PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN
KONSEP MAHASISWA YANG DI BELAJARKAN DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
T E S I S
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
MOHD. ARIFIN
081188730019
PROGRAM PASCA SARJANA
PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
MOHD. ARIFIN, Perbedaan Kemampuan Penalaran Dan Pemahaman Konsep Mahasiswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Pembelajaran Konvensional. Tesis Medan : Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan : (1) kemampuan penalaran matematika antara mahasiswa yang diberi pembelajaran kooperatif type jigsaw dengan mahasiswa yang diberi pembelajaran konvensional. (2) pemahaman konsep antara mahasiswa yang diberi pembelajaran kooperatif type jigsaw dengan mahasiswa yang diberi pembelajaran konvensional. (3) kadar aktivitas mahasiswa terhadap pembelajaran matematika yang diberi pembelajaran kooperatif type jigsaw. (4) respon mahasiswa terhadap pembelajaran matematika yang diberi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa prodi pendidikan matematika semester II Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan T.A. 2012/2013. Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari : (1) tes kemampuan penalaran (2) Tes pemahaman konsep (3) Lembar aktivitas mahasiswa 4. Angket respon mahasiswa dengan pokok bahasan integral tertentu, teknik pengintegralan dan penerapan integral tertentu. Adapun tes yang digunakan untuk memperoleh data adalah berbentuk uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan aktivitas mahasiswa dan respon mahasiswa pada pembelajaran kooperatif type jigsaw. Analisis inferensial data dilakukan dengan analisis kovarians (ANAKOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa F hitung kemampuan penalaran matematika adalah 9,271 dengan signifikansi 0,004 dan berdasarkan tabel F, untuk a = 5% diperoleh F(1-a,1-,n-2)=F(0,95, 1,58) = 4,00. Karena F* ≥ F(0,95,1,58) maka H0 ditolak.
Dengan demikian 1) terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematika antara siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pembelajaran konvensional. F hitung kemampuan pemahaman konsep matematika adalah 4,593 dengan signifikansi 0,036 dan berdasarkan tabel F, untuk a = 5% diperoleh F
(1-a,1-,n-2)=F(0,95, 1,58) = 4,02. Karena F* ≥ F(0,95,1,58) maka H0 ditolak dengan demikian
ABSTRACT
MOHD. ARIFIN, Reasoning Ability Differences And Understanding The Concepts Students learned with Type Jigsaw Cooperative Learning Model and Conventional Learning. Thesis Field: Mathematics Education Graduate Program, State University of Medan, 2013.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim,
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan karuniaNya dan kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Perbedaan Kemampuan Penalaran
dan Pemahaman Konsep Mahasiswa Yang Dibelajarkan Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Pembelajaran Konvensional”.
dapat diselesaiakan dengan baik. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi
persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber yang telah
banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis tentang
penyelesaian tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku pembimbing I dan Prof. Dr.
Asmin, M.Pd sebagai pembimbing II ditegah-tengah kesibukannya telah
memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis terhadap berbagai
permasalahan dan selalu mampu memberikan motivasi bagi penulis
3. Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah banyak membantu dalam
memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
4. Bapak Dapot Tua Manullang, SE, M.Pd selaku Staf Program Studi
Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah banyak
memberikan semangat dan membantu penulisan tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian dan Bapak Dr. Edi Surya M.Pd selaku
narasumber yang memberikan saran dan kritik yang membagun untuk
menjadikan tesis ini lebih baik.
6. Bapak Prof.Dr.H.Abdul Muin Sibuea Mpd dan Bapak Dr. Arif Rahman
Mpd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED dan Bapak selaku
Asisten I Direktur Program Pascasarjana UNIMED.
7. Bapak Drs. H. Pamusuk Harahap, SH, MH sebagai Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Graha Nusantara
Padangsidimpuan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
8. Kepada Ibu Elly Batubara sebagai Istri dan anak-anak serta segenap
keluarga yang memberikan dorongan semangat, bantuan moril dan materil
serta dengan tabah memdampingi selama mengikuti perkuliahan maupun
penyelesaian tesis ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa di Program Pendidikan Matematika (S-2) PPs
sumbangan pikiran dan dorongan semagat, baik selama perkuliahan
maupun selama penyusunan tesis ini.
10.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, baik langsung
maupun tidak langsung telah memberikan bantuan, dengan harapan
semoga semua amal baiknya mendapat imbalan yang setimpal dari Allah
SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa hasil karya tulis ini masih jauh dari
sempurna, sebab itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan penulisan
selanjudnya, namun demikian penulis tetap berharap karya tulis ini dapat
bermamfaat dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.
Medan, 2013
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 14
C. Pembatasan Masalah ... 14
D. Rumusan Masalah ... 15
E. Tujuan Penelitian ... 15
F. Manfaat Penelitian ... 16
G. Defenisi Operasional ... 17
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 20
A. Penalaran Matematika ... 20
B. Pemahaman Konsep Matematika ... 26
C. Pengertian Pembelajaran Koperatif ... 35
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 42
E. Pembelajaran Konvensioanl ... 49
F. Teori Belajar Yang Mendukung ... 53
G. Penelitian Yang Relevan ... 56
H. Kerangka Konseptual ... 58
I. Hipotesis Penelitian ... 64
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 65
A. Jenis Penelitian ... 65
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 65
D. Rancangan dan Mekanisme Penelitian ... 67
E. Defenisi Operasional Penelitian ... 82
F. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 83
G. Teknik Pengumpulan Data ... 84
H. Teknik Analisis Data ... 92
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 104
A. Diskripsi Hasil Penelitian ... 104
1. Diskripsi Hasil Penelitian Tentang Kemampuan Penalaran ... 104
a.Tingkat Kemampuan Penalaran ... 104
b.Rata-rata Skor Hasil Tes Kemampuan Penalaran ... 114
2. Analisis Statistik Infrensial Hasil Penelitian ... 115
a.Uji Normalitas ... 116
b.Uji Hogomonitas ... 117
c.Model Regresi Linier ... 119
d.Uji Indevendensi dan Uji Linieritas ... 119
e.Uji Kesamaan Dua Model Regresi ... 124
f.Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Linier ... 126
g.Analisa Kovarians dengan modifikasi Analisis Varians ... 127
3. Diskripsi hasil Penelitian Tentang Pemahaman konsep... 129
a.Tingkat Kemampuan Pemahaman Konsep ... 129
b.Rata-rata Skor Hasil Tes Pemahaman konsep ... 139
4. Analisis Statistik Infrensial Hasil Penelitian ... 140
a. Uji Normalitas ... 141
b. Uji Hogomonitas ... 142
c. Model Regresi Linier ... 143
d. Uji Indevendensi dan Uji Linieritas ... 143
e. Uji Kesamaan Dua Model Regresi ... 148
f. Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Linier ... 150
g. Analisa Kovarians dengan modifikasi Analisis Varians ... 151
5. Hasil Penelitian Tentang Aktivitas Mahasiswa ... 153
B. Temuan Penelitian ... 158
1. Kemampuan Penalaran... 159
2. Pemahaman Konsef ... 159
3. Aktivitas Mahasiswa ... 159
4. Respon Mahasiswa ... 160
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 160
1. Kemampuan Penalaran... 160
