompeten.

e. Kepribadian

Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrover melakukan pengungkapan diri lebih banyak daripada mereka yang kurang pandai bergaul dan lebih introver. Rasa gelisah adakalanya meningkatkan keterbukaan diri kita dan kali lain menguranginya sampai batas minimum. Orang yang kurang berani bicara pada umumnya juga kurang mengungkapkan diri daripada mereka yang merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi.

f. Topik

Lebih cenderung membuka topik tertentu daripada topik lain. Dalam Jourard (1968,1971a) mengemukakan kita lebih cenderung mengungkapkan informasi diri tentang pekerjaan atau hobi daripada tentang kehidupan seks atau situasi keuangan. Lebih cepat mengungkapkan informasi yang bagus lebih cepat daripada informasi yang kurang baik. Umumnya, makin pribadi dan makin negatif suatu topik, makin kecil kemungkinan kita mengungkapkannya.

g. Jenis Kelamin

Faktor terpenting dalam keterbukaan diri adalah jenis kelamin. Umumnya, pria kurang terbuka daripada wanita. h. MitradalamHubungan

Denganmeningkatkantingkatkeakraba nsebagaipenentutingkatkedalamankete rbukaandirimakalawankomunikasiata umitradalamhubunganakanmenentuka nketerbukaandiriitu. Kita melakukanketerbukaandirikepadamer eka yang kitaanggapsebagai orang yang dekatmisalnyasuami/istri, anggotakeluargadantemandekat. Di sampingitukitajugaakanmemandangba gaimanaresponmereka.

Apabilakitapandangitu orang yang hangatdanpenuhperhatianmakakitakita akanmelakukanketerbukaandiri, apabilasebaliknya yang terjadimakakitaakanmemilihuntukmen utupdiri.

(9)

proses melahirkan, melindungi, memelihara, dan mengarahkan anak. Seluruh proses tersebut pada akhirnya bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan seorang anak dari kecil hingga dewasa (Brooks, 2008).Menurut Sumardjono (2013) mengemukakan pola asuh anak adalah cara, bentuk, strategi pendidikan keluarga yang dilakukan orang tua kepada anak. Pembentukan pribadi anak yang positif tidak terlepas dari pola asuh anak yang diterapkan orang tua di dalam keluarga. Orang tua sebagai kepala keluarga mempunyai peran penuh untuk mengatur dan mendidik anaknya. Diana Baumirnd (dalam Sumardjono, 2013) mendefinisikan pola asuh adalah perlakuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam rumah tangga diperlukan aturan yang dibedakan sebagai aturan yang tegas dan fleksibel. Aturan yang tegas tidak dapat diuabh meski remaja sependapat atau bersebrangan, sedangkan aturan fleksibel bersifat terbuka untuk dinegoisasikan, dapat dilonggarkan atau diubah jika ada alasan yang mantap.

Model Pola Asuh Orang Tua

Hurlock (2015) menyatakan ada tiga macam cara yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik putra-putrinya yaitu,

1. Pola asuh otoriter

Adanya kontrol yang ketat dari orang tua, aturan dan batasan dari orang tua harus ditaati oleh anak, anak harus bertingkah laku sesuai aturan yang ditetapkan orang tua, orang tua tidak mempertimbangkan pandangan atau pendapat anak dan orang tua

memusatkan perhatian pada pengendalian secara otoriter yaitu berupa hukuman fisik. Tipe pola asuh otoriter anak mempunyai sifat submitif, anak tidak mempunyai inisiatif karena takut berbuat kesalahan, anak menjadi penurut, tidak mempunyai kepercayaan diri, dan tidak mempunyai tanggung jawab. Pada tipe ini kontrol orang tua ketat. Namun dipihak lain orang tua menuntut agar anak lebih bertanggung jawab sesuai dengan perkembangannya, tetapi anak merasa terkekang dalam mencari kemandirian.

2. Pola asuh demokratis

Aturan yang dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga, orang tua memperhatikan keinginan dan pendapat anak, selalu mengadakan diskusi atau mengambil suatu keputusan, anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan diberi kepercayaan serta ada bimbingan dan kontrol dari orang tua. Anak tidak takut akan membuat kesalahan, dengan demikian rasa percaya diri pada anak akan berkembang dengan baik dan anak mempunyai tanggung jawab.

3. Pola asuh permisif

(10)

diri goyah serta penghargaan diri sendiri kurang baik.

Penelitian Relevan

Pada penelitian yang dilakukan J. Elizabeth Norrell (1984) berdasarkan hasil

penelitian tentang “Self-Discolsure : Implications for the study of

parent-adolescent interaction” Keterbukaan diri

remaja kepada orangtua dapat berubah sebagai akibat dari perkembangan kognitif, fisik dan konsep diri pada remaja tersebut. Implikasi dari perubahan keterbukaan diri ada kaitannya dengan interaksi antara orang tua dan remaja.

