• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pupuk dan Pemupukan

Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dengan penambahan dan pengembalian zat-zat hara secara buatan diperlukan agar produksi tanaman tetap normal atau meningkat. Tujuan penambahan zat-zat hara tersebut memungkinkan tercapainya keseimbangan antara unsur-unsur hara yang hilang baik yang terangkut oleh panen, erosi, dan pencucian lainnya. Tindakan pengembalian/penambahan zat-zat hara ke dalam tanah ini disebut pemupukan. Jenis pupuk yang digunakan harus sesuai kebutuhan, sehingga diperlukan metode diagnosis yang benar agar unsur hara yang ditambahkan hanya yang dibutuhkan oleh tanaman dan yang kurang didalam tanah (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Konsentrasi, waktu, dan cara pemberian harus tepat agar tidak merugikan dan tidak merusak lingkungan akibat kelebihan konsentrasi serta waktu dan cara aplikasinya.

Pupuk digolongkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk dapat berbeda pengertiannya sesuai dengan cakupan luasannya. Menurut jumlah unsur haranya pupuk dibedakan menjadi pupuk tunggal dan majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang digunakan untuk menyuplai satu jenis hara, sekalipun di dalamnya terdapat beberapa hara lainnya sebagai ikatan, sedangkan pupuk majemuk merupakan kombinasi campuran secara fisik atau formulasi pupuk (dua atau lebih pupuk tunggal) untuk memasok dua atau lebih unsur hara sekaligus (Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2002). Menurut cara aplikasinya pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu pupuk daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada daun tanaman, sedangkan pupuk akar diserap lewat akar dengan cara penebaran di tanah (Novizan, 2001).

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan menyuplai bahan organik

untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006).

Unsur Hara Dalam Tanaman

Menurut Siregar (1981), unsur hara yang mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi yaitu N, P, dan K. Kandungan

N pada pupuk urea (CO(NH2)2) sebanyak 46 %. Urea dapat langsung

dimanfaatkan tanaman, tetapi umumnya di dalam tanah akan diubah menjadi ammonium dan nitrat melalui proses amonifikasi dan nitrifikasi oleh bakteri tanah (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Suyamto (2010) menambahkan, tanaman padi menyerap amonium 5-20 kali lebih cepat dibandingkan dengan nitrat. Peranan unsur N dalam tanaman yang terpenting adalah sebagai penyusun atau sebagai bahan dasar protein dan pembentukan khlorofil karena itu N mempunyai fungsi membuat bagian-bagian tanaman menjadi lebih hijau, banyak mengandung butir-butir hijau dan yang terpenting dalam proses fotosintesis, mempercepat pertumbuhan tanaman yang dalam hal ini menambah tinggi tanaman dan jumlah anakan, menambah ukuran daun dan besar gabah serta memperbaiki kualitas tanaman dan gabah, menambah kadar protein beras, meningkatkan jumlah gabah dan persentase jumlah gabah isi, menyediakan bahan makanan bagi mikrobia (jasad-jasad renik yang bekerja menghancurkan bahan-bahan organik di dalam tanah) (Dobermann and Fairhust, 2000). Kekurangan nitrogen akan menimbulkan gejala pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati. Khlorosis di daun tua dan semakin parah akan terjadi juga pada daun muda. Unsur N pada tanaman padi diperlukan dalam jumlah banyak pada awal dan pertengahan fase anakan untuk memaksimalkan jumlah malai (Suyamto, 2010).