2. Pemahaman konsep ... 162
3. Aktivitas Mahasiswa ... 163
4. Respon Mahasiswa ... 164
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 165
A. Kesimpulan ... 165
B. Saran ... 165
DAFTAR PUSTAKA ... 166
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Metode Mengajar Dosen Prodi Matematika ... 4
Tabel 1.2. Hasil Ujian Semester II Mata Kuliah Kalkulus II ... 11
Tabel 2.1. Sintak Model Pembelajaran Kooveratif ... 38
Tabel 2.2. Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 41
Tabel 2.3 Penghitungan Skor Perkembangan ... 47
Tabel 2.4 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 48
Tabel 2.5 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional ... 50
Tabel 2.6 Tabel Sintak Pendekatan Pembelajaran Konvensional ... 52
Tabel 3.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 70
Tabel 3.2. Validasi Tes Kemampuan Penalaran ... 71
Tabel 3.3. Validasi Tes Pemahaman Konsep ... 72
Tabel 3.4. Rancangan Uji Coba ... 73
Tabel 3.5. Validasi Tes Uji Coba Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Konsep Matematika ... 75
Tabel 3.6. Tinggkat Kesukaran Butir Soal Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Konsep Matematika ... 77
Table 3.7 Interval Kriterian Kemampuan Penalaran ... 77
Tabel 3.8 Interval Kriteria Pemahaman konsep matematika ... 78
Tabel 3.9 Hasil Analis Daya Pembeda Butir Soal Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Konsep ... 79
Butir Soal Kemampuan Penalaran dan Pemahaman
Konsep Matematika (Sesudah Uji Coba) ... 79
Tabel 3.11 Rancangan Penelitian ... 80
Tabel 3.12. Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas,
Variabel Terikat, dan Kontrol. ... 80
Tabel 3.13 Kisi-Kisi Pretes dan Postes Kemampuan Penalaran
Matematik ... 84
Tabel 3.14 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran
Menggunakan Holistic Scoring Rubrics ... 85
Tabel 3.15 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemahan Konsep
Matematik ... 87
Tabel 3.16 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematik ... 88
Tabel 3.17 Aspek Kategori Aktivitas Mahasiswa Dalam
Pembelajaran ... 90
Tabel 3.18 Persentase Respon Mahasiswa Terhadap Kegiatan
Pembelajaran ... 91
Tabel 3.19 Rancangan Analis Data untuk ANAKOVA ... 93
Tabel 3.20 Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data,
Alat Uji dan Uji Statistik ... 102
Tabel 4.1 Pretes Kemampuan Penalaran Matematika Mahasiswa Kelas
Tabel 4.2 Postes Kemampuan Penalaran Kelas Kontrol Secara
Kuantitatif ... 105
Tabel 4.3 Pretes Kemampuan Penalaran Matematika Kelas Eksprimen
Secara Kuantitatif ... 106
Tabel 4.4 Postes Kemampuan Penalaran Matematika Kelas Eksprimen
Secara Kuantitatif ... 107
Tabel 4.5 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kemampuan Penalaran
Matematika Mahasiswa ... 114 Tabel 4.6 Deskripsi Pretes Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ... 117
Table 4.7 Deskripsi Postes Kemampuan Penalaran Matematika
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 117
Tabel 4.8 Tabel Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kemampuan
Penalaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 118 Tabel 4.9 Tabel Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Kemampuan
Penalaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...
118
Tabel 4.10 Analisis Varians Untuk Uji Indenpendensi Kemampuan ...
Penalaran Kelas Kontrol ... 120
Tabel 4.11 Analis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Penalaran Matematika Kelas Kontrol ... 120
Tabel 4.12 Koefisien Analisis Varians untuk Uji Independensi
Kemampuan Penalaran Matematika Kelas Kontrol ... 120
Tabel 4.13 Analisis Varians Untuk Linieritas Regresi Kemampuan
Penalaran ... 121
Kelas Eksperimen ... 122
Tabel 4.15 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Penalaran
Kelas Eksperimen ... 122
Tabel 4.16 Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Penalaran Kelas Eksperimen ... 123
Tabel 4.17 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Penalaran Kelas Eksperimen ... 123
Tabel 4.18 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi
Kemampuan Penalaran Matematika ... 124
Tabel 4.19 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi
Kemampuan Penalaran ... 124
Tabel 4.20 Koefisien Analisi Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model
Regresi Kemampuan Penalaran ... 125
Tabel 4.21 Analisi Kovarians Kemampuan Penalaran Untuk Kesejajaran
Model Regresi ... 126
Tabel 4.22 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan
Penalaran ... 127
Tabel 4.23 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan
Penalaran Matematika ... 128
Tabel 4.24 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan
Penalaran Matematika Pada Taraf Signifikan 5% ... 129
Tabel 4.25 Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas Kontrol Secara
Kuantitatif ... 129
Tabel 4.26 Postes Pemahaman Konsep Kelas Kontrol Secara Kuantitatif . 130
Tabel 4.27 Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelas
Eksperimen Secara Kuantitaif ... 131
Tabel 4.28 Postes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelas
Eksperimen Secara Kuantitatif ... 132
Tabel 4.29 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kemampuan Pemahaman
konsep Matematika Mahasiswa ... 139
Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 141
Tabel 4.31 Deskripsi Postes Pemahaman Konsep Matematika Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 142 Tabel 4.32 Tabel Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kemampuan
Pemahaman konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 142
Tabel 4.33 Tabel Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Kemampuan
Pemahaman konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 143
Tabel 4.34 Analisis Varians Untuk Uji Indenpendensi Kemampuan
Pemahaman konsep ... 144
Tabel 4.35 Analis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan Pemahaman
konsep Matematika Kelas Kontrol ... 144
Tabel 4.36 Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi pemahaman
Konsep Kelas Kontrol ... 144 Tabel 4.37 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Pemahaman konsep 145
Tabel 4.38 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Pemahaman konsep
Kelas Eksperimen ... 146
Tabel 4.39 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Pemahaman konsep
Kelas eksprimen ... 146 Tabel 4.40 Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Pemahaman konsep Kelas Eksperimen ... 147
Tabel 4.41 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Pemahaman konsep
Kelas Eksperimen ... 147
Tabel 4.42 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi
Kemampuan Pemahaman konsep Matematika ... 148
Tabel 4.43 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi
Kemampuan Pemahaman Konsep ... 149
Tabel 4.44 Koefisien Analisi Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model
Regresi Kemampuan Pemahaman Konsep ... 149
Tabel 4.45 Analisi Kovarians Kemampuan Pemahaman Konsep Untuk
Kesejajaran Model Regresi ... 151
Pemahaman konsep ... 152
Tabel 4.47 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematika ... 153
Tabel 4.48 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Pemahaman
Konsep Matematika Pada Taraf Signifikan 5% ... 153
Tabel 4.49 Aktivitas Mahasiswa Selama Kegiatan Pembelajaran Kelas
Eksperimen ... 154
Tabel 4.50 Persentase Respon Mahasiswa Terhadap Kegiatan Model
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Contoh Hasil Kerja Mahasiswa ... 7 Gambar 1.2 Hasil Kerja Mahasiswa ... 9 Gambar 3.1 Model Pengembangan Sistem Pembelajaran 4-D ...
168
Gambar 4.1 Tingkat Pretes Kemampuan Penalaran Matematika Mahasiswa
Pada Kelas Kontrol ... 105
Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Penalaran Matematika Mahasiswa
Pada Kelas Kontrol ...
