• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Pupuk Organik Cair Untuk Mengurangi Dosis Penggunaan Pupuk Anorganik Pada Padi Sawah (Oryza sativa L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Pupuk Organik Cair Untuk Mengurangi Dosis Penggunaan Pupuk Anorganik Pada Padi Sawah (Oryza sativa L.)"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

MENGURANGI DOSIS PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK

PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

YUSEFFA AMILIA

A24069002

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

YUSEFFA AMILIA. Penggunaan Pupuk Organik Cair Untuk

Mengurangi Dosis Penggunaan Pupuk Anorganik Pada Padi

Sawah (Oryza sativa L.) (Dibimbing oleh SUGIYANTA).

Semakin tingginya aplikasi pupuk anorganik tanpa pengembalian bahan organik ke tanah mengakibatkan keseimbangan dan ketersediaan hara tanah terganggu. Tingginya harga pupuk, ketersediaan yang terbatas, dan efisiensi pemupukan yang rendah mengakibatkan pemupukan tidak lagi nyata meningkatkan hasil. Permasalahan tersebut memerlukan penyelesaian terutama berhubungan dengan aplikasi pupuk organik cair untuk meningkatkan ketersediaan, kecukupan, dan efisiensi serapan hara bagi tanaman padi sawah, oleh karena itu pupuk organik cair perlu diuji. Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pengurangan dosis pupuk anorganik dengan aplikasi pupuk organik cair pada padi sawah. Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor pada bulan Oktober 2009 – Februari 2010.

(3)

pada taraf 5%.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik cair (POC I dan POC II) cenderung meningkatkan pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil padi sawah. Aplikasi POC I dengan 75 % - 100% dosis pupuk NPK meningkatkan hasil 22 % - 34 %, sedangkan POC II dengan 100 % dan 50 % dosis NPK meningkatkan 8 % – 14 % hasil. Secara ekonomi aplikasi POC I dan POC II lebih menguntungkan dibandingkan perlakuan kontrol (100 % dosis NPK). Pupuk POC I berpotensi untuk mereduksi penggunaan pupuk NPK sebesar 25 %.

 

 

 

   

 

 

 

 

 

 

 

   

 

 

 

 

(4)

UNTUK MENGURANGI DOSIS PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

Use Of Organik Liquid Fertilizer For Reducing The Dose of Inorganik Fertilizer In Paddy Rice Fields (Oryza sativa L.)

Yuseffa amilia1 and Sugiyanta2

1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB

2Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB

Abstract

Use Of Organik Liquid Fertilizer For Reducing The Dose of Inorganik

Fertilizer Use in Paddy Rice Fields. This research started from Oktober 2009 until

Februari 2010, located in Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat. This research

Used One Faktor Randomize Complete Block Design with three times aplication.

The treatment of liquid organik fertilizer kinds I and II in combination with NPK

fertilizer capable of providing growth and yield of rice which is bigger then not

significantly with just the NPK treatment. Eventough, several liquid organik fertilizer

treatment agronomicaly efectif. It is means, organik liquid fertilizer can increase the

paddy yield, eventhough not statistic significantly and potential to reduce the dosis of

NPK anorganik fertilizer.

Keywords: liquid organik fertilizer, fertilizer, paddy, growth,

(5)

MENGURANGI DOSIS PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK

PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

YUSEFFA AMILIA

A24069002

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

MENGURANGI DOSIS PENGGUNAAN PUPUK

ANORGANIK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

Nama

YUSEFFA AMILIA

NIM

A24069002

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sugiyanta, MSi. NIP 19630115 198811 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP 19611101 198703 1 003

(7)

Penulis dilahirkan di Metro, Propinsi Lampung pada tanggal 9 September 1988. Penulis merupakan anak sulung dari Bapak Holfa dan Ibu Aminah.

Tahun 2000 penulis lulus dari SD Negeri 1 Hadimulyo Timur, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTP N 6 Metro. Selanjutnya penulis diterima di SMAN 3 Metro dan lulus pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui jalur SPMB. Tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

(8)

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penelitian penggunaan pupuk organik cair untuk mengurangi dosis penggunaan pupuk anorganik pada padi sawah (Oryza sativa L.) dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mengetahui pengaruh pengurangan dosis pupuk anorganik dengan aplikasi pupuk organik cair pada padi sawah. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teknisi lapang yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Kepada kedua orangtua yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materil, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung dalam pembuatan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.

(9)

Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang atas kasih dan sayang-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah bagi junjungan Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya. Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan segenap ketulusan, penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga tersayang mama, papa, Pia, Mica, dan Dody tercinta atas doa, kasih sayang, dan dukungan tiada henti kepada penulis.

2. Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan , saran, arahan, dan dukungan kepada penulis. 3. Ir. Heni Purnamawati, M.Sc. Agr dan Dr. Ir. Ahmad Junaedi, M.Si sebagai

dosen penguji yang telah mengevaluasi hasil penelitian penulis skripsi ini. 4. Dr. Ir. Eny Widajati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Keluarga Mang Heri serta Keluarga Besar Sawah Baru atas bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian di lapang.

6. Pak Agus, Pak Joko, dan Pak Rahmat atas bantuannya selama penulis menggunakan laboratorium.

7. Elfa, Zaenal, Doyok, Resti, Rani, Mar’ah, Prama, Dita, Endang, Shofura’s crew, Mbak Hida, Mbak Rina, Mbak Achie, dan Mbak Isna serta pihak-pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama penelitian ini berlangsung.

8. Sabti dan Irman sebagai rekan penelitian yang telah berbagi suka dan duka.

9. Rekan-rekan AGH’ 43, AGH’ 44, Kimia’ 43 atas persahabatan dan kebersamaannya.

Semoga segala dukungan dan bantuan baik moril maupun materi yang telah diberikan mendapat balasan yang sebaik-baiknya.

Bogor, April 2011

(10)

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Pupuk dan Pemupukan ... 4

Unsur Hara dalam Tanaman ... 5

Mekanisme Pupuk Akar dan Daun ... 7

BAHAN DAN METODE ... 9

Tempat dan Waktu ... 9

Alat dan Bahan ... 9

Metode Penelitian ... 10

Pelaksanaan Penelitian ... 11

Pengamatan ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Kondisi Umum ... 14

Analisis Kandungan Hara Tanah ... 14

Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam ... 15

Pertumbuhan Tanaman ... 17

Tinggi Tanaman ... 17

Jumlah Anakan ... 18

Bagan Warna Daun ... 19

Bobot Kering Tajuk dan Akar serta Volume Akar ... 20

Hasil dan Komponen Hasil ... 21

Hasil/Rumpun dan Dugaan Hasil/Ha ... 23

Peningkatan Hasil ... 25

Analisis Usaha Tani ... 25

Pembahasan ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

Kesimpulan ... 31

Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(11)

Nomor Halaman 1. Analisis Mutu Pupuk Organik Cair I dan II ... 10 2. Hasil Analisis Hara Tanah Sebelum dan Setelah Penelitian ... 15 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Aplikasi Pupuk Organik Cair

terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah ... 16 4. Pengaruh Pupuk Organik Cair I dan II terhadap

Tinggi Tanaman Padi Sawah ... 17 5. Pengaruh Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Jumlah

Anakan Padi Sawah ... 19 6. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair I dan II pada Bagan

Warna Daun Padi Sawah... 20 7. Rataan Nilai Bobot Kering Tajuk dan Akar serta Volume Akar

Tanaman Padi Sawah pada Perlakuan Pupuk Organik Cair I dan II ... 21 8. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair I dan II terhadap

Komponen Hasil Tanaman Padi Sawah ... 22 9. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik CairI dan II terhadap

(12)

Nomor Halaman 1. Nilai Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering

(13)

Nomor Halaman

1. Data Iklim Bulan Oktober 2009-Januari 2010 ... 35

2. Deskripsi Varietas Way Apo Buru ... 36

3. Denah Petak Percobaan ... 37

4. Keragaan Tanaman Tiap Perlakuan pada 11 MST ... 38

5. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Tinggi Tanaman saat 3 MST ... 39

6. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Tinggi Tanaman saat 4 MST ... 39

7. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Tinggi Tanaman saat 6 MST ... 39

8. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Tinggi Tanaman saat 7 MST ... 39

9. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Tinggi Tanaman saat 8 MST ... 40

10. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Tinggi Tanaman saat 9 MST ... 40

11. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Tinggi Tanaman saat 10 MST ... 40

12. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Jumlah Anakan saat 3 MST ... 40

13. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Jumlah Anakan saat 4 MST ... 41

14. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Jumlah Anakan saat 5 MST ... 41

15. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Jumlah Anakan saat 6 MST ... 41

16. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Jumlah Anakan saat 7 MST ... 41

17. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Jumlah Anakan saat 8 MST ... 42

18. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Jumlah Anakan saat 9 MST ... 42