Pada penelitian yang dilakukan Sweta Pethak (2012) berdasarkan hasil penelitian tentang “Parental Monitoring

and Self-Disclosure of Adolescents”

menunjukan bahwa remaja yang dimonitor dengan baik oleh orang tua lebih sedikit melakukan kenakalan remaja dan perilaku melanggar norma. Kemajuan dalam teknologi, media masa, dan internet telah meningkatkan tantangan pemantauan orangtua yang efektif. Dampak dari keterbukaan diri dapat meningkatkan bermacam-macam hal. Kerelaan untuk diri anak memungkinkan orang tua untuk tahu lebih banyak tentang anak tersebut dan membantu membangun atmosfir kepercayaan dan kejujuran satu sama lain. METODE PENELITIAN

Penelitianinimenggunakanpendekat anKuantitatif, mengatakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistikaAzwar (2010).Analisis regresi digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel

dependen, bila nilai variabel independen dimanipulasi / dirubah-rubah atau dinaik turunkan. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependenSugiyono (2014). Pada penelitian ini, analisi regresi digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap keterbukaan diri remaja.

Padapenelitianinimenggunakantek

nikprobability

sampling.DenganmenggunakantabelNomo

gramHerry King, bilajumlahpopulasi 615 siswa, kesalahan 5% makajumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 02 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 221siswa.

Teknikpengumpulan data menggunakanskalapolaasuh orang tuadanketerbukaandiri, skalapolaasuh orang tuaberdasarkanteori Hurlock (2015) sedanganskalaketerbukaandiriberdasarkant eoriDevito (2011).

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini dianalisis ini berdasarkan fakta polaasuh orang tuadanketerbukaandirikelas X SMK Negeri 02, adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

KeterbukaanDiri

(11)

inggi

Tinggi 173 – 199 78 35.3 Sedang 146 – 172 10

0 45.2 Rendah 119 – 145 13 5.9 SangatR

endah 92 – 118 3 1.4

Total 22

1 100 Minimun 92.00 Maksimum 229.00

Mean 173.6

Std. Deviation 22.49

PolaAsuh Orang Tua JenisPolaAsuh

Orang Tua Siswa

Otoriter 14 Demokratis 195 Permisif 12

TOTAL 221

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .326a .107 .102 21.30906 a. Predictors: (Constant), PolaAsuhOrangtua

Tabel diatas menjelaskan besarnya nilai korelasi (R) yaitu sebesar 0,326 dan dijelaskan besarnya prosentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang disebut koefesien determinasi yang merupakan hasil dari penguadratan R. Dari output tersebut diperoleh koefesien determinasi (R2) sebesar 0,107 yang mengandung pengertian bahwa pengaruh variabel bebas (Pola Asuh Orangtua)

terhadap variabel terikat (Keterbukaan Diri) adalah sebesar 10,7% (dibulatkan menjadi 11%), sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel yang lain.

PEMBAHASAN

(12)

pandai bergaul dan lebih introvert. Orang yang kurang berani bicara pada umumnya juga kurang mengungkapkan diri daripada mereka yang merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi. Faktor topik ini lebih cenderung membuka topik tertentu daripada topik lain. Lebih cepat mengungkapkan informasi yang bagus lebih cepat daripada informasi yang kurang baik. Umumnya, makin pribadi dan makin negatif suatu topik, makin kecil kemungkinan kita mengungkapkannya. Selanjutnya faktor jenis kelamin, umumnya, pria kurang terbuka daripada wanita. Tabel tersebut juga menunjukan

nilai Sig = 0,00 ˂ 0,05 yang berarti data

tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan dan uji linearitasnya diterima. Dalam penelitian ini

Berdasarkan data skala sikap keterbukaan diri remaja dan pola asuh orang tua. Dari hasil skor keterbukaan diri diperoleh hasil sebesar diperoleh hasil sebesar 12,2% dengan jumlah 27 siswa pada kategori sangat tinggi. Sebesar 35,3% dengan jumlah 78 siswa pada kategori tinggi. Sebesar 45,2% dengan jumlah 100 siswa pada kategori sedang. Sebesar 5,9% dengan jumlah 13 siswa pada kategori rendah dan sebesar 1,4% dengan jumlah 3 siswa berada pada kategori sangat rendah. Pada hasil pola asuh orang tua diperoleh hasil sebesar 14 siswa menunjukan jenis pola asuh orang tua otoriter, sebanyak 195 siswa menunjukan pola asuh demokratis dan sebesar 12 siswa menunjukan pola asuh permisif.

Penulis mengakui terdapat kelemahan dalam penelitian ini yang terlihat pada besar pengaruh pola asuh orang tua dengan keterbukaan diri yang sangat kecil, memiliki kontribusi sebesar

11%. Hal ini terjadi disebabkan oleh kesalahan penulis dalam penyusunan angket, penentuan indicator, dan analisa data yang kurang baik.

