• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self-Compassion Pada Karyawan Staff Marketing PT "X" di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self-Compassion Pada Karyawan Staff Marketing PT "X" di Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui derajat self-compassion yang dimiliki oleh karyawan staff marketing PT “X” di Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dan sampel pada penelitian ini berjumlah sebanyak 31 orang karyawan staff marketing. Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif.

Alat ukur yang digunakan merupakan alat ukur dari Kristin Neff (2003) yang terdiri dari 26 item soal dan didukung dengan persoalan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dereajat self-compassion. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan teknik mean untuk masing-masing ketiga komponen dan faktor-faktor yang mempengaruhi.

Berdasarkan pengolahan statistik dengan teknik mean, maka didapatkan bahwa sebagian besar karyawan staff marketing PT “X” di Bandung memiliki derajat self-kindness yang rendah, derajat common humanity yang tinggi, dan derajat mindfulness yang tinggi.

Simpulan yang diperoleh yaitu dari 31 karyawan staff marketing PT “X” di Bandung sebagian besar memiliki derajat self-compassion yang rendah. Hasil penelitian juga menemukan bahwa ada keterkaitan antara status marital dan derajat self-compassion yang dimiliki oleh karyawan staff marketing PT “X” di Bandung.

Peneliti mengajukan saran agar dilakukan penelitian korelasional antara derajat self-compassion dan status marital. Selain itu juga dapat dilakukan penelitian pada bidang pekerjaan lain dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

(2)

Universitas Kristen Maranatha

Abstract

This study was conducted to determine the degree of self-compassion is owned by marketing staff employees of PT "X" in Bandung. The selection of the sample using purposive sampling method and sample in this study amounted to as many as 31 employees of the marketing staff. The research design used in this study is a descriptive research design.

Measuring instruments used is a measure of Kristin Neff (2003) which consists of 26 items about and supported with the question of the factors that affect dereajat self-compassion. The data then were processed by using the mean for each of the three components and the factors that influence.

Based on the statistical processing techniques mean, it was found that most of the marketing staff employees of PT "X" in Bandung has low degree of self-kindness, high degree of common humanity, and high degree of mindfulness.

Conclusions are from 31 staff marketig employees of PT "X" in Bandung most have degrees lower self-compassion. The results also found that there was a relationship between marital status and the degree of self-compassion are owned by employees of marketing staff PT "X" in Bandung.

(3)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Halaman Judul Lembar Pengsahan

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Penyataan Originalitas Penelitian ... iv

Pernyataan Publikasi ... .v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ...ix

DAFTAR TABEL ... ... ...xiii

DAFTAR BAGAN... ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... ...xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... .1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian... 9

1.4 Kegunaan Penelitian... 10

(4)

Universitas Kristen Maranatha

1.4.2 Kegunaan Praktis... 10

1.5 Kerangka Pikir .. ... 11

1.6 Asumsi... ... 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22

2.1 Self-Compassion ... 22

2.1.1. Definisi Self-Compassion ... 22

2.1.2. Komponen Self-Compassion ... 22

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... 26

2.1.4. Dampak Self-Compassion ... 36

2.1.5. Perbedaan Pengertian Compassion dengan Pity, Self-Indulgence, Self-Esteem ... 38

2.2. Marketing ... ... 40

2.2.1. Definisi Marketing ... 40

2.2.2. Manfaat Marketing ... 41

2.2.3 Susunan Organisasi ... 43

2.2.4 Job Description Staff Marketing ... 43

2.2.5 Job Specification Karyawan Staff Marketing ... 44

2.3 Teori Perkembangan ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 47

3.1 Rancangan Penelitian ... 47

(5)

Universitas Kristen Maranatha

3.3 Variabel dan Definisi Operasional ... 47

3.3.1 Variabel Penelitian ... 47

3.3.2 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 48

3.4 Alat Ukur ... ... 49

3.4.1 Alat Ukur Self-Compassion ... 49

3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang... 51

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Self-Compassion ... 52

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur Self-Compassion ... 52

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur Self-Compassion ... 52

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 53

3.5.1 Populasi Sasaran ... 53

3.5.2 Karakteristik Sampel ... 53

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel... 54

3.6 Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1 Gambaran Responden ... 55

4.2 Kategorisasi Derajat Self-compassion dan Komponen Self-compassion ... ... 57

(6)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1Simpulan ... ... 67

5.2 Saran ... ... ... 69

5.2.1 Saran Teoritis ... 69

5.2.2 Saran Praktis ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... ... 71

DAFTAR RUJUKAN ... ... 73

(7)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Komponen, Indikator, dan No. Item Self Compassion ... 50

Tabel 3.2 Sistem Penilaian Kuesioner Self Compassion ... 50

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 55

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Status Marital ... 56

Tabel 4.4 Pengelompokkan Responden Berdasarkan Derajat Self-compassion ... 56

Tabel 4.5 Tabel Tabulasi Silang Derajat Self-compassion dan Self-kindness ... 57

Tabel 4.6 Tabel Tabulasi Silang Derajat Self-compassion dan Common Humanity ... 57

(8)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(9)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Alat Ukur Self-compassion

