STUDI KOMPARATIF PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA
GURU SMP NEGERI 18 DAN MTs NEGERI 3
DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh GelarMagister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan
Disusun Oleh:
MUHAMMAD ISA
NIM. 071188130012
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
STUDI KOMPARATIF PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA
GURU SMP NEGERI 18 DAN MTs NEGERI 3
DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh GelarMagister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan
Disusun Oleh:
MUHAMMAD ISA
NIM. 071188130012
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Muhammad Isa, 071188130012. Studi Komparatif Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru SMP Negeri 18 dan MTs Negeri 3 di Kecamatan Medan Helvetia. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya: (1) komparasi antara persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri 18 dengan MTs Negeri 3 di Kecamatan Medan Helvetia, (2) komparasi kinerja guru SMP Negeri 18 dengan MTs Negeri 3 Kecamatan Medan Helvetia. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMP Negeri 18 yakni 68 orang dan MTs Negeri 3 yakni 53 orang, dan penarikan sampel menggunakan tabel Krejie-Morgan sehingga diperoleh sampel guru SMP Negeri 18 yakni 59 orang dan MTs Negeri 3 yakni 48 orang. Metode penelitian ini adalah kuantitatif jenis survey dengan pola kajian komparasi. Instrumen penelitian ini adalah angket dengan model skala Likert untuk variabel persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah, sedangkan untuk variabel kinerja guru digunakan Lembaran Observasi APKG tahun 2010. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik statistik uji-t.
ABSTRACT
Muhammad Isa, 071188130012. The Comparative Study of the Teacher’s Perception of Pincipal Managerial Style and Teachers Performance of SMP Negeri 18 and MTs Negeri 3 in Medan Helvetia Sub Regency. Thesis, Post Graduate Studies. Medan State University, 2012.
The objectives of this research were to know: (1) the comparative between principal managerial style with teachers performance in SMP Negeri 18 and MTs Negeri 3 Medan, (2) the comparative between teachers performance of SMP Negeri 18 and MTs Negeri 3 Medan. The population was all teachers in SMP Negeri 18 about 68 persons and all teachers of MTs Negeri 3 Medan about 53 person., Only 59 persons from SMP Negeri 18 and 48 persons from MTs Negeri 3 were taken as the sample using Table of Krejie-Morgan. The method of the research was quantitative with survey using comparative study pattern. The instrument of the research was questionnaire using Likert scale model and APKG 2010. Analysis techniques used was t-test statistic.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Tesis dengan judul: “Studi
Komparatif Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Kinerja Guru SMP Negeri 18 dan MTs Negeri 3 di Kecamatan Medan Helvetia”
ini dapat diselesaikan. Penulisan Tesis ini dimaksudkan untuk melengkapi
sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program
Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam penyelesaian Tesis ini, penulis banyak menerima bantuan,
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak yang begitu besar manfaatnya. Untuk
itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
tiada terhingga kepada yang terhormat Bapak Rustam Amir Effendi, M. A, Ph. D,
dan bapak Prof. Dr. Berlin Sibarani, M. Pd, selaku dosen pembimbing yang
dengan tulus ikhlas, dan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran
yang sangat berarti dalam penyusunan Tesis ini.
Pada kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M. Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Syaiful Sagala, M. Pd selaku Ketua Program Studi
Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Prof. Dr. Syaiful Sagala, M. Pd, Bapak Prof. Dr. Muhammad Badiran,
M. Pd, Bapak Dr. Zulkifli Matondang, M. Si selaku nara sumber yang telah
banyak memberikan arahan dan masukan yang sangat berharga bagi
kesempurnaan penelitian ini.
4. Bapak Direktur Pascasarjana, Asisten Direktur, Sekretaris Program Studi,
Bapak/Ibu Dosen serta pegawai Program Pascasarjana Universitas Negeri
Medan yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti
perkuliahan.
5. Bapak Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu Guru SMP Negeri 7 Medan yang telah
6. Bapak Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu Guru SMP Negeri 18 Medan dan Bapak
Kepala Sekolah berserta Bapak/Ibu Guru MTs Negeri 3 Medan yang telah
banyak membantu penulis selama studi pendahuluan/ observasi hingga proses
pengumpulan data penelitian ini.
