• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Larvisida Infusa Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap larva Aedes aegypti.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Larvisida Infusa Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap larva Aedes aegypti."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

EFEK LARVISIDA INFUSA DAUN PEPAYA (Carica Papaya L.) TERHADAP LARVA Aedes aegypti

Ni Putu Asri Lestari Putri, 1210028; Pembimbing I : Ellya Rosa Delima, dr., MKes Pembimbing II: Iwan Budiman, Dr. , dr., MS,

MM, MKes, AIF

Dengan meningkatnya jumlah kasus meninggal dan laju kematian akibat penyakit DBD di Indonesia, maka perlu dilakukan tindakan preventif untuk mengendalikan vektor penyakit DBD, salah satunya dengan temephos. Namun, temephos berdampak negatif terhadap lingkungan, sehingga alternatif lain untuk mengurangi dampak tersebut adalah menggunakan larvisida alami yaitu daun pepaya (Carica papaya L.).

Tujuan penelitian adalah menilai apakah infusa daun pepaya memiliki efek larvisida terhadap larva Aedes aegypti dan menilai potensinya dibandingkan dengan temephos.

Desain penelitian besifat laboratorium eksperimental sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Efek larvisida Infusa Daun Pepaya (IDP) diuji terhadap 6 kelompok (n=30, r=5) larva berturut-turut diberi perlakuan kelompok I (IDP 1%), II (IDP 1,5%), III (IDP 2%), IV (IDP 2,5%), V (temephos sebagai kontrol positif), dan VI (akuades sebagai kontrol negatif). Data yang diukur adalah jumlah larva mati setelah pemberian bahan uji selama 24 jam. Analisis data dengan ANAVA yang dilanjutkan dengan uji Fisher’s LSD. Kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05, menggunakan program SPSS.

Hasil penelitian persentase larva mati pada kelompok I (27,33%), II (39,33%), III (52,67%), IV (68,67%) menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05*) terhadap kelompok VI (2%) dan kelompok V(100%).

Simpulan penelitian adalah Infusa Daun Pepaya berefek sebagai larvisida terhadap larva Aedes aegypti dan memiliki potensi lebih rendah dibandingkan dengan temephos.

Kata kunci: daun pepaya, Aedes aegypti, larvisida

(2)

ii ABSTRACT

PAPAYA LEAVES INFUSION LARVACIDE EFFECT ( CARICA PAPAYA L.) ON Aedes aegypti LARVAE

Ni Putu Asri Lestari Putri, 1210028 ; 1st Adviser: Ellya Rosa Delima, dr., Mkes 2st Adviser: Iwan Budiman, Dr. , dr., MS,

MM, MKes, AIF

With the increasing incidence and mortality rate in Indonesia, it is necessary to take preventive actions to control the dengue vector, such as by temephos. But the used of temephos able to cause negative impact on the environment. So that, the alternative is by using natural larvicide, namely papaya leaves (Carica papaya L.).

This research aimed to know whether the effect of papaya leaves infusion has larvicidal effect against Aedes aegypti larvae and assess its potential compared with temephos. based on the value of p < 0.05, using SPSS program.

The results of study was the percentage of dead larvae in group I ( 27,33% ) , II ( 39,33 % ) , III ( 52,67 % ) , IV ( 68,67 % ) showed a significant differences ( p < 0.05*) compared to group VI ( 2 % ) and group V ( 100 % ).

The conclusions of this research was there was an effect of PLI as a larvicide against Aedes aegypti larvae but with lower potential compared to temephos.

Keywords : papaya leaves infusion, Aedes aegypti, larvicide

(3)

i DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 3

1.5Kerangka Pemikiran ... 3

1.6Hipotesis ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 5

2.1.1 Epidemiologi DBD ... 5

2.1.2 Etiologi DBD ... 8

2.1.3 Penularan dan Masa Inkubasi ... 9

2.1.4 Manifestasi Klinis DBD ... 11

2.2Aedes aegypti ... 11

2.2.1 Taksonomi Aedes aegypti ... 12

(4)

ii

2.2.2 Habitat dan Perkembangbiakan ... 12

2.2.3 Penyebaran ... 12

2.3.5 Daun Pepaya sebagai Larvisida ... 25

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1Alat, Bahan, dan Subjek Penelitian ... 26

