• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARATIF PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU SMP NEGERI 18 DAN MTS NEGERI 3 MEDAN DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KOMPARATIF PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU SMP NEGERI 18 DAN MTS NEGERI 3 MEDAN DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPARATIF PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA

GURU SMP NEGERI 18 DAN MTs NEGERI 3

DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh GelarMagister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Disusun Oleh:

MUHAMMAD ISA

NIM. 071188130012

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

STUDI KOMPARATIF PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA

GURU SMP NEGERI 18 DAN MTs NEGERI 3

DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh GelarMagister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Disusun Oleh:

MUHAMMAD ISA

NIM. 071188130012

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Muhammad Isa, 071188130012. Studi Komparatif Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru SMP Negeri 18 dan MTs Negeri 3 di Kecamatan Medan Helvetia. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya: (1) komparasi antara persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri 18 dengan MTs Negeri 3 di Kecamatan Medan Helvetia, (2) komparasi kinerja guru SMP Negeri 18 dengan MTs Negeri 3 Kecamatan Medan Helvetia. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMP Negeri 18 yakni 68 orang dan MTs Negeri 3 yakni 53 orang, dan penarikan sampel menggunakan tabel Krejie-Morgan sehingga diperoleh sampel guru SMP Negeri 18 yakni 59 orang dan MTs Negeri 3 yakni 48 orang. Metode penelitian ini adalah kuantitatif jenis survey dengan pola kajian komparasi. Instrumen penelitian ini adalah angket dengan model skala Likert untuk variabel persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah, sedangkan untuk variabel kinerja guru digunakan Lembaran Observasi APKG tahun 2010. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik statistik uji-t.

(7)

ABSTRACT

Muhammad Isa, 071188130012. The Comparative Study of the Teacher’s Perception of Pincipal Managerial Style and Teachers Performance of SMP Negeri 18 and MTs Negeri 3 in Medan Helvetia Sub Regency. Thesis, Post Graduate Studies. Medan State University, 2012.

The objectives of this research were to know: (1) the comparative between principal managerial style with teachers performance in SMP Negeri 18 and MTs Negeri 3 Medan, (2) the comparative between teachers performance of SMP Negeri 18 and MTs Negeri 3 Medan. The population was all teachers in SMP Negeri 18 about 68 persons and all teachers of MTs Negeri 3 Medan about 53 person., Only 59 persons from SMP Negeri 18 and 48 persons from MTs Negeri 3 were taken as the sample using Table of Krejie-Morgan. The method of the research was quantitative with survey using comparative study pattern. The instrument of the research was questionnaire using Likert scale model and APKG 2010. Analysis techniques used was t-test statistic.

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Tesis dengan judul: “Studi

Komparatif Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Kinerja Guru SMP Negeri 18 dan MTs Negeri 3 di Kecamatan Medan Helvetia”

ini dapat diselesaikan. Penulisan Tesis ini dimaksudkan untuk melengkapi

sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program

Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam penyelesaian Tesis ini, penulis banyak menerima bantuan,

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak yang begitu besar manfaatnya. Untuk

itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

tiada terhingga kepada yang terhormat Bapak Rustam Amir Effendi, M. A, Ph. D,

dan bapak Prof. Dr. Berlin Sibarani, M. Pd, selaku dosen pembimbing yang

dengan tulus ikhlas, dan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran

yang sangat berarti dalam penyusunan Tesis ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M. Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Syaiful Sagala, M. Pd selaku Ketua Program Studi

Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Syaiful Sagala, M. Pd, Bapak Prof. Dr. Muhammad Badiran,

M. Pd, Bapak Dr. Zulkifli Matondang, M. Si selaku nara sumber yang telah

banyak memberikan arahan dan masukan yang sangat berharga bagi

kesempurnaan penelitian ini.

4. Bapak Direktur Pascasarjana, Asisten Direktur, Sekretaris Program Studi,

Bapak/Ibu Dosen serta pegawai Program Pascasarjana Universitas Negeri

Medan yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti

perkuliahan.

5. Bapak Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu Guru SMP Negeri 7 Medan yang telah

(9)

6. Bapak Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu Guru SMP Negeri 18 Medan dan Bapak

Kepala Sekolah berserta Bapak/Ibu Guru MTs Negeri 3 Medan yang telah

banyak membantu penulis selama studi pendahuluan/ observasi hingga proses

pengumpulan data penelitian ini.