Lampiran 2 Hasil Validitas dan Relibialitas Alat Ukur Self-compassion Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Tabel Data Mentah Lampiran 5 Hasil Tabulasi Silang

Lampiran 6 Profile PT “X” dan Job Description Karyawan Staff Marketing

PT “X” di Bandung

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebuah perusahaan mengandalkan berbagai divisi karyawan yang saling bekerjasama satu dan lainnya dalam mencapai tujuan perusahaan. Salah satu bagian divisi karyawan yang penting bagi perusahaan adalah karyawan divisi

marketing yang dijuluki sebagai ujung tombak dari perusahaan tersebut

(Susilowati, 2010). Adapun tugas dari karyawan divisi marketing ini adalah menyurvei kondisi sasaran pasar perusahaan, menganalisa kebutuhan konsumen, menyesuaikan produk yang akan diluncurkan perusahaan, serta menawarkan produk yang dihasilkan perusahaan pada calon konsumen (Sumber : Ehow, 2013).

Salah satu contoh perusahaan yang mengandalkan tenaga kerja marketing untuk memajukan perusahaannya yaitu perusahaan yang bergerak di bidang farmasi peternakan. Perusahaan farmasi peternakan ini menugaskan karyawan divisi marketing untuk menganalisa kebutuhan para peternak dan produk yang ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan para peternak, serta menawarkan produk farmasi pada para peternak. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memuaskan para peternak dan menaikkan omzet yang diperoleh perusahaan (Sumber : Blogspot, 2013).

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha tahun 1969 yang pada awalnya memproduksi obat dan vitamin untuk hewan ternak. Misi yang dimiliki oleh PT "X" adalah ingin meningkatkan usaha peternak melalui peningkatan pengetahuan, misalnya melalui acara workshop, seminar, dan diklat. Seiring berjalannya waktu, PT "X" mengalami kemajuan dan kesuksesan, dan sekarang ini telah menambah produk yang mereka hasilkan dengan vaksin dan alat peternakan. PT "X" pun telah membuka cabang-cabang di 33 kantor perwakilan baik di dalam negeri, meliputi Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan, maupun luar negeri yang meliputi Asia Tenggara, Nepal, dan China. Kantor pusat PT "X" terdapat di Kota Bandung sekarang ini memiliki tujuan untuk terus mengawasi dan membantu kinerja kantor-kantor cabang agar dapat bekerja optimal.

PT “X” bersaing dengan dua puluh empat perusahaan lain di Indonesia yang juga bergerak dalam bidang farmasi peternakan (Indonetwork, 2013). Dalam menghadapi persaingan tersebut PT "X" dibantu oleh para karyawan yang terbagi dalam beberapa divisi dan saling bekerja sama, salah satunya yaitu divisi

marketing. Berdasarkan struktur organisasi PT "X", karyawan divisi marketing di

PT "X" ini terbagi menjadi dua bagian yaitu karyawan regional manager

marketing dan di bawahnya adalah karyawan staff marketing. Berdasarkan job

description, tugas utama dari karyawan regional manager marketing adalah

mengawasi kinerja karyawan staff marketing dan mengambil keputusan dalam mengatasi suatu masalah.

(12)

Universitas Kristen Maranatha bisa dijadikan sebagai calon pelanggan, apa saja yang diperlukan peternakan di daerah tersebut, serta harus mengunjungi para peternak yang belum menjadi pelanggan perusahaan untuk memperkenalkan produk-produk PT "X". Bagi peternak yang sudah menjadi pelanggan PT “X”, maka karyawan staff marketing wajib mengunjungi peternakan pelanggannya secara rutin beberapa bulan sekali. Kunjungan ini bertujuan untuk mengecek kondisi kesehatan peternakan para pelanggan ataupun untuk memfollow-up mengenai produk terbaru yang dikeluarkan oleh PT "X". Karyawan staff marketing yang tidak dapat melakukan kunjungan sesuai waktunya, maka karyawan staff marketing tersebut harus mencari rekan lain yang dapat menggantikannya mengunjungi pelanggan. Selain kunjungan rutin, karyawan staff marketing harus siap apabila secara mendadak harus mengunjungi peternakan pelanggannya yang mengalami suatu masalah. Karyawan staff marketing juga harus menghubungi dokter hewan PT “X” untuk membantu mengatasi masalah peternakan pelanggan secepat mungkin.

Selain tugas mengunjungi pelanggan PT "X", karyawan staff marketing harus selalu siap menyambut kedatangan pelanggannya yang berkunjung ke Kota Bandung. Karyawan staff marketing berinisiatif untuk menghubungi pelanggannya, mengajak makan siang atau makan malam bersama, dan mendampingi pelanggan yang ingin mengunjungi PT "X". Jika memang diperlukan, maka karyawan staff marketing akan menjemput pelanggannya dari bandara dan mengantarnya ke hotel. Hal ini dikarenakan bagi karyawan staff

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha berkujung ke Bandung, agar pelanggan mendapatkan kepuasan atas kerjasama dengan PT "X".

