25
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN SUPIR ANGKOT DI KABUPATEN
POLEWALI MANDAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi pada Program studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
OLEH: RISWAN 90300114155
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR TAHUN 2018
27
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Riswan
Nim : 90300114155
Tempat, tanggal lahir : Puawang, 13 April 1995
Jurusan/Prodi : Ilmu Ekonomi
Fakultas/Program : Ekonomi dan Bisnis Islam/Strata 1
Alamat : jln poros malino
Judul skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Supir Angkot di Kabupaten Polewali Mandar
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini
benar dan hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari bahwa ia merupakan duplikat,
tiruan, atau dibuat orang lain sebagian atau seluruhnya, maka skripsi ini dan gelar
yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Gowa, Oktober 2018
Yang Membuat Pernyataan
Riswan
28
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Supir Angkot di Kabupaten Polewali Mandar” dengan baik. Shalawat dan Salam semoga senangtiasa tercurah dan terlimpah
kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW, Nabi yang membawa perubahan
besar bagi umat manusia.
Penyusunan skripsi ini terselesaikan berkat adanya bimbingan, kerjasama,
bantuan arahan, dan petunjuk-petunjuk dari berbagai pihak yang terlibat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini
penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih atas sumbangsi pemikiran,
waktu dan tenaga serta bantuan moril dan materi khususnya kepada orang tua
penulis Ayahanda Rustam dan Ibunda Jawati yang sampai sekarang ini telah
mendidikku dengan baik, menyekolahkan serta tiada henti memberikan kasih
sayang dan doanya untuk kesuksesanku. Dan tak lupa juga penulis ingin berterima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si. Sebagai Rektor UIN
Alauddin Makassar dan Para Wakil Rektor dan seluruh jajarannya.
2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
29
3. Bapak Dr. Siradjuddin, SE., M.Si. dan Hasbiullah, SE., M.Si. selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
4. Bapak Dr. Hj. Rahmawati Muin, S.Ag., M.Ag selaku Dosen Pembimbing
I, Bapak Aulia Rahman Bato, SE., MSi selaku Dosen Pembimbing II, yang
telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memberikan
bimbingan, petunjuk, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Untuk Penguji Komprehensif Bapak Dr. H. Abdul Wahab, S.E.,M.Si,
Bapak Mutafa Umar, S.Ag., M.Ag, Bapak Hasbiullah, S.E., M.Si. yang
telah mengajarkan saya bahwa seseorang itu belajar bukan hanya untuk
medapatkan nilai tetapi untuk memahaminya pula.
6. Seluruh Dosen, Staf akademik, Staf Jurusan Ilmu Ekonomi, Staf
Perpustakaan, Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar yang telah memberikan penulis ilmu
pengetahuan yang sangat berharga.
7. Supir Angkutan Di Kabupaten Polewali Mandar yang telah memberikan
bantuan dan informasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Untuk Keluarga tercinta Karena selalu Memberi Semangat dan Motivasi
Untuk selalu memberikan support.
9. Terima kasih untuk Magfira Fatmi yang selama ini meluangkan waktunya
menemani, memberikan motivasi dari awal dan bersedia menemani
penulis untuk berjuang bersama dalam menempuh pendidikan di UIN
30
10. Terima kasih kepada M. Azhar taufik, Kemal Pasha, Dedi Gunawan Muin,
Agussalim, Abdurrahman Siddiq, Ririn Mardhani Syakur, dan Maryana
Ningsi, yang selalu memberikan semangat dalam penyusunan tugas akhir
ini.
11. Terima kasih Teman-Teman ILMU EKONOMI 2014 semoga takkan
terlupakan semua keluarga ILMU EKONOMI, serta seluruh Keluarga Besar
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Ucapan terima kasih dan permohonan maaf penulis dan juga kepada
keluarga, sahabat serta teman-teman yang tidak sempat saya sebutkan namanya
satu persatu. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan dapat dijadikan
sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. Penulis juga menyadari bahwa
penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis taklupa
mengharapkan saran dan kritik atas skripsi ini semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pembaca. Amin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.
Gowa, September 2018 Penulis,
Riswan
31 DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
ABSTRAK ... ix BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Transportasi ... 6
B. Peran dan fungsi Transportasi ... 12
C. Pendapatan ... 14
D. Hubungan Antar Variabel ... 18
E. Penelitian Sebelumnya ... 21
F. Hipotesis ... 23
G. Kerangka Pikir Penelitian ... .24
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 25
B. Jenis dan Sumber Data ... 25
C. Populasi dan Sampel ... 26
32
E. Metode Analisis Data ... 26
F. Defenisi Operasional ... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
A. GambaranUmum ... 34
1. Tofografi dan Deskripsi Wilayah ... 34
a. Aspek Geografis ... 35
b. Aspek Demografi ... 35
c. Aspek Ekonomi ... 36
2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 36
a. Jumlah Jam Kerja ... 37
b. Jumlah penumpang... 38
c. Pengalaman Kerja... 39
d. Tarif ... 40
e. Pendapatan... 41
B. Hasil Analisis Data ... 42
1. Uji AsumsiKlasik ... 42
a. Uji Normalitas ... 42
b. Uji Multikolinearitas ... 44
c. Uji Autokorelasi ... 46
d. Uji Heteroskedastisitas ... 47
2. Analisis Regresi Linear Berganda ... 47
a. AnalisisRegresi Linear berganda... 48
33
c. Hipotesis ... 51
C.PembahasanHasilPenelitian ... 55
1. Pengaruh Jumlah Jam Kerja Terhadap Pendapatan Supir Angkot ... 55
2. Pengaruh Jumlah Penumpang Terhadap Pendapatan Supir Angkot ... 56
3. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Pendapatan Supir Angkot ... 57
4. Pengaruh Tarif Terhadap Pendapatan Supir Angkot ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP ...
34
DAFTAR TABEL
No. Teks Hal
4.1 Daftar Distribusi Jumlah Jam Kerja Responden ... 38
4.2 Daftar Rata-rata Jumlah Penumpang Responden ... 39
4.3 Daftar Pengalaman Kerja ... 40
4.4 Daftar Distribusi Rata-rata Tarif Responden ... 41
35
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Hal
2.1 Kerangka Pikir ... 24
4.1 Grafik Histogram ... 43
4.2 Grafik Normal P.Plot ... 44
36 ABSTRAK
Nama : Riswan
Nim : 90300114155
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Supir Angkot di Kabupaten Polewali Mandar
Penelitian ini berujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah jam kerja, jumlah penumpang, pengalaman kerja dan tarif terhadap pendapatan supir angkot di Kabupaten Polewali Mandar baik secara parsial maupun secara bersama-sama.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, data diolah dengan kebutuhan model yang digunakan. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari wawancara terstruktur dengan menyebar kousioner. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 836 supir, dengan penarikan sampel menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis, serta menganalisis data dengan menggunakan regresi linear berganda dengan bantuan sofware 21 for windows.
Hasil analisi regresi linear berganda secara bersama-sama menunjukkan bahwa jumlah jam kerja, jumlah penumpang, pengalaman kerja dan tarif mempunyai pengaruh yang signifikan dan berpengaruh positif terhadap pendapatan supir angkot di Kabupaten Polewali Mandar. Dari hasil regresi yang telah dilakukan maka diperoleh nilai R- square (R2) sebesar 0,991 dengan kata lain hal ini menunjukkan bahwa besar persentasi jumlah jam kerja, jumlah penumpang, pengalaman kerja dan tarif sebesar 99,1% sedangkan sisanya sebesar 9% persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini
Kata kunci : Pendapatan Supir Angkot , Jumlah jam Kerja, Jumlah Penumpang, Pengalaman Kerja, Tarif.