3.3.2 Penentuan Besar Pengulangan / Replikasi ... 28

3.3.3 Variabel Penelitian ... 28

3.3.3.1Definisi Konsepsional Variabel Penelitian ... 28

3.3.3.2Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28

(5)

iii

3.4Prosedur Penelitian ... 29

3.4.1 Persiapan Bahan Uji ... 29

3.4.1.1Pembuatan Simplisia ... 29

3.4.1.2Pembuatan Infusa... 29

3.4.1.3Persiapan Hewan Coba ... 30

3.4.2 Prosedur Kerja ... 30

3.5Metode Analisis ... 31

3.5.1.1Hipotesis Statistik ... 31

3.5.1.2Kriteria Uji ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil dan Pembahasan ... 32

4.2Uji Hipotesis Penelitian ... 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1.1Simpulan ... 38

1.2Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 43

RIWAYAT HIDUP………... 51

(6)

i

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penyebaran Kasus DBD di Indonesia Tahun 1968-2013……… 6

Tabel 2.2 Provinsi dengan Incidence Rate (IR) tertinggi DBD di Indonesia…. 7

Tabel 4.1 Rerata Jumlah Larva Mati Setelah 24 Jam ... 33

Tabel 4.2 Rerata dan Presentase Jumlah Larva Mati Setelah 24 Jam... 34

Tabel 4.3 Hasil Uji ANAVA Larva Mati ... 35

Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Rerata Fisher’s LSD Setelah 24 jam... 35

Tabel L 3.1 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Infusa Daun Pepaya 1% Setelah 24 Jam ... 44

Tabel L 3.2 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Infusa Daun Pepaya 1,5% Setelah 24 Jam ... 44

Tabel L 3.3 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Infusa Daun Pepaya 2% Setelah 24 Jam ... 44

Tabel L 3.4 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Infusa Daun Pepaya 2,5 % Setelah 24 Jam ... 45

Tabel L 3.5 Jumlah Larva Mati pada Temephos 1% Setelah 24 Jam ... 45

Tabel L 3.6 Jumlah Larva Mati pada Akuades Setelah 24 Jam ... 45

Tabel L 4.1 Descriptive ... 46

Tabel L 4.2 ANAVA ... 47

Tabel L 4.3 Fisher’s LSD ... 47

(7)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Dosis ... 43 Lampiran 2. Data Hasil Penelitian ... 44 Lampiran 3. Data Hasil Pengolahan SPSS Infusa Daun Pepaya (Carica papaya

L.) terhadap Larva Aedes aegypti ... 46 Lampiran 4. Gambar Penelitian ... 49

(8)

i

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Nyamuk merupakan serangga yang dapat menimbulkan gangguan pada manusia dan hewan melalui cucukannya. Melalui cucukan nyamuk bayak penyakit yang dapat ditularkan antara lain penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Vektor utama penyakit DBD adalah Aedes aegypti dan Aedes albopticus (Widyono, 2008). Habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti adalah tempat-tempat yang dapat menampung air di dalam, di luar, di sekitar rumah, serta tempat-tempat umum seperti ember, bak mandi/wc, tempayan, lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, tempat minum burung, vas bunga, dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, dan lain-lain) (Kemenkes RI, 2011).

Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan ke manusia melalui cucukan nyamuk Aedes aegypti betina yang terinfeksi virus (Achmadi et al, 2010; WHO, 2013). Daerah endemis dengue tersebar pada seratus negara di Asia, Kepulauan Pasifik, Amerika, Afrika, dan Karibia. WHO memperkirakan 50-100 juta infeksi terjadi setiap tahunnya, termasuk 500.000 kasus DBD dengan 22.000 kematian, terutama pada anak-anak (CDC, 2014). Indonesia telah menjadi negara endemis DBD sejak tahun 1968 hingga kini. Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 90.245 kasus. Jumlah penderita DBD tahun 2013 yang dilaporkan sebanyak 112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang dan laju kematian atau Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,7%. Terdapat tiga provinsi dengan Angka kesakitan tertinggi yaitu, Bali (168,48 per 100.000 penduduk), DKI Jakarta (96,18 per 100.000 penduduk) dan Kalimantan Timur (92,73 per 100.000 penduduk) (Kemenkes RI, 2014).