(14)

dengan NPK terhadap Bagan Warna Daun saat 3 MST ... 42 21. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Bagan Warna Daun saat 4 MST ... 43 22. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Bagan Warna Daun saat 5 MST ... 43 23. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Bagan Warna Daun saat 6 MST ... 43 24. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Bagan Warna Daun saat 7 MST ... 43 25. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Bagan Warna Daun saat 8 MST ... 44 26. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Bagan Warna Daun saat 9 MST ... 44 27. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Bagan Warna Daun saat 10 MST ... 44 28. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Jumlah Anakan Produktif ... 44 29. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Bobot Basah Tanaman ... 45 30. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Bobot Kering Tanaman ... 45 31. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Panjang Malai ... 45 32. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Jumlah Gabah/Malai ... 45 33. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Gabah Kering Panen ... 46 34. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Gabah Kering Giling ... 46 35. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Persentase Gabah Hampa ... 46 36. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Bobot Kering Tajuk ... 46 37. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

dengan NPK terhadap Volume Akar ... 47 38. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi merupakan komoditas tanaman paling penting di Indonesia. Data

Badan Pusat Statistik, (2010) menunjukkan bahwa produktivitas padi Indonesia

tahun 2010 sebesar 50.14 ku/ha dengan luas panen 13 244 184 ha dan produksi

padi nasional yang didapat 66 411 469 ton. Jika dibandingkan dengan tahun 2009

terjadi kenaikan produktivitas 0.3 % dari 49.99 ku/ha menjadi 50.14 ku/ha.

Departemen Pertanian menargetkan produksi padi tahun 2011 sebanyak 67.31 juta

ton gabah kering giling (GKG) setara 38.05 juta ton beras untuk memenuhi

konsumsi beras nasional yang mencapai 125 kg per kapita per tahunnya (Kompas,

2010).  

Negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia yang secara

tradisional, kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya bertumpu pada pertanian atau

memperoleh inspirasi dari pertanian, maka pembangunan ekonomi harus

bertumpu pada pertanian. Industrialisasi tidak mungkin berhasil apabila pertanian

tidak lebih dulu dimajukan dan didinamisasikan (Sutanto, 2002). Kegiatan

pertanian konvensional yang hanya berorientasi pada pemaksimalan hasil dengan

mengandalkan bahan kimia berupa pupuk dan pestisida secara terus menerus,

mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan (tanah subur, udara bersih, dan

ekosistem alami) dan menurunkan produktivitas padi nasional.

Sejak revolusi hijau dikembangkan dan diadopsi dalam budidaya padi

sawah, terjadi perubahan besar terhadap teknologi pertanian secara umum di

negara berkembang. Revolusi hijau melahirkan varietas berdaya hasil tinggi yang

responsif terhadap pemupukan dosis tinggi sehingga menuntut aplikasi pupuk

anorganik berlebih pada padi sawah. Akibat negatif dari revolusi hijau dengan

tingginya penggunaan pupuk anorganik adalah timbulnya berbagai masalah

seperti leveling off (kelandaian peningkatan produktivitas), rendahnya keuntungan

petani karena tingkat biaya input tinggi, masalah-masalah lingkungan, dan

kesehatan serta ketidakseimbangan hara dan penyakit (Minami, 1997). Akibat lain

adalah tidak diaplikasikannya pupuk organik yang menyebabkan kerusakan fisik,

(16)

dalam mengurangi aplikasi pupuk anorganik yang berlebihan dikarenakan adanya

bahan organik yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.

Darmawan (2005) menyatakan pemupukan yang salah dapat mengakibatkan

inefisiensi pada proses produksi.

Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi

aplikasi pupuk anorganik yang berlebihan dikarenakan adanya bahan organik

yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan

terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase,

meningkatkan ikatan antar partikel, meningkatkan kapasitas menahan air,

mencegah erosi dan longsor, dan merevitalisasi daya olah tanah. Fungsi pupuk

organik terhadap sifat kimia yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation,

meningkatkan ketersediaan unsur hara, dan meningkatkan proses pelapukan bahan

mineral. Adapun terhadap sifat biologi yaitu menjadikan sumber makanan bagi

mikroorganisme tanah seperti fungi, bakteri, serta mikroorganisme

menguntungkan lainnya, sehingga perkembangannya menjadi lebih cepat

(Hadisuwito, 2008). Pupuk organik disamping dapat menyuplai hara NPK, juga

dapat menyediakan unsur hara mikro sehingga dapat mencegah kahat unsur mikro

pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan

pemupukan yang kurang seimbang.

Semakin tingginya aplikasi pupuk anorganik tanpa pengembalian bahan

organik ke tanah mengakibatkan keseimbangan dan ketersediaan hara tanah

terganggu. Tingginya harga pupuk dengan ketersediaan yang terbatas dan efisiensi

pemupukan yang rendah mengakibatkan pemupukan tidak lagi nyata

meningkatkan hasil. Pupuk organik cair merupakan salah satu alternatif untuk

meningkatkan ketersediaan, kecukupan, dan efisiensi serapan hara bagi tanaman

padi sawah. Pengaruh pupuk cair terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah

telah banyak diteliti, tetapi pupuk organik cair masih terbatas. Oleh karena itu

penelitian pengaruh pupuk organik cair pada padi sawah masih dianggap penting.

Salah satu hasil yang sangat diharapkan dari penelitian ini adalah potensi pupuk

(17)

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pengurangan dosis

pupuk anorganik dengan aplikasi pupuk organik cair pada pertumbuhan dan hasil

padi sawah.

Hipotesis

Aplikasi pupuk organik mampu mengurangi dosis aplikasi pupuk

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk dan Pemupukan

Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan

unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan

mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dengan penambahan dan

pengembalian zat-zat hara secara buatan diperlukan agar produksi tanaman tetap

normal atau meningkat. Tujuan penambahan zat-zat hara tersebut memungkinkan

tercapainya keseimbangan antara unsur-unsur hara yang hilang baik yang

terangkut oleh panen, erosi, dan pencucian lainnya. Tindakan

pengembalian/penambahan zat-zat hara ke dalam tanah ini disebut pemupukan.

Jenis pupuk yang digunakan harus sesuai kebutuhan, sehingga diperlukan metode

diagnosis yang benar agar unsur hara yang ditambahkan hanya yang dibutuhkan

oleh tanaman dan yang kurang didalam tanah (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Konsentrasi, waktu, dan cara pemberian harus tepat agar tidak merugikan dan

tidak merusak lingkungan akibat kelebihan konsentrasi serta waktu dan cara

aplikasinya.

Pupuk digolongkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk

anorganik. Pupuk dapat berbeda pengertiannya sesuai dengan cakupan luasannya.

Menurut jumlah unsur haranya pupuk dibedakan menjadi pupuk tunggal dan

majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang digunakan untuk menyuplai satu

jenis hara, sekalipun di dalamnya terdapat beberapa hara lainnya sebagai ikatan,

sedangkan pupuk majemuk merupakan kombinasi campuran secara fisik atau

formulasi pupuk (dua atau lebih pupuk tunggal) untuk memasok dua atau lebih

unsur hara sekaligus (Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2002).

Menurut cara aplikasinya pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu pupuk daun

dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada daun tanaman,

sedangkan pupuk akar diserap lewat akar dengan cara penebaran di tanah

(Novizan, 2001).

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri

atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui

(19)

untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah (Balai Besar Litbang

Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006).

Unsur Hara Dalam Tanaman

Menurut Siregar (1981), unsur hara yang mempunyai peranan penting

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi yaitu N, P, dan K. Kandungan

N pada pupuk urea (CO(NH2)2) sebanyak 46 %. Urea dapat langsung

dimanfaatkan tanaman, tetapi umumnya di dalam tanah akan diubah menjadi

ammonium dan nitrat melalui proses amonifikasi dan nitrifikasi oleh bakteri tanah

(Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Suyamto (2010) menambahkan, tanaman padi

menyerap amonium 5-20 kali lebih cepat dibandingkan dengan nitrat. Peranan

unsur N dalam tanaman yang terpenting adalah sebagai penyusun atau sebagai

bahan dasar protein dan pembentukan khlorofil karena itu N mempunyai fungsi

membuat bagian-bagian tanaman menjadi lebih hijau, banyak mengandung

butir-butir hijau dan yang terpenting dalam proses fotosintesis, mempercepat

pertumbuhan tanaman yang dalam hal ini menambah tinggi tanaman dan jumlah

anakan, menambah ukuran daun dan besar gabah serta memperbaiki kualitas

tanaman dan gabah, menambah kadar protein beras, meningkatkan jumlah gabah

dan persentase jumlah gabah isi, menyediakan bahan makanan bagi mikrobia

(jasad-jasad renik yang bekerja menghancurkan bahan-bahan organik di dalam

tanah) (Dobermann and Fairhust, 2000). Kekurangan nitrogen akan menimbulkan

gejala pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek

dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati. Khlorosis di daun tua dan

semakin parah akan terjadi juga pada daun muda. Unsur N pada tanaman padi

diperlukan dalam jumlah banyak pada awal dan pertengahan fase anakan untuk

memaksimalkan jumlah malai (Suyamto, 2010).