7. Ibunda tercinta Hj. Nursiah br Sitorus, Istri tercinta Dra. Marlina, dan Anakku
tersayang Reza Fanani dan Mawaddah Rahmah yang selalu memanjatkan do’a, memberikan dukungan, dorongan, dan semangat dalam penyusunan tesis ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Administrasi Pendidikan, Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang saling memberikan dukungan
pada penulis dalam penyusunan tesis ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang mendukung
penulis dalam penyusunan tesis ini.
Kiranya Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua
pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih.
Medan, September 2012
Penulis,
DAFTAR ISI
1. Hakikat Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 13
C. Populasi dan Sampel ... 40
D. Metode dan Disain Penelitian... 42
E. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 42
F. Sumber Data ... 43
G. Teknik Pengumpulan Data ... 44
H. Ujicoba Instrumen ... 45
I. TeknikAnalisis Data ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Deskripsi Data dan Tingkat Kecenderungan Variabel ... 53
B. Uji Persyaratan Analisis ... 62
C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 64
D. Pembahasan Hasil Penelitian... 66
E. Keterbatasan Penelitian ... 69
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 71
A. Simpulan ... 71
B. Implikasi ... 71
C. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Tabel Krejie-Morgan. ... 41
Tabel 3.2. Kisi-kisi Angket Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 44
Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Tentang Kinerja Guru ... 45
Tabel 3.4. Rangkuman Uji Validitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 47
Tabel 4.1. Ringkasan Karakteristik Data Setiap Variabel Penelitian ... 53
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Variabel Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpian Kepala Sekolah MTs Negeri 3 Medan ... 54
Tabel 4.3. Analisis Tingkat Kecenderungan Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpian Kepala Sekolah MTs Negeri 3 Medan ... 55
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Variabel Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpian Kepala Sekolah SMP Negeri 18 Medan ... 56
Tabel 4.5. Analisis Tingkat Kecenderungan Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpian Kepala Sekolah SMP Negeri 18 Medan .... 57
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kinerja Guru MTs Negeri 3 Medan ... 58
Tabel 4.7. Tingkat Kecenderungan Kinerja Guru MTs Negeri 3 Medan ... 59
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Kinerja Guru SMP Negeri 18 Medan ... 60
Tabel 4.9. Tingkat Kecenderungan Kinerja Guru SMP Negeri 18 Medan . 61
Tabel 4.10. Rangkuman Hasil Analisis Uji Normalitas Data... 63
Tabel 4.11. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Penelitian ... 64
Tabel 4.12. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Negeri 18 dan MTs Negeri 3 Medan ... 65
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1. Diagram Batang Distribusi Skor Variabel Persepsi Guru
Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah MTs
Negeri 3 Medan ... 54
Gambar 4.2. Diagram Batang Distribusi Skor Variabel Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Negeri 18 Medan ... 57
Gambar 4.3. Diagram Batang Distribusi Skor Variabel Kinerja Guru
MTs Negeri 3 Medan... 59
Gambar 4.4. Diagram Batang Distribusi Skor Kinerja Guru
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Angket Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X) ... 76
Lampiran 2. Lembaran Observasi Kinerja Guru (Y) ... 78
Lampiran 3. Ujicoba Validitas dan Reliabilitas Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 83
Lampiran 4. Data Induk Penelitian ... 84
Lampiran 5. Deskripsi Data Penelitian ... 86
Lampiran 6. Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 91
Lampiran 7. Uji Normalitas Data Penelitian ... 95
Lampiran 8. Uji Homogenitas Data Penelitian... 100
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah dan masyarakat telah berupaya melakukan peningkatan mutu
pendidikan nasional dengan perubahan kurikulum, peningkatan mutu guru ,
penyediaan sarana dan prasarana, perbaikan kesejahteraan guru, perbaikan
organisasi sekolah, perbaikan manajemen, pengawasan dan perundang-undangan.
