• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi pupuk majemuk cair organik dalam memenuhi kebutuhan hara padi (oryza sativa L) sawah 3838

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi pupuk majemuk cair organik dalam memenuhi kebutuhan hara padi (oryza sativa L) sawah 3838"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI PUPUK

MEMENUHI KEBUTU

Untuk mem

guna mempero

Pada Pr

M

PROG

UNIVER

K MAJEMUK CAIR ORGANIK DALA

TUHAN HARA PADI

(

Oryza sativa L.

)

SA

TESIS

emenuhi sebagian persyaratan

eroleh derajat Magister Pertanian

da Program Studi Agronomi

Oleh :

Muhammad Fakhruddin S610907006

OGRAM PASCASARJANA

ERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

LAM

SAWAH

(2)

POTENSI PUPUK

MEMENUHI KEBUTU

Untuk mem

guna mempero

Pada Pr

M

PROG

UNIVER

K MAJEMUK CAIR ORGANIK DALA

TUHAN HARA PADI

(

Oryza sativa L.

)

SA

TESIS

emenuhi sebagian persyaratan

eroleh derajat Magister Pertanian

da Program Studi Agronomi

Oleh :

Muhammad Fakhruddin S610907006

OGRAM PASCASARJANA

ERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

LAM

SAWAH

(3)

POTENSI PUPUK MAJEMUK CAIR ORGANIK DALAM

MEMENUHI KEBUTUHAN HARA PADI

(

Oryza sativa L.

)

SAWAH

Yang dipersiapkan dan disusun oleh Muhammad Fakhruddin

S610907006

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal : ...

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Kedudukan

penguji

Nama Tandatangan Tanggal Ketua Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS

NIP. 19590711984031002 Sekretaris Dr. Ir. Supriyadi, MS

NIP. 195808131985031003 Anggota 1. Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP

NIP.19480426 197609 1001 2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.Si NIP. 19610717 198601 1001

Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Agronomi

(4)

POTENSI PUPUK MAJEMUK CAIR ORGANIK DALAM

MEMENUHI KEBUTUHAN HARA PADI

(

Oryza sativa L.

)

SAWAH

disusun oleh :

Muhammad Fakhruddin

S610907006

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Jabatan Nama Tandatangan Tanggal

Pembimbing Utama

Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP NIP.19480426 197609 1001

Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.Si NIP. 19610717 198601 1001

Mengetahui

Ketua Program Studi Agronomi

Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS.

(5)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Muhammad Fakhruddin NIM : S610907006

Progran Studi : Agronomi

Judul : Potensi Pupuk Majemuk Cair Organik dalam Memenuhi Kebutuhan Hara Padi (Oryza Sativa .L) Sawah.

Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini bener-benar karya saya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan yang semuanya sudah dijelaskan sumbernya.

Demikian pernyataan saya buat, jika di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggungjawab sepenuhnya.

Surakarta, 6 Juli 2010 Yang membuat pernyataan

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya. Sehingga penyusunan tesis dengan judul “ POTENSI PUPUK MAJEMUK CAIR ORGANIK DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN HARA PADI (Oryza sativ L.)

SAWAH”. dapat diselesaikan.

Tersusunnya tesis ini tidak lepas bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat berarti bagi penulis, dengan rasa ikhlas penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1. Direktur Pogram Pascasarjana Universitas Sebelas maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir Supriyono, MS. Selaku Ketua Program Studi Agronomi yang memfasilitasi perijinnan sehingga dapat terlaksana.

3. Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP. Selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis.

4. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MSi. Selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan penulisan tesis

5. Dr. Ir. Supriyadi, MS. Selaku Dewan Penguji Program Studi Agronomi Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Ayah, ibu, istri dan keluarga yang telah memberikan restu dan do’a nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan hasil penelitian ini.

Penyusun telah berupaya maksimal dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan tesis ini semoga dapat bermanfaat.

Surakarta, 6 Juli 2010

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Luas Daun Tanaman Padi pada Beberapa Konsentrasi dan Frekuensi Pemupukan ... 14 Tabel 2. Jumlah anakan Produktif Tanaman Padi pada Beberapa Konsentrasi dan Frekuensi

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Biomassa Tanaman Padi pada umur 110 hst ...14 Gambar 2. Jumlah Anakan Produktif pad umur 90 hst ...15

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Analisis Ragam Luas Daun Tanaman Padi (Oryza sativa) ... 24

Lampiran 2. Analisis Ragam Biomassa Panen Tanaman Padi (Oryza sativa) ... 24

Lampiran 3. Analisis Ragam Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi (Oryza sativa).. 25

Lampiran 4. Analisis Ragam Panjang Malai Tanaman Padi (Oryza sativa) ... 25

Lampiran 5. Analisis Ragam Jumlah Gabah Bernas Per Malai Tanaman Padi ... 26

Lampiran 6. Analisis Ragam Jumlah Gabah hampa Per Malai Tanaman Padi ... 26

Lampiran 7. Analisis Ragam Berat 100 Butir Gabah Tanaman Padi (Oryza sativa) ... 27