Selain N, tanaman juga membutuhkan unsur P dan K dalam jumlah

banyak. Menurut Dobermann and Fairhust (2000) peranan utama unsur fosfor

dalam tanaman untuk pembentukan karbohidrat dan efisiensi mekanisme aktivitas

khloroplas serta dalam aktivitas metabolisme. Fosfor berguna untuk merangsang

pertumbuhan akar, pertumbuhan tanaman, mempercepat pemasakan sehingga

(20)

mendukung pembentukan bunga dan biji. Kekurangan unsur P pada tanaman padi

sawah dapat mengurangi jumlah anakan, batang yang tipis, kurus, dan

terhambat. Jumlah malai dan gabah per malai juga berkurang, daun muda tampak

sehat tetapi lebih tua kemudian berubah menjadi cokelat dan mati. Pematangan

terhambat, persentase gabah hampa yang tinggi, dan bobot 1000 butir rendah

dengan kualitas biji yang buruk serta tidak ada tanggapan untuk aplikasi mineral

N (Dobermann and Fairhust, 2000). Unsur P diserap maksimal pada fase

berbunga (Suyamto, 2010).

Tidak seperti N dan P, unsur K tidak berpengaruh terhadap jumlah

anakan. Kalium meningkatkan jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, dan

bobot 1000 butir serta meningkatkan toleransi tanaman padi terhadap kondisi

iklim yang merugikan dan serangan hama dan penyakit (Dobermann and Fairhust,

2000). Unsur K berfungsi membantu aktivitas enzim dalam membuka dan

menutup stomata dan kekurangan K dapat menghambat translokasi karbohidrat

dan metabolisme nitrogen.

Selain unsur makro, tanaman padi sawah juga memerlukan unsur mikro.

Peranan unsur Ca dalam tanaman sebagai penguat dinding sel, mendorong

perkembangan akar, memperbaiki vigor tanaman dan kekuatan daun, berperan

dalam perpanjangan sel, sintesis protein dan pembelahan sel (Leiwakabessy dan

Sutandi, 2004). Magnesium merupakan bagian dari khlorofil yang berfungsi

dalam proses fotosintesis, terlibat dalam pembentukan gula, mengatur serapan

unsur hara yang lain, sebagai carrier fosfat dalam tanaman, translokasi

karbohidrat, dan aktivator dari beberapa enzim transforforilase, dehidrogenase,

dan karboksilase (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Sulfur merupakan bagian

dari asam amino termasuk metionin, sistin, dan sistein. Belerang sangat penting

dalam sintesis minyak pada tumbuhan (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Tanaman mengambil besi dalam bentuk Fe2+, Fe3+, dan NaFeEDTA.

Peranan Fe dalam tanaman yaitu mempertahankan khlorofil dalam daun,

merupakan bagian penting dari hemaglobin, sebagai protein ferredoxin dalam

metabolisme seperti fiksasi N2, fotosintesis, dan transfer elektron dalam

khloroplas tanaman. Mangan berperan dalam proses reduksi dan oksidasi,

(21)

dalam reaksi tanaman. Tembaga berfungsi untuk mencegah perubahan dalam

khlorofil dan berperan penting dalam mengoksidasi enzim.

Mekanisme Pupuk Akar dan Daun

Akar merupakan organ non fotosintetik pada tanaman. Proses penyerapan

hara dari permukaan akar ke dalam tanaman merupakan mekanisme yang

kompleks menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004). Masuknya ion ke dalam

akar terjadi melalui 3 macam mekanisme yaitu pertukaran ion, difusi, dan melalui

kegiatan carrier atau senyawa–senyawa metabolik pengikat ion. Mekanisme

pertukaran ion merupakan mekanisme yang pasif. Suyamto (2010) menyatakan

bahwa serapan hara melalui mekanisme ini terjadi akibat kontak antara

permukaan akar dan koloid tanah. Difusi merupakan mekanisme transpor aktif

dan merupakan transpor masuknya ion ke dalam outer space/free space (ruang

luar dari akar) yaitu pada dinding epidermis dan sel korteks dari akar dan dalam

film air yang melapisi rongga interseluler terjadinya proses difusi dikarenakan

akibat perbedaan konsentrasi antara permukaan air dan larutan tanah. Mekanisme

yang ketiga yaitu kegiatan carrier merupakan transport aktif yang terjadi dalam

inner space. Transport ini sifatnya selektif dalam absorbs ion dengan demikian

melalui mekanisme ini, tanaman sebenarnya memiliki kemampuan untuk memilih

unsur yang dibutuhkan dan yang berbahaya dapat disaring untuk tidak masuk ke

dalam tanaman.

Mekanisme pengambilan unsur hara melalui daun terjadi karena adanya

difusi dan osmosis melalui lubang stomata, sehinggga mekanismenya

berhubungan dengan membuka dan menutupnya stomata. Membukanya stomata

merupakan proses mekanis yang diatur oleh tekanan turgor melalui sel-sel

penutup sedangkan tekanan turgor sendiri berbanding langsung dengan

kandungan karbon dioksida dari ruang di bawah stomata. Meningkatnya tekanan

turgor akan membuka lubang stomata, dan pada saat itu unsur hara akan berdifusi

ke dalam stomata bersamaan dengan air (Setyamidjaja, 1986). Bentuk stomata

tanaman padi sawah seperti halter, dinding sel penutup bagian tengahnya tebal,

bagian tersebut merupakan penopang pada halter. Masing-masing ujung dinding

(22)

Tanaman padi sawah memiliki bulu halus dan kandungan unsur Si yang diduga

menyebabkan sulitnya penyerapan pupuk daun. Letak stomata tanaman umumnya

(23)

BAHAN DAN METODE

 

Tempat dan Waktu

Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat,

Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 – Februari

2010. Analisis tanah dilakukan di SEAMEO Biotrop, Bogor. Analisis pupuk

dilakukan di Balai Besar Sumber Daya Lahan, Bogor. Pengukuran biomassa di

lakukan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura.

Pengamatan persentase gabah hampa diamati di Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seperangkat alat budidaya,

knapsack sprayer, neraca digital, meteran, Bagan Warna Daun (BWD), oven,

kantong plastik, kantong kertas, bor tanah, gelas ukur, threeser, dan blower

separator. Dokumentasi selama penelitian dilampirkan pada Lampiran 4.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas

Way Apoburu, pupuk anorganik (Urea, SP-18, KCl), pupuk organik cair yang

diaplikasikan ke daun (POC I) dan pupuk organik cair yang diaplikasikan ke tanah

(POC II). Pupuk organik cair daun merupakan pupuk dengan kandungan unsur

hara yang lengkap dan mudah tersedia. Pupuk tersebut diaplikasikan melalui tajuk

sehingga diduga lebih efektif dan efisien karena tidak terdapat kehilangan. Pupuk

ini merupakan pupuk pelengkap cair yang yang dilengkapi dengan berbagai

macam unsur hara makro, mikro, hormon, zat pembasah, vitamin, dan mineral.

Pupuk organik cair I diaplikasikan pada tanaman padi sawah dengan

penyemprotan melalui daun. Pada Tabel 1, pupuk organik cair (POC I) memiliki

kandungan unsur makro (N, P, dan K) yang lebih tinggi dibandingkan kandungan

pada POC II. Kandungan N pada pupuk organik cair I berperan dalam

meningkatkan tinggi tanaman dan kandungan khlorofil daun padi sawah.

Pupuk organik cair II merupakan pupuk yang diaplikasikan ke tanah.