Semua hal penting itu dilakukan karena pendidikan berhubungan langsung dengan
peningkatan mutu sumber daya manusia bangsa yang kompeten menghadapi
tantangan zaman dan kemajuan teknologi, yang menghendaki setiap individu
mampu bertahan hidup dan bersaing dalam kemajuan tersebut.
Dalam bidang pendidikan, mutu memiliki pengertian sesuai dengan
makna yang terkandung dalam siklus pembelajaran. Secara ringkas dapat
disebutkan beberapa kata kunci pengertian mutu, yaitu: sesuai standar (fitness to
standard), sesuai penggunaan pasar/pelanggan (fitness to use), sesuai
perkembangan kebutuhan (fitness to latent requirements), dan sesuai lingkungan
global (fitness to global environmental requirements) (Ibrahim, 2000: 6-10).
Adapun yang dimaksud dengan mutu sesuai dengan standar, yaitu jika salah satu
aspek dalam pengelolaan pendidikan itu sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Selanjutnya Garvin (Gaspersz, 1997: 35-36) mendefinisikan delapan
2
Menurut pandangan masyarakat umum bahwa mutu sekolah atau
keunggulan sekolah dapat dilihat dari ukuran fisik sekolah, seperti gedung dan
jumlah ekstra kurikuler yang disediakan. Sebagian kecil masyarakat berpendapat
bahwa kualitas sekolah dapat dilihat dari jumlah lulusan sekolah tersebut yang
diterima di jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk dapat memahami kualitas
pendidikan formal di sekolah, perlu kiranya melihat pendidikan formal di sekolah
sebagai suatu sistem. Selanjutnya mutu sistem tergantung pada mutu komponen
yang membentuk sistem, serta proses yang berlangsung hingga membuahkan
hasil.
Dewasa ini pemerintah bersama para ahli dan pengamat pendidikan dan
pengajaran telah berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan dengan
serangkaian program yang diawali oleh kegiatan seminar, lokakarya dan
pelatihan-pelatihan, baik dalam hal pemantapan materi, sistematisasi kurikulum,
peningkatan kompetensi dan taraf hidup pendidik, kelengkapan sarana prasarana
dan peningkatan motivasi belajar bagi siswa-siswi. Dari berbagai segi yang
menjadi faktor peningkatan mutu pendidikan tersebut, salah satu hal yang penting
menjadi perhatian kita semua adalah berkaitan dengan kompetensi tenaga
pendidik (guru).
Joni (dalam Suyanto, dkk, 2000:78-79) mengemukakan tiga jenis
kompetensi guru , yaitu:
kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi
yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar
3
kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan siswa,
sesama guru, maupun masyarakat luas;
kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut
diteladani.
Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin
yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, dan
tut wuri handayani.
Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut
memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun,
jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis
kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif
kebijakan pemerintah, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu
yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru
diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Anwar
(2007) mengemukakan bahwa “kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas
mengembangkan kinerja personil (guru dan pegawai), terutama meningkatkan
kompetensi profesional guru . Kompetensi profesional guru , tidak hanya
berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi
4
mutu dan keberhasilan guru selalu dipertanyakan melalui tindakan dan perlakuan
guru yang dirasakan baik di sekolah maupun di masyarakat sekitarnya.
Kinerja guru merupakan suatu prestasi atau hasil kerja dari seseorang
guru setelah melakukan pekerjaan dalam proses pembelajaran sekaligus
merupakan tolak ukur dari keberhasilan jabatannya. Dengan kinerja guru yang
baik, maka guru yang bersangkutan dapat disebut guru yang profesional dan
sebaliknya tanpa kinerja yang baik, maka guru yang bersangkutan tidak berhasil
secara profesional. Oleh karena itu kinerja guru sangat terkait dengan aktivitas
yang dilakukannya. Gibson (dalam Rivai, 2005:15) mengemukakan kinerja
merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, artinya kinerja dikatakan baik atau
sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Seorang guru
dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan menunjukkan sikap yang positif
terhadap pekerjaannya dan seorang guru yang tidak puas terhadap kinerjanya akan
menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya. Jika guru merasa puas
terhadap perlakuan yang diterimanya di tempat kerja, maka guru akan
bersemangat untuk bekerja sebagaimana yang diharapkan dan berusaha
meningkatkan prestasi kerjanya.