Lampiran 8. Tabel 2. Biomassa Padi pada Konsentrasi dan Frekuensi Pemupukan ... 28

Lampiran 9. Tabel 4. Panjang Malai Padi Konsentrasi dan Frekuensi Pemupukan …. 28 Lampiran 10. Tabel 5. Jumlah Gabah Bernas Per Malai pada Konsentrasi dan Frekuensi Pemupukan ……….. 29

Lampiran 11. Tabel 6. Jumlah Gabah Hampa Per Malai pada Konsentrasi dan Frekuensi pemupukan ……….. 29

Lampiran 12. Tabel 7. Berat 100 gabah pada konsentrasi dan frekuensi pemupukan .. 30

Lampiran 13. Diskripsi varietas ciherang ……… 31

Lampiran 14. Diskripsi Pupuk Cair Organik……… 32

Lampiran 15. Denah percobaan ………... 33

(10)

ABSTRAK

Muhammad Fakhruddin. S610907006. 2010. Potensi Pupuk Majemuk Cair Organik dalam Memenuhi Kebutuhan Hara Padi (Oryza sativa L.) Sawah. Komisi Pembimbing 1: Prof.Dr.Ir. Djoko Purnomo, MP; Pembimbing II : Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MSi. Tesis Program Studi Agronomi Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Kelangsungan produktivitas padi terkendala akibat kelangkaan pupuk terutama Nitrogen. Penggunaan pupuk majemuk cair organik memberikan harapan untuk mengatasi hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi dan frekuensi yang tepat dalam Penggunaan pupuk majemuk cair organik tersebut. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap ( RAKL) yang disusun secara split plot. Dua faktor yang diujikan yaitu, Pertama konsentrasi pupuk majemuk cair organik terdiri 5 tingkat yaitu kontrol, 8, 12, 16, 20 ml/l air. Kedua frekuensi pemberian terdiri 3 tingkat yaitu 4, 5 dan 6 kali. Penelitian dilakukan di Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora dan dilaksanakan mulai bulan Februari 2009 hingga Mei 2009 pada jenis tanah grumusol. Variabel penelitian: luas daun, biomassa, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah bernas per malai, jumlah gabah hampa per malai, dan berat 100 biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk cair organik meningkatkan namun untuk beberapa perlakuan menurunkan luas daun padi. Perlakuan yang dicobakan tidak mengubah biomassa, panjang malai, jumlah gabah bernas dan hampa per malai, dan berat 100 biji padi. Pemberian pupuk majemuk cair organik dengan konsentrasi 16 dan 20 ml/l air cenderung meningkatkan jumlah anakan produktif padi.

Kata kunci: Pupuk Organik Cair - Padi

(11)

ABSTRACT

Muhammad Fakhruddin. S610907006. 2010. Potency of The Liquid Multiple Organic Fertilizer for Fulfilling Need of Paddy Nutrition. Commision 1: Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP and commision 2 : Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MSi. Thesis: Agronomy Study Program of Postgraduate Program, University of Sebelas Maret, Surakarta

The sustainability of rice production will be limited by the available fertilizer mainly nitrogen. Liquid ognanic fertilizer (LOF) potencial for handling the problem. The objective of the research is determining about the frequency and concentration of LOF which suitable for paddy. The research was conducted by experiment with randomized completely design (CRD split plot). There are two factors treatment, those are: LOF concentration ( control, 8, 12, 16, 20 ml/l water) and 3 levels of LOF application frequency (4, 5, and 6 times ). The experiment has been conducted at Sumber village, Kradenan district, Blora regency from February until May 2009. The soil type is grumusol and 500 m elevation.The variable of research; the leaf area, biomass, length of panicle, full and empty grain number per panicle, and weight of 100 grains. The yield of the research show that the LOF application significantly different for the leaf area (but several treatment decreasing the leaf area). The biomass, length of panicle, full and empty grain number per panicle, weight of 100 grains, no significantly efect by fertilizer treatment. The LOF concentration 16 and 20 ml/l tend for increasing the number of productive tiller.

(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pupuk merupakan salah satu komponen penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga menentukan kualitas dan kuantitas hasil. Tanaman padi sebagai tanaman pangan utama pada akhir-akhir ini terganggu dengan ketersediaan pupuk terutama N dan P (anorganik) yang tidak menentu. Oleh karena hal tersebut petani mengalami kesulitan dalam menjaga stabilitas produksi sehingga keuntungan yang diharapkan sering tidak tercapai. Ketersediaan terbatas juga mengakibatkan dampak sosial terutama gangguan keamanan didaerah pertanaman padi (penghadangan truk pengangkut pupuk dan unjuk rasa). Di beberapa daerah petani telah mencari alternatif dengan menggunakan pupuk organik namun keberhasilan belum jelas sehingga masih perlu diuji secara ilmiah. Salah satu diantaranya petani Desa Sumber Kec. Kradenan, Kab. Blora yang menggunakan pupuk cair organik dengan bahan tumbuhan dan kotoran hewan sebagai pengganti pupuk anorganik. Jumlah pupuk organik sebagai pengganti pupuk anorganik secara teoritis amat besar dan teknologi penggunaan belum sepenuhnya tersedia. Berdasarkan hal itu penelitian tentang penggunaan pupuk organik sebagai pengganti pupuk anorganik sangat diperlukan.