Karyawan staff marketing juga memiliki job description untuk menyusun laporan administrasi yang ditargetkan dalam penyelesaiannya. Misalnya menyusun laporan weekly progress report yang akan dipresentasikan ketika rapat tim bersama karyawan regional manager marketing. Karyawan staff marketing harus menyusun laporan mengenai perkembangan omzet dari pelanggan PT “X” dan laporan dari pelanggan. Selain laporan administrasi, target lain yang harus dicapai oleh karyawan staff marketing adalah target ketidakhadiran maksimal sebanyak 1% per satu semester (8 tahun).

Selain job description yang sudah dijelaskan sebelumnya, karyawan staff

marketing PT “X” juga memiliki tugas tambahan, yaitu membantu para pelanggan

yang meminta bantuan di luar masalah perternakannya ketika jam kerja kantor, sehingga karyawan staff marketing seringkali harus meninggalkan pekerjaannya di kantor. Misalnya ada pelanggan yang meminta tolong karyawan staff marketing untuk membelikan anjing atau ikan lele, mencari informasi mengenai universitas ternama di Bandung, mencarikan kostan untuk anak pelanggan, membantu pendaftaran ulang anak pelanggan yang berkuliah di Bandung, dan mengantarkan paket kiriman pelanggan ke keluarganya. Tugas tambahan ini sebenarnya sudah dianggap sebagai job description, dikarenakan rutin dan harus dilakukan karyawan staff marketing.

Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu karyawan bagian

(14)

Universitas Kristen Maranatha PT "X" Bandung diperoleh gambaran masalah yang sering dialami oleh karyawan

staff marketing PT "X". Masalah yang sering terjadi adalah timbul konflik antara

karyawan ketika harus memilih antara mendahulukan kepentingan pribadi atau kepentingan orang lain dalam hal ini kepentingan pelanggan, apabila pelanggan meminta bantuan karyawan staff marketing di luar jam kantor atau di saat ia sedang ada acara pribadi, karyawan staff marketing harus lebih mendahulukan keperluan pelanggannya. Hal ini dikarenakan karyawan staff marketing harus menjaga hubungan baik dengan pelanggan PT “X”. Adanya tuntutan perusahaan ini membuat terkadang karyawan staff marketing terpaksa untuk lebih mengutamakan kebutuhan pelanggan. Masalah lain yang harus dihadapi yaitu terkadang ada beberapa pelanggan yang dapat memberikan perlakuan yang tidak menyenangkan pada karyawan staff marketing. Misalnya berbicara dengan tidak sopan dan menggunakan kata-kata kasar. Meskipun demikian, karyawan staff

marketing berusaha tetap bersikap baik dan menyenangkan, agar hubungan

kerjasama dengan pelanggan tetap terjalin baik.

Adapun masalah lain yang timbul ketika karyawan staff marketing terlambat menyelesaikan laporan administrasi dikarenakan hambatan dari divisi lain dan karyawan staff marketing diharuskan bertanggung jawab oleh atasannya meskipun itu bukan murni kesalahannya. Jika sudah terjadi hal demikian, pihak

Regional Manager akan meminta karyawan staff marketing menghubungi

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha PT “X” selalu menuntut karyawan staff marketing untuk menjaga relasi yang baik dengan para pelanggan, agar PT “X” tetap mampu bersaing dengan perusahaan farmasi peternakan lainnya. Hal ini membuat karyawan staff

marketing harus mengutamakan kepentingan dari pelanggan PT “X”. Karyawan

staff marketing juga harus membina relasi dengan pimpinan langsung (Regional

Manager Marketing) dan karyawan divisi lain. Maka dari itu, karyawan staff

marketing memerlukan adanya compassion for others dalam menyelesaikan

tugas-tugasnya. Menurut Neff (2011) apabila seseorang ingin melakukan

compassion for others dengan baik, maka harus diimbangi dengan adanya

self-compassion.

Self-compassion merupakan keterbukaan dan kesadaran terhadap

penderitaan diri sendiri, tanpa menghindari penderitaan itu, memberikan pengertian kepada diri sendiri tanpa menghakimi kekurangan dan kegagalan yang dialami, serta melihat suatu kejadian sebagai pengalaman yang dialami semua manusia (Neff, 2011). Seperti halnya karyawan staff marketing yang dituntut untuk selalu melakukan compassion for others pada para pelanggan PT “X” harus diimbangi dengan derajat self-compassion yang ia miliki. Jika tidak diimbangi dengan derajat self-compassion cukup tinggi, maka karyawan staff marketing cenderung terpaksa untuk melakukan tugas-tugas pekerjaannya, baik job

description utama maupun tugas tambaha.

Self-compassion seseorang terdiri dari tiga komponen yang saling

(16)

Universitas Kristen Maranatha kegagalan yang dialami secara terbuka. Jika seseorang mengritik diri secara negatif dan berlebihan atas penderitaan, masalah, dan kegagalaan yang dialami, hal tersebut dinamakan self-judgement. Komponen common humanity merupakan kemampuan diri untuk menyadari bahwa penderitaan, masalah, dan kegagalan yang sama juga dialami oleh orang lain, tidak memandang bahwa pengalaman tersebut hanya terjadi pada dirinya sendiri atau yang disebut dengan isolation. Komponen terakhir mindfulness merupakan penerimaan diri terhadap penderitaan, masalah, dan kegagalan secara apa adanya. Hal sebaliknya terjadi pada

over-identification, ketika seseorang berusaha untuk mengecilkan atau

melebih-lebihkan masalah, penderitaan, dan kegagalan yang dialami (Neff, 2011).