Selain N, tanaman juga membutuhkan unsur P dan K dalam jumlah banyak. Menurut Dobermann and Fairhust (2000) peranan utama unsur fosfor dalam tanaman untuk pembentukan karbohidrat dan efisiensi mekanisme aktivitas khloroplas serta dalam aktivitas metabolisme. Fosfor berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, pertumbuhan tanaman, mempercepat pemasakan sehingga mempercepat masa panen, memperbesar pembentukan anakan dan gabah, dan

mendukung pembentukan bunga dan biji. Kekurangan unsur P pada tanaman padi sawah dapat mengurangi jumlah anakan, batang yang tipis, kurus, dan terhambat. Jumlah malai dan gabah per malai juga berkurang, daun muda tampak sehat tetapi lebih tua kemudian berubah menjadi cokelat dan mati. Pematangan terhambat, persentase gabah hampa yang tinggi, dan bobot 1000 butir rendah dengan kualitas biji yang buruk serta tidak ada tanggapan untuk aplikasi mineral N (Dobermann and Fairhust, 2000). Unsur P diserap maksimal pada fase berbunga (Suyamto, 2010).

Tidak seperti N dan P, unsur K tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan. Kalium meningkatkan jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir serta meningkatkan toleransi tanaman padi terhadap kondisi iklim yang merugikan dan serangan hama dan penyakit (Dobermann and Fairhust, 2000). Unsur K berfungsi membantu aktivitas enzim dalam membuka dan menutup stomata dan kekurangan K dapat menghambat translokasi karbohidrat dan metabolisme nitrogen.

Selain unsur makro, tanaman padi sawah juga memerlukan unsur mikro. Peranan unsur Ca dalam tanaman sebagai penguat dinding sel, mendorong perkembangan akar, memperbaiki vigor tanaman dan kekuatan daun, berperan dalam perpanjangan sel, sintesis protein dan pembelahan sel (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Magnesium merupakan bagian dari khlorofil yang berfungsi dalam proses fotosintesis, terlibat dalam pembentukan gula, mengatur serapan

unsur hara yang lain, sebagai carrier fosfat dalam tanaman, translokasi

karbohidrat, dan aktivator dari beberapa enzim transforforilase, dehidrogenase, dan karboksilase (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Sulfur merupakan bagian dari asam amino termasuk metionin, sistin, dan sistein. Belerang sangat penting dalam sintesis minyak pada tumbuhan (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Tanaman mengambil besi dalam bentuk Fe2+, Fe3+, dan NaFeEDTA.

Peranan Fe dalam tanaman yaitu mempertahankan khlorofil dalam daun, merupakan bagian penting dari hemaglobin, sebagai protein ferredoxin dalam metabolisme seperti fiksasi N2, fotosintesis, dan transfer elektron dalam khloroplas tanaman. Mangan berperan dalam proses reduksi dan oksidasi, meningkatkan penyerapan cahaya, sintesis protein, dan berperan sebagai katalis

dalam reaksi tanaman. Tembaga berfungsi untuk mencegah perubahan dalam khlorofil dan berperan penting dalam mengoksidasi enzim.

Mekanisme Pupuk Akar dan Daun

Akar merupakan organ non fotosintetik pada tanaman. Proses penyerapan hara dari permukaan akar ke dalam tanaman merupakan mekanisme yang

kompleks menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004). Masuknya ion ke dalam

akar terjadi melalui 3 macam mekanisme yaitu pertukaran ion, difusi, dan melalui

kegiatan carrier atau senyawa–senyawa metabolik pengikat ion. Mekanisme

pertukaran ion merupakan mekanisme yang pasif. Suyamto (2010) menyatakan bahwa serapan hara melalui mekanisme ini terjadi akibat kontak antara permukaan akar dan koloid tanah. Difusi merupakan mekanisme transpor aktif dan merupakan transpor masuknya ion ke dalam outer space/free space (ruang luar dari akar) yaitu pada dinding epidermis dan sel korteks dari akar dan dalam film air yang melapisi rongga interseluler terjadinya proses difusi dikarenakan akibat perbedaan konsentrasi antara permukaan air dan larutan tanah. Mekanisme yang ketiga yaitu kegiatan carrier merupakan transport aktif yang terjadi dalam

inner space. Transport ini sifatnya selektif dalam absorbs ion dengan demikian melalui mekanisme ini, tanaman sebenarnya memiliki kemampuan untuk memilih unsur yang dibutuhkan dan yang berbahaya dapat disaring untuk tidak masuk ke dalam tanaman.