(13)

B. Perumusan Masalah

Ketersediaan pupuk anorganik yang tidak menentu, terutama urea, akan berdampak terhadap produksi padi yang merupakan sumber pendapatan sebagian besar petani dan sumber pangan utama di Indonesia. Untuk mengatasi masalah tersebut diupayakan pemenuhan nutrisi tanaman (padi) dari berbagai sumber. Salah satu diantara sumber nutrisi adalah bahan organik yang berasal dari limbah ternak difermentasikan sehingga berupa pupuk organik cair. Kandungan nutrisi pupuk organik relativ rendah sehingga harus dicari teknologi agar efisien dan memenuhi ketersediaan nutrisi. Berdasarkan wacana diatas penelitian ini berusaha mencari jawaban atas permasalahan :

1. Apakah pupuk majemuk cair organik dapat memberikan asupan hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi.

2. Berapakah nutrisi tanaman padi yang dibutuhkan dengan mengunakan pupuk majemuk cair berdasar konsentrsi dan frekuensi pemberian.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

1. Dampak positif penggunaan pupuk mejemuk cair organik sebagai pengganti pupuk anorganik pada tanaman padi.

2. Kombinasi konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk majemuk cair organik yang sesuai.

D. Manfaat Penelitian

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pertumbuhan Tanaman Padi Sawah

Tanaman padi secara umum mempunyai tiga fase pertumbuhan yaitu vegetatif, reproduktif, dan pematangan. Setiap fase mempunyai durasi yang berbeda sesuai dengan varietas. Umur tanaman padi rata-rata 110-120 hari, terdiri atas masa vegetatif lebih kurang antara 50-55 hari setelah tanam, dan masa generatif (malai sampai pembungaan) lebih kurang 35 hari, ditambah masa pembungaan sampai dengan pematangan bulir lebih kurang 30 hari. Fase vegetatif terdiri atas masa vegetatif aktif dan vegetatif lambat. Fase vegetatif aktif dimulai dari awal tanam sesuai dengan peningkatan tinggi tanaman dan jumlah anakan. Sedangkan fase vegetatif lambat dimulai dari pembentukan anakan maksimum sampai pembentukan malai. Fase reproduktif atau fase generatif dimulai dengan pembentukan malai sampai pembungaan. Secara umum beberapa varietas padi mengalami fase generatif lebih kurang 35 hari, sedangkan fase pemasakan dan pematangan lebih kurang 30 hari (Vergara,1979).

Tanaman padi adalah tanaman hidrofit sehingga mampu tumbuh dan berkembang dalam keadaan tergenang. Akar memperoleh oksigen dari buluh batang sehubungan adanya jaringan aerenchim yang dapat mendifusi oksigen ke daerah perakaran. Oksigen yang masuk melalui daun berdifusi ke batang hingga akar melewati korteks. Proses tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan akar tanaman. Akar yang berkembang dengan baik menjamin pemenuhan kebutuhan hara.

2. Kebutuhan Nutrisi Tanaman Padi

(15)

pelandaian produktifitas lahan sawah intensif disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: penurunan kualitas laju ketersediaan hara N, P, dan K dalam tanah, penimbunan senyawa-senyawa toksik bagi tanaman, dan ketidak seimbangan penyediaan hara akibat pemberian pupuk yang tidak sesuai kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Penyerapan hara pada padi sawah terbanyak pada fase pembibitan, pertunasan dan primordia bunga sampai berbunga. Penyerapan pupuk terus meningkat dari fase pembibitan sampai berbunga (Ribhan. 1975). Beberapa masalah yang dapat berasosiasi dengan efisiensi pemupukan oleh tanaman anatara lain: 1) keseimbangan hara pada lapisan perakaran, 2) ketersediaan hara bagi tanaman, 3) faktor fisik lahan, 4) varietas atau sifat fisiologi tanaman, 5) kestabilan pupuk itu sendiri didalam sistem tanah dan tanaman.

Penggunaan pupuk yang berlebihan selain tidak efisien ternyata juga dapat mengganggu keseimbangan hara dalam tanah sehingga dapat menurunkan produktifitas lahan dan mempengaruhi hasil padi. Fenomena dilapangan memperlihatkan bahwa setelah pemakaian pupuk secara terus menerus peningkatan produksi sawah sulit diharapkan lagi. Jumlah pupuk urea untuk wilayah Jawa Tengah berdasar kajian Pusat Penelitian Tanaman Pangan Bogor secara umum adalah 250 kg/ha setara dengan 112,5 N/ha (Taslim et al., 1993). Namun fakta dilapangan penggunaan pupuk telah melampui dosis anjuran karena telah mencapai 300 kg/ha bahkan sampai 500 kg/ha urea. Penggunaan pupuk SP36 berdasar anjuran adalah 150 kg/ha dan KCL 100 kg/ha. Berbeda dengan pupuk N, kedua pupuk ini sering diabaikan (tidak diberikan). Oleh karena itu sering terjadi ketidak seimbangan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman padi.