37 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian sautu daerah tidak lepas dari dukungan
sektor-sektor penunjang yang dapat menopang perekonomian suatu daerah. Salah
satu sektor yang dimiliki yang berperang pentig dalam perekonomian adalah
sektor transportasi khususnya pada kabupaten polewali mandar (polman) dengan
itu sangat membutuhkan dukungan dari sarana transportasi yang memadai guna
untuk memperlancar arus barang maupun penumpang. Kelancaran arus barang
dan penumpang pada suatu kegiatan perekonomian dapat menjadikan
perekonomian suatu daerah dapat berkembang semakin pesat.
Kabupaten polewali mandar yang memiliki potensi sumber daya alam
yang cukup berpotensi sebagai penunjang perekonomian sudah seharusnya
ditunjang oleh saran dan prasarana transportasi yang memadai. Salah satu sarana
transportasi tersebut penting dalam menunjang kegiatan mobilisasi penduduk dan
salah satunya adalah moda angkutan kota. Moda angkutan kota yang memdai dan
berkualitas dapat berdampak pada peningkatan dan perkembangan perekonomian
di kabupaten polewali mandar. Transportasi pada dasarnya adalah kebutuhan
sehari-hari masyarakat untuk bepergian, transportasi juga termaksud jawaban dari
tantangan dalam perkembangan teknologi maju yang senantiasa efektifitas dan
38
Namun, kemajuan tehnologi di Kabupaten Polewali Mandar menjadi
masalah bagi supir angkot, di karenakan banyak yang lebih memilih beralih
profesi semenjak hadirnya transportasi bentor, yang dimana bentor menjadi
ancaman bagi supir angkot di Kabupaten Polewali Mandar untuk beroperasi,
karena bentor sendiri tidak memiliki syarat mutlak untuk beroperasi atau bebas
untuk beroperasi di bandingkan dengan supir angkot yang memiliki syarat mutlak.
Pada awal transportasi bentor muncul di kabupaten polewali mandar hanya
digunakan sebagai kendaraan pribadi, namun semenjak transportasi bentor
beroperasi, kendaraan umum seperti angkutan kota, becak dan ojek mengalami
penurungan pendapatan karena minimnya penumpang yang mereka peroleh
semenjak beroperasinya trasportasi bentor. Banyak supir angkot di kabupaten
polewali mandar beralih profesi seperti kulit bangunan, bahkan sopir angkot ada
yang menjadikan angkotnya tersebut sebagai kendaraan pribadi sebab ketika
mereka beroperasi maka mereka harus menghidupkan segala surat-surat angkot
tersebut sedangkan yang mereka harapkan untuk menghidupkan surat–surat
tersebut dari hasil beroperasi.
Transportasi bentor merupakan angkutan umum yang baru ada di
Kabupaten polewali mandar. Keberadaannya membuat alat trasportasi angkot,
terpinggir sehingga penumpang yang mereka peroleh sangatlah minim di
karenakan masyarakat lebih memilih trasportasi bentor. Supir angkot lebih
cenderung cepat berhenti beropersi atau jumlah jam bekerja berkurang di karena
39
memilih istirah cepat dibandingkan pergi keliling tidak jelas malah menambah
biaya operasional.
Namun demikian bukan berarti angkot tidak diminati. Terbukti pada saat
masyarakat pulang dari aktivitas, terutama kepasar. Sebagian masyarakat ada yang
memilih naik bentor di banding angkutan kota (angkot) dengan jarak yang sama
karena bentor cepat dan tanpa menunggu penumpang penuh baru jalan sedangkan
angkot dia harus menunggu lama sampai penumpangnya penuh baru mereka
jalan, dan biaya atau tarif yang harus di tanggung oleh penumpang sama dengan
biaya atau tarif yang harus mereka bayar.
Supir angkot di Kabupaten Polewali Manadar memiliki beberapa
persyaratan ketika ingin beroperasi, yaitu surat isin angkutan kota sesuai dengan
jenis kendaraan yang beroperasi, kupong, sintre, stnk, untuk menghidupkan
segalah surat–surat izin operasi angkot membutuhkan biaya yang sangat banyak
dan itu membuktikan ketika supir angkot tidak lagi beroperasi karena alsanan
tidak punya biaya besar untuk menghidupkan segala persyratan tersebut,
sendangkan bentor sendiri hanya memerlukan sim dan stnk untuk beoperasi. Dan
parahnya lagi yang dapat meyelamatkan sopir angkot di Kabupaten Polewali
Mandar adanya bentor beroperasi bukan malah mengeluarkan kebijakan malah
pengambil kebijakan tersebut ini memanfaatkan dengan membuat atau
mengeluarkan bentor untuk mobilisasi massa untuk pilkada.
Supir angkot dan transportasi lainnya yang merasakan dampak
beroperasinya bentor di Kabupaten Polewali Mandar sudah menuntut kepada
sia-40
sia mereka hanya mendengarkan tanpa melakukan tindakan atau mengeluarkan
kebijakan yang pro terhadap supir angkot. Menurut seorang supir angkot,
“mengatakan bahwa kita sebagai sopir angkot tidak dapat menuntut banyak terhadap adanya trasportasi bentor karena yang dapat menyelamatkan sopir angkot
dialah dibalik semua ini mengapa kemudian bentor lebih leluasa mengambil
penumpang”. Tanpa ada kebijakan yang dilakukan pemerintah.
Di Kabupaten Polewali Mandar kini terjadi fenomena yang dimana
sebagian besar penduduk lebih sering menggunakan kendaraan pribadinya
dibandingkan dengan menggunakan angkutan kota saat ini. Hal tersebut membuat
sarana transporasi angkutan umum khususnya angkutan kota tidak lagi menjadi
primadona dalam mendukung mobilisasi penduduk Kabupaten Polewali Mandar
sehingga membuat supir angkutan kota sebagian besar beralih profesi.
Berdasarkan uraian di atas, menarik diteliti mengenai ‘‘Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan supir angkot di Kabupaten polewali
Mandar”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah jumlah jam kerja berpengaruh terhadap pendapatan supir angkot
di Kabupaten Polewali Mandar ?
2. Apakah jumlah penumpang berpengaruh terhadap pendapatan supir angkot
di Kabupaten Polewali Mandar ?
3. Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap pendapatan supir angkot
41
4. Apakah tarif berpengaruh terhadap pendapatan supir angkot di Kabupaten
Polewali Mandar ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengeahui pengaruh jumlah jam kerja terhadap pendapatan supir
angkot di Kabupaten Polewali Mandar.
2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penumpang terhadap pendapatn supir
angkot di Kabupaten Polewali Mandar.
3. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja terhadap pendapatan supir
angkot di Kabupaten Polewali Mandar.
4. Untuk mengetahui pengaruh tarif terhadap pendapatan supir angkot di
Kabupaten Polewali Mandar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak
yang berkepentingan dalam masalah tersebut.
2. Dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran sebagai dan bahan
pertimbangan bagi pemerintah daerah setempat dalam menyusun kerangka
kebijakan di sektor transportasi.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti yang lain yang akan mengadakan
42 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Teori transportasi
Pembangunan ekonomi suatu kota membutuhkan jasa angkutan yang
cukup serta memadai. Tanpa adanaya transportasi sebagai sarana penunjang agar
dapat tercapai hasil memuaskan dalam usaha pengembanganekonomi suatu
negara. Kebutuhan jasa pengankut atau disebut juga, transportasi merupakan
kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari
17.000 pulau dengan total wilayah 735.355 mil persegi indonesia menempatai
peringkat keempat dari 10 negara berpopulasi terbesar di dunia (sekitar 220 juta
jiwa). Tanpa sarana transportasi yang memadai maka akan sulit untuk
menghubungkan seluruh daerah kepulauan ini Wardiman Darmadi (2000).
