• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Stres terhadap Kepuasan Hidup Dimediasi oleh Kebijaksanaan pada Dewasa Akhir Beretnis Melayu di Negara Singapura.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Stres terhadap Kepuasan Hidup Dimediasi oleh Kebijaksanaan pada Dewasa Akhir Beretnis Melayu di Negara Singapura."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA DEWASA AKHIR BERETNIS MELAYU DI

NEGARA SINGAPURA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Departemen Psikologi FIP UPI

Oleh Sumaiyah Rafi

1105344

DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

(2)
(3)
(4)

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN

PADA DEWASA AKHIR BERETNIS MELAYU DI NEGARA SINGAPURA

Oleh Sumaiyah Rafi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

© Sumaiyah Rafi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENGARUH

STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH

KEBIJAKSANAAN PADA DEWASA AKHIR BERETNIS MELAYU DI NEGARA SINGAPURA” seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menganggung resiko/sanksi apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran

etika kelimuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2015 Yang membuat pernyataan,

(6)

ABSTRAK

Sumaiyah M. Rafi (1005344). Pengaruh Stres terhadap Kepuasan Hidup Dimediasi oleh Kebijaksanaan pada Dewasa Akhir Beretnis Melayu di Negara Singapura. Skripsi Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung (2015).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji peran kebijaksanaan dalam memediasi pengaruh stres terhadap kepuasan hidup dewasa akhir beretnis Melayu di negara Singapura. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling pada dewasa akhir beretnis Melayu yang berumur 65 tahun ke atas sebanyak 105 orang, beretnis Melayu dan rakyat Singapura. Data diperoleh melalui instrumen Peceived Stress Scale (PSS) dari Cohen (1994), Three-Dimensional Wisdom Scale (3D-WS) yang dicetuskan oleh Ardelt (2003) dan Satisfaction with Life Scale (SWLS) dari Pavot dan Diener (1993). Teknik analisis pearson-product moment dan analisis regresi digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa 1) kebijaksanaan tidak berfungsi sebagai mediator antara pengaruh stres dan kepuasan hidup 2) tingkat stres dewasa akhir beretnis Melayu di negara Singapura mayoritasnya termasuk rata-rata 3) terdapat perbedaan yang signifikan untuk skor antara kelompok berdasarkan pendidikan terakhir yang ditempuh dengan tingkat kebijaksanaan yang dimiliki dewasa akhir beretnis Melayu di negara Singapura 4) stres dan kebijaksanaan mempunyai hubungan yang siginifikan. Maka, rekomendasi untuk penelitian ini agar dewasa akhir di negara Singapura dapat meningkatkan kebijaksanaan dan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti kebijaksanaan dengan lebih mendalam dan meluas dari berbagai aspek.

(7)

ABSTRACT

Sumaiyah M. Rafi (1005344). The Relationship between Stress and Life Satisfaction was mediated by wisdom effect among Malay Older Adults in Singapore. Unpublished research paper. Department of Psychology. Faculty of Science Education. Indonesia University of Education, Bandung (2015).

The aim of this research paper was to examine the wisdom effect in mediating the relationship between stress and life satisfaction among Malay older adults in Singapore. Quantitative approach and correlational method was used in this research. Incidental sampling was used in this research with the participation of 105 Malay older adults Singaporean aged 65 years old and above. Data was gathered by using Peceived Stress Scale (PSS) from Cohen (1994), Three-Dimensional Wisdom Scale (3D-WS) that initiated by Ardelt (2003) and Satisfaction with Life Scale (SWLS) from Pavot dan Diener (1993). Pearson-product moment and regression analysis technic was used to analyze the obtained data. The result of this research is that 1) wisdom effect does not act as a mediator in the relationship between stress and life satisfaction among Malay older adults in Singapore. 2) Stress level among the Malay older adults in Singapore is average. 3) There is a significant difference in wisdom ability scored by Malay older adults with different level of education in Singapore 4) Correlation between stress and wisdom is significant. Recommendation for this research is for the Malay older adults in Singapore to optimize the wisdom ability, whereas for the future researcher is to explore more and in depth about wisdom in various aspects rather than just three.

(8)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR FIGUR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN………...…xiv

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 5

1. Manfaat Teoritis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 5

E. Struktur Organisasi Skripsi: ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA/ KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

A. Persepsi Stimulus Stres/ Perceived Stress ... 8

1. Definisi Stres ... 8

2. Komponen Inti Stres... 9

3. Simptom Stres ...10

4. Proses Penilaian Stres...11

5. Sumber Stres ...11

6. Tipe Stres...12

7. Dampak dari Psikologis Stres ...13

B. Kebijaksanaan ... 13

1. Definisi Kebijaksanaan ... 13

(9)

3. Kebijaksanaan dalam Beberapa Situasi...16

C. Kepuasan Hidup ... 17

1. Definisi Kepuasan Hidup ... 17

2. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup...19

3. Faktor Psikis yang dapat Mempengaruhi Penilaian Kepuasan Hidup...21

D. Dewasa akhir ... 22

1. Definisi dewasa akhir ... 22

2. Golongan Dewasa Akhir...23

3. Perubahan pada Dewasa Akhir...24

4. Tugas Perkembangan Dewasa Akhir...26

E. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 28

F. Kerangka Berpikir ... 29

G. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Subjek Penelitian ... 33

1. Subjek Penelitian ... 33

2. Populasi dan sampel ... 33

B. Metode dan Desain Penelitian ... 34

1. Metode Penelitian... 34

2. Desain Penelitian ... 35

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35

1. Variabel Penelitian ... 35

2. Definisi Operasional... 36

D. Instrumen Penelitian ... 37

1. Instrumen Tingkat Stres: PSS (Perceived Stress Scale) ... 38

2. Instrumen Kebijaksanaan: 3D-WS (Three Dimensional Wisdom Scale)...40

3. Instrumen Kepuasan hidup: SWLS (Satisfaction with Life Scale)... 43

E. Prosedur Pengambilan Data ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil dan Pembahasan ... 48

1. Hasil dan Pembahasan Data Responden...48

2. Hasil dan Pembahasan Variabel Stres...50

3. Hasil dan Pembahasan Variabel Kepuasan Hidup...52

4. Hasil dan Pembahasan Variabel Kebijaksanaan ...54

5. Hasil dan Pembahasan Uji Hipotesis ... 57

a. Hasil Uji Perbedaan Mean Antar Kelompok ...57

b. Hasil Uji Korelasi ... 70

(10)

B. Pembahasan ... 78

C. Keterbatasan Penelitian ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 83

REFERENSI………..……… 85 LAMPIRAN

(11)
(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas beberapa hal terkait penelitian, termasuk latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat/signifikansi penelitian.