(16)

Intersepsi merupakan pertukaran hara antara tempat tanaman tumbuh dan bulu akar berupa persinggungan antara akar dengan ion hara tanaman. Bulu akar tumbuh menembus pori agregrat tanah dan bersinggungan dengan ion yang ada. Apabila ion berada dalam bentuk tersedia, maka akan terjadi pertukaran ion dan kemudian ion tersebut masuk kedalam akar (Rosmarkam, 2001). Semakin banyak akar yang bersentuhan dengan hara semakin banyak hara yang dapat diserap akar. Mekanisme kedua yaitu aliran massa, dalam hal ini air akan bergerak keakar tanaman akibat transpirasi (Hakim et al., 1986). Aliran massa membawa unsur-unsur hara yang terlarut dalam air. Jumlah hara yang terserap tergantung pada tingkat aliran air atau konsumsi air tanaman dan rata-rata konsentrasi hara dalam air (Yoshida, 1981). Mekanisme yang ketiga yaitu difusi yang terjadi akibat selisih konsentrasi antara lingkungan akar dan sel akar. Konsentrasi hara disekitar akar yang tinggi, hara akan berdifusi kepermukaan akar (Hakim et al., 1986). Perimbangan jumlah hara hidrogen yang diserap dalam bentuk intersepsi, aliran massa dan difusi dari hara tanaman adalah 1:99:0 (Rosmarkam, 2001; Hadjowigeno, 1995). Pengambilan unsur hara dipengaruhi oleh metabolisme tanaman karena berhubungan dengan energi yang dihasilkan (Hakim et al., 1986). Semua faktor yang turut menunjang pernafasan seperti ketersediaan oksigen juga mempengaruhi serapan hara.

(17)

3. Pupuk Organik

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan berlangsung apabila tersedia unsur-unsur hara. Ada 15 unsur hara esensial baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar adalah C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S. Unsur hara mikro yang dibutuhkan dalah jumlah sedikit meliputi Fe, B, MN, Cu, Zn, dan Mo. Unsur hara disebut esensial tersebut berperan dalam proses metabolik tanaman (Ismunadji dan Roechan, 1988).Unsur hara esensial dibutuhkan tanaman dalam komposisi yang seimbang. Kekurangan akan satu atau beberapa unsur hara yang berlangsung secara terus-menerus, dapat menyebabkan tanaman mati. Gejala saat tanaman kekurangan dua atau lebih unsur hara secara bersama-sama, tidak akan mirip dengan saat tanaman kekurangan satu unsur hara (Kant dan Kafkafi, 2003).

Pupuk merupakan salah satu komponen teknologi yang telah terbukti memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi padi. Produktifitas padi di lahan sawah belum optimal, antara lain disebabkan oleh efisiensi pemupukan rendah. Penambahan pupuk NPK secara terus menerus telah mengkibatkan hasil tanaman cenderung turun, terutama pada musim hujan. Fusuo dan Yuxin (2009), Mengemukakan dampak kelebihan Nitrogen terhadap hasil padi di Cina menyebabkan pencemaran lingkungan, Meningkatkan biaya tanam dan memperburuk pemanasan global. Hal ini dimungkinkan karena telah terjadi ketidakseimbangan hara akibat kehilangan melalui hasil panen. Pada saat hasil panen tinggi kehilangan hara juga tinggi, sehingga mempercepat berkurangnya sejumlah hara seperti yang terjadi ketika musim hujan. Sebaliknya pada musim kemarau hasil padi selalu lebih rendah dari musim hujan sehinggga keseimbangan hara realif lebih stabil dan hasil relatif konstan dari musim kemusim.

(18)

tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin dan gibberellin yang terbentuk melalui dekomposisi bahan organik (Brady,1999). Dari hari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dapat meningkatkan produktifitas meningkat antara 0,73 – 1,00 ton padi kering panen setiap hektar apabila dibandingkan dengan produksi tanpa menggunakan pupuk organik.

Pemberian pupuk kandang sampai 1,5 ton/ha, tanpa pupuk meningkatkan kadar N dan P dan Ca dalam jaringan tanaman. Pemberian azolla tiga kali yaitu sebelum tanam dan dua kali setelah tanam atau kombinasi 30 kg N/ha + 3 kg azolla segar/m secara nyata meningkatkan gabah kering. Pada setiap dosis sekam padi pemberian pupuk kandang ayam sampai 30 ton/ha meningkatkan P tersedia dan K tersedia. Pemilihan varietas yang tepat dengan teknik budidaya yang tepat akan dapat meningkatkan produksi.