Sejak dahulu transportasitelah digunakan dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat luas.Hanya saja alat angkutan yang dimaksud bukan seperti sekarang
ini.Sebelum tahun 1800 alat pengangkutan yang digunakan dalam kehidupan
masyarakat luas adalah tenaga manusia, hewan dan sumber tenaga
alam.Pengangkutan barang-barang dalam jumlah kecil serta waktu yang di
tempuh lama sekali. Baru pada tahun1920 transportasi telah mencapai tingkat
perkembangan pada puncak dan abad ke 20 pertumbuhan transportasi
berkembang pesat sejalan dengan kemajuan teknologi mutakhir sampai saat ini
43
Zaman telah berlalu seiring dengan pola dan pelaku konsumen dalam
melakukan perjalanan untuk memenuhi kebutuhan hidup,kemudian ini
dinamakansebagai manusia atau masyarakat nomaden, yaitu suatu kelompok
manusia atau masyarakat yang telah berpindah-pindah menurut kondisi alam
lingkungan.
Pengertian transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportare, yang dimana trans berarti seberan atau sebelah lain dan portare yang berararti pengangkutan transportasi pengangkutan atau membawa sesuatau keseblah suatu
tempat ke tempat lain.
Menurut Hendra Muliawan dan Ketut sutrisna (2013:03),“ transportasi merupakan sarana begitu penting dalam pembangunan ekonomi masyarakat
karena akan memperlancar arus barang jasa dari tempat asal (produsen) ke tempat
tujuan (konsumen)”. Tingkat kepadatan penduduk berpengaruh signifikan terhadap pelayanan transportasi disuatu wilayah. Tanpa adanay transporasi yang
memadai maka pembangunan disegala bidang akan terhambat. “Sehingga sektor transportasi dapat dikatakan sebagai derived demand artinya sektor transportasi yang bertambah karena dibutuhkan untuk melayani masyarakat dalam kegiatan
ekonomi” (Alimuddin, 2013:03)
Menurut Hairulsyah (2006:110), kebutuhan akan transportasi merupakan
kebutuhan turunan yang sulit digantikan karena masyarakat mempunyai
kebutuhan ekonomi, kebutuhan sosial dan kebutuhan lainnya.
Transportasi sebagai dasar untuk perkembangan ekonomi dan
44
transportasi menyebabkan, adanya spesialisasi atau pembagian pekerjaan menurut
keahlian sesuai budaya, adat istiadat, dan budaya suatu bangsa atau daerah.
Transportasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan pemindahan barang dan
manusisa dari tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination). Ada empat
komponen yang diperlukan dalam kegiatan transportasi, yaitu:
1.Tersedianya muatan yang diangkut.
2.Terdapat kendaraan sebagai sarana angkutannya.
3.Adanya jalan yang dapat dilaluinya dan.
4.Terminal.
Transportasi atau pengankutan merupakan bidang kegiatan yang sangat
pening untuk kehidupan masyarakat indonesia di karenakan pentinya transportasi
bagi masyarakat indonesia iu disebebkan oleh bebrapa faktor antara lain, keadaan
geografis indonesia yang terdiri ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri
dari sebagian laut, sungai dan danau yang memungkinkan pengangkutan
dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna menjangkau seluruh wilayah
indinesia.
Sistem transportasi adalah suatu sistem yang berfungsi memindahkan orang
ataupun barang dari suatu tempat ke tempat lain sebagai upaya mengatasi
hambatan jarak gegrafis. Selain itu berfungsi untuk memindahkan orang atau
barang dari suatu tempat ke tempat lain, transporasi memiliki dimensi-dimensi
kompleks yang menyangkut kebutuhan lainnya, seperti kebutuhan ekonomi, sosial
dan politik. Az-zarah (Morlok, 2011:4520. Kebutuhan akan transportasi disebut
45
angkutan umum diatur dalam UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
Dalam arti luas (makro) kajian sistem transportasi terdiri dari beberapa
komponen sistem yang lebih kecil (mikro), saling terkait dan saling
mempengaruhi, sedangkan sistem transportasi mikro sendiri (Tamin 2000), terdiri
dari bebrapa sistem seperti : kegiatan, jaringan prasarana transportasi, pergerakan
lalulinntas dan kelembagaan. Setiap tata guna lahan dengan jenis kegiatan
tertentu. Akan membangkitkan pergerakan sebagai suatu proses pemenuhan
kebutuhan pergerakan manusia dan distribusi barang tersebut membutuhkan moda
tranportasi dan sistem jaringan sebagai media (prasarana) tempat moda
transportasi bergerak, yang meliputi : sistem jaringan jalan, kereta api, terminal
bis, bandara dan pelabuhan laut, yang senantiasa berinteraksi dengan system
kegiatan. Sistem rekayasadan manajemen lalu lintas yang baik dapat menciptakan
suatu sistem pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah, handal dan sesuai
denga lingkungannya
Kemajuan transportasi adalah akibat kebutuhan manusia untuk berpergian
ke tempat lain guna mencari barang yang dibutuhkan atau melakukan aktivitas,
dan mengirim barang ke tempat lain yang membutuhkan barang tersebut. Oleh
karena itu di Indonesia transportasi telah mengalami perkembangan dari masa ke
masa seiring laju perkembangan dunia saat ini.“Peradaban manusia dan pengaruh
kemajuan teknologi menjadikan transportasi menjadi modern”,MetaSuryani dan
46
Beberapa negara yang sedang berkembang, khususnya indonesia, sektor
angkutan konvensional secara perlahan terlihat semakin kurang menarik dan tidak
lagi diminati, terutama oleh generasi muda. Disisilain, kita liat bahwa perkotaan
menawarkan begitu banyak kesempatan, baik dari sektor formal maupun informal.
Tambahan lagi, pertumbuhan wilayah di daerah pedalaman lebih lambat
dibandingkan dengan wilayah perkotaan.Hal ini menyebabkan tersedia lebih
banyak lapangan kerja serta upah gaji yang ada lebih tinggi didaerah perkotaan di
bandingkan dengan daerah pedelamanmu, (Tamin Ofyar Z, 2000).
Sektor transportasi atau pengangkutan sangat di perlukan dalam
menyelesaikan perekonomian suatu bangsa.Jika ditinjau dari sisi produksi dan
perdagangan. Begitu juga bagi sektor ekonomi lain, jasa angkutan merupakan
faktor input. Dalam hubungan ini lah jas angkutan digunakan sebagai “ derived demand”, karena keperluan jasa angkutan mengikuti perkembangan kegiatan produksi dan ekonomi yang akan memanfaatkannya (Siregar, 1981:5).
Sedangkan Adisasmita (2010:3) memaparkan bahwa “ketersediaan jasa
transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bukan hanya memperlancar
arus barang mobilitas manusia, tetapi transportasi juga membantu tercapainya
alokasi sumber daya ekonomi secara optimal.
Dari tahun ke tahun perkembangan kegiatan ekonomi atau produksi sering
meningkat, jumlah penduduk pun semakin meningkat dan pembangunan jalan
raya semakin meningkat. Sehingga mobilitas penduduk akan semakin meningkat
sejalan dengan kebutuhan masyrakat akan perkembangan ekonomi. Tetapi hal
47
penumpang umum semakin menururn. Diketahui persentase pengguna angkutan
penumpang umum perkotaan di indonesia terus mengalami penurunan persentasi,
rata-rata sebesar 1% per tahun ( MTI, 2005:19).
UU No 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan memang tidak
menyebutkan dengan jelas bahwa sepeda motor termasuk kendaraan bermotor
umum, tetapi dalam UU tersebut juga tidak terdapat larangan mengenai pengguna
seperda motor sebagai kendaraan umum. Contoh yaitu pasal 137 ayat (2),
“angkutan orang yang menggunakan kendaraan bermotor berupa sepeda motor, mobil penumpang, atau bus.