A. Latar Belakang Penelitian

Definisi dewasa akhir memiliki perbedaan pengertian dari satu masyarakat tertentu dengan masyarakat lainnya (Dapaah & Juan, 2014:1057; Hamilton, 2011:1). Di negara Singapura, MSF (Ministry of Social & Family Development) (2009) melaporkan bahwa istilah dewasa akhir digunakan

untuk orang dewasa yang berumur 65 tahun ke atas. Secara kuantitas, NPTD (National Population and Talent Division) (brosur) tahun 2014 memaparkan

bahwa dewasa akhir merupakan populasi yang berkembang paling cepat diantara 5,470,000 penduduk di Singapura (Keng, Kuan, Jiuan & Kwon, 2004:199). Jumlah tersebut terus meningkat setiap tahun sehingga Singapura menduduki posisi ketiga dengan jumlah dewasa akhir terbanyak di dunia (Dapaah & Juan, 2014:1058). Hal ini terbukti dari persentase yang dilaporkan oleh MSF dan NPTD (brosur) tahun 2014, yaitu persentase dewasa akhir dengan jumlah 8.7% pada tahun 2009 meningkat menjadi 12.4% pada bulan Juni tahun 2014.

Peningkatan jumlah penduduk pada golongan dewasa akhir di Singapura terjadi salah satunya karena program keluarga berencana atau lebih

dikenal sebagai “Stop at Two” yang berarti mempunyai dua anak lebih baik. Selain itu, kualitas hidup di Singapura meningkat dengan adanya fasilitas pengobatan canggih dan kualitas makanan yang baik sehingga membuat rakyat Singapura memiliki harapan hidup yang lebih tinggi (Wen, 2013:2).

(13)

2 finansial dan pengasuhan terhadap dewasa akhir (Teo, Mehta, Thang & Chan, 2006:1). Selain masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial, menurut SCGH (Singapore Changi General Hospital) dalam portal perpustakaan kesehatan mengenai kesehatan mental dewasa akhir di negara Singapura, menyatakan bahwa stres atau depresi adalah masalah yang sering dialami atau diasosiasikan dengan dewasa akhir.

Liang (2001) memaparkan bahwa jumlah dewasa akhir yang mengalami depresi meningkat drastis selama satu dekade sebelumnya (Keng, Kwon, Kuan & Jiuan 2004:175). Salah satu portal berita NUS (National

University of Singapore) (2012) melaporkan bahwa 1 dari 5 dewasa akhir

yang berumur 75 tahun keatas mengalami simptom depresi dan dampak dari hal ini adalah bunuh diri. Menurut Khalik (2001) dewasa akhir di negara Singapura yang berumur 75 tahun ke atas dilaporkan melakukan pembunuhan diri (Keng, Kwon, Kuan & Jiuan 2004:175) sehingga hampir 83% dari kasus pembunuhan diri dewasa akhir adalah karena mengalami depresi (Mustaffa & Alkaff, 2011:421).

Depresi atau stress terhadap dewasa akhir di negara Singapura memiliki beberapa penyebab. Diantaranya adalah timbulnya perasaan kesepian ditinggal oleh salah satu anggota keluarga, kesepian karena merasa sendiri, ketakutan akan menjadi beban kepada orang lain (Hock & Chia, 2010:27), kurangnya dukungan sosial atau keluarga, finansial dan pendidikan yang rendah (Pin, 2013:23; Lee, 1986:244).

Fakta ini juga turut didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa dewasa akhir di negara Singapura bahwa pada umumnya stres dapat muncul dalam diri mereka karena dua faktor yaitu faktor finansial dan faktor keluarga. Dewasa akhir di negara Singapura menjelaskan bahwa dengan pesatnya perkembangan ekonomi Singapura, dewasa akhir di negara Singapura harus turut ikut berkembang bersama agar dapat maju dari aspek finansial. Untuk faktor keluarga, dengan adanya gap

generation antara anak dan orang tua, maka akan sering terjadi perselisihan

(14)

3 mengalami kesepian karena kematian dan penurunan kondisi secara fisik serta kognitif (Snyder & Lopez, 2002:328; Baltes & Baltes, 1990:4).

Adapun, dilaporkan pada tahun 2010, dewasa akhir di negara Singapura pada umumnya merasa tidak puas dengan aspek kehidupan mereka yang berkaitan dengan pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal dan juga kesejahteraan sosial. (Kuan, Jiuan, & Keng, 2010: 21-31). Peneliti juga melakukan wawancara pada dewasa akhir di negara Singapura seputar kepuasan hidup yang dialami sehingga menghasilkan pendapat bahwa pada umunya, dewasa akhir di negara Singapura merasa tidak puas pada pendidikan terakhir yang ditempuh. Ini karena, pendidikan menurut dewasa akhir di negara Singapura adalah hal yang penting untuk memperoleh pekerjaan atau karir yang sesuai sehingga terjamin juga finansial yang diterima. Dengan ini, yang menjadi prioritas tertinggi dalam kehidupan rakyat Singapura dalam mencapai kepuasan hidup adalah terkait dengan pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan dan hubungan dengan keluarga dewasa akhir di negara Singapura.