Derajat self-compassion yang dimiliki oleh karyawan staff marketing PT “X“ terlihat dari bagaimana mereka menghadapi masalah-masalah kerja yang dialami. Misalnya ketika menghadapi kegagalan pencapaian target, karyawan staff

marketing dapat mencari apa yang menyebabkan ia gagal mencapai target,

kemudian berusaha belajar dari kesalahan jangan sampai mengulangi kegagalan yang sama. Karyawan staff marketing juga lebih mmapu untuk menerima saran-saran yang diberikan oleh karyawan regional marketing untuk meningkatkan kinerja mereka menjadi lebih baik. Demikian pula ketika karyawan staff

marketing harus menghadapi pelanggan yang tidak menyenangkan dan ketika

harus menghadapi konflik kerja. Namun pada kenyataannya tidak semua karyawan staff marketing PT “X“ memiliki kemampuan seperti itu.

Berdasarkan hasil survey awal terlihat bahwa dari enam orang karyawan

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha karyawan atau sebanyak 66.7 % memiliki derajat self-compassion yang rendah dan dua orang karyawan staff marketing atau 33.3 % memiliki derajat

self-compassion yang tinggi. Dari empat orang karyawan staff marketing dengan

derajat self-compassion yang rendah didapatkan sebanyak 50% karyawan staff

marketing memiliki derajat self-kindness yang rendah. Mereka cenderung

menghakimi diri secara negatif dan berlebihan ketika mengalami masalah atau kegagalan, misalnya ketika gagal mencapai target waktu penyelesaian laporan administrasi, mereka menganggap bahwa hal tersebut dikarenakan kurang cepatnya mereka dalam bekerja.

Sebanyak 16.7 % karyawan staff marketing memiliki derajat common

humanity yang rendah, dimana ketika menerima perlakuan yang tidak

menyenangkan dari pelanggan, mereka merasa bahwa hanya dirinya yang mengalami kagagalan atau masalah kerja dibandingkan rekan kerjanya, Didapatkan juga sebanyak 66.7% karyawan staff marketing memiliki derajat

mindfulness yang rendah, mereka cenderung menghadapi masalah atau kegagalan

dengan emosi yang berlebihan, misalnya ada karyawan yang terus menangis selama beberapa hari ketika dimarahi oleh pelanggan.

Sedangkan untuk dua orang karyawan yang memiliki derajat

self-compassion yang tinggi, mereka cenderung lebih mampu untuk belajar dari

(18)

Universitas Kristen Maranatha menyenangkan. Hal ini membuat mereka bisa lebih berpikir positif dan berusaha untuk bekerja dengan lebih baik. Berdasarkan pemaparan didapatkan bahwa karyawan staff marketing di PT "X" memiliki derajat self-compassion yang bervariasi. Maka dari itu, peneliti ingin melihat gambaran derajat self-compassion pada karyawan staff marketing PT "X" di Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, ingin dikaji mengenai bagaimanakah gambaran self-compassion karyawan staff marketing PT “X” di Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

self-compassion karyawan staff marketing PT “X” di Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara rinci mengenai derajat, komponen-komponen, dan faktor-faktor yang memengaruhi

self-compassion karyawan staff marketing PT “X” di Bandung.

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

a. Memberi informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai

self-compassion yang diterapkan di bidang Psikologi Organisasi dan Industri.

b. Memberikan informasi dan referensi pada bidang ilmu Positive

Psychology.

1.4.2. Kegunaan Praktis

a. Memberi informasi mengenai derajat self-compassion yang dimiliki oleh karyawan staff marketing PT “X” di Bandung kepada karyawan Regional

Manager sebagai atasan langsung karyawan staff marketing, agar dapat

meningkatkan self-compassion dan kesejahteraan karyawan staff

marketing PT “X”..

b. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi karyawan HRD PT “X” dalam meningkatkan derajat self-compassion yang dimiliki oleh karyawan staff

marketing, sehingga dapat bekerja dengan lebih baik.

c. Penelitian ini juga dapat memberikan gambaran bagi karyawan staff

marketing PT “X” mengenai derajat self-compassion yang mereka miliki.

Hal ini dapat menjadi pedoman dalam meningkatkan kesejahteraan setiap karyawan staff marketing.

1.5. Kerangka Pikir

(20)

Universitas Kristen Maranatha pencari nafkah, keinginan-keingan baru, mengembangkan sikap-sikap baru, dan nilai-nilai baru sesuai tugas baru ini. Salah satu yang penting adalah mencari pekerjaan untuk menopang hidup seseorang. Berbagai macam pekerjaan dapat dijalani sesuai dengan keinginan. Salah satunya yaitu menjadi seorang karyawan

staff marketing di suatu perusahaan. Misalnya bekerja sebagai karyawan staff

marketing PT “X” di Kota Bandung yang bergerak di bidang farmasi peternakan.

Job description utama karyawan staff marketing di PT “X” ini adalah

menyelesaikan laporan administrasi yang harus dikerjakan oleh karyawan staff

marketing di PT “X” Bandung ditargetkan dalam waktu yang berbeda-beda

tergantung dari jenis laporannya. Selain dalam hal laporan administrasi, target lain yang perlu dicapai oleh karyawan staff marketing adalah adanya target ketidakhadiran kerja maksimal sebanyak 1% per semesternya (8 tahun).