Menurut Alison, Pridmore (201:47) sistem transportasi angkutan umum
berkelanjutan yang menyangkut aspek sosial, lingkungan dan ekonomi dengan
ide-ide untuk mengembangkan tehnologi akan memberikan kemudahan bagi
konsumen dalam kegiatan setiap harinya. “sistem transportasi berkelanjutan merupakan tugas dari stakeholder untuk melindungi angkutan yang ada dan agar
meningkatkan pangsa pasar” David A. Hensher (2000:48) “perencanaan angkutan umum yang memberikan pelayanan secara aman, terpercaya dan hemat biaya
menjadi tantangan bagi stakeholder untuk bersaing dengan pihak-pihak lain yang
berhubungan” Michael Greenberd (2005:89). “Perencanaan ransportasi dalam membuat suatu kebijakan menjadi salah satu masalah bagi pembuat kebijakan
dibidang regional maupun di daerah ekonomi”, Ersoy (2012:4)“ Peran pemerintah dalam hal perkembangan transportasi baik di negara berkembangan maupun
negara maju menjadi perdebatan di sekor transportasi, tentang kepemilikan
48
1. Macam-macam alat transportasi
(a) Sepeda; (b) Becak; (c) Bajaj; (d) Bemo; (e) Delman; (f) Mobil; (g) Kereta api;
(h) Kapal; (i) Helikopter; (j) Sepeda motor; (k) Bentor; (l) Pesawat terbang.
B. Peran dan Fungsi Transportasi
Proses transportasi terciptan awal dari perdebatan kebutuhan manusia
antara satu dengan yang lain, antara satu tempat ke tempat lain, yang bersifat
kualitatif dan memiliki ciri berbeda sebagai fungsi dari waktu tujuan perjalanan,
jenis yang diangkut, dan lain-lain. Fungsi transportasi adalah untuk menggerakan
atau memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain, dengan
menggunakan suatu sistem tertentu untuk tujuan tertentu. Transportasi dilakukan
karena nilai dari orang atau barang yang di angkut akan menjadi tinggi ditempat
lain (tujuan) dibandingkan ditempat asal. Kegiatan ekonomi yang berjenis-jenis
apabila berada dalam suatu akan tempuh oleh sistem angkutan kota, adanya pabrik
didalam kota serta kegiatan ekspornya ditunjang oleh kedekatan pelabuhan, jalan
kereta api, jalan raya sebagai sarana transportasi, sehingga kegiatan menjadi lebih
ekonomis (Reksohadiprodjo,2008).
Kegiatan ekonomi bertujuan memenuhi kebutuhan manusia.Transportasi
adalah salah satu jenis kegiatan yang menyangkut peningkatan kebutuhan
manusia dengan mengubah letak geografis barang dan orang
sehinggamenimbulkan adanya transaksi. Dilihat dari segi ekonomi, keperluan
akan jasa angkutan mengikuti perkembangan dan kegiatan semua sektor ekonomi,
49
dengan meningkatnya kegiatan ekonomi dan berkurang ketika terjadi kesesuaian
ekonomi.
Unuk menunjang perkembangan ekonomi yang mantap perlu dicapai
keseimbangan antara penyedia dan permintaan jasa angkutan. Jika penyediaan
jasa angkutan lebih kecil dari permintaan, akan terjadi kemacetan arus barang
yang akan menimbulkan kegoncangan harga pasar. Sebaliknya jika penawaran
jasa angkutan melebihi permintaan makanan akan timbul persaingan tidak sehat
akan menyebabkan banyak perusahaan yang rugi dan dan menghentikan
kegiatannya, sehingga jasa angkutan selajutnya menyebabkan ketidaklancaran
arus barang dan kegoncangan arus barang dan goncangan harga di pasar.
Transportasi mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan
suatu kota karena dinilai sebagai faktor pendukung kegiatan ekonomi. Untuk
wilayah perkotaan, transportasi memegang peranan yang cukup penting, dimana
suatu kota yang baik dapat ditandai dengan melihat kondisi
transportasinya.Pengangkutan berfungsi sebagai sektor penunjang pembangunan
(The Promoting Sektor) dan pemberian jasa (The Servicing Sektor) bagi perkembangan ekonomi jika kegaiatan-kegiatan ekonomi telah berjalan, jasa
angkutan perlu terus tersedia untuk penunjang kegiatan-kegiatan
tersebut.Demikian peran pengangkutan tersebut menunjang pembangunan dan
melayani perkembangan ekonomi.Kegiatan ekonomi dan transportasi memiliki
keterkaitan yang sangat erat dimana keduanya saling mempengaruhi. Seperti yang
50
meningkat dan kebutuhan pergerakanya akan meningkat melebihi kapasitas
prasarana transportasi yang tersedia.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa transportasi dan perekonomian memiliki
keterkaitan yang sanga erat hubunganya. Satu sisi transportasi dapat mendororng
peningkatan kegiatan ekonomi suatu daerah karena adanya infrastruktur
transportasi maka suatu daerah dapat meningkatkan kegiatan perekonomianya.
Namun disisi lain, akibat tingginya kegiatan ekonomi dimana pertumbuhan
ekonomi akan meningka maka akan timbul masalah transportasi, karena terjadi
kemacetan lalu lintas, sehingga perlunya penambahan jalur transportasi untuk
mengimbangi tingginya kegiatan ekonomi tesebut.
C. Teori Pendapatan
Salah satu cara untuk memenuhi kehidupan adalah dengan cara bekerja
keras, inilah yang dilakukan oleh setiap manusia yang ingin kebutuhanhidupnya
terpenuhi. Seperti halnya yang terjadi di Banjarmasin, banyak carayang dilakukan
untuk mencari nafkah salah satunya adalah menjadi supirangkutan kota.
Bekerja adalah profesi setiap orang. Apapun bentuk pekerjaan
yangdigeluti seseorang yang jelas tujuannya untuk memenuhi kebutuhanhidupnya.
Seperti Firman Allah Swt, QS.At-Taubah: 105
.51
Terjemahnya :
Dan katakanlah:“Bekerjalah kamu maka Allah akan melihatpekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin dan kamuakan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui yang gaib dan yangnyata, lalu diberitakan-Nya kepda kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Depertemen Agama RI,, 2007).
Dalam surah ini dijelaskan bahwa sebagai khalifah di muka bumi inisudah
seharusnya berusaha dan bekerja untuk mencapai kehidupan yanglayak. Pekerjaan
yang dilakukan haruslah yang halal supaya mendapatkanberkah dari Allah serta
orang-orang yang mukmin akan melihat pekerjaanyang dikerjakan.
Bekerja adalah suatu yang dilakukan seseorang, baik sendiri atau bersama
orang lain, untuk memproduksi suatu komoditi atau memberikanjasa.3 Kerja atau
amal seperti ini merupakan senjata pertama untuk memerangi kemiskinan.
Menurut Sukirno (2000:43) “ Pendapatan merupakan seluruh hasil diterima pengguna faktor-faktor produksi yang dimiliki, baik berupa uang maupun barang
yang berasal dari pihak lain maupun hasil dari industri yang dinilai atas dasar
sejumlah uang dari harta yang berlaku saat itu”. Pendapatan merupakan seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang yang berasal dari pihak lain maupun
hasil dari industri yang dinilai atas dasar sejumlah uang dari harta yang berlaku pada
saat itu” (suroto,1992:23).
Menurut Sumardi dkk (1995:93) bahwa pendapatan adalah penghasilan
yang berupa uangyang diterima dari:
1. Gaji atau upah yang diperoleh dari kerja pokok, sampingan, lembur, dan
kerja kadang-kadang.
2. Usaha sendiri yang meliputi hasil dari usaha sendiri, komisi,
52
3. Investasi yakni pendapatan yang di peroleh dari kerja sosial.
Pendapatan sebagai sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari adalah sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan
penghidupan seseorang secara langsung maupun tidak langsung.Tingkat
pendapatan seseorang mempengaruhi terhadap kondisi fisik maupun psikis dari
setiap kegiatan yang diikutinya.“Tingkat pendapatan adalah suatu ukuran untuk memenuhi status ekonomi seseorang” (Bintarto, 1996:228).