Stres berdampak pada banyak hal seperti kehidupan sosial, moral dan juga kepuasan hidup (Lazarus & Folkman 1984:181). Namun, setiap individu mempersepsikan stres secara berbeda (Zhang, Simon & Dong, 2014:40) sehingga ini juga mempengaruhi kepuasan hidup seseorang. Persepsi stres dapat berkontribusi secara positif pada pencapaian kepuasan hidup. Dimana rendahnya tingkat stres seseorang maka akan meningkatkan kepuasan hidup mereka dan juga sebaliknya (Matheny, et. al, 2008: 49; Hamarat, et. al, 2001; Asberg, 2000:34; Alleyne, et. al, 2010:291; Malinauskas, 2010:741). Diener (1999) menjelaskan bahwa dengan tingginya kepuasan hidup dapat berkontribusi positif terhadap stres dan juga merendahkan angka bunuh diri.

(15)

4 2003:276). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pasupathi, Staudinger dan Baltes (2000) bahwa kebijaksanaan akan mencapai puncaknya pada golongan dewasa akhir (Snyder & Lopez, 2002:334). Hal ini terjadi karena kebijaksanaan merupakan proses yang dilalui manusia sepanjang hidup selama tahap perkembangannya melalui berbagai pengalaman hidupnya (Snyder & Lopez, 2002:351).

Konsep kebijaksanaan dari sudut pandang psikologi sendiri, tidak hanya meliputi kemampuan inteligensi dan fungsi kognitif yang tertinggi saja tetapi juga afeksi dan refleksi (Sternberg & Jordan, 2005:15; Baltes & Staudinger, 2000:123). Maka dari itu, Staudinger, Dorner & Mickler (2005) menyimpulkan bahwa kebijaksanaan dapat membantu dalam banyak aspek kehidupan seperti mencapai tujuan hidup, subjective well-being dan bahkan mengurangi simtom depresif (dalam Sternberg & Jordan, 2005:212).

Kebijaksanaan dapat membantu seseorang dalam mencapai kebahagiaan (Sternberg & Jordan, 2005:251). Pendapat Webster (2003) mendukung bahwa kebijaksanaan dapat berkontribusi dalam meringankan

beban atau stimulus stres ketika munculnya masalah (Staudinger, Dorner & Mickler dalam Sternberg & Jordan, 2005:212). Ini karena dewasa akhir mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah atau suatu stimulus sehingga dipercayai lebih dapat mengatasi tingkat stres dan stres yang dirasakan cenderung rendah (Aldwin, Sutton, Chiara & Spiro, 1996; Boeninger, Shiraishi, Aldwin & Spiro, 2009).

Kebijaksanaan juga turut berkontribusi dalam pencapaian kepuasan hidup. Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Erikson (1959), Seligman & Peterson (2004) dan Costa & McCrae, 1980 bahwa kepuasan hidup dapat dicapai melalui virtue atau karakter yang berkualitas dalam diri individu (Ardelt, 1997: 15). Dalam mencapai kepuasan hidup, Erikson (1994) menekankan bahwa kondisi eksternal tidak selalu menjadi faktor utama bagi dewasa akhir (Crain, 2011:296) sehingga sejauh ini belum ditemui penelitian yang menggali aspek kekuatan internal dalam pencapaian kepuasan hidup dan sekaligus memprediksi dalam menurunkan tingkat stres.

(16)

5 pengaruh stres terhadap kepuasan hidup dimediasi oleh kebijaksanaan pada dewasa akhir beretnis Melayu di negara Singapura.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini berupaya untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:

“Apakah terdapat pengaruh stres terhadap kepuasan hidup dimediasi oleh kebijaksanaan pada dewasa akhir beretnis Melayu di negara Singapura?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh stres terhadap kepuasan hidup dimediasi oleh kebijaksanaan pada dewasa akhir beretnis Melayu di negara Singapura.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Penelitian ini signifikan secara teori dan praktek.

1. Manfaat Teoritis:

a. Penelitian ini akan menambah kajian serta literatur mengenai stres yang dimediasi oleh kebijaksanaan dalam pengaruhnya terhadap kepuasan hidup dewasa akhir beretnis Melayu di negara Singapura

b. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai penunjang untuk bahan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis:

a. Hasil penelitian akan bermanfaat bagi subjek penelitian agar dapat meningkatkan kebijaksanaan dalam mencapai kepuasan hidup dan mengatasi stres secara optimal dan internal.

(17)

6 c. Hasil penelitian akan bermanfaat bagi rakyat Singapura

secara umumnya agar dapat mempelajari dari subjek penelitian yaitu dewasa akhir yang berfungsi sebagai model dalam mengatasi stres dan mencapai kepuasan hidup melalui kebijaksanaan.

E. Struktur Organisasi Skripsi:

Struktur organisasi skripsi ini dibagi menjadi lima bab, sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Penelitian B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian E. Struktur Organisasi Skripsi BAB II Kajian Pustaka

A. Kajian Pustaka

1. Persepsi Stimulus Stres/ Perceived Stress 2. Kebijaksanaan

3. Kepuasan Hidup 4. Dewasa Akhir

B. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan C. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian BAB III Metode Penelitian

A. Subjek Penelitian 1. Subjek Penelitian 2. Populasi dan Sampel B. Metode dan Desain Penelitian

(18)

7 1. Variabel Penelitian

2. Definisi Operasional Stres

3. Definisi Operasional Kebijaksanaan 4. Definisi Operasional Kepuasan Hidup D. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Perceived Stress Scale (PSS)

2. Instrumen Three Dimensional-Wisdom Scale (3D-WS)

3. Instrumen Satisfaction with Life Scale (SWLS) 4. Pengembangan Instrumen

E. Prosedur Pengambilan Data F. Teknik Analisis Data

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil dan Pembahasan Variabel Independen B. Hasil dan Pembahasan Variabel Dependen C. Hasil dan Pembahasan Variabel Mediator D. Hasil dan Pembahasan Uji Hipotesis

BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan

(19)

33

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari subjek penelitian, metode dan desain penelitian. Selain itu, akan dijelaskan pula mengenai definisi operasional, instrumen penelitian yang digunakan, prosedur pengambilan data serta teknik analisis data untuk menjawab hipotesis penelitian.