Masalah yang sering dihadapi oleh karyawan staff marketing ini adalah adanya masalah tidak terduga yang tiba-tiba muncul disebabkan oleh hambatan dari karyawan divisi lain. Hal ini akan menyebabkan munculnya kemungkinan untuk kegagalan pencapaian target penyelesaian tugas administrasi tersebut. Jika terjadi masalah seperti ini, maka karyawan staff marketing diminta untuk menganalisa dan memberikan saran penyelesaian masalah secara cepat dan tepat.

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha peternak di luar konteks masalah peternakan. Karyawan staff marketing selalu berusaha untuk bersikap ramah dan menyenangkan di depang pelanggan PT “X”, meskipun mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari pelanggan. Hal ini dilakukan agar jangan sampai terjadi adanya penurunan omzet dari pelanggan PT “X”.

Berdasarkan penjabaran mengenai job description dan masalah yang harus dihadapi oleh karyawan staff marketing PT “X” selama bekerja dan ditambah adanya persaingan antara PT “X” dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang farmasi peternakan, maka dapat dikatakan bahwa karyawan staff marketing di PT “X” selalu membina dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan, agar mampu bersaing dengan perusahaan lain. Hal ini membuat karyawan staff marketing terkadang lebih mementingkan kebutuhan pelanggan PT “X”, dimana biasanya disebut dengan compassion for others.

Menurut Neff (2011), ketika seseorang ingin melakukan compassion for

others dengan baik, harus diimbangi dengan adanya self-compassion atau

compassion terhadap diri sendiri. Self-compassion merupakan adanya keterbukaan

dan kesadaran terhadap penderitaan diri sendiri, tanpa menghindari penderitaan itu, memberikan pengertian pada diri sendiri tanpa menghakimi kekurangan dan kegagalan yang dialami, serta melihat suatu kejadian sebagai pengalaman yang dialami semua manusia. Self-compassion yang dimiliki oleh karyawan staff

marketing ini dapat membuat karyawan staff marketing lebih mudah untuk belajar

(22)

Self-Universitas Kristen Maranatha

compassion seseorang dibangun oleh tiga komponen, yaitu self-kindness, common

humanity, dan mindfulness (Neff, 2011).

Self-kindness merupakan kemampuan dari karyawan staff marketing PT

“X” Bandung untuk tetap menghargai diri sendiri ketika ada masalah, tanpa melakukan penilaian yang negatif terhadap dirinya. Misalnya dalam hal menghadapi kegagalan pencapaian target yang telah ditetapkan dan pelanggan yang tidak menyenangkan. Jika karyawan staff marketing memiliki komponen

self-kindness yang tinggi, maka karyawan tersebut tetap dapat menghargai dirinya

sendiri dan tidak menyalahkan dirinya sendiri ketika gagal mencapai target atau menghadapi pelanggan yang tidak menyenangkan. Hal sebaliknya terjadi pada karyawan yang memiliki derajat self-kindness yang rendah atau self judgement akan cenderung melabel dirinya sendiri secara negatif.

Common humanity merupakan kemampuan karyawan staff marketing

untuk menyadari bahwa masalah yang dihadapi juga terjadi pada karyawan staff

marketing lainnya. Karyawan staff marketing yang memiliki komponen common

humanity yang tinggi akan menganggap bahwa masalah seperti kegagalan

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha

Mindfulness merupakan kemampuan seorang karyawan staff marketing

untuk menyadari dan menghadapi masalah dengan baik, tanpa menekan atau melebih-lebihkan perasaannya. Karyawan dengan komponen mindfulness yang tinggi mampu mengakui bahwa dirinya sedang mengalami kegagalan dan berusaha untuk tetap berpikiran positif dan secara tenang memerbaiki kegagalannya dengan berusaha menghindari melakukan kesalahan yang sama. Bisa juga ketika menghadapi pelanggan yang tidak menyenangkan, karyawan staff

marketing mampu menghadapinya dengan pembawaan yang tenang dan

mengendalikan emosinya. Sebaliknya, karyawan staff marketing dengan derajat

mindfulness yang rendah (over identification) cenderung tidak mengakui bahwa

dirinya telah gagal mencapai target ataupun mengeluarkan emosi negatif yang berlebihan ketika gagal.

Ketiga komponen tersebut menurut Neff (2003) memiliki derajat interkorelasi yang tinggi. Satu komponen berhubungan dengan komponen-komponen lainnya dalam membangun self-compassion seorang karyawan staff

marketing di PT “X” Bandung dan saling memengaruhi satu dan lainnya.