Untuk mendapatakan atau memperoleh uang sebagai pendapaan seseorang
terlebih dahulu harus bekerja, menjual barang-barang, menyewakan kekayaan,
menyediakan jasa dan sebagainya memulai upaya-upaya tersebut seseorang akan
memperoleh pendapatan.sejalan dengan hal tersebut, sandono sukirni memberikan
defenisi pendapatan yaitu sebagai nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa
yang diproduksikan dalam satu tahun tertentu. Pengertian ini mengandung makna
bahwa untuk memperoleh pendapatan, terlebih dahulu melakukan suatu proses
kegiatan diantaranya dengan cara memproduksi barang dan jasa.
Menurut Boediono (1991:158). Secara singkat income seseorang warga masyrakat ditentukan oleh:
1. jumlah faktor yang dimiliki bersumber pada:
a. Hasil tabungan dari tahun ke tahun yang lalu
b. Warisan atau pembelian
2. Harga perunit dari masing-masing faktor produksi, harga ini ditentukan
oleh kekuatan penawaran dan permintaan pada fakor produksi. Harga
53
distribusi pendapatan atas masyarakat. Faktor lain, yaitu pola pemilihan faktor
produksi yang ada, merupakan penetu faktor penentu distribusi pendapatan yang
sangat penting. Harga dan faktor produksi (tanah barang, modal, tenaga kerja dan
kepengusahaan) ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan untuk
masing-masing produksi.
Menurut Gilarso (1992:63), Pendapatan dari sebuah keluarga bisa berasal
dari berbagai sumber antara lain yaitu:
a. Dari usaha sendiri atau wirausaha seperti berdagan, mengerjakan sawah,
menjalankan perusahaan sendiri.
b. Bekerja pada orang lain seperti bekerja di kantor atau perusahaan.
c. Hasil dari milik sendiri seperti menyewakan sawah, rumah atau meminjamkan
uang dengan bunga.
Selain penerimaan tersebut, penerimaan atau pemasukan bisa berasal dari
sumber lain seperti:
1. Uang pensiunan, uang pensiun ini ditujukan bagi orang-orang lanjut usia
dan dulu bekerja pada pemerintah atau instansi lain.
2. Sumbangan atau hadiah, seperti sokongan dari family, warisan dari
nenek, hadiah tabungan dan lain-lain.
3. Pinjaman atau dimana suatu saat harus dikembalikan atau dilunasi.
Pendapatan diperoleh sebagai hasil dari hasil memproduksi, jadi yang di
maksud dsini balas jasa buruh, balas jas karena pemikiran seperti bunga atas
modal dan sewa ata barang-barang modal serta balas jasa atas keahlian.
54
Menurut Abdulrahman (2000) bahwa pendapatan adalah hasil uang atau
keuntungan seperti bentukmateri lain yang timbul dari pemakaian kekayaanatau
jasa manusia bebas. Sigit mengungkapkan bahwa pendapatan adalah semua
penhasilan
D . Hubungan Antar Variabel
1. Pengaruh Jumlah Jam Kerja Terhadap pendapaan
Jumlah jam kerja adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh setiap
tenaga kerja selama dalam proses produksi. Penyediaan tenaga kerja juga
dipengaruhi oleh lamanya bekerja dalam satu minggunya. Lama bekerja dalam
setiap minggu masing-masing orang berbeda. Ada orang yang bekerja penuh dan
ada juga orang bekerja dalam satu minggunya hanya beberapa jam ats keinginan
sendiri atau pun paksaan.
“ Terbatasnya kesempatan untuk bekerja penuh atau dengan hal lain, oleh karena itu dalam penyediaan waktu untuk bekerja tidak cuku hanya mempertimbangkan jumlah jam kerja orang yang bekerja tiap harinya. Akan juga perlu diperhatika beberapa jam orang tersebut bekerja dalam seriap minggunya” (Simanjuntak, 1990:20).
Menurut Mubyarto (1990:30) “Tingkat pencurahan jam keja adalah
persentasi banyaknya jam kerja yang digunakan terhadap jumlah kerja yang
tersedia”. Jam kerja dan pendapatan merupakan variabel yang sanagat sulit untuk dipisahkan. Pendapatan dan upah diperoleh sesorang dari suatu pekerjaan melalui
pencurahan jam kerja untuk bekerja dalam menghasilakan barang dan jasa
Menurut Sudarman(1990:60) menyatakan bahwa besarnya pendapatan
55
bekerja, semakin lama ia bekerja akan semakin besar pula penghasilanya semakin
lama orang bekerja semakin sedikit waktu yang tersedia untuk bersenang-senang.
Hubungan jumlahjam kerja dan pendapatan adalah sangat erat, hal ini
dapat dijelaskan tenaga kerja yang jam kerjanya lebih sedikit perminggu
cenderung memperoleh penghasilan lebih rendah dibandingkan dengan mereka
yang jam kerjanya 35 jam atau lebih dalam satu minggu. Jumlah jam kerja yang
sangat kurang atau sedikit tidak selalu berhubungan dengan pendapatan, karena
hal ini berkaitan dengan produktivitas dan tenaga kerja itu sendiri.
2. Pengaruh Jumlah Penumpang Terhadap Pendapatan
Menurut juara dkk (2016) bahwa jumlah penumpang akan sangat
mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan supir angkutan kota, karena dalam
sehari tidak dapat dipastikan jumlah pendapatan supir angkutan kota. Jika keadaan
lagi ramai maka penumpang yang akan di angkut pun banyak, hal tersebut akan
mempengaruhi pendapatan supir begitu juga dengan sebaliknya. Dengan
banyaknya transportasi yang semakin muda, maka supir angkutan kota sangat
bergantung memperoleh penumpang yang banyak
3. Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap pendapatan
Moenir (1998:41) mengatakan bahwa semakin lama seseorang dalam
bekerja maka ia semakin berpengalaman, matang dan mahir dalam pekerjaan yang
dipertanggun jawabkan kepadanya. Pengalaman seorang tidak muda dicatat
melalui survei, oleh sebeb itu tingkat umur dianggap indikator masa kerja dengan
56
pada saat mulai bekerja. Lama bekerja merupakan sutau ukuran dalam praktek
latihan yang ditunjukkan untuk meningkatkan keterampilan pekerja baik secara
horisontal maupun secara vertikal. Secara horisontal itu berarti memperluas
aspek-aspek atau pekerjan yang diketahui.Peningkatan secara vertikal berarti
bahwa memperdalam keahlian mengenai mutu di bidang tertentu.
W. Artur Lewis berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi itu
akanmenguntukan masyrakat bukan karena kesejahteraan ekonomi itu di
perlukan untuk meningkatkan kebahagiaani dalam hidup tetapi kesejahteraan itu
akan menambah jajaran pilihan yang lebih manusiawi. Kesejahteraan itu akan
memberikan kemerdekaan untuk memilih peluang-peluang yang lebih besar
memiliki barang dan jasa lebih banyak atau menolak keinginan-keinginan
mementinkan makna materi dalam hidup untuk mencapai tujuan hidup yang lebih
damai (Todaro, 1995:144). Dengan adanya pilihan itu berarti seseorang yang
bekerja dalam kurung waktu yang lebih lama pada bidang yang sama atau sejenis
menunjukkan bahwa pekerjaan merupakan pilihan yang baik atau cocok dari
berbagai jenis pekerjaan yang ada. Semakin lamamasa kerjanya maka ia akan
semakin terampil dalam bidangnya yang nerarti bahwa pekerjaan tersebut sesuai
dengan pilihanya.
Lamanya bekerja seseorang akan memperluas wawasanya, dan dengan
demikian juga akan dapat meningkatkan daya serapnya terhadap hal-hal baru.
Pengalaman kerja dengan sendirinya juga akan meningkatkan pengetahuan dan
kecerdasan serta keterampilan seseorang. Semakin lama dan semakin intensif
57
memungkinkan seseorang bisa menghasilkan barang dan jasa yang semakin lama
semakin banyak beragam dan bermutu (Suroto, 1992:7).