106
Gambar 4.3 Tingkat Pretes Kemampuan Penalaran Matematika
Mahasiswa Pada Kelas Eksperimen ... 107
Gambar 4.4 Tingkat Kemampuan Penalaran Mahasiswa Pada Kelas
Eksperimen ... 108
Gambar 4.5 Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Penalaran Butir Soal
Nomor 1... 109
Gambar 4.6 Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Penalaran Butir Soal
Nomor 2... 110
Gambar 4.7 Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Penalaran Butir Soal
Nomor 3... 111
Gambar 4.8 Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Penalaran Butir Soal
Nomor 4... 112
Gambar 4.9 Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Penalaran Butir Soal
Nomor 5 ... 113
Gambar 4.10 Tingkat Pretes Kemampuan Pemahaman konsep Matematika
Mahasiswa Pada Kelas Kontrol ... 130
Gambar 4.11 Tingkat Kemampuan Penalaran Matematika Mahasiswa Pada
Kelas Kontrol ... 131 Gambar 4.12 Tingkat Pretes Kemampuan Pemahaman konsep Matematika
Mahasiswa Pada Kelas Eksperimen ... 132
Gambar 4.13 Tingkat Kemampuan Pemahaman konsep Mahasiswa Pada
Gambar 4.14 Proses Penyelesaian Jawaban Pemahaman Konsep Soal No 1 134
Gambar 4.15 Proses Penyelesaian Jawaban Pemahaman Konsep Soal No 2 135
Gambar 4.16 Proses Penyelesaian Jawaban Pemahaman Konsep Soal No 3 136
Gambar 4.17 Proses Penyelesaian Jawaban Pemahaman Konsep Soal No 4 137
Gambar 4.18 Proses Penyelesaian Jawaban Pemahaman Konsep Soal No 5 138
Gambar 4.19 Kategori Pengamatan Aktivitas Mahasiswa ... 154
Gambar 4.20 Tingkat Kemampuan Penalaran Matematika Mahasiswa di
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 161
Gambar 4.21 Tingkat Pemahaman Konsep Matematika Mahasiswa di Kelas
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Lampiran A. 1 Kisi-kisi Pretes dan Postes Kemampuan Penalaran ... 169
Lampiran A.2 Kisi Pretes dan Postes Pemahaman Konsep... 170
Lampiran A.3 Pedoman Penssekoran Pretes dan Postes kemampuan
Penalaran ... 171
Lampiran A.4 Pedoman Penssekoran Pretes dan Postes pemahaman konsep 172
Lampiran A.5 Soal Pretes Kemampuan Penalaran Kelas Kontrol ... 173
Lampiran A.6 Pretes Pemahaman Konsep ... 177
Lampiran A.7 Alternatif Jawaban Pretes Pemahaman Konsep ... 179
Lampiran A.8 Alternatif jawaban Pretes Penalaran ... 184
Lampiran A.9 Postes Penalaran ... 189
Lampiran A.10 Postes Pemahaman Konsep ... 190
Lampiran A.11 Alternatif Jawaban Postes Penalaran ... 191
Lampiran A.12 Alternatif Jawaban Postes Pemahaman Konsep ... 195
LAMPIRAN B
Lampiran B.1 Satuan Acara Perkuliahan Kelas Kontrol ... 198
Lampiran B.2 Satuan Acara Perkuliahan Kelas Eksperimen ... 213
Lampiran B.3 Lembar Aktivitas Mahasiswa Kelas Kontrol ... 249
Lampiran B.4 Lembar Aktivitas Mahasiswa Kelas Eksprimen ... 258
Lampiran B.5 Buku Petunjuk Dosen Kelas Kontrol ... 271
Lampiran B.6 Buku Petunjuk Dosen Kelas Eksprimen ... 302
Lampiran B.7 Lembar Pengamatan Aktivitas Mahasiswa ... 354
LAMPIRAN C
Lampiran C.1 Jadwal Penelitian Kelas Eksprimen dan Kontrol ... 357
LAMPIRAN D
Lampiran D.1 Hasil Validasi SAP Kelas Eksperimen ... 358
Lampiran D.2 Hasil Validasi LAM Kelas Eksperimen ... 360
Lampiran D.3 Hasil Validasi Buku Dosen Kelas Eksprimen ... 361
Lampiran D.4 Hasil Validasi Buku Mahasiswa Kelas Eksprimen ... 362
Lampiran D.5 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Kelas
Eksprimen ... 363
Lampiran D.6 Hasil Validasi SAP Kelas Kontrol ... 364
Lampiran D.7 Hasil Validasi Buku Dosen Kelas Kontrol... 366
Lampiran D.8 Hasil Validasi LAM Kelas Kontrol... 367
Lampiran D.9 Hasil Validasi Buku Mahasiswa Kelas Kontrol ... 368
Lampiran D.10 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Kelas Kontrol ... 369
Lampiran D.11 Hasil Validasi Pretes Kemampuan Penalaran ... 370
Lampiran D.12 Hasil Validasi Pretes Pemahaman Konsep ... 371
LAMPIRAN E
Lampiran E.1 Daftar Perhitungan Reabilitas, Validitas, Daya Pembeda, Dan
Tingkat Kesulitan SoalTes Kemampuan Berpikir
Kreatif ... 372
Lampiran E.2 Perhitungan Validitas, Realibitas Dengan Program SPSS 19 390
Lampiran E.3 Perjitungan Realibilitas Validitas, Daya Pembeda Dan
Tingkat Kesukaran Soal Tes Pemahaman Konsep... 393
Lampiran E.4 Perhitungan Validitas, Reabilitas, Dengan Program
Lampiran E.5 Pretes Kemampuan Penalaran Kelas Kontrol ... 410
Lampiran E.6 Pretes Kemampuan Penalaran Kelas Eksprimen ... 411
Lampiran E.7 Pretes Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... 412
Lampiran E.8 Pretes Pemahaman Konsep Kelas Eksprimen ... 413
Lampiran E.9 Postes Pemahaman Kelas Kontrol ... 414
Lampiran E.10 Postes Kemampuan Penalaran Kelas Eksprimen ... 415
Lampiran E.11 Postes Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... 416
Lampiran E.12 Postes Pemahaman konsep Kelas Eksprimen ... 417
Lampiran E.13 Uji Normalitas Pretes, Postes Kemampuan Penalaran
kelas Kontrol dan Eksprimen ... 418
Lampiran E.14 Uji Normalitas Pretes, Postes Pemahaman Konsep Kelas
Kontrol Dan Eksprimen ... 420
Lampiran E.15 Perhitungan Uji Indenpendensi Kemampuan Penalaran
Kelas Kontrol ... 422
Lampiran E.16 Perhitungan Uji Indenpendensi Kemampuan Penalaran Kelas
Eksprimen ... 423
Lampiran E.17 Uji Indenpendensi Kemampuan Pemahaman konsep Kelas
Kontrol ... 424
Lampiran E.18 Uji Indenpendensi Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas
Eksprimen ... 425
Lampiran E.19 Perhitungan uji Liniearitas Model Regresi Kemampuan
Lampiran E.20 Perhitungan uji Liniearitas model Regresi penalaran Kelas
Eksprimen ... 428
Lampiran E.21 Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan
Pemahaman konsep Kelas Kontrol ... 430
Lampiran E.22 Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan
Pemahaman Konsep Kelas Eksprimen ... 432
Lampiran E.23 Perhitungan Uji Kesamaan Dua model Regresi Kemampuan
Penalaran Kelas Kontrol dan Eksprimen ... 434
Lampiran E.24 Perhitungan Uji Kesamaan Dua Regresi Pemahaman Konsep
Kelas Kontrol dan Kelas Eksprimen ... 435
Lampiran E.25 Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Kemampan Penalaran
Kelas Kontrol dan Eksprimen ... 436
Lampiran E.26 Uji Kesamaan Dua Model Regresi Pemahaman Konsep
Kelas Kontrol dan Kelas Eksprimen ... 439
Lampiran E.27 Persentase Aktivitas Mahasiswa Dalam Pembelajaran ... 442
Lampiran E.28 Respon Mahasiswa Terhadap Komponen Dan Proses
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga Pendidikan Tinggi adalah badan usaha yang dapat digolongkan
sebagai sektor jasa, artinya produk yang diterima pelanggan dari lembaga
pendidikan tinggi sebahagian besar dalam bentuk pelayanan. Sesuai dengan
Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tugas-tugas yang diemban
Pendidikan tinggi adalah pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat
yang disebut dengan Tridarma Pendidikan Tinggi. Di berbagai Negara, tolak ukur
kemajuan dan peradaban bangsa tercermin dari sistem pendidikannya yang
berjalan. Sejalan dengan itu, pemerintah telah bersungguh-sungguh merencanakan
sistem pendidikan yang strategis melalui pemberlakuan system pendidikan
nasional dan sesuai undang-undang pendidikan tinggi No. 12 tahun 2012 pada
ketentuan umum pasal 1 poin ke 2 .Yang menyatakan Pendidikan tinggi adalah
jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
diploma, program sarjana, program magister, program doktor dan program
propesi serta program spesialisasi, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.