(24)

mikroba dalam tanah. POC II memiliki kandungan unsur mikro yang lebih tinggi

dibandingkan POC I. Secara rinci analisis pupuk tersebut disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Mutu Pupuk Organik Cair I dan II

Nama Unsur Kandungan POC I POC II

N (%) 3.68 1.93

P2O5 (%) 0.82 0.2

K2O (%) 1.32 -

C Organik (%) 6.38 8.25

C/N 1.73 1.93

Fe (ppm) 46 -

B (ppm) 91 -

Mn (ppm) 0.2 262

Zn (ppm) 44 112

Mo (ppm) Ttd 0.8

Cu (ppm) 114 0.2

Co (ppm) Ttd 0.8

Hg (ppm) Ttd 0.04

Pb (ppm) Ttd 0

Cd (ppm) 0.1 0.39

As (ppm) 0.01 2.08

E. coli Negatif Negatif

Salmonella Negatif Negatif

pH - 4.9

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap

Teracak (RKLT) satu faktor dengan tiga ulangan. Masing-masing perlakuan

merupakan kombinasi dosis dan jenis pupuk. Dalam Percobaan ini terdapat 11

kombinasi perlakuan yaitu perlakuan 100 % dosis NPK (P1), perlakuan 100 %

dosis NPK + 50 % dosis POC I (P2), perlakuan 100 % dosis NPK + 75 % dosis

POC I (P3), perlakuan 100 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P4), perlakuan 75

% dosis NPK + 100 % dosis POC I (P5), perlakuan 50 % dosis NPK + 100 %

dosis POC I (P6), perlakuan 100 % dosis NPK + 50 % dosis POC II (P7),

perlakuan 100 % dosis NPK + 75 % dosis POC II (P8), perlakuan 100 % dosis

NPK + 100 % dosis POC II (P9), perlakuan 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC

(25)

Dosis anjuran POC I yaitu 1 l/ha. POC I diaplikasikan dengan

menyemprotkan pada tajuk tanaman padi sawah pada saat tanaman berumur 2 dan

4 MST (minggu setelah tanam). Dosis anjuran POC II yaitu 6 l/ha yang

diaplikasikan pada tanah petak percobaan pada 3 hari sebelum tanam (HST), 1, 2,

3, dan 4 MST. Volume semprot yang digunakan adalah 500 l/ha. Masing-masing

perlakuan diulang tiga kali sehingga percobaan ini terdiri dari 33 satuan

percobaan. Petak satuan percobaan berukuran 5m x 5m. Denah tata letak

percobaan disajikan pada Lampiran 3. Model linear aditif yang digunakan dalam

percobaan ini adalah :

Yij = µ + αi + βj + εij

Yij = hasil pengamatan pada perlakuan pemupukan ke-i dan kelompok ke-j

µ = rataan umum

αi = pengaruh perlakuan pemupukan ke-i

βj = pengaruh kelompok ke-j

εij = pengaruh acak pada perlakuan pemupukan ke-i dan kelompok ke-j

i = 1, 2,....,11

j = 1, 2, 3

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang diuji, dilakukan

analisis Ragam (uji F), jika hasil uji F menunjukkan pengaruh nyata pada taraf

5 % maka dilakukan uji lanjut t-Dunnet.

Pelaksanaan Penelitian

Sebelum disemai, benih padi direndam dalam air selama 24 jam kemudian

diperam karung goni basah selama 2 hari sampai muncul bintik putih (radikula).

Benih padi disemai pada lahan ukuran 4 m2. Pengolahan tanah dilakukan dua

minggu sebelum penanaman. Pematang sawah diperbaiki dan ditinggikan. Tanah

direndam selama seminggu kemudian dibajak. Tanah dibajak secara tradisonal

menggunakan kerbau dan tenaga manusia.

Penanaman dilakukan dengan bibit berumur 9 hari setelah sebar,

penyulaman dilakukan pada 1 minggu setelah tanam (MST) dengan umur bibit

yang sama. POC I diberikan pada 2 minggu setelah tanam (MST) dan 4 MST

(26)

sebelum tanam, 7, 14, 21, dan 28 HST pada tanah. Pupuk cair tersebut

disemprotkan dengan menggunakan knapsack sprayer. Aplikasi pupuk SP-18,

KCl, dan urea 30% pada 1 MST, 40% urea pada 4 MST, dan 30% urea pada 6

MST, aplikasi pupuk tunggal tersebut disebar pada tiap petakan sesuai dosis

perlakuan. Penyiangan dilakukan dengan cara pencabutan gulma secara manual

pada saat tanaman berumur 28 HST, 35 HST, dan 55 HST.

Hama yang menyerang tanaman berumur 0-3 MST adalah keong,

belalang, dan ulat. Hama belalang dan ulat tidak terlalu tinggi tingkat

serangannya. Hama keong diambil secara manual dan diberikan batang ubi kayu

pada pinggiran petakan. Pemanenan dilakukan ketika 90-95% gabah menguning.

Pemanenan dilakukan dengan alat sabit tajam dengan cara potong atas.

Pengamatan

 

Pengamatan yang dilakukan meliputi :

1. Analisis hara tanah

Peubah yang diamati yaitu pH, N-Total, P, K, C-organik, dan C/N rasio

yang dilakukan sebelum dan setelah pengujian. Analisis tanah pada awal

penelitian dilakukan dengan menganalisis sampel tanah secara komposit dari 33

petak percobaan. Pada akhir penelitian sampel tanah diambil lagi pada

masing-masing petak perlakuan dan dilakukan komposit per ulangan, untuk perlakuan

POC I yang diaplikasikan ke daun, sampel tanah diambil secara komposit karena

diduga tidak ada pengaruh berarti pada tanah.

2. PengamatanVegetatif

Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh dari masing-masing

petakan, diamati setiap minggu dimulai sejak 3 MST sampai heading (keluar

malai).

Pengamatan vegetatif yang diamati yaitu

1. Tinggi tanaman : diukur dari permukaan tanah sampai dengan daun

tertinggi.

2. Jumlah anakan

3. Bagan Warna Daun (BWD) : dicocokkan skala warna pada BWD dengan

(27)

3. Pengamatan Biomassa

Bobot kering akar dan tajuk serta volume akar diambil pada saat tanaman

berumur 8 MST (pada masa pertumbuhan maksimum). Pengamatan ini dilakukan

pada 2 tanaman/petak. Biomassa diukur dengan menimbang bagian tajuk tanaman

dan akar setelah dikeringkan dengan oven pada suhu 105°C selama 1 hari.

Volume akar : diukur dari selisih volume air dalam gelas ukur sesudah akar

dimasukkan dengan volume awalnya.

4. Komponen Hasil dan Hasil

Pengamatan hasil dan komponen hasil dimulai pada saat panen. Peubah

yang diamati dari petakan dengan lima tanaman contoh adalah :

1. Panjang malai, diukur dari buku terakhir malai sampai dengan ujung

malai.

2. Jumlah gabah/malai, dilakukan dengan menghitung jumlah gabah dari 5

malai/rumpun.

3. Jumlah anakan produktif/rumpun, dilakukan dengan menghitung jumlah

anakan yang bermalai.

4. Hasil gabah/rumpun, diperoleh dengan menimbang seluruh gabah dari

masing-masing tanaman contoh.

5. Bobot 1000 butir gabah, bobot ini diperoleh dengan menimbang 1000

gabah isi.

6. Hasil gabah ubinan, diperoleh dari panen ubinan ukuran 2.5m x 2.5m.

7. Dugaan hasil/ha, dihitung dari konversi hasil ubinan.

8. Persen gabah hampa, dihitung berdasarkan persen bobot gabah hampa

dari 100 gram gabah.

9. Peningkatan Hasil = GKP pemupukan-GKP kontrol x 100 %

GKP kontrol

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Curah hujan selama penelitian dari bulan Oktober 2009 sampai Januari 2010

tergolong tinggi sampai sangat tinggi yaitu berkisar antara 242.1-415.8 mm/bulan

dengan jumlah hari hujan 20-29 hari. Temperatur rata-rata selama penelitian

tersebut berkisar antara 25.3-26.3°C. Kondisi curah hujan tersebut sesuai untuk

pertanaman padi sawah karena menurut klasifikasi Oldeman tanaman padi sawah

membutuhkan curah hujan 200 mm/bulan (Handoko, 1995).

Bibit ditanam saat berumur 9 hari setelah semai dengan 1 bibit per lubang

tanam. Kondisi awal penanaman hingga panen tanaman padi sawah tergolong

normal karena intensitas serangan hama dan penyakit rendah. Pada saat tanaman

berumur 0-3 MST, tanaman diserang oleh hama keong mas (Pomacea

canaliculata). Serangan hama ini diatasi dengan pengendalian secara manual yaitu

penyulaman. Hama-hama lain yang menyerang adalah belalang, walang sangit,

dan burung. Hama-hama tersebut dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan

kerusakan yang besar. Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 122 hari

setelah tanam (HST).

Analisis Kandungan Hara Tanah

Analisis kandungan hara tanah dilakukan sebelum dan setelah panen.

Sebelum penelitian dilakuan analisis tanah awal dengan pengambilan contoh

tanah secara komposit. Pada akhir penelitian sampel tanah diambil pada

masing-masing petak perlakuan dan dilakukan komposit per ulangan sedangkan untuk

perlakuan POC I yang diaplikasikan ke daun, sampel tanah diambil secara

komposit. Analisis dilakukan terhadap pH tanah, kandungan C-Organik, C/N,

(29)

Tabel 2. Hasil Analisis Hara Tanah Sebelum dan Setelah Penelitian

 

Peubah Sebelum

Penelitian

Setelah Penelitian

P1 P2-P6 P7 P8 P9 P10 P11

pH 6.0 5.80 5.80 5.70 5.70 5.90 5.90 6.00

C-Organik

(%) 2.35 1.25 1.30 1.04 1.13 1.30 1.54 1.64

C/N 13.10 12.5 10.83 10.4 10.30 10.00 10.30 9.60

N (%) 0.18 0.10 0.12 0.10 0.11 0.13 0.15 0.17

P (%) 9.60 9.90 9.40 9.40 9.90 10.30 10.80 11.60

K (%) 0.71 0.57 0.48 0.56 0.59 0.61 0.64 0.64

Sumber : Laboratorium Tanah, SEAMEO BIOTROP (2009-2010)

Hasil analisis tanah sebelum percobaan menunjukkan bahwa pH tanah

tergolong agak masam, kandungan C-organik sedang, C/N rasio sedang, N

rendah, P sangat rendah, dan K tergolong rendah menurut kriteria dari

Hardjowigeno (2003). Secara umum, hasil analisis tanah setelah penelitian ini

terjadi penurunan pada peubah pH, C-organik, C/N, N, dan K, namun terjadi

peningkatan pada kandungan P tanah. Peningkatan unsur P tanah diduga karena

ada penambahan unsur P dari pupuk dasar dan sifat unsur P yang tidak mobil di

dalam tanah sedangkan penurunan N dan K diduga karena diambil oleh tanaman.

Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam

Hasil analisis uji F menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk organik

dengan pupuk anorganik dengan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap

jumah anakan pada saat tanaman berumur 10 MST dan jumlah anakan produktif

tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap peubah lainnya. Secara rinci rekapitulasi

hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap beberapa peubah yang

(30)

Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Aplikasi Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah

 

Peubah Pengaruh Perlakuan Koefisien Keragaman (%)

Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman

3 MST tn 16.56

4 MST tn 7.86

5 MST tn 8.70

6 MST tn 8.11

7 MST tn 8.04

8 MST tn 7.23

9 MST tn 8.41

10 MST tn 8.54

Jumlah Anakan

3 MST tn 29.69

4 MST tn 30.31

5 MST tn 31.41

6 MST tn 26.62

7 MST tn 22.73

8 MST tn 29.75

9 MST tn 15.24

10 MST tn 13.05

Bagan Warna Daun

3 MST tn 4.40

4 MST tn 0.84

5 MST tn 4.16

6 MST tn 3.96

7 MST tn 6.02

8 MST tn 7.98

9 MST tn 21.22

10 MST tn 13.34

Bobot Kering Tajuk tn 37.61

Bobot Kering Akar tn 53.84

Volume Akar tn 41.59

Hasil dan Komponen Hasil

Jumlah Anakan Produktif tn 11.95

Jumlah Gabah per Malai tn 15.96

Panjang Malai tn 4.97

Bobot 1000 Butir tn 6.36

Bobot Basah Contoh tn 27.44

(31)

Peubah Pengaruh Perlakuan Koefisien Keragaman (%)

Gabah Kering Panen tn 25.37

Gabah Kering Giling tn 27.48

Persentase Gabah Hampa tn 18.91

Keterangan * : nyata pada taraf 5% tn : tidak nyata

Pertumbuhan Tanaman

Tinggi Tanaman

Perlakuan pupuk organik cair I dan II tidak berpengaruh nyata terhadap

peubah tinggi tanaman padi sawah dari awal (3 minggu setelah tanam/MST)

hingga akhir pengamatan (10 minggu setelah tanam/MST) jika dibandingkan

perlakuan kontrol (100 % NPK). Secara rinci pengaruh aplikasi pupuk organik

cair I dan II terhadap tinggi tanaman padi sawah disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Tinggi Tanaman Padi Sawah

 

Perlakuan

Tinggi Tanaman (cm) 3

dosis POC I (P4) 28.56 32.92 43.91 52.15 60.73 68.06 72.98 73.44 75 % dosis NPK + 100 % dosis

POC I (P5) 18.83 27.61 38.10 45.33 53.18 63.95 68.52 71.25 50 % dosis NPK + 1 dosis POC

I (P6) 23.73 29.92 40.24 46.82 55.40 60.10 63.74 66.26 100 % dosis NPK + 50 % dosis

POC II (P7) 23.06 28.80 40.68 47.06 55.82 62.46 65.54 65.52 100 % dosis NPK + 75 % dosis

POC II (P8) 26.16 32.34 41.34 50.90 58.86 67.63 71.63 73.59 100 % dosis POC II + 100 %

dosis NPK (P9) 25.80 32.12 40.80 49.36 57.13 63.28 66.23 67.75 75 % dosis NPK + 100 % dosis

POC II (P10) 24.80 31.24 38.70 46.66 53.70 59.30 61.96 62.85 50 % dosis NPK + 100 % dosis

(32)

Aplikasi pupuk organik cair I maupun II tidak berpengaruh terhadap tinggi

tanaman padi sawah. Aplikasi kedua jenis pupuk organik tersebut ditambah NPK

penuh ataupun 50 % dan 75 % dosis NPK menghasilkan tinggi tanaman yang

tidak berbeda dengan perlakuan kontrol (100 % NPK). Hal ini menunjukkan

bahwa kondisi hara tanaman pada berbagai perlakuan tersebut cenderung tidak

berbeda. Tinggi tanaman padi saat tanaman berumur 10 MST berkisar antara

62-72 cm.

Jumlah Anakan

Hasil analisis uji F, menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik cair

berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan padi sawah pada saat tanaman

berumur 10 MST, tetapi uji lanjut menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.

Seperti disajikan pada Tabel 5, dari umur 3 MST hingga 10 MST tidak terdapat

perbedaan jumlah anakan antara perlakuan. Jumlah anakan pada saat tanaman

berumur 10 MST rata-rata berkisar antara 13-21 anakan/rumpun. Walaupun tidak

terdapat perbedaan jumlah anakan dengan perlakuan aplikasi pupuk organik cair,

tetapi juga tidak terdapat penurunan yang nyata pada perlakuan pengurangan dosis

pupuk NPK hingga 50 %.

Dari Tabel 5 juga terlihat bahwa penambahan pupuk organik cair I + 100 %

dosis NPK menghasilkan jumlah anakan pada 10 MST sekitar 21 anakan/rumpun,

apabila hanya NPK saja (100 % dosis) tanpa pupuk organik cair I jumlah anakan

yang dihasilkan sekitar 19 anakan/rumpun sama dengan aplikasi 75 % NPK +

pupuk organik cair I. Pengurangan dosis NPK hingga 50 % dengan penambahan

pupuk organik cair I menghasilkan jumlah anakan sekitar 17 anakan/rumpun. Dari

hasil tersebut terlihat bahwa penambahan pupuk organik cair I dapat sedikit

meningkatkan jumlah anakan atau dengan aplikasi pupuk organik cair I dan

pengurangan dosis pupuk NPK sebesar 25 % dapat menghasilkan jumlah

anakan/rumpun yang sama dengan aplikasi 100 % dosis NPK. Aplikasi pupuk

organik cair II yang dikombinasikan dengan 50 % NPK cenderung nyata

menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan kontrol

(100 % dosis NPK). Aplikasi pupuk organik cair II tidak konsisten dalam

(33)

(100 % POC II + 75 % NPK) dan p11 (100 % POC II + 50 % NPK). Perlakuan

p11 dengan pengurangan dosis NPK sebanyak 50 % justru menghasilkan jumlah

anakan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan p10 (pengurangan 25 % dosis

NPK). Secara rinci pengaruh pupuk organik cair I dan II terhadap jumlah anakan

padi sawah disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Jumlah Anakan Padi Sawah

 

Perlakuan

Jumlah Anakan (anakan/rumpun) 3

Bagan Warna Daun

Bagan warna daun merupakan alat untuk mengukur kandungan N daun

dengan melihat derajat warna hijau daun. Nilai ukuran tersebut selanjutnya

digunakan untuk menentukan kebutuhan dosis pupuk N dan ukuran kecukupan

unsur N bagi tanaman. Untuk bagan warna daun padi indica ditentukan

kekurangan unsur hara N apabila pembacaan BWD < 4. Rata-rata hasil

pengamatan warna daun setiap perlakuan disajikan pada Tabel 6.

Analisis Ragam uji F menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara

(34)

berkisar 2-3. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar N daun padi berada pada

status kurang. Kondisi tersebut diduga menjadi salah satu penyebab tidak

berpengaruhnya pupuk organik cair yang diaplikasikan atau dosis pupuk organik

cair diduga masih kurang tinggi. Aplikasi POC I dan POC II yang dikombinasikan

dengan dosis NPK tidak mampu meningkatkan nilai bagan warna daun padi

sawah.