4. Pengaruh Tarif Terhadap Pendapatan
Penentuan tarif merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan
dalam pegoprasian angkutan umum/kota karena pendapatan supir angkutan kota
sangat tergantung pada hal tersebut. Dalam hal ini diharapkan penyedia jasa dan
pemerintah daerah agar kiranya dapat memberikan pelayanan yang lebih baik
terhadap masyarakat (Budiman Dudi, 2009:152). Oleh sebeb itu, perlu
diperhatikan penentuan tarif yang sesuai. Tarif yang sesuai adalah tarif yang tidak
merugikan penyedia jasa dengan memperhatikan biaya oprasional kendaraan
sehingga pemerintah daerah dapat mampu meningkatkan pelayanan dalam bidang
jasa transportasi serta mampu mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan oleh
pelanggan ataupun pengguna jasa angkutan kota.
E.Penelitian Sebelumnya
Penulis Judul Variabel
Metode
Analisis Hasil Penelitian
Dedi Irawan (2006) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan supir angkutan di Kabupaten Jember Curahan jam kerja, lama pemakaian kendaran, pengalaman kerja, waktun kerja dan Analisis regresi linear berganda
Bahwa perubahan variabel (Y) pendapaan yang disebabkan oleh pengaruh variabel independen (X) curahan jam kerja, lama pemakaian kendaraan, pengalaman kerja serta waktu kerja adalah sebesar 92,2% sedangkan sisanya
58
pendapatan sebesar 7,8% dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak di analisi dalam penelitian ini. Hendra Muliawan dan Ketut Sutrisna (2017) Analisi pendapatan supir angkutan kota sebelum dan sesudahnya pembangunan terminal mengwi Jam kerja, kepemlikan angkutan, tarif, pengalaman mengemudi, tranyek dan pendapatan Analisis regresi linear berganda
Hasil penelitian ini bahwa pendapatan supir angkot sesudah pembangunan terminal mengwi mengalami penurunan. Jam kerja kepemilikan angkutan dan pengalaman mengemudi secara parsial bepengaruh positif
terhadapa pendapatan supir angkot. Sedangkan tarif secara parsial berpengaruh negatif terhadap pendapatan supir angkutan kota. Dwi Siswanto (2013) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan supir angkutan pedesaan terminal arjasa Kabupaten Jember Curahan jam kerja, lama pemakaian kendaraan, pengalaman kerja, pendapatan Analisa Regresi Linier Berganda
Bahwa curahan jam kerja, lama pemakaian kendaraan dan pengalaman
mempengaruhi pengaruh yang signifikan terhadapa pendapatan supir angkutan pedesaan. Secara parsial curahan jam kerja
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapaan supir pedesaan, lama pemakaian kendaraan mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadapa pendapatan supir angkutan pedesaan dan pengalaman kerja mempunyai
pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
59
pendapatan supir angkutan pedesaan.
F. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, permasalahan yang telah di kemukakan diatas
dan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan maka hipotesis yang
disampaikan dalam penelitian ini adalah
1. Diduga bahwa jumlah jam kerja berpengaruhpositif terhadap pendapatan
supir angkot di Kabupaten Polewali Mandar.
2. Diduga bahwa jumlah penumpang berpengaruh positif terhadap
pendapatan sopir angkot di Kabupaten Polewali Mandar.
3. Diduga bahwa pengalaman kerja berpengaruh negatif terhadap pendapatan
supir angkot di Kabupaten Polewali Mandar.
4. Diduga bahwa tarif berpengaruh positif terhadap pendapatan sopir angkot
60 G.Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2.1 .Kerangka.Pikir.Penelitian. Tarif (X4) Jumlah Jam Kerja (X1) Jumlah penumpang (X2) Pengalamn kerja (X3) PENDAPATAN SUPIR ANGKOT (Y)
61 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskripsi kuantiatif merupakan pnelitian yang mendiskripsikan suatu gejala,
peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang dimana peneliti berusaha
memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian kemudian
digambarkan sebagaimana adanya (Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989: 64).
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Polewali Mandar yang merupakan
salah satu Kabupaten yang ada di Sulawesi Barat. Waktu yang digunakan dalam
penelitian ini ± 1 bulan.
A. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Data primer dalam penelitian ini yaitu pendapatan supir angkot, jumlah
jam kerja, jumlah penumpang pengalaman kerja dan tarif.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer bersumber langsung
60 B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah supir angkot di
Kabupaten Polewali Mandar. Populasi supir angkot di Kabupaten Polewali Mandar
adalah sebanyak 836.
2. Sampel
Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
nonprobability sampling yang melalui pendekatan tehnik Sampling Purposive
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kita memilih
seseorang sebagai sampel dengan memilih orang yang benar-benar mengetahui
atau memiliki kopentensi dengan topik penelitian kita. Sehingga sampel yang
digunakan dalam penelitian ini yang berkriteria hanya sebatas supir.
C.Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode wawancara terstruktur dengan menyebarkan kousiner kepada supir angkot
sebagai sampel dalam penelitian ini.
E. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh jumlah jam kerja, jumlah penumpang, jumlah
bentor dan tarif terhadap pendapatan supir angkot di Kabupaten polewali Mandar
61
Y = βo X1β1 X2β2 X3 β3 μ...(1) LnY = Ln Y = βo + β1lnX1 + β2lnX2 - β3lnX3 + μ
Yang diaplikasikan dalam rencana penelitian ini, dimana:
Y = pendapatan supir angkot di Kabupaten Polewali Mandar.
b0 = konstanta
b1 =koefisiesn regresi
b2 = koefisien regresi
X1 = jumlah jam kerja (per hari).
X2 = jumlah penumpang (per hari).
X3 = Pengalaman kerja (tahun).
X4= tarif (Rp).
e = variabel pengganggu.
1. Uji Statistik
a. Uji Simultan (uji-f)
Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel
terikat maka digunakan uji F.
Fhitung =
𝑅2⁄𝐾
(1 − R2)/(n − K − 1) ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (1)
Keterangan :
R2 : koefisien determinasi,
k : banyaknya variabel bebas
n : banyaknya sampel
62
H0 : b1=b2=b3=0 : artinya secara serentak variabel bebas tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat,
H0 : b1≠ b2≠ b3≠ 0: artinya secara serentak variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Kriteria pengujian dengan tingkat signifikan (α) 5% jika probabilitas Fhitung ≤ level of signifikan (α), maka H0 ditolak dan Hi diterima, berarti ada pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jika probabilitas
Fhitung > level of signifikan (α), maka H0 ditolak dan Hi diterima, berarti tidak ada pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat.
b. Uji Parsial (Uji - T)
Uji parsial (Uji – T) digunakan untuk menguji adanya pengaruh
masing-masing variabel bebas (jumlah jam kerja, jumlah penumpang, jumlah bentor dan
tarif) terdapat variabel terikat (pendapatan) secara psrsial maka digunakan uji T
dengan rumus sebagai berikut:
Ftabel =
𝛽𝑖
𝑆𝛽𝑖⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (1)
Keterangan :
βi : koefisien regresi S βi : standar hipotesi Perumusan hipotesis :
H0 : bi=0 : artinya bahwa secara parsial variabel bebas tidak mempunyai pengaruh
63
Hi : bi ≠ 0: artinya bahwa secara parsial variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Kriteria pengujian dengan tingkat signifikan (α) 5%. Jika probabilitas thitung ≤ level of significant (α), maka H0 ditolak dan Hi diterima, berarti ada pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jika probabilitas
thitung > level of significant (α), maka H0 ditolak dan Hi diterima berarti tidak ada
pengaruh nyata antar variabel bebas dengan variabel terikat
c. Uji koefisien Determinasi Berganda
Uji Koefisien Determinasi Berganda (Uji R2) dilakukan untuk mengukur seberapa
besar proporsi variabel dependen mampu menjelaskan seluruh variabel independen.