Perguruan tinggi swasta yang selanjutnya disingkat (PTS) adalah
perguruan tinggi yang didirikan dan/atau diselenggarakan oleh masyarakat.
Menurut data Dirjen Dikti Dekdiknas menyebutkan bahwa jumlah Pendidikan
Tinggi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup pesat pada
Pendidikan Tinggi Swasta (PTS) berjumlah 2581 PTS yang tersebar pada 12
Kopertis. Melalui data ini diketahui bahwa sebagian besar pendidikan tinggi di
kelola oleh Swasta, sehingga keberhasilan PTS dalam meningkatkan kenerjanya
akan memberikan sumbangan besar dalam menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Senada dengan fungsi pendidikan tinggi menurut pasal 4
undang-undang pendidikan tinggi No 12 tahun 2012 sebagai berikut:
a. Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;
b. Mengembangkan Sivitas Akademika yang inofatif, responsif, kreatif, terampil, budaya asing dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma; dan
2
c. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.
Dari kutipan diatas jelas dapat dilihat fungsi pendidikan tinggi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak begitu juga mengembangkan
kecerdasan kehidupan bangsa yang inofatif, responsif, dan saling kooperatif dalam
rangka pengembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi yang kesemuanya itu
tidak terlepas dari perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan. Untuk
mewujudkan tujuan pendidikan tinggi menurut undang-undang pendidikan tinggi
No 12 tahun 2012 pasal 5 dinyatakan sebagai berikut:
a. Berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten dan berbudaya untuk kepentingan bangsa;
b. Dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa; c. Dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang
memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan ummat manusia; dan
d. Terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam rangka mewujudkan tujuan diatas perguruan tinggi sebagai
lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, memiliki otonomi untuk mengelola
sendiri lembaganya hal itu diperlukan agar perguruan tinggi dapat
mengembangkan budaya akademik bagi sivitas akademika yang berfungsi sebagai
komunitas ilmiah yang berwibawa dan mampu melakukan interaksi yang
mengangkat martabat bangsa Indonesia dalam pergaulan Internasioanl.
Selanjutnya perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi dan peran sesuai dengan
pasal 58 pada UU. RI. No. 12 tahun 2012 dinyatakan bahwa pendidikan tinggi
sebagai (a) wadah pembelajaran mahasiswa dan masyarakat (b) wadah pendidikan
calon pemimpin bangsa (c) pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(d) pusat kajian kebajikan dan kekutan moral untuk mencari dan menemukan
kebenaran dan (e) pusat pengembangan peradaban bangsa. Kemudian fungsi dan
peran tersebut dilaksanakan melalui kegiatan tri dharma yang ditetapkan dalam
3
Salah satu Perguruan Tinggi Swasta yang ada di Sumatera Utara adalah
Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan dalam penyelenggaraan
pendidikannya yang terdiri dari fakultas teknik, fakultas ekonomi, fakultas sosial
politik, fakultas pertanian, dan fakultas keguruan ilmu pendidikan (FKIP)
seterusnya FKIP menyelenggarakan program studi: pendidikan matematika,
pendidikan fisika, pendidikan sejarah, pendidikan bahasa Indonesia, pendidikan
bahasa Inggris, dan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.
Program studi pendidikan matematika memuat kurikulum matematika
yang dijabarkan dari visi dan misi program studi berpedoman pada surat
keputusan direktorat perguruan tinggi tentang ketentuan-ketentuan pokok
pendidikan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) program S1
(strata satu). Sejak tahun akademik 2008-2009 FKIP UGN Padangsidimpuan
telah menyesuaikan kembali kurikulum nasional demi tercapainya tujuan
pendidikan nasional yang ditetapkan program studi pendidikan matematika
memuat golongan Mata Kuliah Keilmuan dan Berkarya (MKB) salah satu mata
kuliahnya adalah kalkulus II. Dengan deskripsi mata kuliah pada Garis-garis
Besar Program Perkuliahan (GBPP) menyatakan bahwa mata kuliah tersebut
memuat konsep-konsep lanjutan kalkulus I, bertujuan untuk memberikan
pengalaman bermatematika kepada mahasiswa untuk dapat digunakan dalam
penyelesaian masalah yang berhubungan dengan perubahan fisik maupun non
fisik seperti bidang fisika, kimia, ekonomi, dan lain-lain. Dengan uraian materi
meliputi Integral tertentu, Penerapan integral tertentu, Teknik pengintegralan,
Integral tak wajar, Deret tak hingga, dan Turunan parsial.
Pembelajaran kalkulus II salah satu mata kuliah yang diajarkan di program
studi pendidikan matematika, muatan kurikulum yang dilakukan pada proses
pembelajaran dosen harus mempertimbangkan deskripsi matakuliah selain
mempertimbangkan kebutuhan masyarakat, kebutuhan program studi, dan
kebutuhan pemanfaatannya untuk kehidupan manusia, dalam hal ini muatan
kurikulum harus disesuaikan dengan konteks situasi matematis, metodologi, dan
sumber acuan yang ada. Pembelajaran kalkulus II untuk kalangan mahasiswa
masih memperlihatkan adanya keinginan yang cukup tinggi baik dari dosen
4
meningkatkan kemampuan matematika mahasiswa dalam menghadapi tantangan
yang semakin tinggi, sehingga peluang ini menuntut persiapan dan upaya para
mahasiswa dan dosen untuk penguasaan kalkulus II.
Pengajaran kalkulus II yang efektif melalui pengalaman belajar yang
penuh aktivitas bervariasi antara lain menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw diharapkan menjadi salah satu pemicu peningkatan prestasi
belajar mahasiswa. Sesuai dengan pendapat Lei (1994) menyatakan bahwa:
“Model pembelajaran jigsaw merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak riset yang dilakukan berkaitan dengan pembelajran kooperatif dengan dasar jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa mahasiswa yang terlibat didalam model pembelajaran kooperatif model jigsaw ini memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, di samping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain”.