(9)

ii

Pada Tahun 2014 terdapat 907 jumlah kasus meninggal dengan laju kematian 0,9%. Hal tersebut menunjukan peningkatan jumlah kasus dan laju kematian dari tahun 2013. Selain itu, Provinsi Bali tetap menduduki posisi pertama dengan angka kesakitan tertinggi yaitu 204,22 per 100.000 penduduk dibandingkan provinsi lainnya, yang menunjukan peningkatan insidensi dibandingkan tahun 2013 (Kemenkes RI, 2015).

Dengan meningkatnya jumlah kasus meninggal dan laju kematian akibat penyakit DBD di Indonesia, maka perlu dilakukan tindakan preventif khususnya pada saat musim penghujan dimana populasi Aedes aegypti akan meningkat. Hingga kini belum ditemukan vaksin maupun obat antivirus yang efektif untuk penyakit DBD, sehingga tindakan preventif terbaik yang dapat dilakukan adalah pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti (Kemenkes RI, 2011).

Pengendalian vektor secara kimiawi menggunakan insektisida merupakan salah satu metode pengendalian vektor yang paling popular di masyarakat. Sasaran insektisida ini adalah stadium dewasa (nyamuk) dan pra-dewasa (larva/ jentik). Golongan insektisida kimiawi yang sering digunakan sebagai pemberantas larva Aedes aegypti adalah temephos. Namun penggunaan insektisida ini harus dipertimbangkan karena bersifat racun dan berdampak negatif terhadap lingkungan dan organisme mamalia lainnya yang bukan sasaran, termasuk manusia. Selain itu, aplikasi insektisida secara berulang di satuan ekosistem akan menimbulkan terjadinya resistensi serangga sasaran (Kemenkes, 2011), dengan demikian, diperlukan alternatif lain berupa larvisida alami ramah lingkungan yang berasal dari bahan alam, salah satunya adalah daun pepaya.

Tanaman pepaya (Carica papaya L.) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia karena sangat mudah diperoleh bahkan dapat ditemui di halaman pekarangan karena tanaman ini sangat mudah untuk tumbuh. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) dikenal sebagai tanaman multiguna karena hampir seluruh bagian tanaman mulai dari akar hingga daun bermanfaat bagi manusia. Daun pepaya banyak digunakan oleh petani untuk mengendalikan hama penghisap dan ulat karena kandungan zat aktif papain yang terdapat di dalamnya sehingga dapat digunakan sebagai insektidsida alami (Juliantara, 2012). Dalam ilmu pengobatan

(10)

iii

Cina, pepaya dikenal sebagai antibakteri, antiparasit, dan daunnya berpotensi membantu menyembuhkan DBD. Pengolahan daun pepaya dalam bentuk infusa lebih praktis, mudah, dan ekonomis sehingga kemungkinan besar pengaplikasian di masyarakat dapat direalisasikan (Ismawan, 2014).

Berdasarkan adanya sumber yang mengatakan efek antiparasit dan potensi daun pepaya dalam membantu menyembuhkan DBD (Ismawan, 2014), maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang infusa daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.

1.2Identifikasi Masalah

 Apakah infusa daun pepaya memiliki efek larvisida.

 Apakah potensi infusa daun pepaya lebih tinggi dibandingkan dengan temephos.

1.3Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui efek larvisida infusa daun pepaya.

 Untuk mengetahui potensi infusa daun pepaya dibandingkan dengan temephos.

1.4 Manfaat Penelitian

 Manfaat akademis

Memberikan informasi dan menambah pengetahuan mahasiswa/i mengenai efek larvisida infusa daun pepaya.

 Manfaat Praktis

Mengembangkan bahan alternatif alami untuk membunuh larva Aedes aegypti

(11)

iv

yang dapat digunakan oleh masyarakat sehingga terjadi penurunan populasi Aedes aegypti.

1.5. Kerangka Pemikiran

Daun pepaya (Carica papaya L.) mengandung enzim papain dan alkaloid karpain yang mempunyai daya racun terhadap larva dengan cara menghambat sistem respirasi dan mempengaruhi sistem saraf larva. Zat tersebut mempengaruhi sistem saraf dengan cara menghambat enzim kolinesterase, sehingga akan terjadi gangguan transmisi impuls yang menurunkan koordinasi otot, menghambat hormon pertumbuhan sehingga larva tidak dapat melakukan metamorfosis secara sempurna dan menyebabkan kematian larva. Kandungan aktif papain juga bersifat larvisida dengan cara menghidrolisis protein tubuh larva (Brunetton, 1999; Hidayat & Napitulu, 2015; Krishna et al, 2008; Utomo et al, 2010; Udoh et al, 2009).

