• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP SWASTA DHARMA BAKTI KAB. LANGKAT T.A. 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP SWASTA DHARMA BAKTI KAB. LANGKAT T.A. 2012/2013."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP SWASTA DHARMA BAKTI KAB. LANGKAT T.A 2012/2013

Oleh: Sri Ayuni NIM. 409411048

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan waktu yang direncanakan.

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

(3)

v

membantu, memberi masukan dan selalu memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.

Medan, Juli 2013

(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP SWASTA DHARMA BAKTI KAB. LANGKAT T.A 2012/2013

Sri Ayuni (409411048) ABSTRAK

Masalah dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar matematika siswa yang masih rendah, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013 yang berjumlah 41 orang dan objek dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi dan Tes.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Dalam pelaksanaan siklus I, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok asal secara heterogen berdasarkan ranking di semester I. Kelompok tersebut terdiri dari 6 orang ahli sesuai dengan pembagian subbab. Sedangkan pada pelaksanaan siklus II, kelompok asal dibentuk berdasarkan hasil THB I dimana setiap kelompok terdiri dari 4 orang ahli dan terdapat 2 kelompok ahli dengan materi yang sama serta diberikan perlakuan tambahan ketika diskusi kelompok asal berlangsung.

(5)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Grafik xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 6

1.3 Batasan Masalah 6

1.4 Rumusan Masalah 7

1.5 Tujuan Penelitian 7

1.6 Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 8

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika 8

2.1.1.1 Pengertian Belajar 8

2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran Matematika 9

2.1.2 Aktivitas Belajar 11

2.1.3 Hasil Belajar 12

(6)

vii

2.1.4.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 19 2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw 19 2.1.6 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw 22

2.1.7 Materi Pembelajaran 23

2.2 Kerangka Konseptual 31

2.3 Hipotesis Tindakan 32

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 33

3.2 Subjek dan Objek Penelitian 33

3.3 Jenis Penelitian 33

3.4 Prosedur Penelitian 33

3.5 Alat Pengumpul Data 38

3.6 Teknik Analisis Data 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 45

4.1.1 Hasil Tes Diagnostik 45

4.1.2 Siklus I 47

4.1.3 Siklus II 57

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 66

4.3 Temuan Penelitian 76

4.4 Diskusi Hasil Penelitian 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 78

5.2 Saran 78

(7)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

(8)

x

Tabel 4.23 Peningkatan Oral Activities Siswa dari Siklus I ke Siklus II 70 Tabel 4.24 Peningkatan Listening Activities Siswa dari Siklus I ke Siklus II 71 Tabel 4.25 Peningkatan Writing Activities Siswa dari Siklus I ke Siklus II 72 Tabel 4.26 Peningkatan Mental Activities Siswa dari Siklus I ke Siklus II 72 Tabel 4.27 Peningkatan Emosional Activities Siswa dari Siklus I ke Siklus II 73 Tabel 4.28 Peningkatan Aktivitas Belaja Siswa Secara Keseluruhan

(9)

xi

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1 Peningkatan Skor Proses Pembelajaran dari Siklus I ke Siklus II 69 Grafik 4.2 Peningkatan Visual Activities Siswa dari Siklus I ke Siklus II 70 Grafik 4.3 Peningkatan Oral Activities Siswa dari Siklus I ke Siklus II 71 Grafik 4.4 Peningkatan Listening Activities Siswa dari Siklus I ke Siklus II 71 Grafik 4.5 Peningkatan Writing Activities Siswa dari Siklus I ke Siklus II 72 Grafik 4.6 Peningkatan Mental Activities Siswa dari Siklus I ke Siklus II 73 Grafik 4.7 Peningkatan Emosional Activities Siswa dari Siklus I ke Siklus II 73 Grafik 4.8 Peningkatan Aktivitas Belaja Siswa Secara Keseluruhan

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Unsur bangun ruang sisi datar 24

Gambar 2.2 Kubus 25

Gambar 2.3 Balok 26

Gambar 2.4 Prisma Segitiga 27

Gambar 2.5 Prisma Segiempat 27

Gambar 2.6 Limas Segitiga 27

Gambar 2.7 Limas Segiempat 27

Gambar 2.8 Jaring-jaring Kubus 28

Gambar 2.9 Jaring-jaring Balok 28

Gambar 2.10 Jaring-jaring Prisma 29

Gambar 2.11 Jaring-jaring Limas 29

(11)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP Siklus I 82

Lampiran 2. RPP Siklus II 96

Lampiran 3. LAS Siklus I 108

Lampiran 4. LAS Siklus II 126

Lampiran 5. Kisi-kisi Hasil Tes Belajar I 138 Lampiran 6. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar II 139