B. Kerangka Berfikir

Padi merupakan bahan pangan utama penduduk Indonesia. Gangguan pada tanaman padi tidak hanya berdampak pada ketersediaan pangan tetapi juga pada stabilitas politik. Ketersediaan sarana produksi terutama pupuk yang tidak menentu berpotensi mengganggu stabilitas produksi yang berakibat pada ketahanan pangan. Oleh karena itu kendala ketersediaan pupuk harus diatasi, dicari jalan keluar sehingga stabilitas produksi padi tetap terjaga. Pupuk dapat diperoleh melalui penggunaan sumberdaya yang tersedia di lingkungan pertanaman padi. Melalui berbagai proses seperti pengomposan, penggunaan pupuk hijau, dan fermentasi membuktikan bahwa sumberdaya organik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Kandungan hara pada bahan organik per satuan berat bahan relatif rendah. Oleh karena itu untuk mencukupi kebutuhan nutrisi diperlukan jumlah yang amat besar. Hal itu dapat diatasi bila efisiensi absorpsi ditingkatkan setinggi mungkin. Diantara ketiga jenis pupuk organik penggunaan pupuk organik formula cair (telah terfermentasi) berpotensi memiliki taraf efisiensi paling tinggi.

Berdasar kerangka berfikir di atas dapat diajukan beberapa kemungkinan:

(19)

2. Kebutuhan nutrisi tanaman padi menggunakan pupuk majemuk cair terpenuhi bila tepat konsentrasi dan frekuensi pemberian.

C. Hipotesis

Berdasar kajian pustaka, pengamatan visual tanaman petani di daerah penelitian diajukan hipotesis:

1. Penggunaan pupuk mejemuk cair organik dapat digunakan sebagai alternatif pupuk anorganik pada tanaman padi.

(20)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora dengan ketinggian tempat 500 meter dari permukaan laut. Memiliki jenis tanah grumusol pelaksanaan mulai bulan Pebruari 2009 sampai dengan Bulan Mei 2009.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan meliputi

1. Benih tanaman padi ciherang.

2. Lahan sawah yang telah dibagi petak-petak sesuai jumlah perlakuan.

3. Pupuk kompos yang siap untuk diaplikasikan secara merata di lahan penelitian. 4. Pupuk majemuk cair organik.

Alat meliputi :

Cangkul, Traktor, timbangan, oven, gembor, papan penelitian dan papan petak

C. Rancangan Percobaan

1. Perlakuan dan Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) petak terbagi (split plot) yang terdiri atas dua factor. Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk (D) sebagai petak utama (main plot) sebanyak lima taraf dan faktor kedua adalah frekuensi pemberian (F) sebagai anak petak (sub plot) sebanyak tiga taraf. Dengan demikian kedua faktor diatas menghasilkan 15 kombinasi perlakuan, masing-masing diulang tiga kali sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Rincian perlakuan sebagai berikut:.

· Petak utama adalah knsentrasi pupuk terdiri atas: D0: 0 ml/ l air

(21)

· Anak petak adalah frekuensi pemberian terdiri atas: F1: 4x pemberian pada 15, 25, 35, dan 45 hst F2: 5x pemberian pada 12, 20, 28, 36, dan 44 hst F3: 6x pemberian pada 10, 17, 24, 31, 38, dan 45 hst. 2. Penanaman

Sebelum penanaman lahan telah disiapkan, diolah dengan cangkul dan traktor. Setelah lahan percobaan siap tanam kemudian dibuat petakan dengan jarak 30 cm di dalam blok dan jarak 50 cm antar blok. Penanaman padi menggunakan sistem pindah tanam (dari pesemaian ke lahan) yang dilakukan pada umur 14 hari setelah sebar. Tanaman ditanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm sebanyak 3 tanaman tiap lubang. 3. Pelaksanaan tanam meliputi:

a. Pengairan

Selama pertumbuhan vegetatif, kondisi air dalam keadaan macak-macak dan dikondisikan merata untuk seluruh media. Sedangkan pada fase generatif, kondisi air hanya diberikan untuk melembabkan tanah.

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau pertumbuhan terhambat. Bahan penyulaman telah disiapkan sebelumnya berupa bibit yang ditanam diember khusus untuk keperluan itu. Penyulaman dilakukan 2 minggu setelah tanam.

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma yang tumbuh pada lahan secara mekanis (dicabut) kemudian dibuang. Penyiangan dilakukan 2 kali pada umur 3 dan 6 minggu.

d. Pemupukan

Pemupukan diawali dengan pemberian pupuk dasar berupa kompos yang ditaburkan di lahan sebelum tanam. Pemberian pupuk cair sesuai perlakuan (butir 1)

4. Panen

(22)

D. Variabel Pengamatan

Data diperoleh melalui pengamatan secara destruktif maupun non destruktif.

1. Pengamatan secara destruktif dilakukan pada tanaman sampel umur 30, 60, dan 70 hari setelah tanam (hst) berupa luas daun.

(biomassa diperoleh setelah brangkasan dikeringkan (sinar matahari atau oven pada 70°C selama 48 jam) hingga mencapai berat konstan.