Tinggi rendahnya kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
secara umum dapat digolongkan kepada dua hal, yaitu: faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah perangkat pribadi seorang guru baik secara fisik
dan psikis, sedangkan faktor eksternal adalah seluruh lingkungan yang ada di
sekitar guru tersebut. Arikunto (2007:43) mengemukakan bahwa ada dua faktor
5
terdiri dari sikap berkomunikasi, kemampuan manajemen, minat dan keinginan,
intelegensi, intelektual, motivasi, dorongan dan kepribadian, jati diri. Kedua,
faktor eksternal terdiri dari sarana dan prasarana, intensif atau gaji guru, suasana
kerja dan lingkungan kerja. Mangkunegara (2007:15) lebih lanjut menjelaskan
bahwa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja lebih khusus adalah faktor
kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Faktor kemampuan terdiri
dari pengetahuan dan keterampilan, sedangkan motivasi merupakan suatu sikap
terhadap situasi kerja.
Sugiyono (2010:48-50) menjelaskan bahwa secara umum rendahnya
prestasi dan kinerja dalam suatu komunitas maupun organisasi disebabkan
rendahnya produktivitas kerja orang-orang yang ada di dalamnya, termasuk
pemimpin dan bawahannya. Maksudnya, bahwa faktor yang utama adalah
produktivitas yang rendah sehingga mengakibatkan rendahnya prestasi dan
kinerja. Berkaitan dengan hal tersebut dapat disebutkan bahwa bila kinerja guru
rendah, maka salah satu penyebabnya adalah rendahnya profesionalisme dan
lemahnya gaya kepemimpinan kepala sekolah sehingga produktivitas guru-guru
tersebut menjadi rendah. Di samping itu, faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja guru dan lainnya, terlihat bahwa kepala sekolah sebagai pimpinan dalam
satuan institusi pendidikan memiliki hubungan langsung kepada guru . Aspek
secara langsung ini dapat dilihat pada perspektif kebijakan pendidikan nasional
6
Sehubungan dengan 7 (tujuh) peran kepala sekolah di atas, bahwa salah
satu unsur utama dari kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru , dapat
dinilai dari gaya kepemimpinannya sebagai manajer dan pemimpin di sekolah
yang dipimpinnya. Sebagai manajer, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala
sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi
para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogianya dapat memfasilitasi dan
memberikan ruang kreatifitas melalui penghargaan secara pribadi, kompetisi,
partisipasi, kebanggaan atau kepuasaan dan materi. Sebagai pemimpin, kepala
sekolah pada hakikatnya selalu dituntut untuk mengetahui atau menebak
kebutuhan (need), keinginan (want), dan harapan (expectation) guru-guru agar
kinerja mereka dapat meningkat sekaligus memberikan hasil dan mutu pendidikan
yang baik.
Sebagai pemimpin, kepala sekolah mestinya dapat menumbuh-suburkan
kreativitas sekaligus mendorong terhadap peningkatan kompetensi setiap guru .
Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan
yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang
berorientasi pada sumber daya manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi
guru , seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan
tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
yang ada. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan
kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat
sebagai berikut: (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani
mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7)
7
guru dalam memberikan pelayanan proses pembelajaran di sekolahnya
masing-masing. Sebab, tingginya kompetensi seorang guru menandakan bahwa ia
sanggup atau mampu untuk memberikan kontribusi efektif terhadap keberhasilan
tujuan pendidikan. Dengan kemampuan dan profesionalitasnya, guru akan
melaksanakan tanggungjawabnya sebagai pendidik dengan penuh dedikasi dan
kinerja yang baik. Dengan kinerja yang baik itu pula seorang guru dapat
memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan. Menurut Suryadi
(2001:67), bahwa guru yang memiliki kinerja yang baik maka itulah yang disebut
dengan guru profesional yang dicita-citakan tujuan pendidikan nasional. Dengan
demikian, telah tergambar secara utuh dan detail bahwa mutu pendidikan dapat
tercapai salah satunya melalui kinerja guru yang baik. Kinerja tersebut berasal
dari guru-guru yang memiliki kompetensi tinggi, sedangkan penguasaan
kompetensi ini tidak terlepas dari pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, bahwa pendidikan tingkat
menengah pertama dikelola oleh 2 Kementerian yaitu Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan mengelola SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan Kementerian
Agama mengelola MTs (Madrasah Tsanawiyah). Pada MTs diajarkan umum
yang sama dengan pelajaran SMP, dan ditambah dengan khusus tentang Islam.