A. Subjek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji mengenai stres, kebijaksanaan dan kepuasan hidup dewasa akhir beretnis Melayu di negara Singapura. Oleh karena itu, yang menjadi subjek penelitian adalah dewasa akhir yang berumur 65 tahun ke atas, beretnis Melayu dan dari warga negara Singapura.

2. Populasi dan sampel

Populasi pada penelitian ini adalah semua dewasa akhir yang berumur 65 tahun ke atas, beretnis Melayu dan merupakan rakyat negara Singapura. Berdasarkan dari data MSF (Ministry of Social & Family Development) dan NPTD (National Population and Talent

Division) (brosur) tahun 2014, jumlah dewasa akhir sebanyak 12.4%

dari 5,470,000 (populasi keseluruhan rakyat Singapura) yaitu 678,280. Penentuan jumlah sampel dari populasi, peneliti berpijak pada pendapat Taro Yamane yang dikutip oleh Riduwan dan Kuncoro (2013:44) sebagai berikut:

(20)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

33

Keterangan: n = jumlah sampel

� = presisi yang ditetapkan N = jumlah populasi

Dalam penelitian ini, jumlah populasi dimasukan ke dalam rumus dengan tingkat presisi yang ditetapkan yaitu 10%. Jadi dijabarkan sebagai berikut:

n = , , , 2 +

= 100

Jenis pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental

sampling untuk memperoleh sampel yang sesuai. Sampling ini

digunakan dengan alasan karena keterbatasan peneliti dalam memperoleh sampel dengan jumlah yang banyak dan dalam ruang lingkup yang lebih luas yaitu dari berbagai etnis dari rakyat Singapura berumur 65 tahun ke atas sehingga siapa saja secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dan menurut peneliti cocok sebagai sumber data, akan dijadikan sampel. Maka, peneliti akhirnya mencapai angka 105 sampel dalam pengambilan data di

lapangan di mana berdasarkan pada perhitungan di atas, jumlah tersebut dianggap sebagai sampel yang representatif dari seluruh

populasi.

(21)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

35

Penelitan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif non eksperimen. Pendekatan ini mengukur tingkat stres sebagai variabel independen (X), kepuasan hidup sebagai variabel dependen (Y), dan kebijaksanaan sebagai variabel mediator (Z) dengan menggunakan skala instrumen.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain analisis jalur atau path analysis karena analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan

regresi sedangkan tujuan penelitian ini mengharuskan variabel independen melewati jalur variabel intervening atau mediator terlebih dahulu agar sampai pada variabel dependen terakhir (Sugiyono, 2008).

Adapun model hubungan antar variabel dalam penelitian ini

digambarkan pada figur 3.1.

Figur 3.1

Model hubungan variabel independen, dependen dan mediator

Stres (X)

Kebijaksanaan (Z)

-Kognitif -Reflektf -Afektif

Kepuasan Hidup

(22)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

36

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Terdapat tiga variabel di dalam penelitian ini yaitu stres sebagai variabel independen (X), kepuasan hidup sebagai variabel dependen (Y), dan kebijaksanaan sebagai variabel mediator (Z).

Variabel independen merupakan variabel yang akan mempengaruhi variabel dependen. Sedangkan variabel dependen adalah variabel yang terikat dimana statusnya itu dipengaruhi. Sementara itu, variabel mediator adalah variabel yang menjadi perantara bagi pengaruh variabel independen terhadap dependen.

2. Definisi Operasional

a. Definisi Operasional Stres

Stress secara operasional dalam penelitian ini adalah kondisi yang

erat kaitannya dengan interaksi antara individu dengan lingkungan dan sebaliknya. Ia juga merupakan suatu kondisi atau respon yang melibatkan kekuatan persepsi individu ketika merasakan bahwa situasi yang dialami sangat mengancam kesejahteraan diri mereka. Situasi yang terjadi tersebut juga dipercayai tidak mudah diprediksi, tidak dapat dikontrol dan juga dapat terjadi secara terus menerus sehingga dapat memunculkan pengalaman stres. Namun, respon memainkan peran yang vital dalam menentukan persepsi stres ketika menerima stimulus yang dihadapinya. Maka, walaupun lingkungan memiliki pengaruh sebagai stressor, namun individu mempunyai kekuatan persepsi untuk mengontrol tingkat stres yang dialaminya.

b. Definisi Operasional Kebijaksanaan

(23)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

37

Kebijaksanaan mampu menggambarkan kemampuan subjek dalam memahami makna kehidupan serta ketidakpastiannya. Ia juga meliputi kemampuan untuk peka terhadap lingkungannya, tidak hanya fokus pada diri sendiri dan juga mempunyai pengetahuan yang mendalam mengenai perkembangan masyarakat sekaligus kehidupan secara umumnya. Adapun alat ukur ini dibangun berdasarkan tiga aspek penting dari kebijaksanaan yaitu (Ardelt, 2003: 277-279):

a) Kognitif: aspek ini yang ditandai oleh pemahaman individu terhadap hubungan interpersonal, intrapersonal dan pengetahuan individu tentang fenomena-fenomena kehidupan.

b) Reflektif: yang ditandai oleh pemahaman individu dalam melihat realitas apa adanya dan kemampuan untuk melihat

fenomena kehidupan dari berbagai perspektif

c) Afektif: aspek yang ditandai oleh kemampuan untuk mengurangi perilaku self-centerdness, kemampuan meningkatkan rasa simpati dan juga kemampuan dalam mengurangi emosi negatif.

c. Definisi Operasional Kepuasan Hidup

Kepuasan hidup dalam penelitian ini, secara operasional, merupakan penilaian kognitif seseorang secara sadar dan bersifat subjektif mengenai kualitas hidupnya secara keseluruhan- yaitu di masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Ia juga meliputi keadaan apabila seseorang berada dalam suatu keadaan di mana mereka tidak ingin mengubah apapun dari kehidupannya baik itu dari masa lalu atau masa sekarang.