7. Ibunda tercinta Hj. Nursiah br Sitorus, Istri tercinta Dra. Marlina, dan Anakku

tersayang Reza Fanani dan Mawaddah Rahmah yang selalu memanjatkan do’a, memberikan dukungan, dorongan, dan semangat dalam penyusunan tesis ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Administrasi Pendidikan, Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang saling memberikan dukungan

pada penulis dalam penyusunan tesis ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang mendukung

penulis dalam penyusunan tesis ini.

Kiranya Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua

pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih.

Medan, September 2012

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

1. Hakikat Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 13

(11)

C. Populasi dan Sampel ... 40

D. Metode dan Disain Penelitian... 42

E. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 42

F. Sumber Data ... 43

G. Teknik Pengumpulan Data ... 44

H. Ujicoba Instrumen ... 45

I. TeknikAnalisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Deskripsi Data dan Tingkat Kecenderungan Variabel ... 53

B. Uji Persyaratan Analisis ... 62

C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 64

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 66

E. Keterbatasan Penelitian ... 69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Simpulan ... 71

B. Implikasi ... 71

C. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Tabel Krejie-Morgan. ... 41

Tabel 3.2. Kisi-kisi Angket Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 44

Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Tentang Kinerja Guru ... 45

Tabel 3.4. Rangkuman Uji Validitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 47

Tabel 4.1. Ringkasan Karakteristik Data Setiap Variabel Penelitian ... 53

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Variabel Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpian Kepala Sekolah MTs Negeri 3 Medan ... 54

Tabel 4.3. Analisis Tingkat Kecenderungan Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpian Kepala Sekolah MTs Negeri 3 Medan ... 55

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Variabel Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpian Kepala Sekolah SMP Negeri 18 Medan ... 56

Tabel 4.5. Analisis Tingkat Kecenderungan Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpian Kepala Sekolah SMP Negeri 18 Medan .... 57

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kinerja Guru MTs Negeri 3 Medan ... 58

Tabel 4.7. Tingkat Kecenderungan Kinerja Guru MTs Negeri 3 Medan ... 59

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Kinerja Guru SMP Negeri 18 Medan ... 60

Tabel 4.9. Tingkat Kecenderungan Kinerja Guru SMP Negeri 18 Medan . 61

Tabel 4.10. Rangkuman Hasil Analisis Uji Normalitas Data... 63

Tabel 4.11. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Penelitian ... 64

Tabel 4.12. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Negeri 18 dan MTs Negeri 3 Medan ... 65

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1. Diagram Batang Distribusi Skor Variabel Persepsi Guru

Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah MTs

Negeri 3 Medan ... 54

Gambar 4.2. Diagram Batang Distribusi Skor Variabel Gaya

Kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Negeri 18 Medan ... 57

Gambar 4.3. Diagram Batang Distribusi Skor Variabel Kinerja Guru

MTs Negeri 3 Medan... 59

Gambar 4.4. Diagram Batang Distribusi Skor Kinerja Guru

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Angket Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X) ... 76

Lampiran 2. Lembaran Observasi Kinerja Guru (Y) ... 78

Lampiran 3. Ujicoba Validitas dan Reliabilitas Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 83

Lampiran 4. Data Induk Penelitian ... 84

Lampiran 5. Deskripsi Data Penelitian ... 86

Lampiran 6. Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 91

Lampiran 7. Uji Normalitas Data Penelitian ... 95

Lampiran 8. Uji Homogenitas Data Penelitian... 100

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah dan masyarakat telah berupaya melakukan peningkatan mutu

pendidikan nasional dengan perubahan kurikulum, peningkatan mutu guru ,

penyediaan sarana dan prasarana, perbaikan kesejahteraan guru, perbaikan

organisasi sekolah, perbaikan manajemen, pengawasan dan perundang-undangan.

Semua hal penting itu dilakukan karena pendidikan berhubungan langsung dengan

peningkatan mutu sumber daya manusia bangsa yang kompeten menghadapi

tantangan zaman dan kemajuan teknologi, yang menghendaki setiap individu

mampu bertahan hidup dan bersaing dalam kemajuan tersebut.