Kualifikasi kepala sekolah maupun guru di SMP dan MTs relatif sama yakni
Sarjana Pendidikan. Lama masa belajar di SMP dan MTs sama yakni 3 tahun dan
8
pendidikannya ke SMA atau MA. Hanya suasana lingkungan sekolah yang relatif
berbeda yakni SMP bernuansa nasional dimana guru dan siswa berasal dari
berbagai agama dan aliran kepercayaan (heterogen); sedangkan MTs bernuansa
islami dimana guru dan siswa semuanya beragama Islam (homogen).
Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai kepala
sekolah/madrasah pada Bab II ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa persyaratan umum
menjadi kepala SMP dan MTs adalah sama, hanya yang berbeda pada persyaratan
khusus yakni untuk menjabat kepala MTs harus beragama Islam. Demikian juga
tentang proses pengangkatan kepala SMP dan MTs adalah sama mengacu pada
Bab IV ayat 9 dan masa tugas kepala SMP dan MTs juga sama mengacu pada Bab
V ayat 10. Jadi dapat dinyatakan bahwa SMP dan MTs adalah sederajat.
Dalam observasi yang penulis lakukan selama beberapa hari pada bulan
Oktober 2011 di SMP Negeri 18 Medan dan MTs Negeri 3 Medan, ditemukan
beberapa aspek yang memiliki kesamaan di antara kedua sekolah yaitu bahwa
lokasi kedua sekolah berada pada kawasan yang kondisi ekonomi keluarga
siswanya relatif sama, kondisi letak geografis relatif sama dan kondisi ekonomi
guru dan kepala sekolah juga relatif sama karena semua guru dan kepala sekolah
adalah pegawai negeri sipil yang pangkat dan golongan relatif sama demikian
pula dengan jumlah guru relatif sama banyaknya yakni 68 orang di SMP Negeri
18 Medan dan 53 orang di MTs Negeri 3 Medan. Demikian pula dengan metode
pembelajaran yang dilakukan kebanyakan guru masih metode konvensional yang
berpusat pada guru , penguasaan materi masih terbatas hanya dari buku paket dan
lembar kerja siswa saja, guru belum maksimal memotivasi siswa agar lebih
9
masih ada guru yang merasa terpaksa membuat rancangan pelaksanaan
pembelajaran; dan menurut persepsi mereka gaya kepemimpinan kepala sekolah
yang dipraktekkan oleh kepala sekolah tidak konsisten, komitmen kepala sekolah
terhadap perbaikan mutu pembelajaran masih tertumpu pada perolehan nilai UAS
dan UN, juga masih rendah dalam membangun inovasi organisasi sekolah serta
membangun mekanisme kerja yang kondusif dan menyenangkan bagi para guru.
Selain beberapa kesamaan yang sudah dijelaskan, juga penulis
menemukan beberapa perbedaan-perbedaan di antara kedua sekolah tersebut
yaitu: bahwa masih ada sebagian guru yang terlambat hingga 10 menit pada jam
pertama hadir di sekolah, hal ini sangat merugikan siswa karena kegiatan belajar
mengajar terganggu, ada guru yang tidak hadir tanpa pemberitahuan melalui surat
atau telepon, dan masih ada juga ditemukan beberapa guru yang terlambat hingga
10 menit masuk kelas setelah jam istirahat, masih ditemukan buku-buku tugas
siswa yang menumpuk banyak di meja guru yang belum dikoreksi walaupun
dikumpul sudah lebih 1 minggu. Suasana keakraban diantara sesama guru pada
jam istirahat, dan keadaan lingkungan sekolah mulai dari halaman sekolah,
taman-taman, dan ruangan belajar serta ruangan guru terasa lebih tertata, indah dan
nyaman di MTs Negeri 3 Medan daripada di SMP Negeri 18 Medan.