(24)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

38

Peneliti menggunakan instrumen Perceived Stress Scale (PSS),

Three-Dimensional Wisdom Scale (3D-WS) dan Satisfaction with Life

Scale (SWLS). Jenis skala yang digunakan adalah likert rating. Peneliti

tidak mengubah apapun dari ketiga instrumen yang digunakan baik itu dari aspek isi maupun bahasa. Ini karena, instrumen itu sering digunakan di beberapa penelitian serta teruji secara metodologis.

1. Instrumen Tingkat Stres: PSS (Perceived Stress Scale)

Instrumen PSS (perceived stress scale) yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat stres individu. Instrumen yang disusun oleh Sheldon Cohen (1994) ini, terdiri dari 10 butir item yang terbagi menjadi 3 dimensi (terdapat di lampiran III & IV).

a. Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrumen PSS dilakukan dengan dinilai berdasarkan prinsip favorable dan unfavorable yang dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Penyekoran item Perceived Stress Scale (PSS)

Alternatif Jawaban

Favorable Item Unfavorable Item

Tidak Pernah 1

1, 2, 3, 6, 9 &

10

5

4, 5, 7 & 8 Hampir Tidak

Pernah 2 4

Terkadang 3 3

Pernah 4 2

(25)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

39

b. Kategorisasi Skala

Menentukan mean, standar deviasi, skor Z dan skor T yang kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan rumus tiga level yang telah ditetapkan (Ihsan, 2013). Berikut tabel 3.2 adalah kategorisasi skala untuk variabel stres.

Tabel 3.2 Kategorisasi Skala PSS

Kategori Skor

Tinggi T > 50 + 1 (10)

Sedang 50 - 1 (10) T 50 + 1 (10)

Rendah T < 50 - 1 (10)

Keterangan:

(Rata-rata Baku) � = 50

(Standar Deviasi Baku) � = 10

c. Validitas

Uji validitas yang peneliti lakukan adalah dengan metode

expert judgement yaitu penilaian instrumen PSS dari ahli untuk

menguji ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam menjalankan fungsi pengukurannya (Azwar, 2013:8)

Untuk instrumen PSS, peneliti menggunakan salah satu dari jenis validitas yaitu validitas isi. Validitas isi menggali sejauhmana elemen-elemen dalam suatu instrumen itu relevan dan dapat merepresentasi konstrak yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Haynes, Richard & Kubany dalam Azwar, 2013:111).

Adapun dari segi bahasa bertujuan agar dapat dikaji ulang dengan mudah secara konstrak oleh ahli dalam bahasa Indonesia. expert judgement dari segi bahasa dilakukan oleh Dra, Nurhasanah,

(26)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

40

Indonesia, maka secara konstrak dan konsep psikologi dikaji ulang oleh Dra, Herlina, M.Pd., Psi (dosen psikologi pendidikan) dan Sitti Chotijah, M. A., Psi. (dosen psikologi klinis).

d. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana tingkat kestabilan dan konsistensi suatu instrumen. Reliabilitas instrumen pada penelitian ini diuji dengan menggunakan alpha cronbach melalui bantuan software SPSS 18.0. Tabel 3.3 menggambarkan reliabilitas dengan menggunakan alpha cronbach dari Guilford (Sugiyono, 2012).

Tabel 3.3

Kriteria Koefisien Reliabilitas Instrumen

Nilai Kriteria

< 0.200 Tidak Reliabel 0.200 - 0.400 Kurang Reliabel 0.400 – 0.700 Cukup Reliabel 0.700 – 0.900 Reliabel

> 0.900 Sangat Reliabel

Skala PSS yaitu Perceived Stress Scale yang disusun oleh Cohen dan Williamson (1988) dan digunakan dalam penelitian ini mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi sehingga berada pada koefisien reliabilitas alpha cronbach sebesar 0.78. Dengan nilai koefisien tersebut, peneliti juga tidak merubah apapun dari skala ini baik dari segi bahasa maupun isi untuk pengambilan data, maka peneliti tidak melakukan try-out ulang untuk skala ini.

(27)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

41

Instrumen kebijaksanaan yang akan digunakan oleh peneliti adalah instrumen Three-Dimensional Wisdom Scale (3D-WS) yang telah dicetuskan oleh Monika Ardelt (2003). Adapun kebijaksanaan yang digunakan dalam instrumen ini terbagi menjadi tiga aspek yaitu kognitif, reflektif dan afektif .

Instrumen ini berjumlah 39 butir item, 14 item untuk dimensi kognitif, 12 item untuk dimensi reflektif dan 13 item untuk dimensi afektif yang telah dicantumkan di lampiran III & IV.

a. Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrumen 3D-WS dilakukan dengan dinilai berdasarkan prinsip favorable dan unfavorable yang dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Penyekoran item Three-Dimensional Wisdom Scale (3D-WS)

Aspek Kognitif

Unfavorable Item

1

Semua Item 2

3 4

Aspek Reflektif Favorable Item

4

4, 7 & 13 3

(28)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

42

Aspek Afektif

b. Kategorisasi Skala

Menentukan mean, standar deviasi, skor Z dan skor T yang kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan rumus dua level yang

telah ditetapkan (Ihsan, 2013). Berikut tabel 3.5 adalah kategorisasi skala untuk variabel kebijaksanaan.