Dalam bidang pendidikan, mutu memiliki pengertian sesuai dengan

makna yang terkandung dalam siklus pembelajaran. Secara ringkas dapat

disebutkan beberapa kata kunci pengertian mutu, yaitu: sesuai standar (fitness to

standard), sesuai penggunaan pasar/pelanggan (fitness to use), sesuai

perkembangan kebutuhan (fitness to latent requirements), dan sesuai lingkungan

global (fitness to global environmental requirements) (Ibrahim, 2000: 6-10).

Adapun yang dimaksud dengan mutu sesuai dengan standar, yaitu jika salah satu

aspek dalam pengelolaan pendidikan itu sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan. Selanjutnya Garvin (Gaspersz, 1997: 35-36) mendefinisikan delapan

(16)

2

Menurut pandangan masyarakat umum bahwa mutu sekolah atau

keunggulan sekolah dapat dilihat dari ukuran fisik sekolah, seperti gedung dan

jumlah ekstra kurikuler yang disediakan. Sebagian kecil masyarakat berpendapat

bahwa kualitas sekolah dapat dilihat dari jumlah lulusan sekolah tersebut yang

diterima di jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk dapat memahami kualitas

pendidikan formal di sekolah, perlu kiranya melihat pendidikan formal di sekolah

sebagai suatu sistem. Selanjutnya mutu sistem tergantung pada mutu komponen

yang membentuk sistem, serta proses yang berlangsung hingga membuahkan

hasil.

Dewasa ini pemerintah bersama para ahli dan pengamat pendidikan dan

pengajaran telah berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan dengan

serangkaian program yang diawali oleh kegiatan seminar, lokakarya dan

pelatihan-pelatihan, baik dalam hal pemantapan materi, sistematisasi kurikulum,

peningkatan kompetensi dan taraf hidup pendidik, kelengkapan sarana prasarana

dan peningkatan motivasi belajar bagi siswa-siswi. Dari berbagai segi yang

menjadi faktor peningkatan mutu pendidikan tersebut, salah satu hal yang penting

menjadi perhatian kita semua adalah berkaitan dengan kompetensi tenaga

pendidik (guru).

Joni (dalam Suyanto, dkk, 2000:78-79) mengemukakan tiga jenis

kompetensi guru , yaitu:

 kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi

yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar

(17)

3

 kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan siswa,

sesama guru, maupun masyarakat luas;

 kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut

diteladani.

Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin

yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, dan

tut wuri handayani.

Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut

memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun,

jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis

kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif

kebijakan pemerintah, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu

yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru

diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Anwar

(2007) mengemukakan bahwa “kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas

mengembangkan kinerja personil (guru dan pegawai), terutama meningkatkan

kompetensi profesional guru . Kompetensi profesional guru , tidak hanya

berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi

(18)

4

mutu dan keberhasilan guru selalu dipertanyakan melalui tindakan dan perlakuan

guru yang dirasakan baik di sekolah maupun di masyarakat sekitarnya.

Kinerja guru merupakan suatu prestasi atau hasil kerja dari seseorang

guru setelah melakukan pekerjaan dalam proses pembelajaran sekaligus

merupakan tolak ukur dari keberhasilan jabatannya. Dengan kinerja guru yang

baik, maka guru yang bersangkutan dapat disebut guru yang profesional dan

sebaliknya tanpa kinerja yang baik, maka guru yang bersangkutan tidak berhasil

secara profesional. Oleh karena itu kinerja guru sangat terkait dengan aktivitas

yang dilakukannya. Gibson (dalam Rivai, 2005:15) mengemukakan kinerja

merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, artinya kinerja dikatakan baik atau

sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Seorang guru

dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan menunjukkan sikap yang positif

terhadap pekerjaannya dan seorang guru yang tidak puas terhadap kinerjanya akan

menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya. Jika guru merasa puas

terhadap perlakuan yang diterimanya di tempat kerja, maka guru akan

bersemangat untuk bekerja sebagaimana yang diharapkan dan berusaha

meningkatkan prestasi kerjanya.