Tabel 6. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Bagan Warna Daun Padi Sawah

 

Bobot Kering Tajuk dan Akar serta Volume Akar

Bobot kering tajuk dan akar serta volume akar tanaman merupakan peubah

yang sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan

tanaman karena mudah diukur dan merupakan integrasi dari hampir semua

peristiwa yang dialami tanaman. Peubah biomassa yang diamati pada tanaman

padi sawah meliputi bobot kering akar, bobot kering tajuk/rumpun, dan volume

akar. Secara rinci pengaruh POC I dan II yang dikombinasikan dengan dosis

(35)

Tabel 7. Rataan Nilai Bobot Kering Tajuk dan Akar serta Volume Akar Tanaman Padi Sawah pada Perlakuan Pupuk Organik Cair I dan II

 

Perlakuan

Bobot Kering Tajuk (g)

Bobot Kering Akar

(g)

Volume Akar

(ml) Kering Kering

100 % dosis NPK (P1) 19.00 6.00 23.33

100 % dosis NPK + 50 % dosis POC I (P2) 36.66 4.83 19.16

100 % dosis NPK + 75 % dosis POC I (P3) 37.66 10.66 17.50

100 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P4) 28.16 6.66 21.66

75 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P5) 22.50 5.66 14.16

50 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P6) 8.50 5.00 13.33

100 % dosis NPK + 50 % dosis POC II (P7) 40.33 7.16 26.66

100 % dosis NPK + 75 % dosis POC II (P8) 39.66 11.66 25.83

100 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P9) 32.83 12.33 23.33

75 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P10) 31.00 10.33 23.33

50 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P11) 15.66 4.33 9.167

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa aplikasi POC I dan II

menghasilkan bobot kering tajuk dan akar maupun volume akar yang tidak

berbeda dibandingkan dengan aplikasi NPK saja. Penambahan pupuk organik cair

merk II cenderung menghasilkan bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan

volume akar yang lebih besar dari perlakuan 100 % dosis NPK hingga

pengurangan 25 % dosis NPK. Pengurangan 50 % dosis NPK sangat menurunkan

biomassa tanaman walaupun diaplikasikan pupuk organik cair dibandingkan

dengan aplikasi 100 % dosis NPK. Aplikasi pupuk organik cair merk I terlihat

terjadi penurunan bobot kering tajuk dan volume akar yang cukup besar apabila

dosis pupuk NPK dikurangi 25-50% (Tabel 7). Dengan demikian walaupun tidak

berbeda secara statistik, pupuk organik cair merk II lebih potensial untuk

mengganti sebagian dosis pupuk NPK anorganik.

Hasil dan Komponen Hasil

Peubah komponen hasil tanaman padi sawah yang diamati dalam percobaan

ini adalah jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah/malai, bobot

1000 butir gabah, dan persentase gabah hampa. Berdasarkan uji F, aplikasi pupuk

(36)

demikian uji lanjut menunjukkan bahwa jumlah anakan produktif yang dihasilkan

setiap perlakuan tidak berbeda. Aplikasi 100 % NPK penuh menghasilkan jumlah

anakan produktif yang tidak berbeda dengan perlakuan 50 % - 75 % NPK

ditambah POC I. Kondisi tersebut menjelaskan bahwa POC I mampu mengurangi

penggunaan 25 % - 50 % NPK dalam meningkatkan jumlah anakan produktif.

Jumlah anakan produktif yang dihasilkan pada aplikasi 100 % POC I + 75 % NPK

menghasilkan jumlah anakan produktif sebanyak 16-17.2 anakan

produktif/rumpun, rata-rata lebih banyak dari pada perlakuan kontrol (15.86

anakan produktif/rumpun). Secara rinci pengaruh pupuk organik cair I dan II

terhadap hasil dan komponen hasil padi sawah disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Komponen Hasil Tanaman Padi Sawah

 

Perlakuan Jumlah Anakan

Hal yang sama juga terjadi pada peubah bobot 1000 butir. Pengurangan

25 % - 50 % dosis NPK + 100 % POC I juga menghasilkan bobot 1000 butir yang

tidak berbeda dengan perlakuan 100 % dosis pupuk NPK. Namun pada aplikasi

POC II tidak menghasilkan data yang konsisten hal tersebut terlihat dari perlakuan

(37)

dosis NPK (P9). Pengurangan dosis NPK hingga 50 % menghasilkan bobot 1000

butir sebesar 31 gram, namun pengurangan 25 % NPK menghasilkan bobot 1000

butir sebesar 27.33 gram, sedangkan perlakuan 100 % NPK hanya 28 gram.

Aplikasi pupuk POC I + 75 % NPK (pengurangan 25 % NPK)

menghasilkan panjang malai yang tidak berbeda dengan perlakuan 100 % dosis

NPK. Aplikasi POC dengan pengurangan dosis NPK tidak menghasilkan jumlah

gabah/malai yang nyata lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol. Tidak

berbedanya hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan penambahan POC I

mampu mengurangi penggunaan dosis NPK hingga 25 %. Aplikasi POC II + 75

% NPK mampu menurunkan persentase gabah hampa lebih rendah 2 %

dibandingkan perlakuan 100 % dosis NPK.

Hasil/Rumpun dan Dugaan Hasil/ha

Seperti halnya pengaruh pupuk organik cair dengan pupuk NPK pada

peubah komponen hasil tanaman padi sawah, pada hasil tanaman baik basah

maupun kering serta hasil/ha tidak terlihat pengaruh yang nyata. Secara rinci

pengaruh pupuk organik cair I dan II terhadap hasil gabah (basah dan kering) per

tanaman di sajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Hasil/Tanaman Padi Sawah

 

Perlakuan Hasil/Tanaman (gram)

Basah Kering

100 % dosis NPK (P1) 33.71 23.86

100 % dosis NPK + 50 % dosis POC I (P2) 33.51 23.66

100 % dosis NPK + 75 % dosis POC I (P3) 38.06 27.53

100 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P4) 40.10 29.53

75 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P5) 38.16 26.66

50 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P6) 31.23 22.60

100 % dosis NPK + 50 % dosis POC II (P7) 28.96 21.26

100 % dosis NPK + 75 % dosis POC II (P8) 41.74 30.93

100 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P9) 40.52 31.93

75 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P10) 21.11 15.20

(38)
(39)
(40)

Analisis Usahatani

Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa aplikasi dosis pupuk organik

cair I dengan 75 % hingga 100 % dosis NPK dapat meningkatkan keuntungan

usahatani dibandingkan perlakuan 100 % dosis pupuk NPK saja. Peningkatan

terbesar diperoleh apabila 100 % dosis POC diaplikasikan 75 % dosis NPK.

Dengan mengaplikasikan pupuk organik cair I keuntungan akan meningkat sekitar

54-162 %. Peningkatan keuntungan pada pupuk organik cair II terjadi apabila

diaplikasikan dengan 100 % dosis NPK yaitu sekitar 77-99 %.

Apabila dilihat dari R/C rasio, seluruh perlakuan POC I maupun POC II

dengan kombinasi 50 % - 100 % dosis NPK menguntungkan secara usahatani,

tetapi perlakuan POC I yang diaplikasikan dengan 75 % - 100 % dosis NPK

terlihat lebih menguntungkan secara ekonomi dibandingkan aplikasi pupuk NPK

saja. Hasil analisis usaha tani secara rinci disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Analisis Usahatani Pupuk Organik Cair

Perlakuan Biaya

(Rp)

Penerimaan (Rp)

Keuntungan (Rp) R/C 100 % dosis NPK (P1) 7 312 500 9 733 250 2 420 750 1.33 100 % dosis NPK + 50 % dosis POC I (P2) 7 650 000 13 466 750 5 816 750 1.76 100 % dosis NPK + 75 % dosis POC I (P3) 7 335 000 11 066 750 3 731 750 1.51 100 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P4) 7 342 500 11 866 750 4 524 250 1.62 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P5) 7 342 500 13 066 750 6 349 250 1.78 50 % dosis NPK + 1 dosis POC I (P6) 6 792 500 9 466 750 2 674 250 1.39 100 % dosis NPK + 50 % dosis POC II (P7) 7 402 500 9 866 750 2 464 250 1.33 100 % dosis NPK + 75 % dosis POC II (P8) 7 447 500 11 733 250 4 285 750 1.58 100 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P9) 7 492 500 10 533 250 3 040 750 1.41 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P10) 6 867 500 7 466 750 599 250 1.09 50 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P11) 6 242 500 11 066 750 4 824 250 1.77

Pembahasan

Hasil penelitian menyatakan bahwa perlakuan pupuk organik cair tidak

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah, walaupun

demikian terdapat kecenderungan peningkatan hasil gabah dan keuntungan usaha

tani. Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu curah hujan yang

(41)

rendah. Curah hujan selama penelitian berkisar antara 242-415.8 mm/bulan

tergolong tinggi yang diduga menyebabkan efektivitas POC tersebut berkurang

karena tercuci. Hasil analisis tanah menunjukkan tingkat kesuburan yang rendah

terutama unsur N dan P, sehingga peningkatan pertumbuhan maupun hasil tidak

signifikan walaupun unsur hara ditambah dari pupuk organik cair yang kandungan

unsur haranya juga sangat rendah. Tidak terlihatnya pengaruh pupuk organik cair

diduga juga masih terlalu rendahnya dosis yang diaplikasikan. Tingkat kesuburan

tanah yang sangat rendah serta kandungan hara pupuk yang rendah menyebabkan

pengaruh POC tidak begitu terlihat. Dosis yang diaplikasikan tersebut merujuk

pada dosis anjuran perusahaan produsen. Menurut Dobermann dan Fairhust

(2000) ketidaktersediaan unsur N dapat disebabkan karena kemampuan tanah

dalam menyediakan unsur N rendah, tidak efisien dalam mengaplikasikan pupuk

mineral N, efisiensi yang rendah bagi tanaman dalam menyerap pupuk N, kondisi

penanaman yang dapat mengurangi suplai pupuk N, kehilangan N karena hujan,

dan tanah kering selama penelitian. Ketidakcukupan N pada percobaan ini juga

ditunjukkan oleh nilai bagan warna daun seluruh perlakuan kurang dari 4 (di

bawah titk kritis). Pada tanaman padi unsur N sangat menentukan pertumbuhan

dan produktivitas tanaman.