Dari kutipan diatas pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw dapat dilakukan
pada mata kuliah kalkulus II, diharapkan mahasiswa peduli terhadap perubahan
metode dan teknik pembelajaran yang bervariasi yang dapat memberi sumbangan
terhadap kemampuan penalaran dan pemahaman konsep mahasiswa.
Masalah yang muncul dalam proses pembelajaran kalkulus II antara lain
berupa pembelajaran yang sifatnya tradisional yang memusatkan perhatian pada
kegiatan dosen belaka, bukan mengaktifkan mahasiswa. Pembelajaran ini juga
sering didefenisikan sebagai penguasaan informasi yang pasif, yang biasanya
dicapai melalui pemberian teori, latihan dan tugas yang berupa pengulangan
maupun latihan yang bersifat hafalan. Sedangkan pembelajaran untuk
memperoleh pemahaman konsep dan penalaran jarang dilakukan. Hal ini dapat
dilihat dari metode mengajar yang dilaksanakan dosen prodi pendidikan
matematika pada perkuliahan sebagai berikut :
Tabel 1.1. Metode Mengajar Dosen Prodi Matematika
No. Semester Metode Mengajar Jumlah
Dosen 1 Ganjil 2010/2011 Metode Ceramah, latihan, tugas 18
Metode lain 3
5
Metode lain 4
3 Ganjil 2011/2012 Metode Ceramah, latihan, tugas 15
Metode lain 6
4 Genap 2011/2012 Metode Ceramah, latihan, tugas 19
Metode lain 2
5 Ganjil 2012/2013 Metode Ceramah, latihan, tugas 17
Metode lain 4
Sumber : FKIP – Prodi Pend. Matematika UGN
Disisi lain, aktivitas pembelajaran di kelas kurang berfokus pada
pemecahan masalah dengan memberikan tugas yang melatih pemahaman konsep
dan penalaran mahasiswa, (termasuk mata kuliah kalkulus II) sangat diperlukan
dalam pengembangan pengetahuan dengan menemukan ataupun mengkreasikan
pengetahuannya melalui aktivitas yang diberikan. Begitu juga halnya dalam
mempelajari buku teks secara mandiri, kerja sama secara kelompok sehingga
interaksi maupun komunikasi yang dapat mengkonstruk pengetahuan dari masing-
masing mahasiswa sangat minim. Kecenderungan belajar secara pasif diiringi
dengan ketidak berdayaan dalam mengerjakan berbagai tugas rumah yang
diberikan oleh dosen. Mahasiswa hanya mengacu pada hasil perkuliahan terbatas
dari dosen dan beberapa contoh sederhana yang tersedia, bukan mengupayakan
kreasi yang bervariasi dalam mengatasi masalah yang ada dengan tingkat
pengertian yang tinggi.
Kebiasaan buruk yang dirasakan, bahwa dalam pembelajaran kalkulus II
selalu berpusat pada dosen belaka yang mengakibatkan hasil yang kurang
memuaskan. Secara umum, kesulitan yang dialami sebagian besar mahasiswa
tidak memahami konsep, karena pada pembelajaran matematika harus terdapat
keterkaitan antara pengalaman belajar mahasiswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Hal ini sesuai dengan “pembelajaran spiral”, sebagai konsekuensi dalil Bruner. Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan
konsep lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Oleh
karena itu mahasiswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukan
keterkaitan tersebut.
6
informasi atau konsep pelajaran yang disajikan pada mahasiswa melalui
penerimaan atau penemuan. Kedua, menyangkut cara bagaimana mahasiswa dapat
mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada (telah dimiliki dan
diingat mahasiswa tersebut).
Mahasiswa harus dapat menghubungkan apa yang telah dimiliki dalam
struktur berpikirnya yang berupa konsep matematika, dengan permasalahan yang
ia hadapi. Hal ini sesuai dengan perkataan Suparno (1997) tentang belajar
bermakna, yaitu “…kegiatan mahasiswa menghubungkan atau mengaitkan
informasi itu pada pengetahuan berupa konsep-konsep yang telah dimilikinya”.
Akan tetapi, mahasiswa dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi
baru tersebut, tanpa menghubungkan pada konsep-konsep yang telah ada dalam
struktur kognitifnya.
Dari uraian diatas mahasiswa tidak akan dapat menghubungkan apa yang
telah dimiliki dalam struktur berpikirnya tentang konsep matematika bila mana
pembelajaran masih berpusat pada dosen belaka senada dengan pendapat tersebut
dari dokumen jawaban mahasiswa pada soal ujian bentuk pemahaman konsep
dengan indikator mengklasifikasikan objek yang diuji terhadap 162 mahasiswa,
73 mahasiswa tidak ada jawaban atau tidak ada ide matematika yang muncul
sesuai dengan soal, 61 mahasiswa ide matemtika telah muncul namun belum
dapat menganalisis suatu objek dan mengklasifikasikannya menurut sifat yang
dimiliki sesuai dengan konsepnya, 20 mahasiswa dapat menganalisis suatu objek
dan mengklasifikasikannya menurut sifat dan konsepnya tertentu namun masih
melakukan kesalahan operasi matematika, dan 8 mahasiswa dapat menganallisis
suatu objek dan mengklasifikasikannya menurut sifat/ciri dan konsepnya tertentu
yang dimiliki dengan tepat. Dengan bentuk soal sebagai berikut :
Tentukan nilai
xdx5
0
dengan menggunakan sub interval panjang yang sama dan :
a) Pilihalah xk sebagai titik ujung sebelah kiri dari sub interval
7
Jawaban mahasiswa
Gambar. 1.1 Hasil Kerja Mahasiswa
Alternatif jawaban mahasiswa diantaranya
8
tertentu yang bersifat abstrak memerlukan pola berpikir yang lebih tinggi begitu
juga halnya pada pokok bahasan yang lain. Sehubungan dengan hal itu
penggunaan model pembelajaran sangat penting agar mahasiswa dapat
meningkatkan pemahaman konsep.
Begitu juga halnya pada penalaran matematika sangat diperlukan
kemampuan berpikir mahasiswa. Menurut Kusnadi (dalam
file.upi.edu/...MATEMATIKA/.../Penalaran_ Matematika_SMP.pdf Juni 2012) Shefer dan Foster (1997) mengajukan tiga tingkat kemampuan berpikir matematika yaitu
tingkatan reproduksi, tingkatan koneksi, dan tingkatan analisis. Masing-masing
tingkatan terdiri atas komponen-komponen sebagai indikatornya, Tingkatan I
Reproduksi : Mengetahui fakta dasar, Menerapkan algoritma standar,
Mengembangkan keterampilan teknis. Tingkatan II Koneksi : Mengintegrasikan
informasi, Membuat koneksi dalam dan antar domain matematika, Menetapkan
rumus yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah, Memecahkan masalah
tidak rutin. Tingkatan III Analisis : Matematisasi situasi, Melakukan analisis,
Melakukan interpretasi, Mengembangkan model dan strategi baru,
Mengembangkan argumen matematika, Membuat generalisasi.