Tabel 3.5

Kategorisasi Skala 3D-WS

Kategori Skor

Tinggi T 50

Rendah T < 50

c. Validitas

Instrumen 3D-WS melalui proses uji validitas yaitu dengan metode expert judgement. Ia merupakan penilaian instrumen dari ahli untuk menguji ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam menjalankan fungsi pengukurannya (Azwar, 2013:8)

1 Unfavorable Item

1

1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 11 &

12 2

3 4

Favorable Item 4

3, 4, 5, 6, & 8 3

2 1

Unfavorable Item 1

1, 2, 7, 9, 10, 11 & 12 2

(29)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

43

Adapun expert judgement dari segi bahasa dilakukan oleh Dra, Nurhasanah, M. Ed. Setelah menerjemahkan ketiga instrumen ke dalam bahasa Indonesia, maka secara konstrak dan konsep psikologi dikaji ulang oleh Dra, Herlina, M.Pd., Psi (dosen psikologi pendidikan) dan Sitti Chotijah, M. A., Psi. (dosen psikologi klinis).

d. Reliabilitas

Adapun dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah 3D-WS yaitu Three-Dimensional Wisdom Scale yang dicetuskan oleh Ardelt (2003). Hasil koefisien reliabilitas dengan menggunakan alpha cronbach untuk ketiga-tiga aspek tersebut termasuk tinggi. Untuk aspek kognitif, nilainya sebesar 0.85. Sedangkan untuk aspek reflektif adalah sebesar 0.71, aspek afektif memperoleh nilai 0.72. Dengan nilai koefisien tersebut, peneliti juga tidak merubah apapun dari skala ini baik dari segi bahasa maupun isi untuk pengambilan data, maka peneliti tidak melakukan try-out ulang untuk skala ini.

3. Instrumen Kepuasan hidup: SWLS (Satisfaction with Life Scale) Kepuasan hidup dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen Satisfaction with Life Scale (SWLS) Instrumen yang disusun oleh Pavot dan Diener (1993) ini terdiri dari 5 butir item dan kisi-kisinya dapat dilihat di lampiran III & IV.

a. Penyekoran

(30)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

44

Tabel 3.6

Penyekoran Item Satisfaction with Life Scale (SWLS)

Alternatif Jawaban Favorable

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

b. Kategorisasi Skala

Menentukan mean, standar deviasi, skor Z dan skor T yang kemudian dibuat kategorisasi berdasarkan rumus tiga level yang telah ditetapkan (Ihsan, 2013). Berikut tabel 3.7 adalah kategorisasi skala untuk variabel kepuasan hidup.

Tabel 3.7

Kategorisasi Skala SWLS

Kategori Skor

Tinggi T > 50 + 1 (10)

Sedang 50 - 1 (10) T 50 + 1 (10) Rendah T < 50 - 1 (10)

Keterangan:

(Rata-rata Baku) � = 50

(Standar Deviasi Baku) � = 10

(31)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

45

Untuk instrumen SWLS, peneliti melakukan uji validitas isi yaitu untuk menggali sejauhmana elemen-elemen dalam suatu instrumen itu relevan dan dapat merepresentasi konstrak yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Haynes, Richard & Kubany dalam Azwar, 2013:111).

Adapun dari segi bahasa bertujuan agar dapat dikaji ulang dengan mudah secara konstrak oleh ahli dalam bahasa Indonesia.

Expert judgement dari segi bahasa dilakukan oleh Dra,

Nurhasanah, M. Ed. Setelah menerjemahkan ketiga instrumen ke dalam bahasa Indonesia, maka secara konstrak dan konsep psikologi dikaji ulang oleh Dra, Herlina, M.Pd., Psi (dosen psikologi pendidikan) dan Sitti Chotijah, M. A., Psi. (dosen psikologi klinis).

f. Reliabilitas

Selain PSS dan 3D-WS, penelitian ini juga menggunakan skala SWLS yaitu Satisfaction with Life Scale yang disusun oleh Pavot dan Diener (1993). Hasil koefisien reliabilitas dengan menggunakan alpha cronbach termasuk tinggi yaitu sebesar 0.87. Dengan nilai koefisien tersebut, peneliti juga tidak merubah apapun dari skala ini baik dari segi bahasa maupun isi untuk pengambilan data, maka peneliti tidak melakukan try-out ulang untuk skala ini.

E. Prosedur Pengambilan Data

(32)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

46

memilih hanya satu diantara berbagai alternatif pilihan. Kuesioner tidak diberikan langsung pada subjek penelitian. Namun, peneliti membacakan instruksi dan memberikan penjelasan pada setiap item kepada subjek penelitian sebesar 105 dewasa akhir yang berumur 65 tahun ke atas, beretnis melayu dan warga negara Singapura. Kemudian peneliti mengisi kuesioner sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh subjek.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji perbedaan mean antar kelompok terlebih dahulu yaitu termasuk uji Independent Samples T-test dan uji One-Way ANOVA, serta uji korelasi Pearson Product Moment sebelum melakukan analisis regresi sederhana yang berfungsi untuk menguji peran mediasi (Baron & Kenny, 1986:1176).

Teknik uji statistik independent samples T-test digunakan untuk menganalisis atau membandingkan skor mean dua kelompok yang berbeda pada setiap variabel penelitian. Teknik uji statistik ini digunakan untuk membandingkan skor setiap variabel berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin, pekerjaan dan status pernikahan.

Sedangkan uji one-way ANOVA digunakan untuk menghitung ada atau tidaknya perbedaan mean untuk lebih dari dua kelompok. Dalam penelitian ini, uji one-way ANOVA digunakan untuk mengetahui perbedaan dari kelompok responden berdasarkan pendidikan terakhir dan tempat tinggal.

(33)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

47

[image:33.595.156.485.265.548.2]

dan tidak signifikan, bahkan nol, setelah melewati jalur atau dikendalikan oleh variabel mediator.

Figur 3.2

Model Hubungan Kausalitas Antar Variabel dalam Uji Mediasi (Baron & Kenny, 1986)

Selanjutnya, dilakukan uji koefisien determinasi untuk mengukur seberapa besar nilai kontribusi secara persentase satu variabel terhadap variabel lainnya yaitu dengan rumus sebagai berikut:

KD = � × 100% Variabel

Independen (X)

Variabel Dependen

(Y)

c (sig)

Variabel Independen

(X)

Variabel Dependen

(Y)

Variabel Mediator

(Z)

c (non-sig)

b (sig)

(34)

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

48

Keterangan:

(35)
(36)

83

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini memberikan suatu data baru mengenai stres, kebijaksanaan dan kepuasan hidup dewasa akhir beretnis Melayu di negara Singapura yang disimpulkan sebagai berikut:

1. Dewasa akhir beretnis Melayu di negara Singapura mayoritas memiliki tingkat stres yang sedang atau masih rata-rata.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan untuk skor antara kelompok berdasarkan pendidikan terakhir yang ditempuh dengan tingkat kebijaksanaan yang dimiliki dewasa akhir beretnis Melayu di negara Singapura.