Mekanisme pengambilan unsur hara melalui daun terjadi karena adanya difusi dan osmosis melalui lubang stomata, sehinggga mekanismenya berhubungan dengan membuka dan menutupnya stomata. Membukanya stomata merupakan proses mekanis yang diatur oleh tekanan turgor melalui sel-sel penutup sedangkan tekanan turgor sendiri berbanding langsung dengan kandungan karbon dioksida dari ruang di bawah stomata. Meningkatnya tekanan turgor akan membuka lubang stomata, dan pada saat itu unsur hara akan berdifusi ke dalam stomata bersamaan dengan air (Setyamidjaja, 1986). Bentuk stomata tanaman padi sawah seperti halter, dinding sel penutup bagian tengahnya tebal, bagian tersebut merupakan penopang pada halter. Masing-masing ujung dinding selnya tipis, sedangkan dinding atas dan dinding bawahnya tebal (Sutrian, 1992).

Tanaman padi sawah memiliki bulu halus dan kandungan unsur Si yang diduga menyebabkan sulitnya penyerapan pupuk daun. Letak stomata tanaman umumnya terletak di permukaan bawah daun.

BAHAN DAN METODE

 

Tempat dan Waktu

Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 – Februari 2010. Analisis tanah dilakukan di SEAMEO Biotrop, Bogor. Analisis pupuk dilakukan di Balai Besar Sumber Daya Lahan, Bogor. Pengukuran biomassa di lakukan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura. Pengamatan persentase gabah hampa diamati di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seperangkat alat budidaya,

knapsack sprayer, neraca digital, meteran, Bagan Warna Daun (BWD), oven, kantong plastik, kantong kertas, bor tanah, gelas ukur, threeser, dan blower separator. Dokumentasi selama penelitian dilampirkan pada Lampiran 4.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas Way Apoburu, pupuk anorganik (Urea, SP-18, KCl), pupuk organik cair yang diaplikasikan ke daun (POC I) dan pupuk organik cair yang diaplikasikan ke tanah (POC II). Pupuk organik cair daun merupakan pupuk dengan kandungan unsur hara yang lengkap dan mudah tersedia. Pupuk tersebut diaplikasikan melalui tajuk sehingga diduga lebih efektif dan efisien karena tidak terdapat kehilangan. Pupuk ini merupakan pupuk pelengkap cair yang yang dilengkapi dengan berbagai macam unsur hara makro, mikro, hormon, zat pembasah, vitamin, dan mineral. Pupuk organik cair I diaplikasikan pada tanaman padi sawah dengan penyemprotan melalui daun. Pada Tabel 1, pupuk organik cair (POC I) memiliki kandungan unsur makro (N, P, dan K) yang lebih tinggi dibandingkan kandungan pada POC II. Kandungan N pada pupuk organik cair I berperan dalam meningkatkan tinggi tanaman dan kandungan khlorofil daun padi sawah.

Pupuk organik cair II merupakan pupuk yang diaplikasikan ke tanah. Pupuk yang diaplikasikan ke tanah ini lebih berfungsi dalam mengaktifkan

mikroba dalam tanah. POC II memiliki kandungan unsur mikro yang lebih tinggi dibandingkan POC I. Secara rinci analisis pupuk tersebut disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Mutu Pupuk Organik Cair I dan II

Nama Unsur Kandungan POC I POC II

N (%) 3.68 1.93 P2O5 (%) 0.82 0.2 K2O (%) 1.32 - C Organik (%) 6.38 8.25 C/N 1.73 1.93 Fe (ppm) 46 - B (ppm) 91 - Mn (ppm) 0.2 262 Zn (ppm) 44 112 Mo (ppm) Ttd 0.8 Cu (ppm) 114 0.2 Co (ppm) Ttd 0.8 Hg (ppm) Ttd 0.04 Pb (ppm) Ttd 0 Cd (ppm) 0.1 0.39 As (ppm) 0.01 2.08