Pada intinya penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu
aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan
baru yang benar berdasarkan beberapa pertanyaan yang kebenarannya telah
dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Menurut Shconfeld dalam Sumarno
(2004), matematika merupakan proses yang aktif, dinamik, generative dan
eksploratif. Artinya bahwa proses matematika dalam penarikan kesimpulan
merupakan kegiatan yang membutuhkan pemikiran dan penalaran tingkat tinggi.
9
matematika UGN Padangsidimpuan dilihat dari dokumen hasil ujian semester
genap T.A. 2011/2012 mata kuliah kalkulus II dapat dikatakan bahwa mahasiswa
memiliki penalaran matematika yang rendah. Hal ini diperoleh dari kemampuan
jawaban soal tentang penalaran dengan menggunakan indikator memberi
penjelasan dengan menggunakan model dari 162 mahasiswa, 79 mahasiswa tidak
ada jawaban/menjawab tidak ada yang benar, 52 mahasiswa menjawab sebagian
dari penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta dan hubungan dalam
menyelesaikan soal dan menarik kesimpulan salah, 20 mahasiswa menjawab
sebagian dari penjelasan menggunakan gambar , fakta hubungan dalam
menyelesaikan soal , mengikuti argumen logis dan menarik kesimpulan dengan
benar dan 11 mahasiswa menjawab penjelasan dengan menggunakan gambar,
fakta dan hubungan dalam menyelesaikan soal, mengikuti argumen logis menarik
kesimpulan dengan lengkap/jelas dan benar. dengan bentuk soal sebagai berikut :
Soal :
Dengan menggunakan integral tentukan luas segitiga yang titik-titik
sudutnya adalah (-1,4), (2,-2) dan (5,1).
Jawaban mahasiswa
Gambar 1.2 Hasil Kerja Mahasiswa
Alternatif jawaban soal
Titik-titik pada garis pertemuan garis
10
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003) menyatakan bahwa “ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya.
Namun demikian, dalam pembelajaran, pemahaman konsep sering diawali secara
induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif
dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika.
Berkaitan dan peningkatkan kemampuan bernalar ini National Council of
Teacher of Mathematics (NCTM, 2003) lebih mengoperasionalkannya dengan
menyatakan pada salah satu tampilan di situsnya www.nctm.org bahwa program pembelajaran dari taman kanak-kanak (TK) sampai kelas 12 hendaknya
memungkinkan semua siswa di Amerika Serikat untuk : 1. Mengenali penalaran
dan pembuktian sebagai kemampuan mendasar pada matematika 2. Melakukan
dan menginvestigasi dugaan-dugaan matematika 3. Mengembangkan dan
mengevaluasi argumen dan bukti matematika 4. Memilih dan menggunakan
berbagai tipe penalaran dan berbagai metode pembuktian berbeda dengan model
ceramah yang dinilai tidak atau kurang meningkatkan kemampuan bernalar para
siswa.
Selanjutnya dari minimnya penalaran matematika dari mahasiswa tersebut
yang mengakibatkan menurunnya motivasi belajar terutama bagi mahasiswa
yang berkemampuan rendah, sedang bahkan berkurangnya rasa percaya diri atau
self-efficacy, sikap yang kurang positif terhadap mata kuliah kalkulus II dan rasa
cemas yang tinggi. Asesmen lebih berfokus pada recall informasi dan fakta,
sehingga mahasiswa jarang dihadapkan dengan pemahaman yang membutuhkan
tingkatan kemampuan kognitif yang lebih tinggi. Akibatnya, mahasiswa memiliki
suatu pandangan belajar yang naif dan berfungsi hanya sebagai penerima
pengetahuan yang pasif, dan tanggung jawab pengajar hanya sebatas mengajarkan
11
Disisi lain, berdasarkan hasil wawancara dengan dosen mata kuliah
kalkulus II juga menunjukkan bahwa selama ini dosen jarang melakukan
kegiatan remedial terhadap mahasiswa yang mempunyai daya serap kurang dan
hasil belajar rendah. Ini sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil kelulusan
ujian semester II prodi pendidikan matematika bahwa hasil belajar pada mahasiswa yang memiliki dibawah nilai “A dan B” lebih sedikit dari “nilai C, D, E”, artinya kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran matematika mata kuliah kalkulus II dikategorikan rendah. Perolehan nilai dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2. Hasil Ujian Semester II Mata Kuliah Kalkulus II
No. Semester/T.A Nilai Kalkulus II Jlh
A B C D E
1 Genap 2008/2009
2 26 41 11 - 70
2 Genap 2009/2010
4 36 50 18 2 110
3 Genap 2010/2011
3 16 102 21 1 143
4 Genap 2011/2012
5 50 93 8 6 162
Jumlah 14 128 286 58 9 485
Sumber : Prodi Pend. Matematika UGN Padangsidimpuan
Catatan :
A = 85 – 100 B = 80 - 84 C = 70 – 79 D : 60 – 69 E = > 59
Adapun kegiatan yang biasa dilakukan adalah memantapkan pemahaman
mahasiswa terhadap materi yang telah disampaikan atau membahas soal-soal
menjelang ujian akhir semester. Sebagai bagian dari upaya meningkatkan hasil
belajar pada Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan maka salah satu yang
perlu dilakukan mengembangkan perangkat pembelajaran.
Dalam pengembangan perangkat pembelajaran yang diperlukan saat ini
adalah pembelajaran yang inovatif dan kreatif yaitu antara lain mengembangkan
pembelajaran yang berorientasi pada penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw. Dengan model ini mahasiswa dimungkinkan terlibat aktif pada proses
pembelajaran sehingga memberikan dampak yang positif terhadapa kemampuan
12
suatu prinsip dasar, siswa itu akan mengerti konsep itu akan lebih baik, mengingat
lebih lama, dan mampu menggunakan konsep tersebut dalam konteks yang lain”.
Untuk itu model pembelajaran tipe jigsaw membantu mahasiswa menumbuhkan
penalarannya dan juga memahami konsep. Di samping itu, keterampilan menjadi
semakin penting untuk keberhasilan dalam menghadapi tuntutan lapangan kerja
yang sekarang ini berorientasi pada kerja sama dalam tim. Karena pentingnya
interaksi dalam tim, maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
sangat diperlukan dalam membangun karakter mahasiswa. Karena pembelajaran
ini dapat mengembangkan potensi mahasiswa secara aktif dengan membuat
kelompok yang terdiri dari empat sampe enam orang anggota, menciptakan pola
interaksi yang optimal semangat kebersamaan dan mendapatkan penilaian dan
penghargaan yang terstruktur dan terus menerus pada akhirnya menciptakan
kegembiraan tersendiri kepada mahasiswa.