Tinggi rendahnya kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

secara umum dapat digolongkan kepada dua hal, yaitu: faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal adalah perangkat pribadi seorang guru baik secara fisik

dan psikis, sedangkan faktor eksternal adalah seluruh lingkungan yang ada di

sekitar guru tersebut. Arikunto (2007:43) mengemukakan bahwa ada dua faktor

(19)

5

terdiri dari sikap berkomunikasi, kemampuan manajemen, minat dan keinginan,

intelegensi, intelektual, motivasi, dorongan dan kepribadian, jati diri. Kedua,

faktor eksternal terdiri dari sarana dan prasarana, intensif atau gaji guru, suasana

kerja dan lingkungan kerja. Mangkunegara (2007:15) lebih lanjut menjelaskan

bahwa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja lebih khusus adalah faktor

kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Faktor kemampuan terdiri

dari pengetahuan dan keterampilan, sedangkan motivasi merupakan suatu sikap

terhadap situasi kerja.

Sugiyono (2010:48-50) menjelaskan bahwa secara umum rendahnya

prestasi dan kinerja dalam suatu komunitas maupun organisasi disebabkan

rendahnya produktivitas kerja orang-orang yang ada di dalamnya, termasuk

pemimpin dan bawahannya. Maksudnya, bahwa faktor yang utama adalah

produktivitas yang rendah sehingga mengakibatkan rendahnya prestasi dan

kinerja. Berkaitan dengan hal tersebut dapat disebutkan bahwa bila kinerja guru

rendah, maka salah satu penyebabnya adalah rendahnya profesionalisme dan

lemahnya gaya kepemimpinan kepala sekolah sehingga produktivitas guru-guru

tersebut menjadi rendah. Di samping itu, faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja guru dan lainnya, terlihat bahwa kepala sekolah sebagai pimpinan dalam

satuan institusi pendidikan memiliki hubungan langsung kepada guru . Aspek

secara langsung ini dapat dilihat pada perspektif kebijakan pendidikan nasional

(20)

6

Sehubungan dengan 7 (tujuh) peran kepala sekolah di atas, bahwa salah

satu unsur utama dari kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru , dapat

dinilai dari gaya kepemimpinannya sebagai manajer dan pemimpin di sekolah

yang dipimpinnya. Sebagai manajer, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala

sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi

para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogianya dapat memfasilitasi dan

memberikan ruang kreatifitas melalui penghargaan secara pribadi, kompetisi,

partisipasi, kebanggaan atau kepuasaan dan materi. Sebagai pemimpin, kepala

sekolah pada hakikatnya selalu dituntut untuk mengetahui atau menebak

kebutuhan (need), keinginan (want), dan harapan (expectation) guru-guru agar

kinerja mereka dapat meningkat sekaligus memberikan hasil dan mutu pendidikan

yang baik.

Sebagai pemimpin, kepala sekolah mestinya dapat menumbuh-suburkan

kreativitas sekaligus mendorong terhadap peningkatan kompetensi setiap guru .

Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan

yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang

berorientasi pada sumber daya manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi

guru , seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan

tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan

yang ada. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan

kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat

sebagai berikut: (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani

mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7)

(21)

7

guru dalam memberikan pelayanan proses pembelajaran di sekolahnya

masing-masing. Sebab, tingginya kompetensi seorang guru menandakan bahwa ia

sanggup atau mampu untuk memberikan kontribusi efektif terhadap keberhasilan

tujuan pendidikan. Dengan kemampuan dan profesionalitasnya, guru akan

melaksanakan tanggungjawabnya sebagai pendidik dengan penuh dedikasi dan

kinerja yang baik. Dengan kinerja yang baik itu pula seorang guru dapat

memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan. Menurut Suryadi

(2001:67), bahwa guru yang memiliki kinerja yang baik maka itulah yang disebut

dengan guru profesional yang dicita-citakan tujuan pendidikan nasional. Dengan

demikian, telah tergambar secara utuh dan detail bahwa mutu pendidikan dapat

tercapai salah satunya melalui kinerja guru yang baik. Kinerja tersebut berasal

dari guru-guru yang memiliki kompetensi tinggi, sedangkan penguasaan

kompetensi ini tidak terlepas dari pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah.

Dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, bahwa pendidikan tingkat

menengah pertama dikelola oleh 2 Kementerian yaitu Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan mengelola SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan Kementerian

Agama mengelola MTs (Madrasah Tsanawiyah). Pada MTs diajarkan umum

yang sama dengan pelajaran SMP, dan ditambah dengan khusus tentang Islam.