E. coli Negatif Negatif

Salmonella Negatif Negatif

pH - 4.9

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor dengan tiga ulangan. Masing-masing perlakuan merupakan kombinasi dosis dan jenis pupuk. Dalam Percobaan ini terdapat 11 kombinasi perlakuan yaitu perlakuan 100 % dosis NPK (P1), perlakuan 100 % dosis NPK + 50 % dosis POC I (P2), perlakuan 100 % dosis NPK + 75 % dosis POC I (P3), perlakuan 100 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P4), perlakuan 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P5), perlakuan 50 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P6), perlakuan 100 % dosis NPK + 50 % dosis POC II (P7), perlakuan 100 % dosis NPK + 75 % dosis POC II (P8), perlakuan 100 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P9), perlakuan 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P10), perlakuan 50 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P11).

Dosis anjuran POC I yaitu 1 l/ha. POC I diaplikasikan dengan menyemprotkan pada tajuk tanaman padi sawah pada saat tanaman berumur 2 dan 4 MST (minggu setelah tanam). Dosis anjuran POC II yaitu 6 l/ha yang diaplikasikan pada tanah petak percobaan pada 3 hari sebelum tanam (HST), 1, 2, 3, dan 4 MST. Volume semprot yang digunakan adalah 500 l/ha. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali sehingga percobaan ini terdiri dari 33 satuan percobaan. Petak satuan percobaan berukuran 5m x 5m. Denah tata letak percobaan disajikan pada Lampiran 3. Model linear aditif yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

Yij = µ + αi + βj + εij

Yij = hasil pengamatan pada perlakuan pemupukan ke-i dan kelompok ke-j

µ = rataan umum

αi = pengaruh perlakuan pemupukan ke-i

βj = pengaruh kelompok ke-j

εij = pengaruh acak pada perlakuan pemupukan ke-i dan kelompok ke-j i = 1, 2,....,11

j = 1, 2, 3

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang diuji, dilakukan analisis Ragam (uji F), jika hasil uji F menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 5 % maka dilakukan uji lanjut t-Dunnet.

Pelaksanaan Penelitian

Sebelum disemai, benih padi direndam dalam air selama 24 jam kemudian diperam karung goni basah selama 2 hari sampai muncul bintik putih (radikula). Benih padi disemai pada lahan ukuran 4 m2. Pengolahan tanah dilakukan dua minggu sebelum penanaman. Pematang sawah diperbaiki dan ditinggikan. Tanah direndam selama seminggu kemudian dibajak. Tanah dibajak secara tradisonal menggunakan kerbau dan tenaga manusia.

Penanaman dilakukan dengan bibit berumur 9 hari setelah sebar, penyulaman dilakukan pada 1 minggu setelah tanam (MST) dengan umur bibit yang sama. POC I diberikan pada 2 minggu setelah tanam (MST) dan 4 MST pada permukaan daun tanaman. Aplikasi pemupukan POC II diberikan 3 hari

sebelum tanam, 7, 14, 21, dan 28 HST pada tanah. Pupuk cair tersebut disemprotkan dengan menggunakan knapsack sprayer. Aplikasi pupuk SP-18, KCl, dan urea 30% pada 1 MST, 40% urea pada 4 MST, dan 30% urea pada 6 MST, aplikasi pupuk tunggal tersebut disebar pada tiap petakan sesuai dosis perlakuan. Penyiangan dilakukan dengan cara pencabutan gulma secara manual pada saat tanaman berumur 28 HST, 35 HST, dan 55 HST.

Hama yang menyerang tanaman berumur 0-3 MST adalah keong, belalang, dan ulat. Hama belalang dan ulat tidak terlalu tinggi tingkat serangannya. Hama keong diambil secara manual dan diberikan batang ubi kayu pada pinggiran petakan. Pemanenan dilakukan ketika 90-95% gabah menguning. Pemanenan dilakukan dengan alat sabit tajam dengan cara potong atas.

