i
ANALISIS PENILAIAN NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI CABANG MANGUPURA
(KONSOLIDASI) PERIODE 31 JANUARI – 31 DESEMBER 2015.
Diajukan oleh:
AYU RAI ANGGA PRAMITA NIM: 1306023001
Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Keuangan dan
Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Denpasar
ii
Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing,
serta diuji pada tanggal 01 Juni 2016
Tim Penguji : Tanda tangan
1. Ketua : Drs. Komang Ardana, MM ...
2. Sekretaris : Drs. I Made Dana, MM ...
Mengetahui,
Ketua Program Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida sang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir Studi yang berjudul “Analisis Penilaian Non Performing Loan (NPL) Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Mangupura (Konsolidasi) Periode 31 Januari – 31 Desember 2015”.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak berhasil tanpa bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam
penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan 1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
3. Bapak Drs. Komang Ardana, MM. selaku Ketua Program Diploma III
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
4. Bapak Drs. I Made Dana, MM., selaku Dosen Pembimbing Laporan Tugas
Akhir Studi (TAS) yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan sampai dengan selesainnya Laporan Tugas Akhir
iv
5. Bapak Drs. Komang Ardana, MM. Selaku Pembimbing Akademik (PA)
selama penulis menjalankkan kuliah pada Program Studi Diploma III
Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang mengajar dan membimbing penulisan selama
mengikuti perkuliahan pada Program Diploma III Keuangan dan Perbankan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir
Studi ini, masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang di sebabkan
karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian
Tugas Akhir studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang
berkepentingan.
Denpasar , 01 Juni 2016
v
Judul : Analisis Penilaian Non Performing Loan (NPL) Pada Pt. Bank
Pembangunan Daerah Bali Cabang Mangupura (Konsolidasi)
Periode 31 Januari – 31 Desember 2015.
Nama : Ayu Rai Angga Pramita
NIM : 1306023001
ABSTRAK
Permasalahan perbankan di Indonesia sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi yang ada di Indonesia, dimana perbankan merupakan perusahan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali berupa kredit. Kegiatan kredit bisa menimbulkan risiko yang akan berpengaruh terhadap perekonomian suatu daerah, kegagalan – kegagalan bank dalam memantau kredit bermasalah dapat mengakibatkan risiko kredit yang tinggi dimana dapat mengarah pada bangkrutnya sebuah bank. maka dari untuk menilai kredit bermasalah perlu adanya penelitian dalam analisis untuk melihat perkembanagan Non Perfoming Loan (NPL) pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Mangupura secara konsolidasi setiap bulannya .
Penelitian ini menggunakan data laporan kredit yang disalurkan dan laporan kredit bermasalah periode 31 Januari – 31 Desember 2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan bulanan selama satu tahun. Dimana Metode Analisis data menggunakan analisis Non Perfoming Loan (NPL).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan anlisis Non Perfoming Loan (NPL) risiko kredit yang dihadapi PT Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Mangupura sangat rendah , dimana presentase Non Perfoming Loan sangat rendah yang menunjukan dibawah 2 persen dengan standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia Maksimal 5 persen.
vi
DAFTAR ISI
ISI Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ...ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Laporan ... ...5
1.4 Metode Penulisan Laporan ... 5
1.5 Sistematika Penyajian... 6
BAB II KAJAIN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori ... 8
2.1.1 Pengertian Bank ... 8
2.1.2 Jenis – Jenis bank ... 8
2.1.3 Pengertian Kredit ... 12
2.1.4 Risiko Kredit ... 14
2.1.5 Non Perfoming Loan (NPL) ... 17
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ... 20
BAB III PENUTUP 3.1 Lokasi Penelitian ... 23
3.2 Obyek Penelitian ... 23
3.3 Identifikasi Variabel ... 23
3.4 Definisi Operasional ... 23
3.4.1 Non Perfoming loan (NPL) ... 23
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 25
3.6 Metode Penentuan Sample ... 25
3.7 Metode Pengumpulan Data... 26
3.8 Teknik Analisis Data ... 26
vii
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 30
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 35 5.2 Saran ... 35
viii
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
4.1 Struktur Organisasi Pt. Bank Pembangunan Daerah
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1. Data rincian Kredit bermasalah pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Mangupura (Konsolidasi) Periode
31 Januari – 31 Desember 2015...39
2. Data rincian Kredit yang diberikan pada PT. Bank
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam dunia perbankan di Indonesia, sangat banyak bank yang telah
berkembang dari ruang lingkup yang kecil hingga besar . Setiap perbankan yang
ada sangat mempengaruhi perekonomian di suatu Negara, dimana kestabilan
perekonomian Negara dilihat dari bank yang mampu menstabilkan uang beredar
di masyarakat. Untuk mempertahankan kestabilan tersebut Sehingga sangat perlu
adanya pengawasan dari OJK untuk memantau perkembangan pertumbuhan suatu
bank.
Bank adalah lembaga keuangan (financial institution) yang berfungsi
sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan
dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank
kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang
memerlukan dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Bank menerima
simpanan uang dari masyarakat (dana pihak ketiga) dan menyalurkannya
kembali dalam bentuk kredit. Dari aktivitas bank tersebut tersalurlah berbagai
produk bank sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh bank
yang bersangkutan.
Keberadaan bank cenderung membantu perkembangan perekonomian
2
penyaluran kredit agar mudah di jangkau masyarakat. Perbankan di Indonesia
telah memperluas jenis lembaga keuangan yang nantinya mampu di jangkau di
setiap daerah, khususnya daerah bali yang telah memiliki BPD ( Bank Perkreditan
daerah).
Lembaga keuangan Bank di Bali memiliki banyak perkembangan untuk
meningkatakan perekonomian daerah sekitarnya. Peranan BPD dalam
perekonomian daerah di lihat dari skalanya dimana BPD lebih mengarah pada
perekonomian UMKM, Dana Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
disalurkan untuk membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
sebaiknya disalurkan lewat Bank Pembangunan Daerah (BPD). Jika BPD
mengalami kerugian sangat berdampak pada daerah tempat berdirinya bank
tersebut. Pada PT Bank Pembangunan Daerah bali memiliki beberapa cabang
yang mendukung proses operasional dimana setiap cabang memiliki cabang
pembantu yang lebih luas dan dekat pada masyarakat, salah satunya seperti PT
Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Mangupura yang memiliki tiga cabang
pembantu(Konsolidasi) yang terdiri dari capem mengwi, Capem Gatsu Barat, dan
Capem Abiansemal, diamana stiap Cabang Pembantu juga menjalankan
operasional nya yang di pantau oleh cabang. Salah satunya dalam bidang kredit
yang merupakan penghasilan suatu bank, setiap cabang bertanggung jawab untuk
memantau perkembangan kredit yang dimilikinya dengan tujuan menghindari
kreit macet. Untuk mempertahankan hal tersebut maka diperlunya berbagai
analisis untuk menilai risiko yang akan muncul.
3
Semakin besar tingkat atau proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan, maka
semakin besar pula jumlah investasi kredit yang dimiliki perusahaan. Dengan
besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya, berarti perusahaan tersebut harus
menyediakan investasi yang lebih besar lagi. Adanya penjualan kredit yang
dilakukan, dapat mengurangi kemungkinan risiko seperti munculnya biaya
penambahan pegawai dan pengurusan administrasi. Saat semua masalah ini
bermunculan, secara langsung akan menghambat kelancaran operasional yang harus
dicapai perusahaan. Oleh karena itu, sebelum melakukan pemberian kredit perusahaan
harus memperhatikan unsur 5 C (The Five of Credit), yaitu character, capacity, capital,
4
Risiko yang paling menjadi pandangan utama suatu bank adalah risiko
kredit , dimana kredit merupakan bisnis utama bank, namun di sisi lain kredit juga
menjadi penyebab utama bangkrutnya bank. Kecenderungan kerugian yang timbul
dalam usaha perkreditan akibat tingginya jumlah kredit macet karena kurangnya
perhatian bank secara serius setelah kredit tersebut berjalan. Faktor lain yang
cukup penting adalah sangat minimnya analisis yang dilakukan bank pada saat
terjadi perubahan siklus usaha.
Analisis kredit atau penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksud
untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh
calon debitur, sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa
proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak. Dengan adanya
analisis kredit ini dapat mencegah kemungkinan terjadinya default oleh calon
debitur. Default dalam hal ini merupakan kegagalan nasabah dalam memenuhi
kewajibannya untuk melunasi kredit yang diterimanya (angsuran pokok) beserta
bunga yang telah disepakati bersama. Risiko kredit merupakan risiko paling
signifikan yang menyebabkan kerugian potensial apabila tidak dikelola dan
ditangani dengan baik. Akibat yang akan timbul adalah peningkatan tingkat NPL
Mencakup berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan
peminjam untuk membayar kembali pinjaman secara penuh serta sebagai
faktor-faktor yang mempengaruhi Bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah (Non
Performance Loan / NPL). Dimana sebagai hasil dari faktor-faktor ini, sebenarnya
kerugian menuju akhir proses pemulihan masalah utang juga dapat
5
bermasalah merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi
bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau
penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana
NPL (Non Performing Loan) adalah rasio yang menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan
oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank
yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.NPL menjadi begitu penting
sebagai tolak ukur kesehatan bank, karena apabila NPL mengalami suatu
permasalahan akan menyebabkan terganggunya beberapa aspek dalam bank.
Berdasarkan latar belakang yang diaparkan maka peneliti melakukan
penelitian tentang “Analisis Penilaian Non Performing Loan Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Mangupura (Konsolidasi) Periode 31 Januari – 31 Desember 2015".
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang
menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah tingkat Non Performing Loan pada PT. Bank
Pembangunan Daerah Bali Cabang Mangupura (Konsolidasi) Periode 31
6
2. Bagaimanakah Perkembangan Non Performing Loan pada PT. Bank
Pembangunan Daerah Bali Cabang Mangupura (Konsolidasi) dari Periode
31 Januari – 31 Desember 2015 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perkembangan Non Performing Loan Pada PT. Bank Pembangunan
Daerah Bali Cabang Mangupura (Konsolidasi) Periode 31 Januari – 31 Desember
2015
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini di harapkan dapat
memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut :
1) Manfaat secara Teoritis
Diharapkan dengan adanya penelititan ini dapat mengembangkan
atau menambahkan dari penelitian – peneleitian sebelumnya mengenai
pengukuran Non Performing Loan Pada PT. Bank Pembangunan Daerah
Bali Cabang Mangupura Periode 31 Januari – 31 Desember 2015
2) Manfaat Praktis
Sebaagai bahan pertimbangan bagi manajemen perbankan dalam
menilai Tingkat Non Performing Loan Pada PT. Bank Pembangunan
Daerah Bali Cabang Mangupura Periode 31 Januari – 31 Desember 2015.
1.5 Sistematika penulisan
7
di kemukakan rangkaian masing- masing bab, sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian serta Sistematika penulisan
Bab II : Kajian Pustaka
Bab ini berisikan tentang landasan teori serta hasil penelitian sebelumnya
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini menguraikan tentang lokasi penelitian, obyek penelitian,
identivikasi variable, definisi operasional, jenis dan sumber data, metode
penentuan sample, metode pengumpulan data serta teknik analisis data.
Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitia
Bab ini berisikan gambaran umum daerah atau deskripsi hasil penelitian
dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V : Simpulan Dan Saran
Bab ini menguraikan tentang simpulan atas hasil pembahasan analisis
1
BAB II
KAJAIN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Bank
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan). Istilah bank itu sebenarnya bukan istilah yang asing bagi
masyarakat akan tetapi dalam kenyataanya masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui jelas bagaimana bank itu.
Setiap Bank atau perusahaan mempunyai catatan laporan keuangan
yang berguna untuk menguji dan mengetahui serta menilai kondisi dan
posisi keuangan perusahaan tersebut Analisis laporan keuangan sangat
bergantung pada informasi yang diambil dari laporan keuangan, Audri (2009).
Menurut Baridwan (2000: 17) “Laporan keuangan merupakan ringkasan dari
suatu proses pencatatan. Merupakan ringkasan dari transaksi- transaksi keuangan
yang etrjadi selama tahun buku yang bersangkutan.”
2.1.2 Jenis-jenis Bank
1. Dilihat Dari Segi Fungsi dan jenis - jenis Bank :
2
Adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam bentuk lalu lintas
pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat
memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah
operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah.
2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sifat kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan
kegiatan bank umum. Kegiatan BPR hanya rneliputi kegiatan
penghimpunan dan penyaluran dana saja, Begitu pula dalam hal jangkauan
wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah tertentu saja.
2. Dilihat Dari Segi Kepemilikannya
1) Bank Milik Pemerintah
Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki
oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungannya bank itu dimiliki
oleh pemerintah.
2) Bank Milik Swasta Nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh
swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta
nasional. Dalam bank swasta milik nasional termasuk pula
bank-bank yang dimiliki oleh badan usaha yang berbenruk koperasi.
3
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing jelas
kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri.
4) Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak
asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara
mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
3. Dilihat Dari Segi Status dan kemampuannya dalam melayani masyarakat
maka bank umum dapat dibagi kedalam 2 macam, yaitu :
1) Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar
negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran letter of
credit dan transaksi luar negeri lainnya. Persyaratan untuk menjadi
Bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia setelah memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan.
2) Bank Non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa. Jadi bank non devisa
merupakan kebalikan dari bank devisa, dimana transaksi yang
4
4. Dilihat Dari Segi Menentukan Harga
1) Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini
adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Dalam
mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para
nasabahnya, menggunakan dua metode yaitu:
a) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk
simpanan maupun untuk produk pinjamannya juga
ditentukan berdasarkan suku bunga tertentu.
b) Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank dapat
menggunakan atau menerapkan berbagai biaya - biaya
dalam nominal atau persentase tertentu.
2) Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah peraturan
perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan
perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari
keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah
sebagai berikut:
a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
5
c) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahab)
d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa
pilihan (ijarah)
e) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarahwaiqtina)
2.1.3 Pengertian Kredit
Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang atrinya percaya , dimana
pemberi kredit percaya terhadap penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkan
akan dikembalikan sesuai perjanjian Hasibuan (2011;12)
Berdasarkan pengertian diatas nampak bahwa suatu fungsi pokok dari
kredit pada dasaraya adalah untuk pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan
masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan kegiatan usaha berbagai
bidang yang semua itu untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dalam hal ini
mempermudah mendapatkan modal usaha. Jadi tujuan suatu pemberian kredit
antara lain:
1. Mencari Keuntungan
Yaitu bank yang dalam kegiatannya menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada
masyarakat bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit dalam
6
administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah yang menggunakan
jasa bank tersebut.
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang
mengalami devisit anggaran (kekurangan dana), baik dana investasi
maupun dana modal kerja. Adapun dana tersebut akan dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya.
3. Membantu pemerintah
Keuntungan bagi pemerintah dengan pemberian kredit adalah:
1) Penerimaan pajak
2) Membuka kesempatan kerja
3) Meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di
masyarakat.
Untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu kredit, perlu dilakukan
analisis kepada calon debitur yaitu analisis 5 C. Penilaian kredit dengan metode
analisis 5 C adalah sebagai berikut:
1. Character (watak)
Analisis ini untuk mengetahui watak yang berkaitan dengan
integritas dari calon nasabah, integritas ini sangat menentukan kemauan
membayar kembali nasabah atas kredit yang telah dinikmatinya.
7
Analisis ini berkaitan dengan nilai kekayaan yang dimiliki calon
nasabah yang biasanya diukur dari modal sendiri yaitu total aktiva
dikurangi total kewajiban (untuk perusahaan).
3. Capacity (kemampuan)
Adalah penilaian terhadap calon debitur dan dalam kemampuan
untuk memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian akad
kredit yaitu melunasi utang pokok dan bunga.
4 Collateral (jaminan)
Berdasarkan ketentuan pemerintah/Bank Indonesia, setiap
pemberian kredit harus didukung oleh adanya agunan yang memadai,
kecuali untuk program-program pemerintah, karena kredit pada dasarnya
mengandung risiko.
5. Condition of economy (kondisi ekonomi)
Kondisi perekonomian akan mempengaruhi kegiatan dan prospek
usaha peminjam, dalam rangka proyeksi pemberian kredit,kondisi
perekonomian harus pula dianalisis (paling sedikit selama jangka waktu
kredit).
2.1.4 Risiko Kredit
Risiko kredit adalah Risiko tidak kembalinya dana bank yang disalurkan
berupa kredit kepada masyarakat baik sebagaian atau keseluruhanya sesuai
dengan perjanjian kredit yang ada. Risiko tersebut mengurangi kemampuan bank
dalam memenuhi kewajibanya atau berdampak pada risiko likuiditas. Dampak
8
kredit yang disalurkanya kepada masyarakat di balik bank membayar bunga dana
dan biaya lainnya. Bank yang terkena risiko kredit ditandai oleh kredit non
performing sehingga memburuknya kas masuk (cash flow) bank. Dengan adanya
risiko kredit berarti bank mengalami kegagalan dalam penyaluran kredit
.Kegagalan tersebut disebabkan oleh lemahnya manajemen kredit disamping
adanya kelemahan di pihak nasabah seperti gagalnya usaha nasabah, perubahan
karakter nasabah dan sebab lain seperti persaingan antar bank sehingga
terbatasnya nasabah – nasabah yang layak diberikan kredit .Kondisi tersebut
sering disebut bank berada dalam perubahan lingkungan (Sudirman,2013:191).
Untuk menghindari kegagalan bank supaya bank tidak tertimpa risiko kredit ,bank
menentukan tiga pilar dalam manajemen kredit (Soedarto dalam sudirman 2013)
yaitu:1) Kebijakan dan prosedur kredit. 2) Proses pemberian kredit. 3)Pengawasan
kredit.
Bank perlu mengelola risiko kredit dari seluruh portofolio serta risiko dari
individu atau kredit transaksi. Bagi sebagian besar bank, pinjaman adalah yang
terbesar dan juga sumber risiko kredit, namun sumber-sumber risiko kredit lain
juga terdapat di seluruh kegiatan bank, termasuk pembukuan perbankan dan
pembukuan perdagangan baik yang di dalam atau di luar neraca. Untuk
menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit perlu diberikan ukuran-ukuran
tertentu.
1) Lancar (pas) Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila:
(1) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu
9
(3) Sebagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash
collateral)
2) Dalam perhatian khusus (special mention) Dikatakan dalam perhatian
khusus apabila memenuhi kriteria antara lain:
(1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga
yang belum melampaui 90 hari
(2) Kadang-kadang jadi cerukan
(3) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
(4) Mutasi rekening relatif aktif
(5) Didukung dengan pinjaman baru
3) Kurang lancar(substandard) Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi
kriteria diantaranya :
(1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga
yang telah melampaui 90 hari
(2) Sering terjadi cerukan
(3) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari
90 hari
(4) Frekuensi relative rekening relatif rendah
(5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur
(6) Dokumen pinjaman yang lemah
(7) Diragukan (doubtful)
4) Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria diantaranya :
10
yang telah melampaui 180 hari
(2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen
(3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
(4) Terjadi kapitalisasi bunga
(5) Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit
maupun pengikatan jaminan.
5) Macet (loss) Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain :
(1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga
yang telah melampaui 270 hari
(2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
(3) Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan
pada nilai yang wajar.
2.1.5 Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) atau sering disebut kredit bermasalah
dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat
adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar ke-mampuan
kendali debitur (Setyorini, 2012:181). Tingkat terjadina kredit bermasalah
biasanya dicerminkan dengan Non Perfoming Loan (NPL) yang terjadi pada
bank tersebut. Semakin rendahnya rasio NPL maka akan semakin rendah
tingkat kredit bermasalah yang terjadi, berarti semakin kecil risiko kredit dan
membaiknya kondisi Bank (Dyanti, 2012). Dengan mengetahui presentase
11
Bank Central ( Bank Indonesia) dapat mengambil langkah yang ba ijak dalam
menyikapi dan menghadapi bank tersebut.
Istilah kredit bermasalah sering juga dipakai untuk kredit macet yang
sudah dihapus dari pembukuan bank. Agar tidak terjadi kerancuan untuk
selanjutnya dipakai istilah yang lebih teknis yaitu Non Performing Loan (NPL).
yang termasuk dengan NPL adalah debitur atau kelompok debitur golongan
kurang lancar, dan Macet. Dimana menghitungnya dengan cara total NPL di bagi
total kredit dikali 100%. Early warning system, serta pemantauan yang efektif
akan memudahkan bank dalam mengambil langkah yang diperlukan apabila suatu
nasabah akan mengalami penurunan kualitas atau peningkatan risiko kredit.
Menurut catatan bank Indonesia kredit macet disebabkan antara lain
penurunan kualitas kredit yang disebabkan oleh penurunan kondisi keuangan
debitur, keterlambatan pembayaran, masalah pembayaran lainnya, buruknya
prospek usaha debitur dan efek penerapan peraturan Bank Indonesia nomor
7/2/PBI/2005 tentang penilaian kualiatas bank umum. Kredit bermasalah yang
tinggi dapat menimbulkan keengganan bank untuk menyalurkan kredit karena
harus membentuk cadangan penghapusan yang besar. NPL merupakan persentase
jumlah kredit bermasalah kurang lancar, diragukan dan macet semakin kecil pula
risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Bank dalam melakukan kredit
harus melakukan analisis terhdap kemampuan debitur untuk membayar kembali
kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan pemantauan
terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam
12
agunan untuk memperkecil risiko kredit (Dendawijaya, 2005) sebagai akibat dari
timbulnya kredit bermasalah dapat berupa sebagai berikut.
1) Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income yang diberikannya,
sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi
rentabilitas bank.
2) Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR
Debt Ratio yang memburuk.
3) Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif
yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada
akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat
berpengaruh terhadap CAR
4) Menurunnya tingkat kesehatan bank.
Potensi terjadinya NPL dimulai dari tahap awal persetujuan kredit,
terutama pemberian kredit yang tidak sehat. Supaya NPL tidak membengkak,
bank-bank hendaknya lebih berhati-hati dalam penyaluran kredit. Misalnya
menyalurkan kredit ke sektor yang ber-NPL rendah dan berprospek bisnis tinggi
(Info bank, 2003). Salah satu risiko yang muncul akibat semakin kompleksnya
kegiatan perbankan adalah munculnya Non-Performing Loan (NPL) yang
semakin besar. Dengan kata lain semakin besar skala operasi suatu bank maka
aspek pengawasan semakin menurun, sehingga NPL semakin besar atau risiko
kredit semakin besar (Mawardi dalam Syahfitri ,2011).
Kredit lancar yang diberikan bank dapat berubah menjadi kredit
13
kemungkinan terjadinya kredit bermasalah tersebut, maka perlu diadakan sistem
“pengenalan diri” secara sistematis yang berupa daftar kejadian atau gejala yang
dapat menyebabkan kredit menjadi bermasalah. Gejala tersebut terjadi karena
beberapa faktor berikut : (Dendawijaya, 2001)
1) Faktor interal bank yang memberikan kredit, seperti :mark up
yang dilakukan dengan sengaja, feasibility studyng yang dibuat
supaya proyek sangat feasible, adanya praktik KKN, kurang
ketatnya monitoring kredit, dan sebagainya. Adanya faktor-faktor ini
setidaknya berpengaruh terhadap tingkat rasio-rasio kesehatan bank
seperti CAR dan LDR serta mempengaruhi total asset yang
dimiliki oleh bank yang tercermin dalam rasio bank size.
2) Faktor internal perusahaan (nasabah bank), seperti mismanagement
dalam perusahaan nasabah, kesulitan keuangan, kesalahan dalam
produksi, kesalahan dalam marketing strategy, dan sebagainya.
3) Faktor eksternal seperti keadaan ekonomi secara makro yang
tercermin dalam tingkat Gross Domestic Product dan juga, kenaikan
nilai tukar US dolar terhadap rupiah yang menaikkan harga pokok
produk/jasa, kebijakan pemerintah, dan sebagainya.
2.2 Pembahasasn Hasil Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Herman 2011 “Analisis
Tingkat Risiko Kredit Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang
Sinjai di Kabupaten Sinjai. Dengan hasil Kredit Non - Performing Loans, (NPL)
14
tahun (2007 -2010) mengalami penurunan tiap tahunnya. Hal ini terlihat dari
besarnya rata-rata persentase tingkat risiko PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Cabang Sinjai yang ditetapkan oleh Bank Indonesia di bawah persentase
untuk kredit kategori rendah Artinya Non - Performing Loans (NPL) PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk selama empat periode (2007 - 2010) tergolong
rendah.
Menurut R.C.T., S. Murni., S. Murniharapon dalam penelitiannya yang
berjudul “Penerapan Manajemen risiko Untuk Meminimalisir risiko kredit macet
pada PT. Bank SuLutyo” dengan menggunakan alat ukur Non Perfoming Loan
(NPL)dengan hasil yang diperoleh, dimana Non Performing Loan (NPL) pada
PT. Bank SulutGo tahun 2013-September 2015 mengalami fluktuasi. Secara
keseluruhan, NPL PT. Bank SulutGo masih dapat ditoleransi, yaitu tidak melebihi
batas maksimum yang ditetapkan Bank Indonesia. Sehingga PT. Bank SulutGo
harus mempertahankan dalam segi penerapan manajemen resiko yang baik
Menurut penelitian sebelumnya oleh S. Priangga Putra., T. Nengah.,
Sudjana “Analisis Manajemen Risio Kreit Sebagai alat untuk meminimalisir
Risiko Kredit Pada PT. BPR Dau Kusumadjaja Malang ” dengan
mengunakan metode Non Performing Loan (NPL) sebagai kriteria dalam
mengukur risiko kredit. Kondisi NPL bank,sudah cukup baik tetapi belum efektif.
Sudah cukup baik dapat dilihat dari rata-rata NPL sebesar 2,83% dibawah
toleransi Bank Indonesia sebesar 5%. Belum efektif dapat dilihat dari peningkatan
tingkat NPL pada akhir tahun 2014 khususnya 4 bulan terakhir mulai dari2,21%
15
Penelitian selanjutnya oleh Rina Melinda Moch “Evaluasi Pengendlian
Manajemen Pemberian Kredit Modal Kerja Dalam Upaya Meminimalkan Non
Pergoming Loan (NPL) Pada PT. Bank Pembangunan Rakyat nusamba Wlingi”
diamana Non Performing Loan (NPL) Kredit Modal Kerja pada PT. BPR
Nusamba Wlingi per tahunnya sudah dikatakan baik, tetapi dari segi Non
Performing Loan (NPL) pada tingkat kolektibilitasnya atas kredit bermasalah
masih jauh dari batas ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Berdasarkan Penelitian sebelumnya telah memberikan gambaran hasil
dengan teori yang ada, dimana semakin besar nilai Non Perfoming Loan (NPL)
maka tingkat Risiko Kredit akan semakin tinggi. Berdasrakan aturan BI yang
telah menyatakan tingkat Non perfoming (NPL) tidak boleh melebihi 5%, karena
hal tersebut akan mengarah pada risiko kredit yang semakin tinggi dimna
banyaknya kredit yang tak terbayarkan dibandingkan dengan kredit yang di
salurkan. Sehingga hal tersebut bisa mengarah pada likuiditas bank yang nantinya
sulit di atasi, dengan demikan untuk penelitian kali ini akan meneliti presentase
risiko kredit yang ada pada PT Bank Pembangunan Daerah Cabang Mangupura