Kualifikasi kepala sekolah maupun guru di SMP dan MTs relatif sama yakni

Sarjana Pendidikan. Lama masa belajar di SMP dan MTs sama yakni 3 tahun dan

(22)

8

pendidikannya ke SMA atau MA. Hanya suasana lingkungan sekolah yang relatif

berbeda yakni SMP bernuansa nasional dimana guru dan siswa berasal dari

berbagai agama dan aliran kepercayaan (heterogen); sedangkan MTs bernuansa

islami dimana guru dan siswa semuanya beragama Islam (homogen).

Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai kepala

sekolah/madrasah pada Bab II ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa persyaratan umum

menjadi kepala SMP dan MTs adalah sama, hanya yang berbeda pada persyaratan

khusus yakni untuk menjabat kepala MTs harus beragama Islam. Demikian juga

tentang proses pengangkatan kepala SMP dan MTs adalah sama mengacu pada

Bab IV ayat 9 dan masa tugas kepala SMP dan MTs juga sama mengacu pada Bab

V ayat 10. Jadi dapat dinyatakan bahwa SMP dan MTs adalah sederajat.

Dalam observasi yang penulis lakukan selama beberapa hari pada bulan

Oktober 2011 di SMP Negeri 18 Medan dan MTs Negeri 3 Medan, ditemukan

beberapa aspek yang memiliki kesamaan di antara kedua sekolah yaitu bahwa

lokasi kedua sekolah berada pada kawasan yang kondisi ekonomi keluarga

siswanya relatif sama, kondisi letak geografis relatif sama dan kondisi ekonomi

guru dan kepala sekolah juga relatif sama karena semua guru dan kepala sekolah

adalah pegawai negeri sipil yang pangkat dan golongan relatif sama demikian

pula dengan jumlah guru relatif sama banyaknya yakni 68 orang di SMP Negeri

18 Medan dan 53 orang di MTs Negeri 3 Medan. Demikian pula dengan metode

pembelajaran yang dilakukan kebanyakan guru masih metode konvensional yang

berpusat pada guru , penguasaan materi masih terbatas hanya dari buku paket dan

lembar kerja siswa saja, guru belum maksimal memotivasi siswa agar lebih

(23)

9

masih ada guru yang merasa terpaksa membuat rancangan pelaksanaan

pembelajaran; dan menurut persepsi mereka gaya kepemimpinan kepala sekolah

yang dipraktekkan oleh kepala sekolah tidak konsisten, komitmen kepala sekolah

terhadap perbaikan mutu pembelajaran masih tertumpu pada perolehan nilai UAS

dan UN, juga masih rendah dalam membangun inovasi organisasi sekolah serta

membangun mekanisme kerja yang kondusif dan menyenangkan bagi para guru.

Selain beberapa kesamaan yang sudah dijelaskan, juga penulis

menemukan beberapa perbedaan-perbedaan di antara kedua sekolah tersebut

yaitu: bahwa masih ada sebagian guru yang terlambat hingga 10 menit pada jam

pertama hadir di sekolah, hal ini sangat merugikan siswa karena kegiatan belajar

mengajar terganggu, ada guru yang tidak hadir tanpa pemberitahuan melalui surat

atau telepon, dan masih ada juga ditemukan beberapa guru yang terlambat hingga

10 menit masuk kelas setelah jam istirahat, masih ditemukan buku-buku tugas

siswa yang menumpuk banyak di meja guru yang belum dikoreksi walaupun

dikumpul sudah lebih 1 minggu. Suasana keakraban diantara sesama guru pada

jam istirahat, dan keadaan lingkungan sekolah mulai dari halaman sekolah,

taman-taman, dan ruangan belajar serta ruangan guru terasa lebih tertata, indah dan

nyaman di MTs Negeri 3 Medan daripada di SMP Negeri 18 Medan.

Sehubungan dengan argumentasi dan hasil observasi serta wawancara

yang telah diuraikan di atas, maka penelitian tentang komparasi gaya

(24)

10

B. Identifikasi Masalah

Kinerja guru yang tinggi dan baik merupakan salah satu faktor yang turut

menentukan mutu pendidikan nasional, sedangkan kinerja ini dapat tumbuh dan

berkembang bila didorong oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah yang tepat.