Pengamatan

 

Pengamatan yang dilakukan meliputi :

1. Analisis hara tanah

Peubah yang diamati yaitu pH, N-Total, P, K, C-organik, dan C/N rasio yang dilakukan sebelum dan setelah pengujian. Analisis tanah pada awal penelitian dilakukan dengan menganalisis sampel tanah secara komposit dari 33 petak percobaan. Pada akhir penelitian sampel tanah diambil lagi pada masing-masing petak perlakuan dan dilakukan komposit per ulangan, untuk perlakuan POC I yang diaplikasikan ke daun, sampel tanah diambil secara komposit karena diduga tidak ada pengaruh berarti pada tanah.

2. PengamatanVegetatif

Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh dari masing-masing petakan, diamati setiap minggu dimulai sejak 3 MST sampai heading (keluar malai).

Pengamatan vegetatif yang diamati yaitu

1. Tinggi tanaman : diukur dari permukaan tanah sampai dengan daun

tertinggi. 2. Jumlah anakan

3. Bagan Warna Daun (BWD) : dicocokkan skala warna pada BWD dengan

3. Pengamatan Biomassa

Bobot kering akar dan tajuk serta volume akar diambil pada saat tanaman berumur 8 MST (pada masa pertumbuhan maksimum). Pengamatan ini dilakukan pada 2 tanaman/petak. Biomassa diukur dengan menimbang bagian tajuk tanaman dan akar setelah dikeringkan dengan oven pada suhu 105°C selama 1 hari. Volume akar : diukur dari selisih volume air dalam gelas ukur sesudah akar dimasukkan dengan volume awalnya.

4. Komponen Hasil dan Hasil

Pengamatan hasil dan komponen hasil dimulai pada saat panen. Peubah yang diamati dari petakan dengan lima tanaman contoh adalah :

1. Panjang malai, diukur dari buku terakhir malai sampai dengan ujung malai.

2. Jumlah gabah/malai, dilakukan dengan menghitung jumlah gabah dari 5 malai/rumpun.

3. Jumlah anakan produktif/rumpun, dilakukan dengan menghitung jumlah anakan yang bermalai.

4. Hasil gabah/rumpun, diperoleh dengan menimbang seluruh gabah dari masing-masing tanaman contoh.

5. Bobot 1000 butir gabah, bobot ini diperoleh dengan menimbang 1000 gabah isi.

6. Hasil gabah ubinan, diperoleh dari panen ubinan ukuran 2.5m x 2.5m. 7. Dugaan hasil/ha, dihitung dari konversi hasil ubinan.

8. Persen gabah hampa, dihitung berdasarkan persen bobot gabah hampa dari 100 gram gabah.

9. Peningkatan Hasil = GKP pemupukan-GKP kontrol x 100 %

GKP kontrol

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kondisi Umum

Curah hujan selama penelitian dari bulan Oktober 2009 sampai Januari 2010 tergolong tinggi sampai sangat tinggi yaitu berkisar antara 242.1-415.8 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 20-29 hari. Temperatur rata-rata selama penelitian tersebut berkisar antara 25.3-26.3°C. Kondisi curah hujan tersebut sesuai untuk pertanaman padi sawah karena menurut klasifikasi Oldeman tanaman padi sawah membutuhkan curah hujan 200 mm/bulan (Handoko, 1995).

Bibit ditanam saat berumur 9 hari setelah semai dengan 1 bibit per lubang tanam. Kondisi awal penanaman hingga panen tanaman padi sawah tergolong normal karena intensitas serangan hama dan penyakit rendah. Pada saat tanaman

berumur 0-3 MST, tanaman diserang oleh hama keong mas (Pomacea

canaliculata). Serangan hama ini diatasi dengan pengendalian secara manual yaitu penyulaman. Hama-hama lain yang menyerang adalah belalang, walang sangit, dan burung. Hama-hama tersebut dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang besar. Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 122 hari setelah tanam (HST).