Dalam model pembelajaran jigsaw, kelompok-kelompok siswa
mempelajari materi yang dibagi menjadi bagin-bagian yang lebih kecil. Setelah
masing-masing kelompok mempelajari materinya, tiap-tiap anggota kelompok
mendapat tanggung jawab satu bagian materi. Anggota-anggota dari tiap-tiap
kelompok berkumpul untuk membahas bagian mereka, dan setelah itu mereka
kembali ke kelompok mereka masing-masing untuk membantu anggota-anggota
kelompok lainnya belajar lebih banyak tentang bagian mereka. Pembelajaran
jigsaw ini mengombinasikan banyak karakteristik pembelajaran kooperatif yang
diharapkan, termasuk kerja kelompok tanggung jawab individu, dan tujuan-tujuan
yang jelas. Pada kelompok mahasiswa yang sebaya. Hal ini senada dengan
pendapat Dale H. Schunk (2012). “pembelajaran dengan bantuan sebaya selaras
kontruktivisme. Pembelajaran dengan bantuan sebaya mengacu pada
pendekatan-pendekatan pengajaran dimana teman sebaya berperan sebagai pelaku aktif dalam
proses pembelajaran menekankan pentingnya bantuan teman sebaya antaralain tutoring teman sebaya, pengajaran timbal balik, dan pembelajaran kooperatif”. Dengan demikian pembelajran ini dapat mendorong motivasi akademik dan sosial
dalam belajar, teman-teman sebaya yang menonjolkan pembelajaran akademis
13
pengajaran konstruktif mahasiswa dapat aktif melaksanakan tutorial bebas
berpartisivasi yang melahirkan kerja sama antar mahasiswa.
Para dosen hendaknya terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai
cara variasi agar mahasiswa tertarik dan bersemangat dalam mengikuti
perkuliahan, salah satunya melalui model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw,
karena manusia secara kodrat telah mampu berfikir untuk menghadapi problema
kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain menusia secara alamiah telah memiliki
kemampuan bernalar terutama soal-soal yang sederhana. Melalui model
pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw yaitu mengajak mahasiswa untuk belajar
aktif, konstruktivistik dan kooperatif yang berkaitan dengan materi, mahasiswa
diberi kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat dan idenya,
melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan
hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok, dosen sebagai fasilisator
menciptakan proses belajar aktif, kreatif dan menyenangkan.
Di samping berbagai model pembelajaran menurut Jica (1997) bahwa
faktor dominan yang juga mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa adalah
kemampuan berpikir (penalaran) formal mahasiswa merupakan bagian tak
terpisahkan dalam proses belajar mahasiswa, utamanya dalam mempelajari
matematika karena matematika merupakan salah satu ilmu yang diperoleh dengan
bernalar yang menekankan aktivitas dalam dunia rasio. Selanjutnya Suriasumantri
(1999) menyatakan Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang
berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Penalaran sebagai kegiatan
berpikir mempunyai ciri-ciri tertentu yang sangat terkait dengan karakteristik
matematika, yakni adanya pola berpikir logis dan sifat analitis. Berpikir logis
berarti berpikir menurut logika tertentu dan sifat analitik menunjukkan bahwa
penalaran merupakan kegiatan berpikir yang menyandarkan diri pada suatu
analisis. Kemudian dapat dikatakan penalaran atau reasoning merupakan suatu
konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk
sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan
14
reasoning) menurut Keraf (1982) sebagai: “Proses berpikir yang berusaha
menghubung-hubungkan fakta-fakta atu evidensi-evidensi yang diketahui
menuju ke suatu kesimpulan”. Kemampuan penalaran mahasiswa merupakan salah satu unsur yang sangat diperlukan dalam perkuliahan.
Dari uraian di atas, perlu untuk melakukan penelitian dengan
mengembangkan perangkat pembelajaran yang bercirikan model pembelaajaran
kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan
pembelajaran kalkulus II pada prodi pendidikan matematika Universitas Graha
Nusantara Padangsidempuan. Dengan judul: “Perbedaan Kemampuan Penalaran
dan Pemahaman Konsep Mahasiswa Yang Dibelajarkan Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Pembelajaran Konpensional “.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan kajian pada latar belakang masalah di atas, dapat
diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil perkuliahan, antara lain :
1. Rendahnya kemampuan penalaran matematika mahasiswa
2. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematika mahasiswa
3. Hasil belajar mahasiswa di prodi pendidikan matematika pada mata kuliah
Kalkulus II belum memuaskan
4. Aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran matematika masih rendah
5. Respon mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika masih rendah
6. Dosen kurang melakasanakan model pebelajaran yang berpariasi dalam
pembelajaran
7. Pelaksanaan pembelajara matematika yang dilakukan dosen kurang relevan
dengan karakteristik pembelajaran dan tujuan pembelajaran matematika.
C. Pembatasan Masalah
Berbagai masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang
cukup luas dan kompleks serta cakupan materi matematika yang sangat banyak.
Agar penelitian ini lebih terarah, efektik dan efisien serta memudahkan dalam
15
1. Perbedaan kemampuan penalaran matematika mahasiswa yang diberi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pembelajaran konvensional
2. Perbedaan pemahaman konsep matematika mahasiswa yang diberi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pembelajaran konvensional
3. Aktivitas mahasiswa selama pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
4. Respon mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika dalam model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, maka permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana perbedaan kemampuan penalaran matematika mahasiswa antara
mahasiswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan
mahasiswa yang diberi pembelajaran konvensional?
2. Bagaimana perbedaan pemahaman konsep matematika mahasiswa antara
mahasiswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan
mahasiswa yang diberi pembelajaran konvensional?
3. Bagaimana kadar aktivitas mahasiswa terhadap pembelajaran matematika
yang diberi model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
4. Bagaimana respon mahasiswa terhadap komponen dan proses pembelajaran
matematika yang diberi model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan penalaran matematika mahasiswa
antara mahasiswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan
mahasiswa yang diberi pembelajaran konvensional
2. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep matematika mahasiswa
antara mahasiswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan
16
3. Untuk mendiskripsikan aktivitas mahasiswa terhadap pembelajaran
matematika yang diberi model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw
4. Untuk mendiskripsikan respon mahasiswa terhadap komponen dan proses
pembelajaran matematika yang diberi model pembelajaran pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw
F. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas maka diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Memberi gambaran atau informasi tentang perbedaan kemampuan
penalaran dan pemahaman konsep matematika mahasiswa, aktivitas dan respon
mahasiswa selama pembelajaran berlangsung.
2. Bagi Mahasiswa
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw selama penelitian
pada dasarnya memberi pengalaman dan mendorong mahasiswa terlibat aktif
dalam pembelajaran dengan harapan membantu mahasiswa menguasai
pembelajaran matematika secara optimal tentang kemampuan penalaran dan
pemahaman konsep serta menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan
bermamfaat.
3. Bagi Dosen
Memberi alternatif atau variasi model pembelajaran matematika untuk
dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya dengan cara
memperbaiki kelemahan atau kekurangannya dan mengoptimalkan hal-hal yang
telah baik.
4. Bagi Prodi
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran
17
G. Defenisi Operasional.
Untuk menghdihindari kesalah pahaman dalam memahami konteks
permasalahan penelitian, maka perlu adanya penjelasan mengenai istilah-istilah
yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan istilah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan adalah perbedaan kemampuan penalaran dan pemahaman konsep
matematika mahasiswa yang diberi pembelajaran model kooperatif tipe
jigsaw dengan pembelajaran konvensional menggunakan analisis kovarian
dan datanya dideskripsikan secara kuantitatif.
2. Pengertian model dalam penelitian ini adalah suatu pola atau kerangka
konseptual sebagai pedoman merencanakan dan mewujudkan suatu proses
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
3. Model pembelajaran adalah suatu pola atau kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman merencanakan dan mewujudkan proses
pembelajaran di kelas sebagai pedoman dosen dalam mendesain
pembelajaran membantu mahasiswa agar tujuan tercapai.
4. Model Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mencakup
kelompok kecil mahasiswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk
menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan
sesuatu untuk mencapai suatu tujuan bersama.
5. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu pembelajaran
kelompok kecil yang terdiri dari dari 4 sampai 6 orang dengan latar belekang
anggotanya heterogen. Para mahasiswa ditugaskan membaca buku mahasiswa
(BM) dan mengerjakan lembar aktivitas mahasiswa (LAM) yang berisi
maslah matematika. Tiap angota ditugaskan secara acak menjadi ahli setelah
membaca materi para ahli dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan
topik yang mereka bahas lalu kembali ketimnya untuk mengajarkan topik
tersebut kepada teman satu timnya.
6. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran menggunakan metode
ekspositori secara klasikal. Disini dosen berperan sebagai sumber informasi,
menjelaskan defenisi, teorema dan contoh-contoh soal, serta memberikan
18
7. Kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu
untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas
dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.
8. Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indra
(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui yang dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui.
9. Kemampuan Penalaran Matematika (KPM) adalah proses kegiatan
berpikir logis dengan logika ilmiah untuk menemukan pernyataan baru
yaitu kemampuan mahasiswa membuat sebuah keputusan tentang cara
menangani masalah matematika yang meliputi :
a. kemampuan membuat analogi dan generalisasi
b. memberikan penjelasan dengan menggunakan model
c. menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi
matematika
d. menyusun dan menguji konjenktur dan
e. memeriksa validitas argumen.
10. Konsep dalam matematika adalah abstrak yang memungkinkan kita untuk
mengelompokkan (mengklasifikasi) objek/kejadian. Konsep yang tingkat
tinggi dapat berupa hubungan antara konsep-konsep dasar. Konsep dapat
dipelajari melalui defenisi/pengamatan langsung. Disamping itu juga konsep
dapat dipelajari dengan melihat, mendengar, mendiskusikan dan memikirkan
tentang bermacam-macam contoh.
11. Pemahaman adalah proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan
yang dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang diikuti hasil belajar
sesuai dengan tujuan pembelajaran atau bagaimana seseorang
mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas,
menyimpulkan, mengeneralisasikan, memberikan contoh, menulis kembali
19
12. Pemahaman Konsep Matematika (PKM) adalah cara memahami sesuatu yang
sudah terpola dalam pikirannya yang diakses oleh simbol verbal atau
tertulis, artinya konsep tersebut sudah tersimpan dalam pikiran mahasiswa ,
berdasarkan pola-pola tertentu yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk
ditetapkan dalam pikiran mereka sendiri sebagai ciri dari kesan mental untuk
memberikan : (a) suatu contoh dan non contoh, (b) menyatakan ulang sebuah
konsep, (c) mengklasifikasikan objek, dan (d) mengaplikasikan objek
13. Aktivitas mahasiswa adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa
selama proses pembelajaran berlangsung dalam model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw yaitu:
a. Membaca buku mahasiswa/memahami masalah.
b. Berdiskusi dengan anggota kelomppok ahli, melalukan percobaan sesuai
dengan lembar aktivitas mahasiswa (LAM), menulis/menyelesaikan
masalah, membuat kesimpulan.
c. Memberibantuan kepada teman disertai penjelasan, bertanya pada
dosen/menjawab pertanyaan dosen.
d. Memperhatikan saat mahasiswa lain presentase di depan kelas,
menggemukakan pendapat, mengerjakan latihan/kuis.
14. Respon mahasiswa adalah pendapat senang/tidak senang dan baru/tidak baru
terhadap komponen pembelajaran yang dikembangkan yakni kesedian
mahasiswa mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada saat
kegiatan pembelajaran dilakukan, serta komentar mahasiswa terhadap
penampilan dosen dalam pembelajaran yang di ukur dengan menggunakan
165
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menekankan pada kemampuan penalaran
dan pemahaman konsep matematika maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematika antara mahasiswa yang
diberi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pembelajaran
konvensional.
2. Terdapat perbedaan pemahaman konsep matematika antara mahasiswa yang di
beri model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pembelajaran
konvensional.
3. Aktivitas aktif mahasiswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
memenuhi batas toleransi waktu ideal.
4. Respon mahasiswa terhadap komponen dan proses model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw adalah positif.
B. SARAN
Penelitian tentang perbedaan kemampuan penalaran dan pemahaman konsep
mahasiswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan
pembelajaran konvensional adalah merupakan upaya dosen meningkatkan prestasi
belajar mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw baik diterapkan pada penelitian tentang
perbedaan kemampuan penalaran dan pemahaman konsep matematika mahasiswa
adalah merupakan upaya dosen dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.
Berdasarkan hasil penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw baik
166
diterapkan pada kegiatan pembelajaran matematika. Untuk itu peneliti menyarankan
beberapa hal berikut :
1. Bagi Dosen Matematika
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran matematika menekankan kemampuan penalaran dan pemahaman konsep mahasiswa
sangat baik sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk
menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif khususnya dalam
mengajarkan materi integral tertentu, teknik pengintegralan dan penerapan
integral tertentu.
Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai bandingan bagi dosen dalam mengembangkan perangkat pembelajaran matematika
dengan model kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan integral tertentu,
teknik pengintegralan dan penerapan integral tertentu.
Diharapkan dosen matematika dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengungkapkan gagasannya dalam bahasa dan cara mereka sendiri, berani
berargumentasi sehingga mahasiswa akan lebih percaya diri dan kreatif
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
2. Kepada Lembaga Terkait
Perlu adanya sosialisasi dalam memperkenalkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw kepada dosen dan mahasiswa sehingga kemampuan
yang dimiliki mahasiswa khususnya kemampuan penalaran dan pemahaman
konsep dapat meningkat.
Diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa
khususnya kemampuan penalaran dan pemahaman konsep matematika pada
pokok bahasan integral tertentu, teknik pengintegralan dan penerapan integral
tertentu sehingga dapat dijadikan masukan bagi prodi matematika untuk
dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk mata
167
3. Kepada Peneliti Lanjutan
Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk melihat perbedaan kemampuan penalaran dan pemahaman
konsep matematika mahasiswa dalam bentuk analisis deskriptif kualitatif
untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ansari 2009 Menumbuhkembangkan Pemahaman Dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Umum Melalui Strategi Think Talk Write, Disertasi Doktor Pendidikan.
Arikunto, Suharsimi 2006, Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
_________________, 2006, Prosedur Penelitian. (Suatu Pendekatan dan Praktek), Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Baroody, A.J. (1993) Fastering Children’s Mathematical Power: Investigative Approach to K-8 Matematics Instruction. New Jersey Lawrence Erlbaum Associates Inc. Online http:/library.nu diakses tanggal 25 Januari 2011
Budiningsih ( 2005) Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dahar (1989), Teori-teori Belajar, Erlangga, Jakarta.
Dahar, Ratna Willis, 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaa, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Dale H. Schunk (2012) Learning Theories, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Sisdiknas No. 20 tahun 2003, Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan.
Dinda Putri Rezeki (2012) Analisis perbedaan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematik antara siswa yang diberi pembelajaran open endep dengan pembelajaran konventisional. Tesis tidak diterbitkan Medan : program paska sarjana UNIMED.
Depdiknas, 2012. Undang pendidikan tinggi No. 12 tahun 2012, Jakarta : Sinar Grafika
Dirjen Dikti, http:dikti.go.id Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 234 Tahun 2000
Garis-garis Besar Program Perkuliahan , 2010. Silabus Prodi Pendidikan Matematika UGN Padangsidimpuan,