Sehubungan dengan argumentasi dan hasil observasi serta wawancara
yang telah diuraikan di atas, maka penelitian tentang komparasi gaya
10
B. Identifikasi Masalah
Kinerja guru yang tinggi dan baik merupakan salah satu faktor yang turut
menentukan mutu pendidikan nasional, sedangkan kinerja ini dapat tumbuh dan
berkembang bila didorong oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah yang tepat.
Sebaliknya, jika kinerja guru tersebut rendah maka mutu pendidikan tidak akan
tercapai secara optimal.
Masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini meliputi faktor-faktor
yang dapat meningkatkan kinerja guru dalam menyelenggarakan proses belajar
dan pembelajaran. Masalah yang berkaitan dengan kinerja guru itu adalah: (1)
rendahnya mutu pendidikan nasional; (2) rendahnya kinerja para guru dalam
mengajar; (3) tidak tepatnya gaya kepemimpinan kepala sekolah; dan (4) rendahnya
tanggung jawab beberapa guru . Di samping itu masalah dalam penelitian ini juga
membicarakan bagaimana konsep gaya kepemimpinan kepala sekolah yang
seharusnya, sehingga dapat meningkatkan kompetensi professional guru dan
kinerja guru dalam kegiatan proses belajar mengajarnya agar tercipta mutu
pendidikan yang baik sesuai dengan yang dicita-citakan.
C. Batasan Masalah
Untuk meneliti perbedaan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dan
kinerja guru ini memiliki banyak variabel yang harus diperhatikan, misalnya jenis
kompetensi yang harus dimiliki guru , peran dan tanggungjawab kepala sekolah,
motivasi kerjanya, dan dari segi daerahnya, sehingga di sini perlu penulis
membatasi masalahnya. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada kinerja
11
yang mempengaruhinya yaitu persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala
sekolahnya masing-masing.
D. Rumusan Masalah
Setelah dilakukan identifikasi dan pembatasan masalah, maka masalah
utama dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan di bawah ini:
1. Bagaimana persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah SMP
Negeri 18 Medan ?
2. Bagaimana persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah MTs
Negeri 3 Medan ?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan persepsi guru terhadap gaya
kepemimpinan antara kepala sekolah SMP Negeri 18 dan MTs Negeri 3 Medan ?
4. Bagaimana kinerja guru di SMP Negeri 18 Medan ?
5. Bagaimana kinerja guru di MTs Negeri 3 Medan ?
6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kinerja guru antara guru SMP
Negeri 18 dan MTs Negeri 3 Medan ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui besarnya persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala
sekolah SMP Negeri 18 Medan.
12
4. Untuk mengetahui besarnya kinerja guru SMP Negeri 18 Medan.
5. Untuk mengetahui besarnya kinerja guru MTs Negeri 3 Medan.
6. Untuk mengetahui besarnya perbedaan kinerja guru antara SMP Negeri 18
Medan dengan MTs Negeri 3 Medan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis:
1. Manfaat secara teoretis:
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan khazanah
ilmu pengetahuan mengenai peningkatan kepemimpinan kepala sekolah
dan kinerja guru.
b. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang variabel-variabel
yang sama dalam penelitian ini.
2. Manfaat secara praktis:
a. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah SMP dan MTs dalam
memberikan motivasi sebagai upaya perbaikan gaya kepemimpinan dan
peningkatan kompetensi profesional guru .
b. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah SMP dan MTs dalam
memberikan motivasi sebagai upaya peningkatan kinerja guru .
c. Sebagai bahan masukan bagi guru SMP dan MTs untuk lebih
71
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta pengujian hipotesis
diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri 18
Medan memiliki skor rata-rata 88,92 tetapi masih berada pada kategori
cenderung cukup. Sedangkan persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan
kepala sekolah MTs Negeri 3 Medan memiliki skor rata-rata 93,33 tetapi
masih berada pada kategori cenderung cukup.