Analisis Kandungan Hara Tanah

Analisis kandungan hara tanah dilakukan sebelum dan setelah panen. Sebelum penelitian dilakuan analisis tanah awal dengan pengambilan contoh tanah secara komposit. Pada akhir penelitian sampel tanah diambil pada masing-masing petak perlakuan dan dilakukan komposit per ulangan sedangkan untuk perlakuan POC I yang diaplikasikan ke daun, sampel tanah diambil secara komposit. Analisis dilakukan terhadap pH tanah, kandungan C-Organik, C/N, N-Total, P, dan K. Hasil analisis kandungan hara tanah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Hara Tanah Sebelum dan Setelah Penelitian   Peubah Sebelum Penelitian Setelah Penelitian P1 P2-P6 P7 P8 P9 P10 P11 pH 6.0 5.80 5.80 5.70 5.70 5.90 5.90 6.00 C-Organik (%) 2.35 1.25 1.30 1.04 1.13 1.30 1.54 1.64 C/N 13.10 12.5 10.83 10.4 10.30 10.00 10.30 9.60 N (%) 0.18 0.10 0.12 0.10 0.11 0.13 0.15 0.17 P (%) 9.60 9.90 9.40 9.40 9.90 10.30 10.80 11.60 K (%) 0.71 0.57 0.48 0.56 0.59 0.61 0.64 0.64

Sumber : Laboratorium Tanah, SEAMEO BIOTROP (2009-2010)

Hasil analisis tanah sebelum percobaan menunjukkan bahwa pH tanah tergolong agak masam, kandungan C-organik sedang, C/N rasio sedang, N rendah, P sangat rendah, dan K tergolong rendah menurut kriteria dari Hardjowigeno (2003). Secara umum, hasil analisis tanah setelah penelitian ini terjadi penurunan pada peubah pH, C-organik, C/N, N, dan K, namun terjadi peningkatan pada kandungan P tanah. Peningkatan unsur P tanah diduga karena ada penambahan unsur P dari pupuk dasar dan sifat unsur P yang tidak mobil di dalam tanah sedangkan penurunan N dan K diduga karena diambil oleh tanaman.

Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam

Hasil analisis uji F menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk organik dengan pupuk anorganik dengan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap jumah anakan pada saat tanaman berumur 10 MST dan jumlah anakan produktif tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap peubah lainnya. Secara rinci rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap beberapa peubah yang diamati disajikan pada Tabel 3 dan terlampir pada Lampiran 5-38.

Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Aplikasi Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah

 

Peubah Pengaruh Perlakuan Koefisien Keragaman (%)

Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman 3 MST tn 16.56 4 MST tn 7.86 5 MST tn 8.70 6 MST tn 8.11 7 MST tn 8.04 8 MST tn 7.23 9 MST tn 8.41 10 MST tn 8.54 Jumlah Anakan 3 MST tn 29.69 4 MST tn 30.31 5 MST tn 31.41 6 MST tn 26.62 7 MST tn 22.73 8 MST tn 29.75 9 MST tn 15.24 10 MST tn 13.05

Bagan Warna Daun

3 MST tn 4.40 4 MST tn 0.84 5 MST tn 4.16 6 MST tn 3.96 7 MST tn 6.02 8 MST tn 7.98 9 MST tn 21.22 10 MST tn 13.34

Bobot Kering Tajuk tn 37.61

Bobot Kering Akar tn 53.84

Volume Akar tn 41.59

Hasil dan Komponen Hasil

Jumlah Anakan Produktif tn 11.95

Jumlah Gabah per Malai tn 15.96

Panjang Malai tn 4.97

Bobot 1000 Butir tn 6.36

Bobot Basah Contoh tn 27.44

Peubah Pengaruh Perlakuan Koefisien Keragaman (%)

Gabah Kering Panen tn 25.37

Gabah Kering Giling tn 27.48

Persentase Gabah Hampa tn 18.91

Keterangan * : nyata pada taraf 5% tn : tidak nyata

Pertumbuhan Tanaman

Tinggi Tanaman

Perlakuan pupuk organik cair I dan II tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman padi sawah dari awal (3 minggu setelah tanam/MST) hingga akhir pengamatan (10 minggu setelah tanam/MST) jika dibandingkan perlakuan kontrol (100 % NPK). Secara rinci pengaruh aplikasi pupuk organik cair I dan II terhadap tinggi tanaman padi sawah disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Tinggi Tanaman Padi Sawah   Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 100 % dosis NPK (P1) 25.73 29.14 38.40 44.52 54.40 62.12 67.45 70.58 100 % dosis NPK + 50 % dosis POC I (P2) 25.36 31.60 40.66 48.38 56.33 63.06 66.36 66.76 100 % dosis NPK + 75 % dosis POC I (P3) 21.56 31.03 41.11 49.65 56.86 64.90 66.84 72.34 100 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P4) 28.56 32.92 43.91 52.15 60.73 68.06 72.98 73.44 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC I (P5) 18.83 27.61 38.10 45.33 53.18 63.95 68.52 71.25 50 % dosis NPK + 1 dosis POC

I (P6) 23.73 29.92 40.24 46.82 55.40 60.10 63.74 66.26 100 % dosis NPK + 50 % dosis POC II (P7) 23.06 28.80 40.68 47.06 55.82 62.46 65.54 65.52 100 % dosis NPK + 75 % dosis POC II (P8) 26.16 32.34 41.34 50.90 58.86 67.63 71.63 73.59 100 % dosis POC II + 100 % dosis NPK (P9) 25.80 32.12 40.80 49.36 57.13 63.28 66.23 67.75 75 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P10) 24.80 31.24 38.70 46.66 53.70 59.30 61.96 62.85 50 % dosis NPK + 100 % dosis POC II (P11) 21.43 32.30 42.12 49.40 56.86 62.26 67.86 70.70

Aplikasi pupuk organik cair I maupun II tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi sawah. Aplikasi kedua jenis pupuk organik tersebut ditambah NPK penuh ataupun 50 % dan 75 % dosis NPK menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda dengan perlakuan kontrol (100 % NPK). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi hara tanaman pada berbagai perlakuan tersebut cenderung tidak berbeda. Tinggi tanaman padi saat tanaman berumur 10 MST berkisar antara 62-72 cm.

Jumlah Anakan

Hasil analisis uji F, menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan padi sawah pada saat tanaman berumur 10 MST, tetapi uji lanjut menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Seperti disajikan pada Tabel 5, dari umur 3 MST hingga 10 MST tidak terdapat perbedaan jumlah anakan antara perlakuan. Jumlah anakan pada saat tanaman berumur 10 MST rata-rata berkisar antara 13-21 anakan/rumpun. Walaupun tidak terdapat perbedaan jumlah anakan dengan perlakuan aplikasi pupuk organik cair, tetapi juga tidak terdapat penurunan yang nyata pada perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50 %.

Dari Tabel 5 juga terlihat bahwa penambahan pupuk organik cair I + 100 % dosis NPK menghasilkan jumlah anakan pada 10 MST sekitar 21 anakan/rumpun, apabila hanya NPK saja (100 % dosis) tanpa pupuk organik cair I jumlah anakan yang dihasilkan sekitar 19 anakan/rumpun sama dengan aplikasi 75 % NPK + pupuk organik cair I. Pengurangan dosis NPK hingga 50 % dengan penambahan pupuk organik cair I menghasilkan jumlah anakan sekitar 17 anakan/rumpun. Dari hasil tersebut terlihat bahwa penambahan pupuk organik cair I dapat sedikit meningkatkan jumlah anakan atau dengan aplikasi pupuk organik cair I dan pengurangan dosis pupuk NPK sebesar 25 % dapat menghasilkan jumlah

Dokumen terkait