Widarjono, (2009) menyatakan menukur besarnya variabel bebas terhadap variabel
terikat dalam perasamaan regresi digunakan analisis koefisien regresi dengan
rumus sebagai berikut :
R2 = 1 −𝑅𝑆𝑆 𝑇𝑆𝑆= ESS TSS… … … . . (1) R2 = 1 −∑et 2 ∑et2⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (2) Keterangan : R = koefisien regresi
ESS = jumlah kuadrat regresi / explained sum of square
RSS = jumlah kuadrat kesalahan regresi / residual sum of square
TSS = total jumlah kuadrat / total sum of square
64
Kriteria pengujian
1. Jika nilai R2 menghasilkan nilai mendekati 1, maka pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat adalah positif, artinya apabila ada kenaikan dalam variabel
bebas akan menyebabkan kenaikan pada variabel terikat.
2. Jika nilai R2 menghasilkan nilai mendekati 0, maka pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat kurang atau tidak berhubungan, artinya apabila ada
kenaikan atau penurunan pada variabel bebas tidak akan menyebabkan kenaikan
pada variabel terikat.
3. Jika nilai R2 menghasilkan nilai mendekati 1, maka pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat adalah sempurna atau negatif artinya apabila ada kenaikan
dalam variabel bebas akan menyebabkan penurunan pada variabel terikat.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Untuk menguji model regresi apakah terjadi hubungan yang sempurna atau hampir
sempurna antar variabel bebas, sehingga sulit untuk memisahkan pengaruh antara
variabel-variabel bebas itu secara individu terhadap variabel terikat digunakan uji
multikolinearitas. Adanya multikolinearitas sebagai akibat nilai F hitung dan R²
signifikan, sedangkan sebagian atau seluruh koefisien regresi tidak signifikan.
Pengujian dilakukan dengan uji klein, yaitu dengan cara melakukan regresi
sederhana antara variabel bebas dengan menjadikan salah satu variabel bebas
sebagai variabel terikat, selanjutnya nilai R² masing-masing regresi tersebut
dibandingkan dengan R² hasil regresi berganda maka model tersebut tidak terjadi
65
b. Uji Autokorelasi
Yaitu alat ekonometrik yang digunakan untuk menguji suatu model apakah
variabel pengganggu pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel lain, dengan
kata lain variabel gangguan tidak random (Sugiyanto, 1995:78). Untuk mengetahui
apakah dalam model terjadi autokorelasi, digunakan uji Breusch Godfrey. Melakukan.
uji hipotesa nol (Ho) dengan pedoman ; menolak Ho yang menyatakan tidak ada
masalah autokorelasi dengan model empiris yang dipergunakan bila X2hitung >
X2tabel. Menerima Ho yang menyatakan tidak ada masalah autokerlasi dalam
model yang empiris digunakan bila X2hitung > X2tabel. (Gujarati, 2000: 425).
Langkah-langkah dalam uji BG ini adalah:
a. lakukan regresi dengan menggunakan model empiris yang akan diestimasi,
kemudian dapatkah nilai residual t.
b. lakukan regresi dengan μ, sebagai variabel tak bebas dan dengan memasukkan μ1, sebagai variabel bebas:
μ1 = α0 + α1X1t + α2X2t + α3μt-1 + e1
c. hitunglah nilai (n-1) R2 =X2hitung dari hasil regresi persamaan diatas.
d. lakukan uji hipotesis dengan pedoman:
1. bila nilai X2hitung > nilai X2tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa
tidak ada autokorelasi ditolak,
2. bila nilai X2hitung > nilai X2tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa
tidak ada autokorelasi tidak dapat ditolak.
66
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui adanya kesalahan
pengganggu mempunyai varian yang sana. Pengujian menggunakan uji glejser
dengan langkah – langkah sebagai berikut (Gujarati, 2000:438) :
1. Melakukan resesi variabel terikat pendapatan terhadap semua variabel penjelas
Xi dan memperoleh nilai residual ( |e| );
2. Melakukan regresi dari nilai absolut residual ( |e| ) terhadap Xi yang mempunyai hubungan erat dengan δ2μ dengan bentuk regresi sebagai berikut: |e| = ∂0 + ∂1X1 +
μ1 ;
3. Menentukan ada tidaknya heteroskedastisitas dalam uji statistik, untuk menguji
hipotesis: H0 : ∂1 = 0 dan H1 : ∂ ≠ 0 ; 4. Kriteria pengambilan keputusan:
a. Apabila probabilitas thitung > α, maka dalam model tidak terjadi
heteroskedastisitas ;
b. Apabila probabilitas thitung < α, maka dalam model ini terjadi
heteroskedastistas.
d. Uji Normalitas
Uji Normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengevaluasi
apakah nilai variabel penganggu atau residual dari model yang dibentuk, apakah
sudah mempunyai distribusi normal atau tidak. Konsep pengujian uji normalitas
menggunakan pendekatan uji jarque-berra test. Bila nilai jarque-berra hitung lebih
besar dari pada nilai X2 - tabel atau nilai probalitas jarque-berra hitung lebih kecil
probalitas (α = 5%), maka hipotesis yang menyatakan residual adalah berdistribusi normal diterima, begitu juga sebaliknya (Wardhono, 2004:29).
67 F. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi salah persepsi atau salah penafsiran dalam memaham
variabel penelitian, maka penelitian menjelaskan definisi variabel penelitian di
atas:
1. Pendapatan (Y) adalah pendapatan bersih yang diterima supir angkot
Kabupaten Polewali Mandar yang diperoleh dari seluruh angkutan perhari
dikurangi dengan biaya operasional (penghasilan bersih).
2. Jumlah Jam Kerja (X1) adalah jumlah jam kerja supir angkot di Kabupaten
Polewali Mandar yang digunakan dalam satuan jam/hari.
3. Jumlah Penumpang (X2) adalah jumlah penumpang angkutan umum yang
menggunakan jasa angkutan umum di Kabupaten Polewali Mandar.
4. Pengalaman kerja (X3) adalah lamanya pekerja bekerja sebagai sopir
angkotdi Kabupaten Polewali Mandar dihitung sejak pertama kali sampai
sekarang.
5. Tarif (X4) adalah biaya yang dikenakan kepada penumpang yang
68 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1.Tofografi dan Deskripsi Wilayah
kabupaten Polewali Mandar atau polman terletak di wilayah provinsi
Sulawesi Barat. Posisinya berada di sisi selat Makassar dan di apit oleh Provinsi
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Provinsi Sulawesi Barat terbentuk pada
tahun 2004 Undang-Undang Repoblik Indonesia Nomor 74 Tahun 2005 tanggal 27
Desember 2005 tentang perubahan nama kabupaten Mamasa menjadi Kabupaten
Polewali Mandar.
Kabupaten Polewali Mandar yang beribukota di polewali terletak antara
3°4‘10"-3°32‘00" Lintan Selatan dan 118°40‘27"-119°29‘41" Bujur Timur. Secara geografis wilayah Kabupaten Polewali Mandar memiliki batas-batas sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamasa
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pinrang
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Mandar-Selat Makassar
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Majene
Luas wilayah Kabupaten Polewali Mandar tercatat 2.022.30 km2 meliputi
16 (enam belas) kecamatan yaitu. Kecamatan Tubbi Taramanu memiliki luas
wilayah sebesar 356,93 km2 dan Kecamatan Bulo dengan 241,93 km2, dua
kecamatan ini merupakan kecamatan terluas di Kabupaten polewali Mandar. Luas
69
Mandar. Semetara Kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Tinambung yang
memiliki luas wilyah 21,34 km2 (1,06% dari luas wilayah Kabupaten polewali
Mandar).