Pengukuran biomassa untuk menghitung: luas daun (secara gravimetri) kemudian

dinyatakan dalan indeks luas daun, laju tumbuh tanaman, laju tumbuh tanaman relatif, harga satuan daun, luas daun spesifik dan massa luas daun.

2. Pengamatan non destruktif dilakukan saat panen meliputi: a. Jumlah anakan produktif

Jumlah anakan produktif dihitung dalam satu rumpun pada anakan yang menghasilkan malai.

b. Biomassa

Dihitung/ ditimbang pada saat panen sebelumnya dilakukan penjemuran sampai beratnya konstan. Pengeringan dilakukan dengan dijemur matahari.

c. Panjang malai

Panjang malai dihitung atau ditimbang saat tanaman sudah dipanen dihitung dari 3 sampel tanaman kemudian di rata-rata.

d. Jumlah gabah bernas per malai

Jumlah gabah bernas ditimbang setelah panen dan dipisahkan dengan gabah hampa diambil dari 3 sampel tanaman kemudian di rata-rata.

e. Jumlah gabah hampa per malai

Jumlah gabah hampa ditimbang setelah tanaman dipanen diambil dari 3 sampel tanaman kemudian dirata-rata.

f. Berat 100 butir gabah

(23)

E. Analisis Data

(24)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Luas Daun

Daun merupakan salah satu organ penting tanaman sebagai penyelenggara proses fotosintesis. Cahaya dan CO2 sebagai unsur utama fotosintesis diabsorpsi oleh daun dari

(25)

Tabel.1. Luas daun tanaman padi pada beberapa konsentrasi dan frekuensi pemupukan

Konsentrasi pupuk (ml/l air)

Frekuensi (kali)

4 5 6

0 8 12 16 20 75,07 a 31,63ef 24,73f 53,10abcde 54,53abcde 45,57bcdef 42,23cdef 31,00ef 62,83abc 74,93a 35,53def 62,33abcd 48,93abcdef 71,73ab 45,73bcdef

Keterangan : - 4x : 15 hst, 25 hst, 35 hst, 45 hst - 5x : 12 hst, 20 hst, 28 hst, 36 hst, 44 hst - 6x : 10 hst, 17 hst, 24 hst, 31 hst, 38 hst, 45 hst

- Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

2. Biomassa

Hasil fotosintesis dari daun sebagian digunakan sebagai pembentuk organ tanaman yang tercemin dalam biomassa. Biomassa tanaman padi tidak berbeda nyata dari segi konsentrasi pupuk maupun frekuensi pemupukan. Biomassa tanaman padi terbesar (21,33 g/rumpun) dihasilkan oleh tanaman padi yang dipupuk dengan konsentrasi 16 ml/l air. Biomassa terendah dicapai pada perlakuan 12 ml/l air (15,33 g/rumpun).

(26)

3. Jumlah Anakan Produktif

Jumlah anakan produktif adalah batang padi yang menghasilkan malai. Anakan padi terbentuk pada awal pertumbuhan yang dipengaruhi oleh sifat suatu varietas (faktor genetik). Tanaman padi tanpa pemupukan memiliki anakan produktif paling rendah. Frekuensi penyemprotan air dari tiga kali sampai enam kali menurunkan jumlah anakan produktif. Secara umum tanaman padi dipupuk dengan konsentrasi 12 hingga 20 ml/l air meningkatkan jumlah anakan produktif. Namun terjadi perbedaan dalam hal frekuensi pemberian. Peningkatan frekuensi pemupukan tanaman padi menunjukkan respon negatif terhadap jumlah anakan produktif, ditunjukkan pada pelakuan tanpa pupuk dan 12 ml/l air. Semula jumlah anakan produktif tinggi kemudian turun dan turun. Sebaliknya peningkatan frekuensi pemupukan menunjukkan respon positif terhadap jumlah anakan produktif ditunjukkan pada pemberian 20 ml/l air jumlah anakan poduktif meningkat seiring dengan kenaikan frekuensi (4 s/d 6). Peningkatan jumlah anakan produktif tanaman padi meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi pupuk. Peningkatan jumlah anakan produktif yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi pupuk terjadi pada semua perlakuan kecuali pada perlakuan tanpa pupuk dengan frekuensi 4 kali dan 20 ml/l air dengan frekuensi 4 kali. Jumlah anakan produktif pada perlakuan 16,20 ml/l air ternyata menunjukkan peningkatan yang hampir sama, tetapi lebih tinggi 20 ml/l air (8,83 batang).

(27)

Tabel 2. Jumlah anakan produktif tanaman padi pada beberapa konsentrasi dan frekuensi pemupukan

Konsentrasi pupuk (ml/1 air)

Frekuensi (kali)

4 5 6

0 8 12 16 20 33abc 6,50cde 7,33abc 7,50abc 7,17bcd 5,67de 5,67de 7,00cde 7,33abc 8,33ab 5,50e 6,33cde 6,67cde 8,67ab 8,83a

Keterangan : - 4x : 15 hst, 25 hst, 35 hst, 45 hst - 5x : 12 hst, 20 hst, 28 hst, 36 hst, 44 hst - 6x : 10 hst, 17 hst, 24 hst, 31 hst, 38 hst, 45 hst

- Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

4. Panjang Malai

Anakan produktif menentukan jumlah malai dengan potensi yang ditunjukkan oleh panjangnya. Pemberian pupuk dengan berbagai konsentrasi menghasilkan panjang malai yang relatif sama namun pemberian konsentrasi 12 ml/ l air menghasilkan panjang malai tertinggi (25 cm). Dan panjang malai terendah adalah 21,83 pada perlakuan tanpa pemupukan (Lampiran 4).

5 .Jumlah Gabah Bernas Per Malai

[image:27.595.124.495.164.306.2]
(28)

6. Jumlah Gabah Hampa Per Malai

Pengisian bulir padi masih sangat rendah disebabkan fisiologi dan ekologi berkaitan erat dengan nutrisi asimilat ke bobot bulir karena adanya kompetisi yang kompetitif terhadap asimilat. Perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemupukan terhadap jumlah gabah hampa permalai tidak berbeda nyata. Jumlah gabah hampa permalai tertinggi pada perlakuan konsentrasi pupuk organik cair 20 ml/l air (1,35 gabah). Jumlah gabah hampa terendah pada konsentrasi 12 ml/l air (0,63).

7. Berat 100 Butir Gabah

Berat 100 biji gabah merupakan sifat genetik yang diturunkan induknya mengambarkan besar dan kecilnya ukuran gabah atau bulir, dengan demikian dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang diterima . Perlakuan konsentrasi dan frekuensi ternyata belum mampu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bulir atau biji sehingga bobot 100 biji antar perlakuan yang dicobakan 5 konsentrasi dan 3 frekuensi memiliki hasil yang sama tidak berbeda. Berat Bobot bulir padi 100 biji yang tertinggi pada perlakuan 20 ml/l air (2,75 g) dengan frekuensi enam kali (Lampiran 6). Berat bobot 100 biji rendah 20 ml/l air dengan frekuensi empat kali 2,10 g.

B. Pembahasan

(29)

mengurangi aktifitas saurce yang pada gilirannya mempengaruhi laju fotosintesis per satuan luas daun sedangkan pada usia 70 hari setelah tanam tidak berpengaruh nyata karena pada usia tersebut unsur hara terjadi kompetisi untuk pemasakan bulir gabah. Esensial akan pupuk N, bahwa pupuk nitrogen (N) merupakan input utama dalam produksi padi sawah, karena mineral tanah tidak menyediakan N kecuali dari bahan organik tanah dan adanya fiksasi N atmosfir oleh jazad renik penyemat N yang ada dalam tanah. Hal ini didukung oleh Darajat et al., (1993) bahwa pemberian pupuk nitrogen dalam beberapa tahap yang didasarkan pada kebutuhan tanaman adalah salah satu upaya dalam meningkatkan efisien pemupukan, kalau pemberian pupuk urea lebih dari 3 kali maka pengaruhnya tidak nyata terhadap total serapan nitrogen tanaman dibanding dengan 2-3 kali aplikasi.

Selama hidupnya tanaman membentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian organ tanaman perubahan akumulasi biomassa dengan umur tanaman akan terjadi dan merupakan indikator pertumbuhan tanaman yang paling sering digunakan. Biomassa tanaman meliputi semua bahan tanaman yang secara kasar berasal dari hasil fotosintesis, serapan unsur hara dan air yang diolah melalui proses biosintesis. Perlakuan pemberian berbagai konsentrasi dan frekuensi pupuk organik cair belum mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap biomassa tanaman padi yang dicobakan, hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor yang berpengaruh selama penelitian diantaranya: terjadi stres air sehingga hara tidak mampu terserap secara sempurna oleh akar mengakibatkan terganggunya keserasian hubungan antara saurce dan sink aktifitas saurce diperlukan selama siklus hidup tanaman terutama pada fase vegetatif. Dan aktifitas sink penting bila tanaman sedang dalam fase pembentukan organ – organ yang menghasilkan bunga/ buah (fase generatif)

(30)
(31)

Hasil Perhektar

(32)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan pupuk organik cair sebagai jalan keluar untuk mengatasi kelangkaan pupun N (urea) belum berhasil (hasil biji masih relatif rendah). Pemberian konsentrasi dan frekuensi pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap beberapa variabel yang di cobakan pada penelitian ini meliputi luas daun dengan kombinasi antara 20 ml/l air dan 5 kali pemupukan dan Jumlah anakan produktif (8,8 batang) dengan kombinasi 20 ml/l air dan 6 kali pemupukan. Namun pengaruh tidak nyata pada biomassa terbesar (21,33 g), panjang malai (25,00 cm), jumlah gabah bernas (14,08 g), gabah hampa (1,35 g) dan berat 100 biji (2,75 g).