Sebaliknya, jika kinerja guru tersebut rendah maka mutu pendidikan tidak akan

tercapai secara optimal.

Masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini meliputi faktor-faktor

yang dapat meningkatkan kinerja guru dalam menyelenggarakan proses belajar

dan pembelajaran. Masalah yang berkaitan dengan kinerja guru itu adalah: (1)

rendahnya mutu pendidikan nasional; (2) rendahnya kinerja para guru dalam

mengajar; (3) tidak tepatnya gaya kepemimpinan kepala sekolah; dan (4) rendahnya

tanggung jawab beberapa guru . Di samping itu masalah dalam penelitian ini juga

membicarakan bagaimana konsep gaya kepemimpinan kepala sekolah yang

seharusnya, sehingga dapat meningkatkan kompetensi professional guru dan

kinerja guru dalam kegiatan proses belajar mengajarnya agar tercipta mutu

pendidikan yang baik sesuai dengan yang dicita-citakan.

C. Batasan Masalah

Untuk meneliti perbedaan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dan

kinerja guru ini memiliki banyak variabel yang harus diperhatikan, misalnya jenis

kompetensi yang harus dimiliki guru , peran dan tanggungjawab kepala sekolah,

motivasi kerjanya, dan dari segi daerahnya, sehingga di sini perlu penulis

membatasi masalahnya. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada kinerja

(25)

11

yang mempengaruhinya yaitu persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala

sekolahnya masing-masing.

D. Rumusan Masalah

Setelah dilakukan identifikasi dan pembatasan masalah, maka masalah

utama dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan di bawah ini:

1. Bagaimana persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah SMP

Negeri 18 Medan ?

2. Bagaimana persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah MTs

Negeri 3 Medan ?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan persepsi guru terhadap gaya

kepemimpinan antara kepala sekolah SMP Negeri 18 dan MTs Negeri 3 Medan ?

4. Bagaimana kinerja guru di SMP Negeri 18 Medan ?

5. Bagaimana kinerja guru di MTs Negeri 3 Medan ?

6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kinerja guru antara guru SMP

Negeri 18 dan MTs Negeri 3 Medan ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui besarnya persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala

sekolah SMP Negeri 18 Medan.

(26)

12

4. Untuk mengetahui besarnya kinerja guru SMP Negeri 18 Medan.

5. Untuk mengetahui besarnya kinerja guru MTs Negeri 3 Medan.

6. Untuk mengetahui besarnya perbedaan kinerja guru antara SMP Negeri 18

Medan dengan MTs Negeri 3 Medan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis:

1. Manfaat secara teoretis:

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan khazanah

ilmu pengetahuan mengenai peningkatan kepemimpinan kepala sekolah

dan kinerja guru.

b. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang variabel-variabel

yang sama dalam penelitian ini.

2. Manfaat secara praktis:

a. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah SMP dan MTs dalam

memberikan motivasi sebagai upaya perbaikan gaya kepemimpinan dan

peningkatan kompetensi profesional guru .

b. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah SMP dan MTs dalam

memberikan motivasi sebagai upaya peningkatan kinerja guru .

c. Sebagai bahan masukan bagi guru SMP dan MTs untuk lebih

(27)

71

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta pengujian hipotesis

diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri 18

Medan memiliki skor rata-rata 88,92 tetapi masih berada pada kategori

cenderung cukup. Sedangkan persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan

kepala sekolah MTs Negeri 3 Medan memiliki skor rata-rata 93,33 tetapi

masih berada pada kategori cenderung cukup.

2. Kinerja guru SMP Negeri 18 Medan memiliki skor rata-rata 81,34 tetapi

masih berada pada kategori cenderung cukup. Sedangka kinerja guru MTs

Negeri 3 Medan memiliki skor rata-rata 85,17 dan sudah berada pada kategori

cenderung tinggi.

3. Persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah MTs Negeri 3

Medan lebih tinggi dibandingkan dengan persepsi guru terhadap gaya

kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri 18 Medan, hal ini dibuktikan dari

hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu 1,717 > 1,676. Adapun

kinerja guru MTs Negeri 3 Medan lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja

guru SMP Negeri 18 Medan, hal ini dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis

dimana thitung > ttabel yaitu 1,703 > 1,676.