Aplikasi pupuk organik cair (terutama POC I yang diaplikasikan dengan

75 % dosis hingga 100 % dosis NPK) cenderung meningkatkan jumlah anakan

produktif, jumlah gabah/malai, dan bobot 1000 butir. Peningkatan komponen hasil

tersebut terlihat juga cenderung meningkatkan hasil gabah/tanaman maupun

hasil/ha. Peningkatan hasil dengan aplikasi pupuk organik cair I cenderung lebih

konsisten dibanding POC II. Hal tersebut karena pupuk organik cair I

mengandung unsur N, P2O5, dan K2O (makro) yang lebih tinggi, sedangkan pupuk

POC II mengandung unsur hara mikro yang lebih lengkap. Selama ini POC

digunakan untuk mengoreksi kekurangan unsur hara sehingga diaplikasikan pada

daun agar penyerapan lebih cepat.

Penambahan POC dengan pengurangan dosis pupuk NPK sebesar 25 %

menghasilkan rataan pertumbuhan tanaman dan produktivitas yang tidak berbeda

dengan aplikasi 100 % dosis pupuk NPK saja. Hal tersebut diduga karena pupuk

(42)

hara N berfungsi dalam mempercepat pertumbuhan tanaman yang dalam hal ini

menambah tinggi tanaman, jumlah anakan, menambah ukuran daun dan besar

gabah serta memperbaiki kualitas tanaman dan gabah, menambah kadar protein

beras, meningkatkan jumlah gabah dan persentase jumlah gabah isi menyediakan

bahan makanan bagi mikrobia (jasad-jasad renik yang bekerja menghancurkan

bahan-bahan organik di dalam tanah) (Dobermann dan Fairhust, 2000). Unsur P

berperan dalam meningkatkan jumlah anakan padi sawah, perkembangan akar

awal pembungaan dan pemasakan (terutama di mana suhu rendah). Kalium

meningkatkan jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir.

K meningkatkan toleransi tanaman padi terhadap kondisi iklim yang merugikan

dan serangan hama dan penyakit (Dobermann and Fairhust, 2000).

Seng sangat penting untuk beberapa proses biokimia dalam tanaman padi

seperti sitokrom dan sintesis nukleotida, metabolisme auksin, produksi khlorofil,

aktivasi enzim, dan pemeliharaan integritas membran. Besi berperan penting

sebagai komponen enzim yang terlibat dalam transfer elektron, seperti sitokrom

dan merupakan konstituen dalam cincin porfirin dan ferredoxin, keduanya sebagai

komponen yang sangat penting pada reaksi terang dalam sistem fotosintesis.

Mangan terlibat dalam reaksi reduksi dan oksidasi dalam sistem transpor elektron

dan mengaktifkan enzim tertentu terutama dekarboksilase dan dehidrogenase yang

terlibat dalam siklus krebs (TCA). Unsur Mn diperlukan untuk pembentukan dan

stabilitas khloroplas, sintesis protein, dan reduksi NO3-. Boron memiliki peran

utama dalam biosintesis dinding sel, struktur dan integritas membran plasma.

Unsur B sangat dibutuhkan untuk metabolisme karbohidrat, transport gula,

lignifikasi, sintesis nukleotida, dan respirasi. Tembaga diperlukan untuk sintesis lignin dan mekanisme pertahanan selular dan merupakan konstituen asam

askorbat, enzim oksidase, phenolase, dan plastosianin. Tembaga memainkan

peran penting dalam proses fotosintesis, respirasi, pembentukan tepung sari dan

pemupukan. Unsur Co sangat penting untuk pertumbuhan mikroorganisme

simbiotik seperti rhizobia, bakteri hidup, dan ganggang hijau biru. Unsur Co

membentuk kompleks dengan N penting untuk sintesis koenzim vitamin B12. Mo

(43)

Nitrat reduktase mengkatalisa reduksi nitrat menjadi nitrit pada proses asimilasi

dalam tumbuhan (Havlin, et all., 1999).

Bobot biomassa baik bobot kering tajuk dan akar maupun volume akar

pada percobaan ini juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara

perlakuan. Pertumbuhan biomassa tanaman padi sangat ditentukan oleh

kecukupan hara N dan P, sedangkan untuk pertumbuhan akar sangat ditentukan

oleh kecukupan unsur P (Dobermann and Fairhust, 2000). Rendahnya kandungan

unsur N dan P (hasil analisis tanah sebelum dan setelah percobaan, Tabel 4) serta

aplikasi pupuk NPK dan penambahan pupuk organik seperti terlihat pada analisis

tanah sebelum dan setelah percobaan (Tabel 4), belum mampu dalam

menghasilkan biomassa secara signifikan.

Aplikasi pupuk organik cair juga terlihat tidak berpengaruh terhadap

komponen hasil seperti jumlah gabah/malai, bobot 1000 butir gabah isi, dan

persentase gabah hampa. Hal tersebut diduga karena dosis yang diaplikasikan

rendah sedangkan kesuburan tanah juga rendah sehingga efektivitas pupuk juga

rendah. Sumbangan N, P, dan K pupuk organik cair I yang diaplikasikan ke

tanaman padi sawah untuk 1 dosisnya sebanyak 0.072 kg/ha N, 0.0164 kg/ha P,

dan 0.0264 kg/ha K, sedangkan untuk pupuk organik cair II sebanyak 0.579 kg/ha

N dan 0.06 kg/ha P. Kandungan hara tersebut masih sedikit dan belum mampu

untuk mengganti penggunaan pupuk NPK penuh. Pertumbuhan yang tidak

optimal karena tidak tercukupinya hara tanaman menyebabkan perbedaan

pengaruh POC tidak terlihat. Rendahnya efektivitas pupuk daun diduga juga

disebabkan oleh tingginya curah hujan selama penelitian.

Walaupun demikian dari penelitian ini diperoleh bahwa pengurangan dosis

pupuk NPK hingga 25 % tidak menurunkan pertumbuhan maupun hasil apabila

diaplikasikan pupuk organik cair. Perlakuan POC I dengan 75 % dosis pupuk

NPK terlihat memberikan hasil dan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan

aplikasi 100 % pupuk NPK saja. Walaupun tidak berbeda secara statistik, pola

peningkatan dan penurunan hasil pada POC I cukup jelas dan cukup berarti secara

(44)

Hal ini dapat menjadi bahan penelitian selanjutnya bahwa walaupun

kandungan unsur hara yang diberikan tidak sebanding dengan pupuk NPK atau

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Aplikasi pupuk organik cair (POC I dan POC II) cenderung meningkatkan

pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil padi sawah. Aplikasi POC I dengan

75 % - 100% dosis pupuk NPK meningkatkan hasil 22 % - 34 %, sedangkan POC

II dengan 100 % dan 50 % dosis NPK meningkatkan 8 % – 14 % hasil. Secara

ekonomi aplikasi POC I dan POC II lebih menguntungkan. Pupuk POC I

berpotensi untuk mereduksi penggunaan pupuk NPK sebesar 25 %.

Saran

Pupuk organik cair dapat digunakan untuk meningkatkan hasil padi sawah,

walaupun demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada musim yang

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. 2010. Peranan Unsur Hara N,P,K dalam Proses Metabolisme Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 22 hal.

Badan Pusat Statistik. 2010. BPS: Produksi Tanaman Pangan. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php [ 20 Februari 2011].

Darmawan, A. 2005. Aplikasi Rekomendasi Pemupukan P dan K pada Tanah Berproduktivitas Rendah di Pati Jawa Tengah, Skripsi Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 63 hal.

Dobermann, A. dan T. Fairhust. 2000. Nutrient Disorders and Nutrient Management. Tham Sin Chee. 191p.

Hadisuwito, S. 2008. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 50 hal.

Handoko. 1995. Klimatologi Dasar.. PT. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta. 192 hal.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.

Havlin, J. I., J.D. Beaton, S. M. Tisdale, W.L Nelson. 1999. Soil Fertility and Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management. Prentise Hall, Upper Sadle River, New Jersey. 205 p.

Kompas. 2010. Konsumsi Beras Harus Diturunkan. http://nasional.kompas.com/read/2010/07/28/19392292/Konsumsi.Beras.

Harus.Diturunkan. [21 Februari 2011].

Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004. Diktat kuliah Pupuk dan Pemupukan. Jurusan tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 208 hal.

Minami, NO. 1997.Low External Input for Sustainable Agriculture Proceeding Seminar APO, 27 August-6 Sept 1996. Tokyo, Japan. 19-36 hal.

Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT Agromedia Pustaka.

Jakarta. 130 hal.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2002. Pengelolaan Hara P dan K pada Tanaman Padi Sawah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 168 hal.

(47)

Setyamidjaya, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex. Jakarta 120 hal.

Siregar, Hadrian. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya. Jakarta. 316 hal.

Sutrian, Y. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 234 hal.

(48)

     

LAMPIRAN

(49)

Lampiran 1. Daftar Iklim Bulan Oktober 2009 – Januari 2010

Bulan

Curah Hujan (mm)

Hari Hujan

Temperatur Rata-Rata (0C)

Temperatur Maksimum (0C)

Temperatur Minimum

(0C)

Oktober 415.8 24 26.0 27.5 24.6

November 407.0 23 26.3 28.0 24.7

Desember 258.2 20 26.1 27.4 24.9

Januari 242.1 29 25.3 27.0 23.1

(50)

Lampiran 2. Deskripsi Varietas Way Apo Buru

No. seleksi : S3383-Id-Pn-16-2

Asal Persilangan :

IR18349-53-1-3-1-3/IR196611-131-3-1//IR19661-131-3-1///IR64////IR64

Golongan : Cere

Umur Tanaman : 115-125

Bentuk Tanaman : Tegak

Tinggi Tanaman : 105-113 cm

Anakan Produktif : 15-16

Warna Kaki : Hijau

Warna Batang : Hijau

Panjang Malai : 2124 cm

Muka Daun : Kasar

Posisi Daun : Tegak

Posisi Daun Bendera : Tegak

Warna Lidah Daun : Putih

Warna Telinga Daun : Putih

Bentuk Gabah : Panjang Ramping

Warna Gabah : Kuning Bersih

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Struktur Nasi : Pulen

Kadar Amilsa : 23 %

Bobot 1000 Butir : 27-28 gram

Hasil : 5-8 ton/ha

Ketahanan terhadap

Hama : Wereng coklat biotipe 2

penyakit : Hawar daun bakteri strain 3 dan 4

Anjuran : Di musim hujan dan kemarau

Pemulia : Z.A Simanulang, E. Sumadi, Tarigat T., Aan A.

Drajad, dan B. Suprihatno

(51)

Lampiran 3 . Denah Petak Percobaan

Ulangan 2

P2 P10 P7 P6 P5 P3 P8 P1 P9 P11 P4

Ulangan 3

P6 P4 P11 P1 P2 P9 P10 P3 P5 P7 P8

Ulangan 1

P7 P6 P9 P10 P8 P5 P2 P11 P4 P3 P1

Keterangan :

P1 = 100 % dosis NPK (250 kg/ha urea + 200 kg/ha SP-18 + 100 kg/ha KCl)

P2 = 100 % dosis NPK (250 kg/ha urea + 200 kg/ha SP-18 + 100 kg/ha KCl) +

50 % dosis POC I (0.5 l/ha POC I)

P3 = 100 % dosis NPK (250 kg/ha urea + 200 kg/ha SP-18 + 100 kg/ha KCl) +

75 % dosis POC I (0.75 l/ha POC I)

P4 = 100 % dosis NPK (250 kg/ha urea + 200 kg/ha SP-18 + 100 kg/ha KCl) +

100 % dosis POC I (1 l/ha POC I)

P5 = 75 % dosis NPK (187.5 kg/ha urea + 150 kg/ha SP-18 + 75 kg/ha KCl) +

100 % dosis POC I (1 l/ha POC I)

P6 = 50 % dosis NPK (125 kg/ha urea + 100 kg/ha SP-18 + 50 kg/KCl) + 100 %

dosis POC I (l/ha POC I)

P7 = 100 % dosis NPK (250 kg/ha urea + 200 kg/ha SP-18+ 100 kg/ha KCl) +

50 % dosis POC II (3 l/ha POC II)

P8 = 100 % dosis NPK (250 kg/ha urea + 200 kg/ha SP-18 + 100 kg/ha KCl) +

75 % dosis POC II (4.5 l/ha POC II)

P9 = 100 % dosis NPK (250 kg/ha urea + 200 kg/ha SP-18 + 100 kg/ha KCl) +

100 % dosis POC II (6 l/ha POC II)

P10= 75 % dosis NPK (187.5 kg/ha urea + 150 kg/ha SP-18 + 75 kg/ha KCl) +

100 % dosis POC II (6 l/ha POC II)

P11= 50 % dosis NPK (125 kg/ha urea + 100 kg/ha SP-18 + 50 kg/KCl) + 100 %

dosis POC II (6 l/ha POC II)

(52)

             

 

Lamp

100 % NP

100 % dosis NPK

50 % dosis NPK +

piran 4. Ker

PK penuh 

K + 100 % POC I 

+ 100 % POC II 

75 % dosis NPK +

ragaan Tanam

100 % dosis

75 % dosis N

75 % dosis N

+ 100 % POC II 

man tiap Per

s NPK + 50 % POC 

NPK + 100 % POC 

NPK + 100 % POC 

50 % dosis N

rlakuan pada

I 100 % d

I 50 % do

II  100 % do

NPK + 100 % POC 

a 11 MST

dosis NPK + 75 % P

osis NPK + 100 % P

osis NPK + 100 % P

II 

 

POC I 

POC I 

(53)

Lampiran 5. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Tinggi Tanaman saat 3 MST

Sumber

Perlakuan 10 223.0296970 22.30297 1.4 0.2496

Ulangan 2 58.2769697 29.13848 1.83 0.1863

Galat 20 318.52303 15.92615

Total 32 599.829697

Lampiran 6. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Tinggi Tanaman saat 4 MST

Sumber

Galat 20 249.16208 12.4581

Total 32 374.36439

Lampiran 7. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Tinggi Tanaman saat 6 MST

Sumber

Perlakuan 10 165.43709 16.5437 1.08 0.4198

Ulangan 2 34.715224 17.3576 1.13 0.3414

Galat 20 305.99331 15.2997

Total 32 506.14562

Lampiran 8. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Tinggi Tanaman saat 7 MST

Sumber

Galat 20 410.41326 20.5207

(54)

Lampiran 9. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Tinggi Tanaman saat 8 MST

Sumber

Perlakuan 10 221.60322 22.1603 1.05 0.4375

Ulangan 2 65.776873 32.8884 1.57 0.2336

Galat 20 420.23699 21.0118

Total 32 707.61709

Lampiran 10. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Tinggi Tanaman saat 9 MST

Sumber

Galat 20 639.25062 31.9625

Total 32 1153.559

 

Lampiran 11. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Tinggi Tanaman saat 10 MST

Sumber

Galat 20 698.57779 34.9289

Total 32 1263.6153

Lampiran 12. Sidik Ragam Perlakuan Dosis Kombinasi Pupuk Organik Cair dengan NPK terhadap Jumlah Anakan saat 3 MST

Sumber

Galat 20 72.358788 3.61794

Gambar

Tabel 1. Analisis Mutu Pupuk Organik Cair I dan II
Tabel 2. Hasil Analisis Hara Tanah Sebelum dan Setelah Penelitian
Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Aplikasi Pupuk Organik Cair terhadap  Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah
Tabel 4. Pengaruh Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Tinggi Tanaman Padi Sawah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cepat at au lam bat gerak suat u benda dipengaruhi oleh besar kecilnya gaya yang diberikan kepada benda t ersebut.. Benda bergerak cepat ket ika diberi gaya

Bagaimana rangkaian kontrol yang dapat mengatur operasi inveter dan pemilihan jenis inverter yang tepat untuk dapat mengatasi kekurangan daya saat jaringan listrik

•  To establish a modular architecture, create a schematic of the product, and cluster the elements of the schematic to achieve the types of product variety desired.. Establishing

Hasil penilaian ahli praktisi dikategorikan sangat layak jika X &gt; 80%; layak jika 60,01% &lt; X ≤ 80%; cukup layak jika 40,01% &lt; X ≤ 60%; kurang layak jika 20,01% &lt;

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang aktivitas antifungi ekstrak biji jarak pagar ( Jatropha curcas L.) terhadap pertumbuhan fungi.. oryzae , maka

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari perendaman basis gigitiruan Thermoplastic Comfort System ( TCS ) dalam larutan ekstrak daun jarak

implementasi Desa Maju Reforma Agraria (Damara) di Kulonbambang Kabupaten Blitar yang dilakukan oleh KPA dan Pawartaku sudah memenuhi unsur-unsur dalam tahapan

Berdasarkan penjelasan tersebut, tulisan ini akan mengkaji lebih lanjut mengenai pesoalan perdagangan manusia atau human trafficking dalam perspektif psikologis dalam rangka