3. Stres dan kepuasan hidup mempunyai hubungan langsung pada dewasa akhir beretnis Melayu di negara Singapura

4. Stres dan kebijaksanaan mempunyai hubungan yang siginifikan

pada dewasa akhir beretnis Melayu di negara Singapura

5. Setelah mengontrol variabel stres, kebijaksanaan dipercayai tidak dapat memediasi antara variabel stres dan kepuasan hidup pada dewasa akhir beretnis Melayu di negara Singapura.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka terdapat saran bagi peneliti selanjutnya, sebagai berikut:

Untuk peneliti selanjutnya:

(37)

83

Sumaiyah Rafi, 2015

PENGARUH STRES TERHADAP KEPUASAN HIDUP DIMEDIASI OLEH KEBIJAKSANAAN PADA

2. Akan lebih baik jika sampel yang diperoleh lebih beragam yaitu berasal dari etnis Cina dan India sehingga tidak hanya berpihak kepada dewasa akhir yang bertenis Melayu.

3. Akan lebih baik jika penelitian selanjutnya yang dilakukan, dapat menggali stres, kebijaksanaan dan kepuasan hidup dengan metode kuantitatif dan juga sekaligus kualitatif agar dapat menggali setiap variabel dengan lebih mendalam. 4. Akan lebih menarik jika diteliti mengenai stress dan

kebijaksanaan sekaligus kepuasan hidup pada remaja maupun dewasa awal. Ini karena seperti yang dijelaskan bahwa usia tidak mejadi penentu dalam kepemilikan faktor kebijaksanaan. 5. Akan lebih baik jika penelitian selanjutnya dapat menggali

lebih banyak aspek dari kebijaksanaan dan bukan hanya dari aspek seperti dalam penelitian ini yaitu kognitif, reflektif dan afektif saja. Ini karena, kebijaksanaan mempunyai aspek yang lebih luas dan mendalam menurut bebrapa tokoh dan bukan

hanya terbatas dengan 3 aspek.

Untuk dewasa akhir di negara Singapura dan pihak yang bertanggungjawab:

1. Akan lebih baik jika dewasa akhir di negara Singapura dapat meningkatkan pendidikan agar dapat juga menunjang dalam peningkatan kebijaksanaan sehingga mampu untuk menurunkan tingkat stres dan meningkatkan pencapaian kepuasan hidup.

(38)
(39)

Referensi

Aldwin, C, Sutton, K, Chiara, G & Spiro, A. (1996). Age differences in Stress, Coping, and Appraisal: Findings from the normative aging study. Journal of Gerontology: Psychological Sciences, Vol. 51B No. 4, 179-188.

Alleyne, M, Alleyne, P & Greenidge, D. (2010). Life Satisfaction and Perceived Stress among University Students in Barbados. Journal of Psychology in Africa, Vol 20 No. 2, 291-298.

Ardelt, M. (1997). Wisdom and Life Satisfaction. Journal of Gerontology, Vol. 52B No. 1, 15-27.

Ardelt, M. (2003). Empirical Assesment of a Three-Dimensional Wisdom Scale. Research on Aging, Vol. 25 No. 3, 275-324.

Ardelt, M. (2000). Antecedents and Effects of Wisdom in Old Age. Research on Aging, Vol. 22 No. 4, 360-394.

Asberg, K. (2000). Perceived Stress, Coping, and Adequacy of Social Support: Implications for Subjective Well-Being in College Students. Unpublished Thesis, University of Central Florida.

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas: Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baars, J, Dohmen, J, Grenier, A & Phillipson, C. (2013). Ageing, Meaning and Social Structure: Connecting Critical and Humanistic Gerontology. UK: Policy Press.

Baltes, P. (2004). Wisdom as Orchestration of Mind and Virtue. Berlin: Max Plank Institute for Human Development.

Baltes, P & Baltes, M. (1990). Successful Aging: Perspectives from the Behavioral Sciences. UK: The European Science Foundation.

Baltes, P & Staudinger, U. (2000). Wisdom: A Metaheuristic (Pragmatic)to Orchestra Mind and Virtue Toward Excellence. American Psychologist, Vol. 55 No. 1, 122-136.

(40)

Beuningen, J. (2012, September). The Satisfaction with Life Scale Examining Construct Validity. Netherlands: The Hague/Heerlen.

Boeninger, D, Shiraishi, R, Aldwin, C & Spiro, A. (2009). Why do Older Men Report Low Stress Ratings? Findings From The Veterans Affairs Normative Aging Study. International Journal Aging and Human Development, Vol. 68(2) 149-170.

Boyd, D & Bee, H. (2006). Life-Span Development. USA: Pearson Education. Inc.

Cercle, A, Gadea, C, Hartmann, A & Lourel, M. (2008). Typology and Factor Analysis of the Perceived Stress Measure by Using the PSS Scale. France: Revue europeenne de psychologie applique Vol 58, 227- 239.

Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Cohen, S & Williamson, G. (1988). Perceived Stress in a Probability Sample

of the United States. Spacapan, S & Oskamp, S. (Eds.) The Social

Psychology of Health. Newbury Park, CA: Sage.

Cohen, S, Evans, G, Stokols, D & Krantz, D. (1986). Behavior, Health, and Environmental Stress. New York: Springer Science & Business Media.

Cohen, S, Kamarck, T & Mermelstein, R. (1983). A Global Measure of Perceived Stress. Journal of Health and Social Behavior, Vol. 24, No. 4, 385-396.

Crain, W. (2011). Theories of Development: Concepts and Applications. USA: Pearson

Cunningham, J & Aldrich, J. (2012). Using SPSS: An Interactive Hands-On Approach. California: SAGE Publications.

Dapaah, K. A & Juan, Q. S. (2014). Life Satisfaction among Elderly Households in Public Rental Housing in Singapore. Health, 6, 1057-1076.