(28)

72

perbedaan yang positif dan signifikan persepsi guru terhadap gaya

kepemimpinan kepala sekolah antara SMP Negeri 18 Medan dengan MTs

Negeri 3 Medan. Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh rata-rata persepsi guru

terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri 18 Medan sebesar

88,92, sedangkan rata-rata persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala

sekolah MTs Negeri 3 Medan sebesar 99,33, dan keduanya masih berada

pada kategori cenderung cukup. Berdasarkan analisis uji t diperoleh harga t

hitung (1,717) yang lebih besar dari harga t tabel (1,676). Artinya persepsi

guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri 18 Medan

lebih rendah dibandingkan dengan persepsi guru terhadap gaya

kepemimpinan kepala sekolah MTs Negeri 3 Medan. Maka dari temuan ini

perlu diupayakan oleh kepala sekolah SMP Negeri 18 Medan yaitu: (a)

memberdayakan tenaga pendidik secara optimal (b) mengarahkan inovasi

dalam organisasi sekolah (c) membangun kelompok kerja guru yang aktif (d)

menciptakan suasana kerja yang harmonis antara guru dan pegawai dan (e)

kepala sekolah mampu menghindari timbulnya perselisihan, kebosanan dan

ketegangan kerja bagi para guru. Apabila persepsi guru terhadap gaya

kepemimpinan kepala sekolah sudah baik dan positif, maka kecenderungan

guru untuk berbuat yang terbaik dan tekun serta memiliki rasa ikhlas yang

tinggi akan menghasilkan peningkatan kinerja guru yang tinggi dan penuh

tanggung jawab. Kedua, dari hasil komparasi analisis data dan pengujian

hipotesis ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang positif dan signifikan

antara kinerja guru dan SMP Negeri 18 Medan dengan MTs Negeri 3 Medan.

(29)

73

Medan sebesar 81,34 sedangkan rata-rata kinerja guru MTs Negeri 3 Medan

sebesar 85,17, dan berdasarkan analisis uji t diperoleh harga t hitung (1,703)

yang lebih besar dari harga t tabel (1,676). Artinya kinerja guru SMP Negeri

18 Medan lebih rendah dibandingkan kinerja guru MTs Negeri 3 Medan.

Maka dari temuan ini perlu diupayakan oleh para guru sebagai berikut: (a)

mencintai pekerjaan guru sebagai panggilan hati yang tulus dan ikhlas (b)

menguasai dan menerapkan manajemen kelas (c) melaksanakan tugas penuh

tanggung jawab (d) menguasai materi pembelajaran (e) mampu berkolaborasi

dalam penggunaan metode sesuai dengan skill yang tepat (f) mampu

memberikan penilaian secara objektif terhadap peserta didik dan menumbuh

kembangkan kerjasama yang harmonis sesama guru, pegawai, kepala sekolah

serta mengendalikan emosi, dan bersifat empati terhadap orang lain.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Kepada kepala sekolah khususnya kepala SMP dan MTs hendaknya

menerapkan gaya kepemimpinan yang berorientasi mengembangkan staf

tentang pendidikan, bersikap adil, tidak menyalahkan orang lain, membangun

kelompok dan mekanisme kerja yang menyenangkan sehingga tercipta

persepsi positif para guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah.

2. Kepada guru hendaknya selalu berupaya melakukan peningkatan kompetensi

Gambar

Gambar 4.1. Diagram Batang Distribusi Skor Variabel Persepsi Guru

Referensi

Dokumen terkait

C Burung Dara Sebagai Hiburan

RUN DOWN BERITA APA KABAR JOGJA RBTVA. Tanggal : 10

Sedangkan alat analisis yang digunakan adalah Model Koreksi Kesalahan atau Erorr Corection Model (ECM) dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil analisis Kausalitas ECM

Pembuktian kualifikasi dilakukan oleh direktur atau yang mewakili (orang yang mewakili diwajibkan membawa surat tugas dan/atau surat kuasa).. Apabila Saudara tidak hadir

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 19/PPBJ/02.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

Hukum tabayyun secara garis besar dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu satu hukum melakukan tabayyun adalah wajib baik berita yang disampaikan oleh orang fasik

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Densitas Latihan Kecepatan 3x, 4x dan 5x dalam Satu Minggu Terhadap

[r]