Sehingga self-compassion dari seorang karyawan staff marketing dapat dikatakan tinggi apabila ketiga komponen tersebut dikatakan tinggi untuk masing-masing komponennya. Sebaliknya apabila salah satu atau kedua ataupun ketiga komponen yang membangun self-compassion seorang karyawan staff marketing dikatakan rendah, maka self-compassion dari karyawan tersebut dapat dikategorikan sebagai

(24)

Universitas Kristen Maranatha Menurut Neff (2003) komponen common humanity yang dimiliki seseorang dapat meningkatkan komponen self-kindness dan mindfulness dimiliki. Demikian halnya yang terjadi pada karyawan staff marketing PT “X” di Bandung. Karyawan staff marketing yang menjalin hubungan baik dengan karyawan staff

marketing lainnya dapat saling berbagi cerita mengenai masalah pekerjaan yang

mereka alami. Hal ini mungkin membuat karyawan staff marketing mengurangi kecenderungan untuk menilai dirinya dengan negatif, karena merasa bahwa masalah yang karyawan staff marketing alami wajar muncul di dunia pekerjaannya. Demikian pula sebaliknya apabila karyawan staff marketing lebih mampu untuk menerima kegagalan yang ia alami, maka ia cenderung lebih terbuka untuk menceritakanya pada rekan kerjanya.

Karyawan staff marketing yang mampu menerima kegagalan yang dialami cenderung lebih dapat memandang kegagalan dan masalah pekerjaan yang dihadapi secara jelas dan obyektif, tanpa menghindari dan melebih-lebihkannya. Hal ini membuat karyawan staff marketing lebih berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan emosi yang positif dan berusaha untuk belajar dari kegagalan yang dialami, agar jangan mengulangi kegagalan yang sama. Misalnya dalam hal kegagalan pencapaian target dan menghadapi pelanggan yang tidak menyenangkan. Hal ini membuat karyawan staff marketing tidak hanya terpuruk dengan kegagalan yang dialami, sehingga lebih mampu menyadari bahwa karyawan staff marketing lain juga mengalami kegagalan selama bekerja.

Derajat self-compassion yang dimiliki oleh masing-masing karyawan staff

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha

compassion for others, budaya, dan pola asuh (early family experience,

attachment, traumatic). Faktor personality yang dimiliki oleh karyawan staff

marketing terdiri dari lima trait, yaitu neuroticism, openness to experience,

agreeableness, extraversion dan conscientiousness. Misalnya neuroticism dari karyawan tersebut. Semakin rendah derajat neuroticism karyawan staff marketing, maka karyawan staff marketing cenderung untuk bersikap tenang dan tidak cemas dalam menghadapi masalah dan kegagalan kerja yang dialami. Sebaliknya karyawan staff marketing dengan derajat neuroticism yang tinggi akan cenderung merasa sangat cemas ketika menghadapi suatu masalah. Derajat agreeableness turut mempengaruhi derajat self-compassion yang dimiliki karyawan staff

marketing. Karyawan dengan derajat agreeableness yang tinggi cenderung lebih

bisa menerima kegagalan dan masalah kerja yang dialami, sehingga lebih mampu belajar dari kesalahan. Sebaliknya karyawan dengan derajat agreeableness yang rendah cenderung kurang mampu menerima kegagalan yang dialami.

(26)

Universitas Kristen Maranatha derajat conscientiousness yang rendah cenderung kurang bijaksana dalam menghadapi masalah dan kegagalan kerja yang dialami.

Selain personality, jenis kelamin seseorang juga dapat memengaruhi derajat self-compassion yang karyawan staff marketing miliki (Neff, 2011). Demikian halnya terjadi pada karyawan staff marketing PT “X” Bandung. Karyawan staff marketing yang berjenis kelamin perempuan cenderung untuk memiliki derajat self-compassion yang rendah dibandingkan karyawan staff

marketing yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan karyawan staff

marketing yang berjenis kelamin perempuan cenderung untuk lebih sering

merenungkan masa lalu secara terus menerus dibandingkan laki-laki. Adanya tuntutan lingkungan yang mengharuskan karyawan staff marketing berjenis kelamin perempuan harus dapat lebih memerhatikan orang lain.

Latar belakang budaya atau culture turut memengaruhi bagaimana derajat

self-compassion yang dimiliki oleh masing-masing karyawan staff marketing di

(27)

18

Universitas Kristen Maranatha Demikian halnya pada karyawan staff marketing PT “X” di Bandung. Karyawan Karyawan Staff marketing yang menganut budaya collectivism akan cenderung memiliki derajat self-compassion yang tinggi, karena dapat saling bertukar cerita mengenai masalah dan kegagalan yang dialami. Hal ini akan membuatnya menjadi lebih dapat meneriman masalah dan kegagalan yang dialami dengan lapang dada, sehingga dapat menghadapinya dengan emosi yang positif. Sebaliknya karyawan Karyawan Staff marketing yang menganut budaya tipe

individualistic cenderung memiliki derajat self-compassion yang rendah, karena

cenderung untuk memendam sendiri kegagalan atau masalah yang dialami. Hal ini akan menyebabkan karyawan karyawan staff marketing tidak dapat bertukar cerita dengan karyawan staff marketing lain, sehingga merasa hanya dirinya yang mengalami kegagalan dan masalah.

(28)

Universitas Kristen Maranatha yang tinggal dengan orang tua yang “dingin” dan sering mengkritik, cenderung akan memiliki self-compassion yang lebih rendah karena terbiasa dengan mengkritik dirinya sendiri ketika melakukan kesalahan (Brown, 1999).