KESIMPULAN

Ada pengaruh yang signifikan antara Pola Asuh Orangtua terhadap keterbukaan diri remaja siswa kelas X SMK Negeri 02 Salatiga tahun ajaran 2015/2016.Besar koefesien determinasi R (Square) adalah 0,11 yang artinya pola asuh orang tua memiliki kontribusi sebesar 11% terhadap keterbukaan diri remaja sehingga masih terdapat 89% dipengaruhi oleh factor lain yang dapat mempengaruhi keterbukaan diri diluar variable pola asuh orang tua yaitu besar kelompok, perasaan menyukai, efek diadik, kompetensi, kepribadian, topik dan jenis kelamin.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohamad. 1984. Penelitian

Kependidikan: Prosedur dan

Strategi. Bandung: Angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Bina Aksara

Azwar, Saifuddin. 2010. Metode

Penelitian. Yogyakarta :Pustaka

Pelajar

Brooks, J. (2011). The process of

parenting (7th ed). New York :

McGraw-Hill.

Dayaksini, Tri. 2006. Psikologi Sosial. Malang. UMM Press.

Devito, J.A. 2011. Komunikasi

Antarmanusia. Translated by

(13)

Hunter, Sally.B. Barber, Brian.K. Olsen. Joseph, A. McNeely. Clea.A, Bose. Krishna. (ttt). Adolescents

Self-Disclosure to Parents Across

Culture : Who Discloses an Why Hurlock E. B (2015). Perkembangan Anak.

Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Krisbiantara, W. 2005. Perbedaan Kemandirian Ditinjau dari Pola Asuh dan Jenis Kelamin Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang. Skripsi (tidak

diterbitkan). Salatiga: Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Progdi Bimbingan dan Konseling: Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Nasir, Mohammad. 2003. Metodologi

Penelitian. Cetakan Keempat, Penerbit

Ghalia

Indonesia. Jakarta.

Norrel, J.Elizabeth. 1984. Self-Discolsure : Implications for the study of

parent-adolescent interaction.

Padmomartono,Sumardjono. 2013.

Konseling Remaja. Salatiga: UKSW

Papini, Dennis R. Farmern, Frank F. Clark, Steven M. Micka, Jill C. Barnett, Jawanda K. 1990. Early Adolescent Age and Gender Differences In

Patterns of Emotional

Sel-Disclosure to Parents and Friends Pethak, Sweta. 2012. Parental Monitoring and Self-Disclosure of Adolescents

Pratiwi, Purwandini.Sakti. 2016. Pendidikan Seks Cegah Remaja

Pacaran Kebablasan. Kompas.

Diperoleh 02 April 2016, dari Kompas.com

Rachma,Elieen. Savitri,Sylvina. 2012.

Menjadi Transparan dengan Elegan.

Kompas. Diperoleh 02 April 2016, dari Kompas.com

Rakhmat,Jalaluddin.2013.Psikologi

Komunikasi.Bandung:Remaja Rosdakarya

Shochib,Moh. 2010. Pola Asuh Orang Tua

Dalam Membantu Anak

Mengembangkan Disiplin Diri.

Jakarta : Rineka Cipta

Soenens,Bart. Vansteenkiste,Maarten. Luyckx,Koen.2006. Parenting and Adolescent Problem Behavior: An Integrated Model With Adolescent

Self-Disclosure and Perceived

Parental Knowledge as Intervening

Variables. Development Psychology,

Vol. 42, No. 2, 305-218

Sugiyo. 2005. KomunikasiAntarpribadi. Semarang: UNNES PRESS

Sugiyono. 2014. Statistika untuk

Penilitian. Bandung : Alfabeta

Sugiono. 2006. Metode penelitian

kuantitatif dan kualitatif dan R n D.

Bandung:Alfabeta

Slameto. (2003). Metodologi Pendidikan. Program Studi Bimbingan dan Konseling, FIP – UKSW Salatiga Supratiknya, A.2016. Komunikasi

Antarpribadi Tinjauan Psikologi.

Gambar

Tabel diatas menjelaskan besarnya nilai korelasi (R) yaitu sebesar 0,326 dan

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “PERBANDINGAN POLA EXECUTING DAN POLA CHANNELING DALAM PRODUK PEMBIAYAAN LINKAGE PROGRAM DI BANK

Maka dalam penelitian ini sampel yang akan digunakan adalah sebanyak 30, yaitu efektivitas pengendalian intern persediaan yang diambil dari 30 toko.. 3.4

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Perencanaan Ulang Struktur Pondasi Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya dengan

Dari hasil regresi yang telah dilakukan maka diperoleh nilai R- square (R2) sebesar 0,991 dengan kata lain hal ini menunjukkan bahwa besar persentasi jumlah jam

Berdasarkan 17 (tujuh belas) data kasus yang digunakan untuk pengujian, sistem menghasilkan 5 (lima) data kasus yang memiliki urutan nilai akhir terbesar

Hasil In-depth Interview terhadap 7 stakeholder yang berkaitan dengan penyakit yang ditimbulkan akibat banjir menunjukkan bahwa seluruh stakeholder berpendapat upaya

Penyebar benih karena Dung beetle memindahkan feses yang mungkin didalamnya terdapat benih-benih dari suatu tanaman yang tidak dapat tereduksi oleh satwa liar.. Dung beetlehidup di

Kedudukan Panglima Laôt sebagai lembaga APS bisnis kelautan terdapat dalam Pasal 98 ayat (1), (2), (3) huruf i, ayat (4) serta Pasal 162 ayat (2) huruf e UU Pemerintahan Aceh Tahun