Diener, E, Inglehart, R & Tay, L. (2012). Theory and Validity of Life

Satisfaction Scales. Article in Social Indicators Research, 1-50. doi:

10.1007/s11205-012-0076-y

(41)

Diener, E. (2009). Assessing Well-Being: The Collected Works of Ed Diener. New York: Springer Science & Business Media.

Feldman, F. (2008). Whole Life Satisfaction Concepts of Hapiness. Unpublished Thesis, University of Massachusetts at Amherst.

Frijns, M. (2010). Determinants of Life Satisfaction: A Cross-Regional

Comparison. Thesis, Maastritcht University. Diakses dari:

https://www.academia.edu/1183520/DETERMINANTS_OF_LIFE_SAT ISFACTION

Hamarat, E, Thompson, D, Zabrucky, K, Steele, D, Matheny, K & Aysan, F. (2001). Perceived Stress and Coping Resource Avaibility as Predictor of Life Satisfaction in Young, Middle-Aged, and Older Adults. International journal devoted to the scientific study of the aging process. Vol 27, Issue 2. 181-196.

Hamilton, I. (2011). An Introduction to Gerontology. UK: Cambridge University Press.

Hock, C & Chia A. (2010). Suicide in Singapore. Psychiatry updates 36 (1), 26-29.

Hoyer, W & Roodin, P. (2003). Adult Development and Aging: 5th Edition. New York: Mc Graw-Hill.

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Ihsan, H. (2013). Metode Skala Psikologi: Bahan Ajar Kuliah.

Keng, K, Kwon, J, Kuan, T & Jiuan, T. (2004). Understanding Singaporeans: Values, Lifestyles, Aspirations and Consumption Behaviors. Singapore: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.

Kuan, T, Jiuan, T, & Keng, K. (2010). The well-being of Singaporeans: Values, Lifestyles and Quality of Life. Singapore: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.

Lazarus, R & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer Publishing Company.

(42)

Lim, L & Kua, E. (2011). Living Alone, Loneliness, and Psychological

Well-Being of Older Persons in Singapore. Current Gerontology and

Getriatrics Research, 1-9. doi: 10.1155/2011/673181

Malinauskas, R. (2010). The Associations among Social Support, Stress, and

Life Satisfaction as Perceived by Injured College Atheletes. Social and

Behavior Personality. Vol 38 No. 6, 741-752

Matheny, K, Roque-Tovar, B & Curlette, W. (2008). Perceived Stress, Coping Resources, and Life Satisfaction among U.S. and Mexican College

Students: A Cross-Cultural Study. Anales de Psicologia. Vol. 24. No.1.

49-57.

Ministry of Social and Family Development. (2014). Singapore Social Statistics in Brief. [Brochure]. Thomson Road: Singapore.

Ministry of Social and Family Development. (2009). State of the elderly in

Singapore. Publikasi No 1. 1-27. Diakses dari

http://app.msf.gov.sg/portals/0/Summary/research/State%2520of%2520t he%2520Elderly_Release%25201.pdf

Mustaffa, M & Alkaff, S. (2011). Depression among Elderly. International Conference on Social Science and Humanity. Vol. 5. 420- 423.

National Population and Talent Division. (2014). 2014 Population In Brief.

[Brochure]. Prime Minister’s Office: Singapore.

NUS News Portal. (2012). Depression in Elderly:Prevention is Key. Diakses dari http://newshub.nus.edu.sg/headlines/0612/depression_11Jun12.php

Papalia, D, Olds, S, Feldman, R & Martorell G. (2012). Human Development: Twelfth Edition. New York: Mc-Graw Hill Companies. Inc.

Pavot, W & Diener, E. (1993). Review of the Satisfaction with Life Scale. Psychological Assessment. Vol. 5 No. 2. 164-172.

Pin, T. (2013). Singapore Longitudinal Ageing Studies (SLAS): Psychosocial, lifestyle, behavioral, biomedical determinants of ageing and health outcomes. [Brochure]. Singapore.

Riduwan & Kuncoro, E. (2013). Cara Menggunakan dan Memakai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.

(43)

Sinambela, L. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Untuk Bidang Ilmu Administrasi, Kebijakan Publik, Ekonomi, Sosiologi, Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Singapore Changi General Hospital Health Library Portal. (2015). Elderly: Mental Health. Diakses dari cgh.com.sg

Snyder, C & Lopez, S. (Ed.). (2002). Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press.

Sternberg, R & Jordan, J. (Ed.). (2005). A Handbook of Wisdom: Psychological Perspectives. New York: Cambridge University Press.

Stokols, D & Altman, I. (1987). Handbook of Environmental Psychology. New York: John Wiley & Sons.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Teo, P, Mehta, K, Thang, L & Chan, A. (2006). Ageing in Singapore: Service needs and the state. New York: Routledge Taylor & Francis Group

Tummers, N. (2013). Stress Management: A Wellness Approach. USA: Human Kinetics.

Umar, H. (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan: Paradigma Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah (Edisi 1-2). Jakarta: Rajawali Pers.

Wen, W. (2013). Futures of Ageing in Singapore. Journal of future studies 17(3), 81-102.

WHO Portal. (2015). Definition of an older or elderly person. Diakses dari http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/

Wiramihardja, S. (2005). Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT refika Aditama

Wong, G. (2003). Quality of life of the elderly in Singapore’s multi-racial society. International Journal of Social Economics. Vol. 30 Iss: 3, 302-319.

(44)

Gambar

Figur 3.1
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5 Kategorisasi Skala 3D-WS
+2

Referensi

Dokumen terkait

Nur Ismi Maharani (1000333). Pengaruh dating anxiety dan kesepian terhadap adiksi internet pada dewasa awal lajang di Kota Bandung. Departemen Psikologi Fakultas

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan. © Dian Ayu

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan. © Ridwan Suparman 2015

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Nur Ismi Maharani 2015 Universitas

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan. © Bagus Nurul Akbar 2015

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas.

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas.

Hubungan Personal Fable dan Risk Taking pada Remaja di Kota Bandung.. Skripsi pada Departemen Psikologi UPI Fakultas