2. Kinerja guru SMP Negeri 18 Medan memiliki skor rata-rata 81,34 tetapi
masih berada pada kategori cenderung cukup. Sedangka kinerja guru MTs
Negeri 3 Medan memiliki skor rata-rata 85,17 dan sudah berada pada kategori
cenderung tinggi.
3. Persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah MTs Negeri 3
Medan lebih tinggi dibandingkan dengan persepsi guru terhadap gaya
kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri 18 Medan, hal ini dibuktikan dari
hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu 1,717 > 1,676. Adapun
kinerja guru MTs Negeri 3 Medan lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja
guru SMP Negeri 18 Medan, hal ini dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis
dimana thitung > ttabel yaitu 1,703 > 1,676.
72
perbedaan yang positif dan signifikan persepsi guru terhadap gaya
kepemimpinan kepala sekolah antara SMP Negeri 18 Medan dengan MTs
Negeri 3 Medan. Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh rata-rata persepsi guru
terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri 18 Medan sebesar
88,92, sedangkan rata-rata persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala
sekolah MTs Negeri 3 Medan sebesar 99,33, dan keduanya masih berada
pada kategori cenderung cukup. Berdasarkan analisis uji t diperoleh harga t
hitung (1,717) yang lebih besar dari harga t tabel (1,676). Artinya persepsi
guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri 18 Medan
lebih rendah dibandingkan dengan persepsi guru terhadap gaya
kepemimpinan kepala sekolah MTs Negeri 3 Medan. Maka dari temuan ini
perlu diupayakan oleh kepala sekolah SMP Negeri 18 Medan yaitu: (a)
memberdayakan tenaga pendidik secara optimal (b) mengarahkan inovasi
dalam organisasi sekolah (c) membangun kelompok kerja guru yang aktif (d)
menciptakan suasana kerja yang harmonis antara guru dan pegawai dan (e)
kepala sekolah mampu menghindari timbulnya perselisihan, kebosanan dan
ketegangan kerja bagi para guru. Apabila persepsi guru terhadap gaya
kepemimpinan kepala sekolah sudah baik dan positif, maka kecenderungan
guru untuk berbuat yang terbaik dan tekun serta memiliki rasa ikhlas yang
tinggi akan menghasilkan peningkatan kinerja guru yang tinggi dan penuh
tanggung jawab. Kedua, dari hasil komparasi analisis data dan pengujian
hipotesis ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang positif dan signifikan
antara kinerja guru dan SMP Negeri 18 Medan dengan MTs Negeri 3 Medan.
73
Medan sebesar 81,34 sedangkan rata-rata kinerja guru MTs Negeri 3 Medan
sebesar 85,17, dan berdasarkan analisis uji t diperoleh harga t hitung (1,703)
yang lebih besar dari harga t tabel (1,676). Artinya kinerja guru SMP Negeri
18 Medan lebih rendah dibandingkan kinerja guru MTs Negeri 3 Medan.
Maka dari temuan ini perlu diupayakan oleh para guru sebagai berikut: (a)
mencintai pekerjaan guru sebagai panggilan hati yang tulus dan ikhlas (b)
menguasai dan menerapkan manajemen kelas (c) melaksanakan tugas penuh
tanggung jawab (d) menguasai materi pembelajaran (e) mampu berkolaborasi
dalam penggunaan metode sesuai dengan skill yang tepat (f) mampu
memberikan penilaian secara objektif terhadap peserta didik dan menumbuh
kembangkan kerjasama yang harmonis sesama guru, pegawai, kepala sekolah
serta mengendalikan emosi, dan bersifat empati terhadap orang lain.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Kepada kepala sekolah khususnya kepala SMP dan MTs hendaknya
menerapkan gaya kepemimpinan yang berorientasi mengembangkan staf
tentang pendidikan, bersikap adil, tidak menyalahkan orang lain, membangun
kelompok dan mekanisme kerja yang menyenangkan sehingga tercipta
persepsi positif para guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah.
2. Kepada guru hendaknya selalu berupaya melakukan peningkatan kompetensi