Lampiran 7. Tes Hasil Belajar I 140

Lampiran 8. Tes Hasil Belajar II 143

Lampiran 9. Alternatif Jawaban THB I 146 Lampiran 10. Alternatif Jawaban THB II 149 Lampiran 11. Validitas Tes Hasil Belajar I 152 Lampiran 12. Validitas Tes Hasil Belajar II 155 Lampiran 13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa 158 Lampiran 14. Pedoman Penilaian Aktivitas Siswa 164 Lampiran 15. Lembar Observasi Pembelajaran 165 Lampiran 16. Pedoman Penilaian Pembelajaran 171 Lampiran 17. Data Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I 173 Lampiran 18. Data Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II 174 Lampiran 19. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 175 Lampiran 20. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 183 Lampiran 21. Data Hasil THB Siklus I 191 Lampiran 22. Data Hasil THB Siklus II 193

Lampiran 23. Dokumentasi Penelitian 195

Lampiran 24. Surat Izin Penelitian 201

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan setiap Negara. Melalui pendidikan, generasi muda penerus bangsa harus mampu mengembangkan diri sesuai tuntutan zaman. Secara umum, pendidikan adalah proses membantu anak berkembang secara optimal sesuai dengan sistem yang diyakininya dan serasi dengan persyaratan dan tuntutan masyarakat. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang dalam pendidikan formal di Indonesia adalah matematika. Matematika adalah suatu kumpulan konsep – konsep abstrak yang berhubungan dengan sistem deduktif dimana dasar komunikasinya dimulai dari unsur – unsur yang tak terdefinisikan.

Syah (2003:122) mengemukakan bahwa “dalam mempelajari hal-hal yang abstak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep dan generalisasi”. Berdasarkan kutipan tersebut, maka dalam proses belajar mengajar matematika diperlukan minat dan motivasi yang tinggi guna menunjang keberhasilan pembelajaran matematika sehingga hasil belajar yang diperoleh tinggi. Namun kenyataannya minat dan motivasi siswa untuk belajar matematika sangat rendah. Siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang paling sulit dan siswa cenderung enggan belajar matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu diikutsertakan dalam Ujian Nasional, baik di tingkat SD, SMP maupun SMA. Mata pelajaran yang diujiankan pada Ujian Nasional merupakan mata pelajaran yang dianggap sangat penting untuk menunjang keberhasilan siswa dalam melanjutkan pendidikan ataupun menjalani kehidupan bermasyarakat sesuai jenjang pendidikan yang dijalani. Hal ini menunjukkan peran penting matematika dalam segala hal. Matematika dipelajari bukan hanya agar siswa bisa berhitung, berdagang ataupun mengolah angka saja. Pembelajaran matematika juga sangat berperan dalam melatih dan mengembangkan proses bernalar seseorang.

(13)

2

Sihombing (2012:89-90) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah:

1. Melatih cara berpikir dalam bernalar atau menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistens dan inkonsistens. 2. Mengembangkan aktifitas yang menyebabkan imajinasi, intuisi dan

penemuan, mengembangkan pemikiran divergen orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan sementara serta mencoba–coba. 3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan.

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan belajar matematika diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktivitas kreatif dan pemecahan masalah. Ini menunjukkan bahwa matematika memiliki manfaat dalam mengembangkan kemampuan siswa sehingga perlu untuk dipelajari.

Cockroft (dalam Abdurrahman, 2003:253) mengemukakan bahwa: ”matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”

Oleh karena itu, kualitas pendidikan matematika di Indonesia hendaknya ditingkatkan seiring dengan perkembangan zaman. Karena pada kenyataannya sampai saat ini kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain, terutama pada bidang studi matematika.

(14)

3

hasil belajar dan kemampuan matematika ini disebabkan masih banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, kurang berminat, dan selalu menganggap matematika sebagai ilmu yang sukar, sehingga menimbulkan rasa takut untuk belajar matematika, sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdurrahman (2003:252) bahwa:

”dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih–lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia khususnya matematika, maka perlu adanya perhatian khusus terhadap faktor-faktor tersebut. Syah (2003:132) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menjadi tiga yaitu :

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa

2. Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa

3. Faktor pendekatan belajar ( approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran

(15)

4

Hal serupa juga terjadi di SMP Swasta Dharma Bakti. Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan dan dilihat dari RPP yang dirancang untuk digunakan di kelas VIII SMP, diketahui bahwa selama ini guru mata pelajaran matematika di SMP tersebut selalu menggunakan model pembelajaran lama yang monoton dan berorientasi pada guru itu sendiri. Alasan guru tersebut terus menggunakan model pembelajaran seperti itu bukan karena ia tidak mengetahui adanya model pembelajaran yang inovatif tetapi menurutnya model pembelajaran yang digunakannya adalah model pembelajaran yang paling sederhana, tidak memerlukan persiapan yang ”repot” dan tidak membuang-buang waktu. Dengan demikian, guru lebih berperan aktif dalam menyampaikan materi ajar sedangkan siswa hanya duduk manis dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Trianto (2009:5-6) bahwa :

”proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Meskipun demikian, guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain”

Seharusnya, siswalah yang lebih berperan aktif dalam belajar. Sebagaimana yang dikemukakan piaget (dalam Slavin yang dikutip Trianto, 2009:30) bahwa ”perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya”. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa perlulah didesain pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dan tentunya sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di SMP Swasta Dharma Bakti Kab. Langkat, diketahui bahwa:

(16)

5

siswa memahami pelajaran atau tidak karena aktivitas belajar siswa sangat rendah”

Permasalahan di atas dapat diperbaiki melalui penerapan model pembelajaran yang mengikutsertakan peran aktif siswa dan juga sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Materi bangun ruang sisi datar adalah materi yang diajarkan di kelas VIII SMP. Materi bangun ruang sisi datar merupakan salah satu materi yang terkendala pembelajarannya di SMP Swasta Dharma Bakti. Setelah diberikan tes yang disesuaikan dengan materi bangun ruang yang sebelumnya pernah mereka pelajari di SD, hanya satu 1 dari 39 orang siswa yang dapat membedakan bentuk kubus dan balok dalam gambar, begitu pula untuk menentukan 1 dari 4 pilihan bentuk jaring-jaring kubus, hanya 1 dari 39 orang siswa yang dapat menentukan dengan benar mana yang merupakan jaring-jaring kubus.

Banyak model pembelajaran yang mengikutsertakan peran aktif siswa. Salah satu diantaranya adalah Model Pembelajaran Kooperatif. Menurut Eggen and Kauchak (dalam Trianto 2009:58) “pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”. Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menerapkan sistem belajar berkelompok yang membagi materi ajar menjadi beberapa bagian dan kemudian setiap anggota kelompok menjadi ahli untuk satu bagian materi tertentu, setelah bagian materi dikuasai mereka saling berbagi pengetahuan pada teman sekelompok.

(17)

6

“ada peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 15,21% setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan bentuk pangkat dan akar di kelas X SMA Sultan Iskandar Muda di tahun ajaran 2012/2013”

Oleh karena itu, peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk diterapkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti kab. Langkat agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitan dengan judul : ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013”

1.2Indentifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi pada penelitian ini, yaitu:

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah

2. Siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan

3. Belum digunakan model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran matematika

4. Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas masih rendah

1.3Batasan Masalah

(18)

7

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013? 2. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013?

1.5Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa setelah deterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013. 2. Mengetahui peningkatan hasil belajar setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013.

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa

Agar dapat lebih berperan aktif dalam pembelajaran matematika dengan adanya model pembelajaran yang beraneka ragam.

2. Bagi Guru

Untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 4. Bagi Peneliti lain

(19)

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisis penelitian maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1) Pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I berada pada kategori baik dan terdapat 24 orang siswa (58,54%) yang tergolong ikut berperan aktif selama pembelajaran berlangsung. Pada siklus II, pembelajaran yang dilaksanakan berada pada kategori baik dan terdapat 31 orang siswa (75,61%) yang tergolong ikut berperan aktif selama pembelajaran berlangsung. Sehingga, ada peningkatan aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013.

2) Terdapat 31 dari 41 orang siswa (75,61%) yang telah tuntas belajar secara individu pada THB (Tes Hasil Belajar) di siklus I dengan nilai rata-rata kelas sebesar 66,20. Pada THB di siklus II, terdapat 36 dari 41 orang siswa (87,80%) yang telah tuntas belajar secara individu dengan nilai rata-rata kelas sebesar 73,54. Sehingga, ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah : 1. Disarankan kepada guru untuk menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw sebagai alternatif dalam proses pembelajaran

(20)

79

matematika, agar pembelajaran tersebut lebih bervariasi serta dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Dalam proses pembelajaran, guru harus lebih memperhatikan dan mempertimbangkan kemampuan siswa yang bervariasi agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

3. Bagi guru yang ingin menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hendaknya mempersiapkan perencanaan yang benar-benar matang, baik itu dalam pembagian materi menjadi beberapa subbab maupun dalam pembagian waktu agar pembelajaran tersebut berjalan dengan lebih baik. 4. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut, disarankan

Gambar

Tabel 2.1   Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dan Konvensional
Tabel 4.23  Peningkatan Oral Activities Siswa dari Siklus I ke Siklus II
Grafik 4.1    Peningkatan Skor Proses Pembelajaran  dari Siklus I ke Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel benih tidak berpengaruh nyata pada produksi padi, baik pada usahatani padi Pandan Wangi dengan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, terkait dengan upaya evaluasi dan peningkatan kinerja BJBS Cabang Bogor, maka pihak manajemen BJBS harus lebih

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

Hal ini mengindikasikan bahwa ada sumber pencemar dari kegiatan lain yang belum mampu dikendalikan, serta belum diketahui kemampuan Sungai Cidurian dalam melakukan pembersihan

Bidadari Tertua: Cepat Nawang Wulan, coba kita mencari sampai ketemu.. Bidadari Tertua: Maaf Nawang,

Komposisi persentase relevansi kompetensi seluruh mata pelajaran produktif Teknik Pengelasan di SMK N 1 Sedayu dengan kompetensi yang dibutuhkan di industri pengelasan di DIY

[r]

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami