• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self Compassion pada ODHA di Rumah Cemara Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self Compassion pada ODHA di Rumah Cemara Bandung."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran derajat self compassion pada ODHA di Rumah Cemara Bandung. Self compassion adalah pemberian pemahaman dan kebaikan kepada diri sendiri ketika mengalami kegagalan ataupun membuat kesalahan, namun tidak menghakimi diri sendiri dengan keras dan mengkritik diri sendiri dengan berlebihan atas ketidaksempurnaan, kelemahan dan kegagalan yang dialami diri sendiri. Responden dalam penelitian ini berjumlah 19 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan teknik pengambilan data menggunakan kuesioner. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner self compassion yang berjumlah 26 item yang dikonstruksi oleh Neff (2003) dan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Missiliana R, M.Si. Psik. (2012). Validitas alat ukur berkisar dari 0,365 – 0,606 sedangkan reliabilitasnya sebesar 0,8182 yang termasuk kategori reliabilitas tinggi. Validitas alat ukur diuji kembali oleh peneliti dengan validitas berkisar antara 0,308 – 0,849 sedangkan reliabilitasnya sebesar 0,871 yang termasuk kategori reliabilitas tinggi Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa sebagian besar ODHA yaitu 16 ODHA (84,21%) memiliki derajat self compassion yang rendah sedangkan tiga ODHA lainnya (15,79%) memiliki derajat self compassion yang tinggi. Sebagian besar secara spesifik ODHA yang self compassionnya rendah memiliki skor yang rendah pada komponen self kindness dan mindfulness dan skor yang tinggi pada komponen common humanity. Analisa tabulasi silang menyatakan bahwa tidak ada yang memiliki keterkaitan dengan faktor – faktor yang memperngaruhi yaitu jenis kelamin, personality, attachment, maternal criticism, modeling of parents, collectivist, individualist. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti korelasi antara faktor – faktor yang diduga mempengaruhi self compassion. Secara praktis, agar pihak Rumah Cemara Bandung memberikan intervensi yang tepat untuk meningkatkan Self Kindness dan Mindfulness pada ODHA di Rumah Cemara Bandung.

(2)

Abstract

This research aims at describing self compassion degree of ODHA in Rumah Cemara Bandung. Self compassion is giving understanding and goodness to one’s self when experiencing failures or making mistakes but not judging and criticizing one’s self so hard and too much over imperfection, weakness and failure that one is experiencing. There are 19 respondents in the research. The methodology of the research is using descriptive method and the data is taken by questionnaires. The measuring tool used in this research is self compassion questionnaire by Neff (2003) and is translated to Bahasa Indonesia by Missiliana R. M.Si. Psik. (2012). Its validity ranges from 0.308 to 0.849, and the reliability score is 0.871 which is a category of high reliability score. Based on the research, it is found that most ODHA which is 16 ODHAs (84.21%) have low self compassion degrees while the other three ODHAs (15.79%) have high self compassion degree. Specifically, most ODHA which has low compassion degree has low score on self kindness and mindful component and high score on common humanity component. Cross tabulation analysis shows that none has affecting factors which are gender, personality, attachment, maternal criticism, modeling of parents, collectivist, and individualist. The next research is suggested to examine the correlation between factors which are noted to influence self compassion so that practically, Rumah Cemara Bandung can contribute precise intervention in increasing Self Kindness and Mindfulness of ODHA in Rumah

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 7

1.5 Kerangka Pemikiran ... 8

(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Self-Compassion ... 22

2.1.1 Pengertian Self-Compassion ... 22

2.1.2 Komponen-komponen Self-Compassion ... 24

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Compassion ... 28

2.1.3.1 Jenis Kelamin ... 28

2.2 Human Immunodificiency Virus(HIV) ... 40

2.2.1 Pengertian HIV ... 40

2.2.2 Cara Penularan HIV ... 41

2.2.3 Stigma dan Diskriminasi Terhadap Orang dengan HIV ... 42

2.2.4 Perjalanan Penyakit HIV/AIDS ... 43

2.2.5 Klasifikasi Klinis HIV/AIDS ... 44

2.2.6 Fase-Fase Penyakit HIV/AIDS ... 45

2.2.7 Dampak HIV/AIDS Pada Penderita di Masyarakat ... 47

(5)

2.3.1 Dewasa Awal (Early Adulthood) ... 47

2.3.2 Dewasa Madya (Middle Adulthood) ... 48

2.3.3 Dewasa Akhir (Late Adulthood ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 50

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 50

3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 51

3.3.1 Variabel Penelitian ... 51

3.3.2 Definisi Konseptual ... 51

3.3.3 Definisi Operasional ... 51

3.4 Alat Ukur ... 52

3.4.1 Kuesioner Self-Compassion ... 52

3.4.2 Prosedur Pengisian Alat Ukur ... 53

3.4.3 Sistem Penilaian Alat Ukur ... 53

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 54

3.5 Validitas dan Realibilitas Alat Ukur ... 55

3.5.1 Validitas Alat Ukur ... 55

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 56

3.6 Populasi Sasaran ... 56

3.7 Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 58

(6)

4.2.1 Derajat Self Compassion ... 59

4.3 Pembahasan ... 60

4.4 Diskusi ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 70

5.2.1 Saran Teoritis ... 71

5.2.2 Saran Praktis ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 52

Tabel 3.2 Sistem Penilaian Setiap Komponen Self-Compassion ... 54

Tabel 4.1 Gambaran Responden ... 58

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Komponen Self Compassion ... 59

Tabel 4.3 Hasil Pengelompokan Self Compassion ... 59

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Kisi-kisi Alat Ukur ... L-1 Letter Of Concent dan Alat Ukur ( Identitas, Data Utama, dan Data Penunjang) L-5

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam berita akhir-akhir ini semakin maraknya penggunaan narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan berdampak buruk terhadap diri mereka sendiri, salah satunya yaitu terjangkitnya penyakit menular dari penggunaan narkoba ataupun seks bebas tersebut. Salah satu penyakit yang menular yang dapat menjangkit mereka adalah HIV.

Saat ini penyakit HIV bukanlah sesuatu yang asing didengar lagi. Hampir semua orang mengetahui mengenai penyakit HIV. Sejak awal kemunculannya, penyakit HIV memang sangat fenomenal. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Acquired immune deficiency syndrome(AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan

oleh Human Immunodeficiency Virus(HIV). Seseorang yang terinfeksi virus HIV menderita AIDS sering disebut dengan ODHA singkatan dari orang dengan HIV/AIDS. Penderita infeksi HIV dinyatakan sebagai penderita AIDS ketika menunjukkan gejala atau penyakit tertentu yang merupakan akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan virus HIV atau tes darah menunjukkan jumlah CD4 < 200/��3. (www.depkes.go.id)

(11)

melakukan hubungan seks dengan seseorang yang telah terinfeksi. Selain itu, HIV dapat menular melalui transfusi darah dimana darah tersebut telah terinfeksi ataupun karena penggunaan jarum suntik yang tidak steril.

Secara kumulatif, sedikitnya 6.279 penduduk Jawa Barat positif terjangkit HIV-AIDS hingga September tahun ini. Dengan angka tersebut, jumlah penderita HIV-AIDS di Jawa Barat menempati peringkat ketiga tertinggi setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur. Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menunjukkan, hingga September 2011 tercatat 3.925 kasus AIDS dan 2.354 HIV positif. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun lalu, yakni sekitar 5.000 kasus HIV-AIDS. Sekitar 25 persen penderita di antaranya masih berusia produktif, yakni antara 15-24 tahun. ''Jawa Barat saat ini menempati posisi kedua, melampaui Provinsi Papua,'' kata Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jawa Barat, Nu'man Abdul Hakim, dalam puncak peringatan Hari AIDS se-Jabar, Ahad (16/12). Dari data Departemen Kesehatan (Depkes) per September 2007, di DKI Jakarta terdapat 2.849 penderita AIDS sedangkan Provinsi Jabar 1.445 penderita AIDS. Angka ini lebih tinggi dibanding Provinsi Papua yang mencapai 1.268 penderita AIDS. (http://www.aids-ina.org/)

Penggunaan narkoba jarum suntik memberi kontribusi paling besar dalam epidemi nasional ini, tetapi virus ini tidak hanya menyebar di kalangan pengguna narkoba. HIV juga menular kepada pasangan dan ibu-ibu rumah tangga yang tidak mengetahui bahwa pasangannya terinfeksi HIV; anak-anak yang terlahir dari ibu yang tidak mengetahui dirinya terinfeksi HIV; dan remaja yang tidak mengetahui konsekuensi dari perilaku seks bebas yang beresiko. (http://blog.rumahcemara.or.id/p/fakta.html)

(12)

3

mendorongnya untuk melakukan tes ulang. Namun yang lebih buruk, kadang-kadang kekagetan ini berkembang menjadi depresi berat karena memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin dihadapi akibat penyakit ini (Pramudiarja, 2010).

Dampak yang terjadi ketika seseorang menderita HIV salah satunya adalah menurunnya relasi sosial dengan orang lain. Hal ini dikarenakan adanya pandangan negatif terhadap orang dengan HIV tersebut. Mereka dianggap dapat menularkan penyakit mereka apabila orang lain berdekatan dengan mereka, karena hal inilah orang dengan HIV seringkali mendapatkan diskriminasi dari masyarakat. (http://www.kompasiana.com/)

Melihat fenomena banyaknya yang mengidap HIV yang semakin hari semakin meningkat, masyarakat mulai memberi perhatian untuk menolong korban yang mengalami HIV tersebut, salah satunya adalah komunitas Rumah Cemara yang ada di Bandung. Rumah Cemara merupakan salah satu komunitas yang menangani orang dengan HIV di Kota Bandung. Pengurus Rumah Cemara bekerja setiap harinya untuk memberikan layanan pencegahan dan perawatan kepada komunitas sebaya dan orang dengan HIV di Jawa Barat.

(13)

bermanfaat. Dalam proses terapi terhadap para penghuni panti, sang pendiri panti rehabilitasi dan rekan-rekannya melibatkan banyak pihak, termasuk keluarga.

Rumah Cemara memiliki visi yaitu memimpikan Indonesia tanpa diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan orang yang menggunakan narkoba. Hal ini bertujuan agar tercipta kualitas hidup yang lebih baik bagi orang dengan HIV/AIDS dan pengguna narkoba di Indonesia. Rumah Cemara memiliki 45 orang pengurus yang bekerja untuk menjangkau orang-orang yang mengidap HIV positif dan orang-orang yang beresiko tinggi terkena dampak HIV positif seperti para pengguna jasa seks komersial. Selain itu para pengurus Rumah Cemara juga bekerja untuk mendampingi mereka berobat, merawat dan memberikan dukungan psiko-sosial kepada mereka. (rumahcemara.org).

Pada saat melakukan survey awal peneliti melakukan wawancara pada empat ODHA. Sebanyak 100% ( empat orang) ODHA di Rumah Cemara menghakimi dan mengkritik diri mereka sendiri ketika menghadapi masa-masa sulit. Mereka menyalahkan diri mereka dan selalu merasa bersalah atas perbuatan yang terjadi pada mereka dan menganggap kebiasaan yang mereka lakukan adalah akibat kesalahan yang mereka perbuat. Misalnya ketika mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan sehingga keluarga mereka kekurangan, dan meminta uang kepada orangtua karena kurang materi dan sampai ada yang berutang. Mereka juga merasa bersalah karena ada keluarga mereka yang terkena HIV juga karena mereka, bahkan ada yang sampai meninggal. Mereka juga merasa takut jika anggota keluarga mereka yang lain terkena HIV karena mereka. Mereka merasa bahwa hal tersebut adalah kegagalannya, hal tersebut mengindikasikan self compassion negatif yaitu self-judgement.

(14)

5

penderitaannya. Mereka merasa sedih akibat kegagalannya namun dapat bangkit kembali dan membuat mereka merasa bahwa kegagalannya adalah proses untuk membuat mereka mempelajari sesuatu yang lebih baik, hal tersebut mengindikasikan self compassion positif yaitu common humanity. Sebanyak 50% ( dua orang) memandang dirinya sebagai orang yang menderita meskipun ia mengetahui bahwa ada orang lain yang memiliki masalah yang sama bahkan lebih menderita dari dirinya. Mereka memilih untuk menjauh dari keluarga dan enggan untuk menceritakan apa yang dialami mereka ketika mengidap HIV karena mereka merasa keluarga tidak mengerti masalah yang mereka hadapi. Mereka berpikir bahwa hanya diri mereka saja yang melakukan kesalahan dan mengalami kegagalan, hal tersebut mengindikasikan self compassion negatif yaitu isolation.

Sebanyak 75% (tiga orang) memandang masa-masa sulit secara objektif. Mereka tidak hanya terpaku pada perasaan sedih dan bersalah yang dialami akan tetapi dapat membagi perhatiannya pada hal–hal lain yang dianggap penting seperti berusaha menghidupi keluarga mereka dengan mencari pekerjaan dan mau berbagi cerita kepada teman-teman bahkan rekan-rekan lain seperti bagaimana terjadinya HIV agar orang yang disekitarnya tidak mengalami seperti yang mereka alami, hal tersebut mengindikasikan self compassion positif yaitu mindfulness. Sebanyak 25% (satu orang) menghadapi masalah dan kesulitan yang ada secara

(15)

Berdasarkan hasil wawancara dan survey awal kondisi tersebut membuktikan bahwa apa yang dialami pengidap HIV merupakan gambaran dari self compassion. Self compassion adalah pemberian pemahaman dan kebaikan kepada diri sendiri ketika mengalami penderitaan, namun tidak menghakimi diri sendiri dengan keras dan mengkritik diri sendiri dengan berlebihan atas ketidaksempurnaan, kelemahan dan penderitaan yang dialami diri sendiri(Neff,2003).

Self compassion ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu self kindness, common

humanity, dan mindfulness (Neff, 2003). Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan

berkombinasi sehingga akan menghasilkan self compassion. Self kindness adalah kemampuan individu untuk memahami dan menerima diri apa adanya serta memberikan kebaikan, kelembutan, bukan menyakiti dan menghakimi pada saat diri sendiri mengalami penderitaan atau self judgement. Common humanity adalah kesadaran individu bahwa kesulitan, dan tantangan adalah bagian dari hidup manusia dan merupakan milik semua orang, bukan hanya dirinya sendiri atau isolation. Mindfulness adalah keadaan menerima pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan keadaan yang muncul sebagaimana adanya saat mengalami kegagalan daripada menghakimi, menekan, menyangkalnya atau merespon kegagalan tersebut secara berlebihan atau over identification.

Dari penjabaran diatas menunjukkan bahwa ODHA di Rumah Cemara Bandung memiliki derajat self compassion yang bervariasi. Hal ini membuat peneliti ingin meneliti bagaimanakah gambaran derajat self compassion yang dimiliki oleh ODHA di Rumah Cemara Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

(16)

7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran derajat self compassion pada ODHA di Rumah Cemara Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat self compassion melalui komponen self kindness, common humanity dan mindfulness pada ODHA di Rumah Cemara Bandung dan memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

 Untuk memberikan informasi bagi perkembangan ilmu psikologi terutama bagi bidang

psikologi positif dan psikologi kesehatan mengenai self compassion pada ODHA yang positif.

 Sebagai bahan atau sumber informasi sekaligus masukan bagi peneliti lain guna

mengembangkan lebih lanjut penelitian ini dan dapat digunakan sebagai pembanding bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Memberikan informasi pada kepala dan pengurus Rumah Cemara Bandung mengenai self

compassion yang dimiliki para ODHA sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi

(17)

Memberikan informasi bagi para ODHA di Rumah Cemara Bandung mengenai derajat self

compassion yang dimilikinya sebagai bahan evaluasi diri agar dapat lebih mengembangkan

dirinya.

Memberikan informasi bagi para ODHA di Rumah Cemara Bandung bahwa self

compassion yang dimilikinya mampu untuk meningkatkan daya tahan emosional dan self

esteem mereka, serta mampu meningkatkan motivasi dan pengembangan diri.

1.5 Kerangka Pemikiran

ODHA seringkali mendapat penilaian negatif dari masyarakat. Mereka mendapat stigma negatif dan didiskriminasi oleh masyarakat. Stigma dan diskriminasi bisa mendorong, dalam beberapa kasus, terjadinya depresi, kurangnya penghargaan diri, dan keputusasaan. Stigma dan diskriminasi juga menghambat upaya pencegahan dengan membuat orang takut untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi atau tidak. Bisa pula menyebabkan mereka yang telah terinfeksi meneruskan praktik seksual tidak aman karena takut orang-orang akan curiga terhadap status HIV mereka.

Self compassion adalah kemampuan untuk menghibur dan memedulikan diri sendiri

(18)

9

ODHA di Rumah Cemara Bandung akan memiliki derajat self compassion yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini tergantung dari derajat setiap komponen self compassion. Self compassion terdiri dari tiga komponen utama yaitu self kindness, common

humanity, dan mindfulness (Neff, 2011). Self kindness adalah kemampuan individu untuk

memahami dan menerima diri apa adanya serta memberikan kelembutan, bukan menyakiti dan menghakimi diri sendiri pada saat individu mengalami penderitaan dan ketidaksempurnaan. Individu mengakui masalah dan kekurangan tanpa adanya self judgment, sehingga individu bisa melakukan apa yang diperlukan untuk membantu dirinya. Individu yang memiliki self kindness juga menyadari bahwa dirinya tidak bisa selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Hal ini akan menghasilkan emosi positif, kebaikan dan perhatian yang membantu mengatasi masalahnya tersebut. Individu yang memiliki self kindness juga menyadari bahwa dirinya juga membutuhkan ketenangan pikiran, meringankan pikiran yang bermasalah, membuat kedamaian dengan menawarkan kehangatan, kelembutan, dan simpati dari diri kepada diri sendiri.

(19)

diri sendiri atas apa yang dialami atau bahkan menghukum diri sendiri yang mengalami masalah(self judgement).

Common humanity adalah kesadaran individu untuk memandang kesulitan, dan

tantangan sebagai bagian dari hidup manusia dan merupakan sesuatu yang dialami oleh semua orang, bukan hanya dialami dirinya sendiri(isolation) dan merupakan bagian dari kondisi manusia. Common humanity mengaitkan kelemahan diri yang menyebabkan terjadinya kegagalan ataupun penderitaan dengan keadaan manusia pada umumnya, dan bukan berfokus pada kelemahan diri yang membuat individu merasa orang lain lebih sempurna dari dirinya(isolation).

(20)

11

Mindfulness adalah kemampuan individu untuk menerima pikiran, perasaan, dan

keadaan sebagaimana adanya, tanpa menekan, menyangkal, atau menghakimi, membesar– besarkan, dan tidak menyangkal ataupun terlalu merenungkan aspek–aspek yang tidak disukai baik dalam diri ataupun didalam kehidupannya (overidentification), dengan kata lain menghadapi kenyataan.

ODHA di Rumah Cemara Bandung memiliki derajat mindfulness tinggi maka ODHA di Rumah Cemara Bandung dapat menerima kenyataan secara seimbang dan objektif atas masalah yang ia alami. Individu dapat melihat hikmat dari masalah yang ada dan mengenali kekurangannya dalam menjalankan perannya sehingga ODHA dapat mengetahui apa penanganan yang akan dilakukan untuk mengurangi derajat HIV. Dengan demikian, individu menjadi lebih optimis akan masa depannya, menjadi lebih percaya diri dan bahagia. ODHA di Rumah Cemara Bandung memiliki derajat mindfulness rendah maka akan bereaksi secara berlebihan terhadap kegagalan atau kesalahan yang dilakukan hal ini disebut dengan istilah Over identification. Over identification akan membuat individu dipenuhi oleh reaksi

(21)

Ketiga komponen tersebut menurut Neff (2003) memiliki derajat interkorelasi yang tinggi. Satu komponen berhubungan dengan komponen-komponen lainnya dalam membangun self compassion dan saling memengaruhi satu dan lainnya. Sehingga self compassion dari ODHA di Rumah Cemara Bandung dikatakan memiliki derajat yang tinggi

apabila memiliki derajat yang tinggi pula dalam komponen self kindness, common humanity, mindfulness (Neff,2011)

ODHA di Rumah Cemara Bandung dikatakan memiliki derajat self compassion yang rendah maka akan memunculkan self judgment, isolation, dan over identification atau dengan kata lain bahwa self compassion akan rendah jika terdapat salah satu komponen yang termasuk di dalamnya seperti self kindness, common humanity, mindfulness memiliki derajat yang rendah pula.

Terdapat keterkaitan antara ketiga komponen self compassion yang dapat mempengaruhi satu sama lain (Curry &Bernard, 2011). Menurut Green-berg, Watson, & Goldman, self kindness akan mengembangkan komponen common humanity dan mindfulness. Jika ODHA di Rumah Cemara Bandung peduli, memahami dan sabar pada

(22)

13

Common humanity juga dapat mengembangkan komponen self kindness dan

mindfulness. ODHA di Rumah Cemara Bandung yang merasa bahwa penderitaan merupakan

suatu kejadian yang pasti dialami oleh semua orang (common humanity), ODHA di Rumah Cemara Bandung cenderung tidak akan menghakimi dirinya dengan berlebihan(self kindness) dimana meraka tidak akan mengkritik diri mereka melainkan menghibur diri mereka dengan memberikan perhatian, kelembutan dan pemahaman atas penderitaan yang dialami dan lebih menyadari bahwa ketidaksempurnaan dan kegagalan merupakan suatu hal yang manusiawi dimana ODHA di Rumah Cemara Bandung akan menyadari ketika orang lain mengalami hal yang sama dengan dirinya, maka ODHA di Rumah Cemara Bandung akan menerima kegagalan yang dialami dengan tidak berlebihan (mindfulness).

Mindfulness juga dapat mengembangkan komponen self kindness dan common

humanity. Saat ODHA di Rumah Cemara Bandung melihat kesalahan atau masalah yang

dialami secara objektif tanpa mengurangi atau melebih-lebihkannya(mindfulness), mereka akan menghindari pemberian kritik yang berlebihan pada dirinya (self kindness) dan mereka akan menyadari bahwa semua orang juga pernah mengalami atau melakukan kesalahan(common humanity). Secara ekspilisit, menurut Neff (2003) ODHA di Rumah Cemara Bandung harus mencapai dan mengkombinasikan ketiga komponen tersebut agar bisa memperoleh self compassion yang tinggi. Satu komponen berhubungan dengan komponen-komponen lainnnya dalam membangun self compassion ODHA di Rumah Cemara Bandung dan saling mempengaruhi satu dan lainnya. Apabila ketiga komponen tesebut tinggi, maka ODHA di Rumah Cemara Bandung dapat dikatakan memiliki self compassion yang tinggi. Namun, apabila salah satu komponen rendah, maka ODHA di Rumah Cemara Bandung dapat dikatakan memiliki self compassion yang rendah.

(23)

di Rumah Cemara Bandung meliputi jenis kelamin, personality dan attachment. Self compassion dipengaruhi oleh jenis kelamin. Suatu penelitian mengindikasikan bahwa

perempuan lebih sering merenungkan dirinya daripada seorang laki-laki, sehingga hal tersebut menjelaskan bahwa mengapa wanita lebih banyak menderita depresi dan kecemasan yang lebih besar dibandingkan dengan pria(Neff,2011). Adanya tuntutan lingkungan juga yang mengharuskan perempuan harus dapat lebih memperhatikan orang lain, tetapi mereka tidak diajarkan untuk memperhatikan diri mereka. Perempuan yang mengidap HIV di Rumah Cemara Bandung juga menunjukkan kepedulian yang lebih, empati dan memberi lebih banyak kepada orang lain dibandingkan dengan laki-laki.

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh NEO-FFI, ditemukan bahwa self compassion memiliki kaitan dengan The Big Five Personality. The Big Five Personality

terdiri dari extravertion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism dan openness to experiences. Menurut Neff, Rude et al (2007) neuroticism memiliki hubungan yang kuat

dengan self-compassion, hal ini dikarenakan mengkritik diri sendiri secara berlebihan dapat menyebabkan rendahnya self compassion. Berdasarkan paparan tersebut, ODHA di Rumah Cemara Bandung yang neuroticism, cenderung akan mudah terkena stres. Mereka lebih mengartikan suatu kegagalan sebagai ancaman, dan frustasi sebagai hilangnya suatu harapan sehingga ia cenderung merasa cemas dan mengkritik dirinya sendiri. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi self compassion seseorang menjadi rendah.

Self compassion juga berhubungan positif dengan agreeableness, extroversion dan

conscientiousness. Disisi lain, menurut penelitian Neff & Rude et al (2007), self-compassion

(24)

15

ODHA di Rumah Cemara Bandung yang agreebleness secara umum memiliki memiliki sifat dasar yang optimis dan memiliki emosional yang seimbang. Hal ini membuat seseorang yang agreebleness dapat menghayati bahwa kegagalannya bukanlah dialami oleh dirinya sendiri. Oleh karena itu, mereka akan cenderung memiliki kebaikan dan keterkaitan dengan individu lain dan tidak terpusat pada kesulitan atau kegagalan dalam melakukan tindakan tertentu. Hal tersebut dapat mempengaruhi self compassion menjadi tinggi.

ODHA di Rumah Cemara Bandung yang memiliki extraversion karena senang menjalin relasi dengan orang lain, maka saat mengalami kegagalan akan melihat berbagai masukan dan kritikan yang diberikan kepadanya secara positif. Hal tersebut dapat mempengaruhi self compassion menjadi tinggi.

Menurut Costa &McCrae (1997), conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisi, dan memprioritaskan tugas. Hal tersebut dapat membantu ODHA di Rumah Cemara Bandung untuk lebih memperhatikan kebutuhan mereka dan merespon situasi yang sulit dengan sikap yang lebih bertanggungjawab tanpa memberikan kritik yang berlebihan. ODHA di Rumah Cemara Bandung akan lebih berhati-hati dan memikirkan konsekuensi dari tindakannya, agar tidak mengambil keputusan yang salah. Mereka akan lebih memahami keadaan diri dan kesulitan yang dihadapi sehingga derajat self compassion yang dimilikinya tergolong tinggi. ODHA di Rumah Cemara Bandung memiliki

personality yang bervariasi, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi self compassion yang

mereka miliki. Sedangkan openness to experience tidak memiliki hubungan dengan self-compassion (Neff, 2003).

(25)

model dan internal working model akan mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Jika

seseorang mendapatkan secure attachment dari orang tua, mereka akan merasa bahwa mereka layak untuk mendapatkan kasih sayang. Mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat dan bahagia, merasa aman untuk percaya bahwa mereka dapat bergantung pada orang lain untuk mendapatkan kehangatan dan dukungan. Disisi lain, ketika seseorang mendapatkan insecure attachment dari orangtua mereka, mereka akan merasa tidak layak mendapatkan

cinta kasih sayang, dan tidak bisa percaya kepada orang lain. Oleh karena itu tidak mengejutkan bila penelitian menyebutkan bahwa individu yang mendapatkan insecure attachment memiliki self compassion yang lebih rendah daripada individu yang mendapatkan

secure attachment (Neff, 2011).

Jika individu merasa tidak layak mendapatkan kasih sayang maka individu tersebut juga merasa tidak layak mendapatkan kasih sayang dari dirinya sendiri. ODHA di Rumah Cemara Bandung yang memiliki pola secure attachment relatif merasa mudah untuk dekat dan merasa nyaman, layak mendapatkan kasih sayang sehinga self compassion pada ODHA di Rumah Cemara Bandung tersebut akan cenderung tinggi. ODHA di Rumah Cemara Bandung yang memiliki pola insecure attachment akan menampilkan perasaan tidak nyaman dengan orang lain dan merasa sulit untuk mempercayai orang lain, sering khawatir pasangannya tidak benar-benar mencintai dirinya atau tidak ingin bersama dirinya, sehingga self compassion pada ODHA di Rumah Cemara Bandung tersebut akan cenderung rendah.

Faktor eksternal yang mempengaruhi self compassion pada ODHA di Rumah Cemara Bandung adalah maternal critism, dan modeling parents, collectivist, individualist. Maternal criticm juga mempengaruhi self compassion yang dimiliki ODHA di Rumah Cemara

(26)

17

kritik yang membuat anak takut untuk berinisiatif, maka anak cenderung memiliki self compassion yang lebih tinggi. Sedangkan anak yang tinggal dengan orangtua yang “dingin”

dan sering mengkritik seluruh tindakan anak, cenderung akan memiliki self compassion yang lebih rendah. ODHA di Rumah Cemara Bandung yang tumbuh dalam lingkungan banyak mengalami kritikan dari pengasuh mereka, dan menginternalisasikan kritik kedalam pikiran, akan membuat individu yang mengidap HIV di Rumah Cemara Bandung ketika mengalami masalah cenderung takut berinisiatif dan mengkritik dirinya sendiri secara berlebihan daripada compassion terhadap dirinya.

Menurut Brown (1999), model orangtua juga dapat mempengaruhi self compassion yang dimiliki ODHA di Rumah Cemara Bandung, yaitu model orangtua yang sering mengkritik diri dan orangtua yang self compassion saat mereka mengahadapi kegagalan atau kesulitan. Modeling of parents adalah kecenderungan anak untuk meniru orangtuanya dalam memperlakukan dirinya sendiri apabila menghadapi kegagalan atau kesulitan (Neff dan McGehee, 2008). Orangtua yang sering mengkritik diri ketika menghadapi kegagalan dan kesulitan mengganggap bahwa hanya diri mereka yang mengalami kegagalan, serta terpaku pada kelemahan-kelemahan yang menyebabkan terjadinya kegagalan, akan menjadi model bagi ODHA di Rumah Cemara Bandung untuk melakukan hal serupa ketika ia mengalami kegagalan, dan ODHA di Rumah Cemara Bandung akan cenderung memiliki self compassion yang rendah. Orangtua yang self compassion ketika menghadapi kegagalan atau kesulitan akan menjadi model bagi ODHA di Rumah Cemara Bandung untuk melakukan hal serupa ketika ia mengalami kegagalan, dan ODHA di Rumah Cemara Bandung akan cenderung memiliki self compassion yang tinggi.

(27)

Dikatakan bahwa budaya Asia terlihat merupakan budaya collectivism dan bergantung pada orang lain, hal ini dapat mempengaruhi derajat self compassion menjadi tinggi dibandingkan budaya Barat. Sifat kultur nasional yang mendeskripsikan kerangka sosial yang kuat dimana individu mengharapkan orang lain dalam kelompok mereka untuk menjaga dan melindungi mereka disebut sebagai kelompok masyarakat collectivist. Ketika anak tumbuh berkembang mereka belajar untuk berpikir mereka sebagai bagian dari kelompok “kita” (Hofstede, 1980).

Individu yang mengidap HIV di Rumah Cemara Bandung yang berada di budaya collectivist lebih memiliki self compassion yang tinggi, karena mereka belajar memahami diri, memiliki keterkaitan dengan individu lain sehingga ketika dirinya mengalami kegagalan dalam memberikan tindakan maka ia akan berperan aktif untuk bekerja sama dengan kelompok pada saat mengalami kesulitan dilingkungannya, dan sikap menarik diri dan merasa sendirian akan menghilang karena adanya rasa keterkaitan dengan individu lain.

Sifat kultur nasional yang mendeskripsikan tingkatan dimana orang lebih suka bertindak sebagai individu daripada kelompok disebut individualist. Anak-anak dari keluarga seperti ini akan tumbuh dan kemudian berpikir bahwa mereka sebagai “aku”. Individu yang

mengidap HIV di Rumah Cemara Bandung yang berada di budaya individualist memiliki self compassion yang cenderung rendah, karena mereka kurang berperan aktif dalam kelompok

sehingga dalam mengalami masalah seperti kegagalan cenderung merasa sendiri, beripikir dan menyelesaikannya sendiri.

(28)

19

memiliki kekurangan dan mengalami kegagalan. Ia bisa melihat kekurangan dan kegagalan yang dialami secara objektif, tanpa menghindari atau melebih-lebihkan hal tersebut.

ODHA di Rumah Cemara Bandung yang memiliki self compassion yang rendah, akan mengkritik diri secara berlebihan ketika mengalami kegagalan atau kekurangan dirinya. Ia berpandangan sempit dan merasa bahwa hanya dirinya yang mengalami kegagalan dan memiliki kekurangan dan tidak memperhatikan kelebihan yang dimilikinya. ODHA di Rumah Cemara Bandung membesar-besarkan kegagalan yang dihadapinya dengan fokus pada kekurangan diri yang menyebabkan terjadinya kegagalan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka diperoleh derajat self compassion pada ODHA di Rumah Cemara Bandung dari ketiga komponen utama, juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

(29)

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran ODHA di Rumah

Cemara Bandung Self-Compassion

Komponen self-compassion:

Self-kindness

Common Humanity

Mindfulness

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi :

Maternal Criticism Modeling Parent Collectivist Individualist

Tinggi

Rendah Faktor-faktor internal

(30)

21

1.6 Asumsi Penelitian

ODHA di Rumah Cemara Bandung memiliki self-compassion yang bervariasi.

Self-compassion ODHA di Rumah Cemara Bandung terdiri dari 3 komponen yaitu

self-kindness, common humanity dan mindfulness.

Derajat Self-Compassion ODHA di Rumah Cemara Bandung dipengaruhi oleh faktor

internal yaitu personality, jenis kelamin, attachment, serta dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu maternal criticism, modeling parent, collectivist, individualist

Derajat self-compassion yang dimiliki ODHA di Rumah Cemara Bandung dapat

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diberikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Selain itu juga akan diuraikan saran – saran yang bermanfaat, baik bagi peneliti selanjutnya maupun pembaca yang ingin menjadikan penelitian ini sebagai bahan pengetahuan tambahan. Saran ini akan dibagi menjadi dua, yaitu saran teoritis dan saran praktis.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai derajat self compassion pada ODHA di Rumah Cemara Bandung, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar ODHA di Rumah Cemara Bandung memiliki self compassion yang rendah. 2. Sebagian besar ODHA memiliki derajat yang tinggi pada komponen common humanity

dan derajat yang rendah pada komponen self-kindness dan mindfulness.

3. Faktor jenis kelamin, extreversion, agreeablenes, openness to experiences, conscientiousnes, neuroticism, attachment, maternal criticism dan modelling, collectivist

dan individualist tidak memiliki keterkaitan dengan derajat self compassion.

5.2 Saran

(32)

71

5.2.1 Saran Teoritis

Bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai self-compasssion, disarankan:

1. Peneliti selanjutnya juga dapat meneliti lebih lanjut mengenai kontribusi atau korelasional antara faktor-faktor yang memengaruhi self compassion dengan derajat self compassion pada responden yang berbeda.

2. Pada penelitian ini terdapat sampel yang sedikit maka disarankan bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang lebih besar ukurannya.

3. Pada penelitian ini ditemukan bahwa seluruh sampel yaitu yang memiliki suku Sunda maka disarankan peneliti selanjutnya meneliti dengan sampel suku yang lebih bervariasi.

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi kepala Rumah Cemara dapat menggunkan hasil penelitian ini sebagai sumber informasi bahwa sebagian besar ODHA di Rumah Cemara memiliki derajat self compassion yang rendah. Disarankan agar para ODHA dapar memanfaatkan sarana

konsultasi yang telah disediakan oleh pihak panti dengan sebaik mungkin. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan saat sharing dengan klien Rumah Cemara untuk mengembangkan self compassion yang dimiliki ODHA di Rumah Cemara. 2. Bagi para responden yang memiliki derajat self compassion yang rendah dapat disarankan

untuk menggunakan penelitian ini sebagai bahan evaluasi diri untuk meningkatkan derajat self compassionnya dengan menerima kondisi dirinya saat ini.

(33)

COMPASSION PADA ODHA DI RUMAH CEMARA

BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

OPTA TRESIA SIMBOLON

NRP: 1030206

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(34)
(35)
(36)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang mendalam peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih, anugerah, kekuatan, pimpinan dan pertolongan-Nya, maka peneliti dapat menyelesaikan penyusunan laporan Skripsi ini. Laporan penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Skripsi pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha dengan mengambil judul : Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self Compassion Pada ODHA di Rumah Cemara Bandung.

Dalam penyusunan laporan penelitian ini, peneliti banyak mengalami hambatan, namun berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

2. Robert Oloan Rajagukguk, Ph.D., Psikolog selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan banyak waktu, tenaga serta semangat dalam membimbing penulis dan mengkoreksi laporan ini selama proses penyusunannya.

3. Selly Feransa, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping yang juga telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengoreksi dan memberi masukan kepada peneliti selama pengerjaan penelitian ini.

(37)

5. Staff Tata Usaha dan Perpustakaan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

6. Kepala dan pengurus Rumah Cemara Kota Bandung yang telah memberikan ijin untuk meluangkan waktu memberikan informasi yang sangat berguna dalam penyusunan outline ini, serta para responden yang telah bersedia untuk diwawancarai dan meluangkan waktu untuk membantu peneliti dalam mengisi kuesioner penelitian yang telah dibagikan.

7. Kedua orang tua peneliti, Sahat Simbolon dan Nuraya Sinurat terima kasih atas doa, kasih sayang, dukungan dan materi yang diberikan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

8. Abang peneliti Aris, dan Ketiga adik peneliti Amdani, Agus, Mariana yang selalu memberikan dukungan dan mengingatkan peneliti untuk tetap mengerjakan laporan penelitian ini hingga selesai.

9. Sahabatku yang terkasih Enrico Naibaho, Listia Saragih, Bertha Simanullang yang selalu memberi dukungan, serta selalu mendoakan dan mengingatkan peneliti untuk tetap mengerjakan laporan ini hingga selesai.

10. Teman-teman yang terkasih Elvira Purba, Margaretha Ginting, Ria Nasution yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama ini.

11. Adik-adikku yang terkasih: Christina Malau, Fitri Malau, Mariance Malau yang yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama ini.

12. Teman-teman saya Christine Hutauruk, Jefri Tarigan, Adohari telah mendukung dalam pengerjaan laporan ini.

(38)

ix

Namun, peneliti juga menyadari akan keterbatasan, ketidaklengkapan serta kekeliruan yang mungkin ada dalam penyusunan laporan penelitian ini. Untuk itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dan masyarakat umumnya.

Bandung, Mei 2016

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Barnard, Laura K. & John F. Curry. (2011). Self compassion: conceprualization, correlates, & interventions. American Psychological Assosiation.

Bwolby, John. (1969). Attachment and Loss. Vol. 1: Attachment (New York: Basic Books). Costa, P. T., Jr., & McCrae, R. R. (1992). NEO-PI-R Professional Manual. Odessa, FL:

Psychologycal Assessment Resources.

Fakultas Psikologi UKM.(2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Guilford, J.P. (1959). Fundamental: Statistics In Psychology and education. London, New York: McGraw-Hill Book Company, Inc.

Neff, Kristin. (2003). Self-Compassion : An Alternative Conceptualization of a Healthy Attitude Toward Oneself. Self and Identity, 85-101. Psychology Press

Neff, Kristin. (2011). Self Compassion. New York: Harper Collins Publisher.

Neff, Kristin D.; Pisitsungkagarn, Kullaya; Hsieh, Ya-Ping. (2008). Self Compassion and Self-Construal in the United States, Thailand, and Taiwan. Journal of Cross-Cultural. Psychology.

Neff, K. D., & Rude, S.S., & Kirkpatrick, K. (2007). An examination of self-compassion in relation to positive psychological functioning and personality traits. Journal of Research in. Personality, 41, 908-916.

(40)

DAFTAR RUJUKAN

Aprilia, Carina. (2012). Studi Deskriptif Mengenai Psychological Well-Being Pengurus Rumah Cemara Yang Mengidap HIV Positif. Skripsi. Universitas Kristen Maranatha.

Brown, Krik Warren ; Ryan, Richard M. (2003). Journal of Personality and Social Psychology, Vol 84(4), 822-848.”The Benefit of Being Present, Mindfulness and Its Role In Psychological Well-Being”. (Online), (http://dx.doi.org/10.1037/0022-3514.84.4.822). Data base : PsycARTICLES, APA PSYCNET. Diakes : November 2015.

Howard, C. (2014). Self-compassion. (Online), (www.en.m.wikipedia.org/wiki/Self-compassion/). Diakses : November 2014.

Http://Rumahcemara.org Diakses : 29 september 2015.

Http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/psikologi/article/view/920/pdf Diakses 12 : November 2015.

Mastuti, Endah. (2005). Analisis Faktor Alat Ukur Kepribadian Big Five (Adaptasi dari IPIP) pada Mahasiswa Suku Jawa, Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul.

Missiliani, R. (2014). Self-compassion dan compassion for others pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UK. Laporan Penelitian tidak diterbitkan. Bandung: UK. Maranatha. (Online), (repository.maranatha.edu/5597/). Diakses : September 2015.

Neff, K. (2003). Development and validation of a scale to measure self-compassion. Self and Identity, 2, 223-250. Psychology Press: Taylor & Francis Group. (Online), (http;//webspace.utexas.edu/neffk/pubs/empirical.article.pdf). Diakses : Oktober 2015. Neff, K. (2003). Self-compassion scale (long). (Online),

(http://www.self-compassion.org/selfcompassion-scales-for-researchers.html). Diakses : Oktober 2015. Neff, K. (2009). Self-compassion : A Healthier Way of Relating to Yourself. (Online),

(www.self-compassion.org/selfcompasssion). Diakses: Oktober 2014.

(41)

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian  ..............................................................
Gambar 1.1  Bagan Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Tenaga pendidik SLB C “X” Kota Bandung yang mudah bergaul dan menjalin relasi dengan tidak akan memandang bahwa kegagalan hanya berpusat pada dirinya, namun akan memandang

Sedangkan ibu dengan anak tunagrahita di SLB – C “X” Bandung yang memiliki derajat self – kindness yang rendah bersikap menilai, menghakimi, dan mengkritik diri

Ketika mahasiswa ko- ass memiliki derajat self-kindness yang tinggi, mahasiswa ko-ass akan memahami batas kemampuan diri sendiri dan di saat mahasiswa ko-ass

budaya collectivist lebih memiliki self-compassion yang tinggi, karena mereka belajar memahami diri, memiliki keterhubungan dengan perawat lain sehingga ketika

Sibling remaja yang memiliki self-compassion tinggi juga memiliki common humanity atau kesadaran bahwa dirinya bukanlah satu-satunya yang memiliki kesulitan dan

Berdasarkan survey awal yang dilakukan kepada 10 orang karyawan di Rumah Cemara, seluruh karyawan yang di survey awal menghayati bahwa dengan situasi nyaman

Istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga memiliki derajat yang tinggi dalam common humanity terlihat ketika mereka dapat menyadari bahwa dirinya bukanlah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara minding in the enhancement of closeness dengan penyesuaian pernikahan pada pasangan ODHA serodiskordan di Rumah Cemara Bandung