Selain itu Gilbert (2005) menyatakan bahwa self-compassion muncul dari sistem attachment atau kedekatan dengan orangtua. Karyawan staff marketing yang menghayati adanya kedekatan dalam hubungan dengan orangtuanya akan lebih berani untuk menceritakan masalah yang dialami, karena merasa tidak akan dikritik oleh orangtuanya. Sebaliknya, karyawan staff marketing yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak aman, stressful, dan mengancam serta individu yang mengalami kritikan dan sikap agresi yang terus-menerus dari orangtuanyaa, akan cenderung self critical daripada self-compassion (Gilbert & Proctor, 2006). Hal itu terjadi karena karyawan staff marketing dengan insecure attachment cenderung merasa takut untuk menceritakan mengenai masalah yang dialami, karena menghayati ketidakdekatan dengan orangtuanya dan adanya pemberian kritik terus menerus dari orangtuanya.

(29)

20

Universitas Kristen Maranatha 1.5. Bagan Kerangka Pikir

Karyawan staff

marketing PT

“X” di Bandung.

Komponen:

Self-kindness

Mindfulness Common humanity

Self-compassion

Faktor:

Internal:

Personality

• Jenis kelamin

Compassion for othes

Eksternal:

• Budaya

Pola asuh : Early

Family Experience, attachment, traumatic (stressfull, family relationship).

Tinggi

(30)

Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi

Berdasarkan uraian di atas, dapat diasumsikan bahwa:

1. Karyawan staff marketing PT “X” di Bandung dituntut untuk selalu membina hubungan baik dengan karyawan regional manager, karyawan divisi lain, dan pelanggan PT “X” atau yang disebut dengan compassion for

others.

2. Karyawan staff marketing membutuhkan derajat self-compassion yang tinggi, agar dapat melakukan compassion for others dengan baik.

3. Self-compassion dari karyawan staff marketing PT “X” di Bandung

dibangun oleh komponen self-kindness, common humanity, dan mindfulness, yang saling berkaitan.

4. Karyawan staff marketing PT “X” memiliki derajat self-compassion yang bervariasi.

5. Derajat self-compassion yang dimiliki karyawan staff marketing PT “X” dapat digolongkan menjadi tinggi, apabila ketiga komponen tergolong tinggi. Sebaliknya apabila salah satu atau dua atau ketiga komponen tergolong rendah, maka derajat self-compassion yang dimiliki karyawan

staff marketing menjadi rendah.

6. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi derajat self-compassion karyawan

staff marketing PT “X” di Bandung adalah faktor internal yang terdiri dari

personality dan jenis kelamin dan faktor eksternal yang terdiri dari budaya

dan Pola asuh : Early Family Experience, attachment, dan modeling

(31)

67

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada 31 orang karyawan staff marketing PT “X” di Bandung dan pembahasan yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Karyawan staff marketing PT “X” di Bandung sebagian besar menunjukkan derajat self-compassion yang rendah yaitu sebanyak 67.7% dari 31 orang karyawan staff marketing.

2. Karyawan staff marketing PT “X” yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 80% menunjukkan derajat self-compassion yang rendah. Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan untuk terpaku dan memikirkan masalah atau kegagalan yang dialami dalam jangka waktu yang lama. 3. Sebanyak 66.7% karyawan staff marketing PT “X” dengan derajat

conscientiousness yang tinggi menunjukkan derajat self-compassion yang

tinggi. Sebaliknya, sebanyak 89.5% karyawan staff marketing PT “X” dengan derajat conscientiousness yang rendah menunjukkan derajat

self-compassion yang rendah. Derajat conscientiousness yang tinggi dapat

membuat karyawan staff marketing lebih bijaksana dalam menghadapi masalah dan kegagalan yang dialami.

4. Sebanyak 73.9% karyawan staff marketing PT “X” yang mengalami

(32)

self-Universitas Kristen Maranatha

compassion yang rendah. Karyawan staff marketing yang mengalami

secure attachment lebih memilih untuk menceritakan masalah atau

kegagalan yang dialami pada kedua orangtuanya, dibandingkan ke rekan kerjanya.

5. Karyawan staff marketing PT “X” yang mengalami modeling parents yang positif dengan kedua orangtuanya sebanyak 73.9% menunjukkan derajat self-compassion yang rendah. Hal ini mungkin dipengaruhi pada dasarnya karyawan staff marketing belum memenuhi tugas perkembangan secara optimal.

6. Sebanyak 76% karyawan staff marketing PT “X” yang berstatus single menunjukkan derajat self-compassion yang rendah. Hal ini terkait dengan masih belum terpenuhinya secara optimal semua tugas perkembangan yang dimiliki karyawan staff marketing.

7. Derajat self-compassion karyawan staff marketing PT “X” yang rendah membuatnya belum dapat melakukan compassion for others dengan optimal.

8. Faktor lainnya yaitu jenis kelamin laki-laki, personality tipe extraversion,

agreeableness, neurotic, openness, budaya, attachment insecure, maternal

condition, dan modeling parents negatif dirasakan kurang berkaitan

(33)

69

Universitas Kristen Maranatha 5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoritis

1. Dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan antara derajat

self-compassion dan status marital.

2. Dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan antara derajat

self-compassion dan usia.