Wilayah Kabupaten Polewali Mandar terdiri atas dataran tinggi, rendah dan
pesisir pantai termasuk juga daerah sekitaran aliran sungai besar Mandar dan
Maloso yang dimana letak dibagian utara dan pada umumnya memliki perbukitan
dan pegunungan yang berpotensi untuk dijadikan cadangan ekosistem guna
mendukung pembangunan lingkungan yang berwawasan lingkungan sedangkan
kecamatan yang terletak di bagian selatan memiliki garis pantai adalah dataran
rendah yang berpotensi untuk pengembangan pertanian suatu daerah, perkebunan
dan perikanan daratan dan laut.
a. Aspek Geografis
Kabupaten Polewali Mandar secara umum memiliki dua musim yaitu
musim kemarau terjadi pada bulan Agustus dan September musim hujan terjadi
pada bulan November-Januari dan Maret-April, sedangkan kondisi hujan agak
kurang terjadi pada bulan Februari, Mei, Juni, Juli, Oktober, dan November.
Distribusi curah hujan bulanan tersebut menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten
Polewali Mandar tergolong beriklim basah dengan curah hujan yang relatif tinggi.
b. Aspek Demografi
Dalam pelaksanaan pembangunan penduduk menjadi faktor yang sangat
dominan, karena penduduk tidak saja menjadi sarana tetapi juga menjadi
pelaksanaa dari pembangunan. Oleh karena itu untuk menunjang suatu
70
sehingga mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang menguntungkan
pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar tidak hanya menjadi modal suatu
pembangunan melainkan juga dapat menjadi beban, bahkan dapat menimbulkan
berbagai permasalahan seperti kebutuhan akan lapangan pekerjaan, kebutuhan
rumah, pendidikan dan sebagainya. Selain itu komposisi suatu penduduk yang
tidak seimbang antara jumlah penduduk usia muda dengan usia produktif dapat
menyebabkan rendahnya produktivitas. Begitu pula dengan penyebaran penduduk
yang tidak seimbang dapat menyebabkan timbul berbagai permasalahan. Jenis
kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja
dan juga sangat menetukan dalam kasifikasi pembagian kerja.
c. Aspek Ekonomi
Kabupaten Polewali Mandar dapat dikategorikan sebagai Kabupaten yang
unggul dalam pertaniaan, peternakan dan nelayan, yang dimana masyarakat
mayoritas mata pencaharian mereka ada pada sektor pertanian, perikanan dan
peternakan.
2. Deskripsi Variabel Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 50 responden, maka diketahui gambaran tentang karakteristik pendapatan di Kabupaten Polewali
Mandar dalam hal ini pendapatan supir angkot di Kabupaten Polewali Mandar yang
71 a. Jumlah Jam Krja
Tingkat pencurahan jam kerja adalah persentase banyaknya jam kerja yang
diguanakan terhadap jumlah kerja yang ada (Mubyarto, 1990). Dalam penelitian
jumlah jam kerja yang dimaksud disini adalah jumlah jam kerja yang gunakan oleh
responden atau supir angkot di Kabupaten Polewali Mandar untuk bekerja dan
mencurahkan semua tenaga dan kemampuannya untuk mendapatakan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tingkat upah pada sektor ini, umumnya dipengaruhi oleh jumlah jam kerja,
karena tingkat upah yang ditentukan dalam sektor ini bukan tingkat upah target
melainkan oleh unit barang dan jasa yang dihasilkan. Jumlah jam orang bekerja
dipengaruhi oleh tingkat produktivitas kerja.
Jumlah jam kerja yang digunakan responden atau supir angkot disini
dinyatakan dalam satuan per bulan. Jumlah jam kerja supir merupakan faktor
penentu pendapatan sangat yang penting karena semakin tinggi intesitas waktu
bekerja supir angkutan maka semakin banyak pula pendapatan yang dihasilkan.
Jumlah jam kerja yang digunakan oleh responden atau supir angkutan kota
di Kabupaten Polewali Mandar rata-rata dalam satuan bulan yaitu sebesar 300 jam
untuk 24 orang responden atau 46,2%, 270 jam untuk 14 orang responden atau
26,9%, 240 jam untuk 14 orang responden atau 26,9%. Jumlah jam kerja diatas
merupakan akumulasi dari jam kerja selama 1 bulan, dalam sehari supir angkutan
dapat menghabiskan waktu selama 8 sampai 10 jam pada hari senin sampai hari
72
Tabel 4.1 Distribusi Jam Kerja Responden
Jumlah Jam Kerja (Jam/bulan)
Jumlah Responden Persentase 300 24 46,2% 270 14 26,9% 240 14 26,9% Jumlah 52 100%
Sumber : Hasil Wawancara (Data diolah), 2018
b. Jumlah Penumpang
jumlah penumpang adalah jumlah penumpang yang di peroleh supir angkot
dan jumlah penumpang dapat berpengaruh terhadap pendapatan supir angkot,
karena dalam sehari kita tidak dapat memastikan jumlah penumpang yang di
peroleh oleh supir angkot karena ketka keadaan lagi ramai maka penumpang yang
akan diangkut juga akan banyak. Jadi penentu pendapatan supir angkutan kota juga
ditentukan jumlah penumpang yang mereka angkut.
jumlah penumpang yang diperoleh oleh supir angkutan di Kabupaten
Polewali Mandar selama kurung waktu 1 Bulan, yaitu sebesar 300-400 untuk 2
orang responden atau 4,0%, 401-500 untuk 12 orang responden atau 23,0% dan
501-600 untuk 38 orang responden atau 73,0% . Jumalah penumpang yang di
peroleh supir angkot diatas merupakan akumulasi jumlah penumpang yang di
peroleh selama satu bulan, dalam sehari jumlah penumpang yang di peroleh supir
73
Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Penumpang Responden
Jumlah Penumpang (orang/bulan)
Jumlah Responden Persentase 300-400 2 4,0% 401-500 12 23,0% 501-600 38 73,0% Jumlah 52 100%
Sumber : Hasil Wawancara (Olah Data), 2018
c. Pengalaman kerja
pengalaman kerja berpengaruh terhadap pendapatan supir angkot di
Kabupaten Polewali Mandar karena semakin lama seseoranga bekerja maka
pengalaman dan keterampilan yang dimiliki akan semakin meningkat serta dalam
kemampuan mencari pelanggang atau penumpang akan semakin bertambah.
Pengalaman kerja adalah lamanya responden sebagai supir angkot yang
dihitung sejak pertama kali bekerja sebagai supir angkot sampai sekarang yang
dinyatakan dalam satuan tahun. Pengalaman kerja dengan sendirinya juga akan
meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan serta keterampilan seseorang
pengalaman kerja sopir angkot di Kabupaten Polewali Mandar berkisaran
yaitu 8-20 tahun, sebanyak 14 orang atau 26,9%. Responden memiliki pengalaman
kerja yaitu 21-30 tahun, sebanyak 17 orang atau 32,7%, dan pengalaman kerja
74
Tabel 4.3 Pengalaman kerja Responden
pengalaman Kerja (orang/bulan)
Jumlah Responden Persentase 8-20 14 26,9% 21-33 17 32,7% 34-46 21 40,4% Jumlah 52 100%
Sumber : Hasil Wawancara (data diolah), 2018
d. Tarif
Tarif yaitu jumlah biaya yang kenakan kepada penumpang yang
menggunakan angkot dan tarif yang dimaksud dsini adalah bervariatif ada yang
menggunakan 3000, 4000 dan 5000. Biaya yang harus dikeluarkan oleh
penumpang yang menggukan jasa angkutan di Kabupaten Polewali Mandar. Tarif
yang berlaku sesuai dengan jarak tempuh transportasi sehingga biaya jasa angkutan
transportasi yang harus dibayar penumpang sesuai jarak tempuh.
Tarif rata-rata yang digunakan supir angkot di Kabupaten Polewali Mandar
yaitu Tarif yang harus di kenakan kepada penumpang yang menggunakan jasa
angkutan 3000 sampai dengan 5000. Tarif 3000 ribu rupiah untuk 16 responden
atau 30,7%, Tarif 400 ribu rupiah dengan 22 responden atau 42,4% dan Tarif 5000