Saran

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Baligar, U. C and N. K. Fageria.1997. Nutritient Us Effisiency In Acid Soil:Nutrien Management and Plaint Use Effisiensi .(edt) Plant-Soil Intractions at Law Ph .75-95.1997. Brazilian Soil Scierce Sosiety.

Brady, N.C. 1999. The Nature and Properties of soil. Mac millan Pub. Co, New York. Darajat,A. A dan Utami, P. K. 1993. Kebutuhan Hara N Tanaman Padi di Lahan Sawah

Irigasi. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan 111. Puslitbangtan 3: 682 – 689.

Dobermann and Fairhurst, 2000. Future Intensifications of Irrigated Rice Systems. In Redesigning Rice Photosynthesis to Increase yield. International Rice Research Institute. Philippines. P: 229-247.

Fusuo, Z and M. Yuxin. 2009. Improving Nitrogen Fertilizer in Rice by Site-Specific N Management. Agron. J.

Hakim, N., M. N. Hyakpa, A. M. Lubis, S. E. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong dan H. H Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.338 hal. ---, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. 448 hal. Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. 234 hal.

Ismunadji, M. dan S. Roechan. 1988. Hara Mineral Tanaman Padi. Hal 231-269. Dalam. M, Ismunadji , S. Partohardjono, M. Syam, dan A. Widjono (eds), Padi Buku 1. Balai penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Peneitian dan Pengembangan tanaman Pangan Bogor. Bogor.

Kant, S.S and U. Kafkafi. 2003. Impact of Mineral Deficiency Stress (on-line). Faculty of Agriculture The Hebrew University, Israil.

http://www.plantstress.com/Articels/min_diferency_i/impact.htm. diakses tanggal 18

Maret 2007.

(34)

Makarim, A. K., Ponimin, R. Sismiyati, Sutoro, S. Otjim dan A. Hidayat. 1993. Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Pemupukan N pada Padi Sawah Berdasarkan Analisis

Sistem. dalam Simposium penelitian tanaman pangan. Bogor. Bogor: 23-25 Agustus 1993.

Masdar, Kasim, M., Rusman, B., Hakim, N dan Helmi. 2006. Tingkat Hasil dan Komponen Hasil Sistem Intensifikasi Padi (SRI). Tanpa Pupuk Organik Di daerah Curah Hujan

Tinngi. Jurnal-jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol 8 no 2. P. 132.

Neera, G and Geetanjali. 2001. Symbiotov Nitrogen Fixation in Legume Nodulus:Processand Signaling. Agron J. 27: 59-68.

Raechan, S dan M. Ismunadji. 1988. Hara Mineral Tanaman Padi, hal. 231-269. dalam M. Ismunadji, S. Partohardjono, M. Syam dan A. Widjono (edt). Padi Buku 1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. Bogor.

Ribhan, L. 1974. Unsur N dan P Pengambilannya oleh Tanaman Padi pada Bermacam-macam Tingkat Pertumbuhan. Tesis sarjana FP Jit UGM. (unpublished ).

Rosmarkam, A. 2001. Ilmu Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta. 224 hal.

Pramono, J., S. Basuki dan Windarto. 2005. Upaya Peningkatan Produktifitas Padi Sawah Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu. dalam; Stoop, 2000. Agrosains 7 (1). 1-6,2005

Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta.

Taslim, H., S. Partohardjono dan Subandi. 1993. Pemupukan Padi Sawah. Hal 445-479. Padi Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor.

Vergara. 1979. Bercocok Tanam padi. Proyek Prasarana Fisik Bapenas Jakarta. 22/P

Yoshida, S. 1981. Fundamental of Rice Crop Science. International Roce Research Institute (IRRI). Los Banos. Laguna Philiphines.

(35)

Gambar

Tabel 2. Jumlah anakan produktif  tanaman padi  pada beberapa konsentrasi   dan

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian pupuk cair Dharmavit, terutama pada dosis 1 x anjuran memberikan efek yang nyata lebih tinggi terhadap produksi tanaman dibandingkan perlakuan lain tetapi tidak

Berdasarkan penelitian ini, dapat di simulkan sebagai berikut: (1) pemberian pupuk cair hayati tidak memberikan perdedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman,

Hasil sidik ragam Jumlah Anakan Rumpun -1 memperlihatkan bahwa interaksi konsentrasi dan waktu pemberian pupuk organik cair (POC) terhadap jumlah anakan rumpun -1

Perlakuan pemberian Pupuk Organik Cair dengan konsentrasi 15 ml/l + pupuk NPK 50% dosis anjuran cenderung lebih baik mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman padi Ciherang

Pemberian pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap serapan kadar hara, berat kering biomassa tanaman jagung, tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,besar

Perlakuan bentuk pupuk organik berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, luas daun, jumlah anakan padi produktif, panjang malai, berat 1000 gabah, berat kering panen per rumpun,

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk organik cair dan pupuk majemuk memberikan pengaruh nyata pada fase generatif atau hasil

Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik N, P, K akibat pemberian pupuk organik cair berbahan baku eceng gondok terhadap pertumbuhan tanaman padi