3. Dilakukan penelitian mengenai derajat self-compassion pada karyawan divisi lain selain karyawan staff marketing.

4. Penambahan item kuesioner data penunjang, agar dapat lebih menggali secara mendalam mengenai komponen-komponen faktor-faktor yang mempengaruhi derajat self-compassion. Misalnya penghayatan perasaan dan reaksi ketika mengalami kegagalan atau masalah.

5. Lebih merinci mengenai jenis-jenis kebudayaan yang dimiliki sampel penelitian, misalnya budaya Sunda, Jawa, dan Batak.

5.2.2. Saran Praktis

1. Karyawan staff marketing PT “X” disarankan untuk melakukan group

counseling dengan rekan kerjanya. Hal ini akan membuat karyawan staff

marketing bertukar cerita dan berdiskusi dengan karyawan lain.

(34)

Universitas Kristen Maranatha 3. Karyawan HRD PT ”X” dapat mengadakan beberapa seminar dan training yang dapat meningkatkan derajat self-compassion yang dimiliki karyawan

staff marketing PT “X”, misalnya mengenai emotional stability. Hal ini

(35)

71

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Barnard, Laura K. 2011. Self-Compassion : Conceptualizations, Correlates, &

Interventions.(Online).(https://webspace.utexas.edu/neffk/pubs/listofpublic

ations.htm, diakses 23 September 2012)

Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology. London: Sage Publications

Manurung, Rosida T. 2009. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Jendela Mas Pustaka

Mc Carthy dkk. 2011. Basic Marketing Ed. 17. Boston: McGraw Hill International.

Neff, Kristin. 2011. Self Compassion. United States of America: HarperCollins Publishers.

Neff, Kristin D. 2004. Self-Compassion, Achievement Goals, and Coping with

Academic Failure. (Online).

(https://webspace.utexas.edu/neffk/pubs/listofpublications.htm, diakses 02 September 2012) .

Neff, Kristin D. Self-Compassion. In S. Lopez (Ed.), The Encyclopedia of Positive

Psychology.(Online).

(https://webspace.utexas.edu/neffk/pubs/scsocialwork.pdf, diakses 03 September 2012)

Neff, Kristin D. 2003. Self-Compassion: An Alternative Conceptualization of a

Healthy Attitude Toward Oneself. (Online).

(https://webspace.utexas.edu/neffk/pubs/SCtheoryarticle.pdf, diakses 03 September 2012)

Neff, Kristin D. 2012. The Relationship Between Self-compassion and

Other-focused Concern among College Undergraduates, Community Adults, and Practicing Meditators.(Online).

(36)

72

Universitas Kristen Maranatha Siegel, Sidney. 1994. Statistik Non Parametik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Susilowati. 2010. Pengaruh Stress Kerja Terhadap Motivasi dan Dampaknya

pada Kinerja Karyawan Bagian Marketing PT. Junger Farma Distributor di Surabaya. (Online).

(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/03/penelitian-karyawan-bagian-marketing.html, diakses 26 Oktober 2012).

Ying, Yu-Wen. 2009. Contribution of Self-Compassion to Competence and

Mental Health ini Social Work Students. (Online).

(37)

73

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Fakultas Psikologi UKM. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Bandung: UKM.

en.wikipedia.org, diakses tanggal 03 September 2012

www.self-compassion.org, diakses pada tanggal 03 September 2012

http://adainfo4.blogspot.com/2012/06/ujung-tombak-perusahaan.html?m=1

diakses pada tanggal 27 Agustus 2013

http://bimarlistanto.wordpress.com/2012/04/12/struktur-organisasi-perusahaan-marketing diakes pada tanggal 27 Agustus 2013

http://www.ehow.com/about_6612556_marketing-staff-job-descriptions.html

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian kelas dengan menggunakan metode kuasi eksperimen, data yang penulis kumpulkan berupa informasi tentang proses pembelajaran siswa

Skor 3: Jika siswa mampu menyalin kalimat sederhana dengan benar proporsi huruf sesuai dengan tempat, jarak antar kata jelas dengan bantuan verbal. Skor 2: Jika siswa mampu

Sedangkan tidak banyak dari mereka yang mengetahui bahwa rasa kopi sebenarnya bermacam-macam, dari pahit,asam,memiliki aroma fruity, seperti yang dimiliki oleh biji kopi

21 Penulis dalam hal ini melakukan wawancara kepada Ketua Majelis Jemaat kedua negeri yang diyakini sebagai informan kunci 22 dari penelitian yang penulis lakukan dan

Kesimpulan dari pengantar karya tugas akhir yang berjudu Theater of Mind Blue ini adalah kesederhanaan ide awal yang berasal dari impulse dan di jabarkan melalui

Hasil optimal yang didapat pada fermentasi satu fasa adalah ;.. Pembentukan biomassa berasosiasi dengan

This study was conducted by using Pearl’s Peril game in Facebook as the medium and Vocabulary Knowledge Scale from Wesche and Paribakht (1996) in the pre-test and the

Untuk kelompok usia <15 tahun terjadi peningkatan jumlah perokok, peningkatan tertinggi pada kelompok usia 10-14 tahun, Sumatra Barat merupakan provinsi tertinggi di yaitu