1.6. Hipotesis

 Infusa daun pepaya memiliki efek larvisida.

 Potensi infusa daun pepaya lebih tinggi dibandingkan dengan temephos.

(12)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

 Infusa daun pepaya memiliki efek larvisida terhadap larva Aedes aegypti.

 Infusa daun pepaya memiliki potensi lebih rendah dibandingkan dengan

temephos.

5.2 Saran

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan, maka perlu dilanjutkan dengan :

 Menggunakan konsentrasi infusa daun pepaya pada konsentrasi lebih dari

2,5%

 Menggunakan bagian tanaman pepaya selain daun, seperti akar, biji, dan

buah pepaya untuk pengujian efektivitas larvisida dibandingkan dengan daun pepaya

 Menggunakan infusa daun pepaya pada stadium perkembangan selain

larva

 Penelitian lain mengenai manfaat infusa daun pepaya, selain sebagai larvisida

 Penelitian mengenai toksikologi dan keamanan dari infusa daun pepaya

(13)

i

Bruneton, J.1999. (Caroline, Ed.) Pharmacognosy: Phytochemistry and medicinal plants, 217-220.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2014. Dengue Epidemiolog.

http://www.cdc.gov/Dengue/Epidemiology/index.html. 25 Oktober 2015. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Cara Pembuatan Simplisia.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI

. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Dirjen PPPL. 2007. Modul Pelatihan bagi Pengelola Program Pengendalian Penyakit DBD di Indonesia. Jakarta: Depkes RI

Gama, Z., Yanuwiadi, B., Kurniati, T. 2010. Strategi Pemberantasan Nyamuk Aman Lingkungan : Potensi Bacillus Thuringiensis Isolat Madura sebagai

Musuh Alami Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Pembangunan dan Alam

Lestari, 1(1).

Gandahusada, D., Harry, D., Liahude, Wita, P. 2006. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia.

Gathany, J. 2006. Public Health Image Library. Retrieved November 25, 2015,

from Centers for Disease Control and Prevention:

http://phil.cdc.gov/phil/details.asp

Herbie, T. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat. Yogyakarta: OCTOPUS

Publishing House.

(14)

ii

Herms, W. 2006. Medical Entomology with Special Reference to Health nd Well -being of Man Animals Ed. III. New York: Macmillan.

Hidayat, R. S., & Napitulu, M. R. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: AgriFlo. Hill, C., Macdonald, J. 2008. Mosquito. Retrieved Oktober 21, 2015, from

http://extension.entm.purdue.edu.publichealth.insects/mosquito.html.

Ismawan , B. 2014. 100 Plus Herbal Indonesia Bukti Ilmiah dan Racikan (Vol. 11). Depok: Trubus-online.

Juliantara, K. 2012. Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) sebagai Pestisida Alami yang Ramah Lingkungan. Retrieved Oktober 23, 2014, from http://www.kompsiana.com

Kemenkes RI. 2010. Demam Berdarah Dengue di Indonesia Tahun 1968-2009. Buletin Jendela Epidemiologi, 1-14.

_______. 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta:

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

_______. 2014. Situasi Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.

_______. 2015. Data dan Informasi tahun 2014: Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kestina. 1995. Daya Larvasida Getah Opatah Tulang (Euphorbia tirucalli) terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes fatigants. Surabaya: Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Airlangga.

Krishna , K. L., Paridhavi, M., & Patel, J. A. 2008. Review on Nutrirional, Medicinal, and Pharmacological Properties of Papaya (Carica papaya L). Natural Product Radiance.

Mayo, William L. 2003. Papaya The Medicine Tree. Australia: Harald W. Tietze Muhlisah, F. 2012. Tanaman Obat Keluarga (Toga). Jakarta: Penebar Swadaya. Nelson, M. 1986. Aedes aegypti: Biology and Ecology. Washington DC: Pan

American Health Organizaton.

Owen, Robert Lantham. 2009. The Historical Medical Libraryof The College of

Physicians of Philadelpia: Yellow Fever A Compilation of Various Publication. Washington: Govt Printing Office.

(15)

iii

Palgunadi, B. U., Rahayu, A. 2012. Retrieved Oktober 25, 2015, from E Library

Fakultas Kedokteran UWKS: http://elib.fk.uwks.ac.id/ asset/

archieve/jurnal/vol2.no1.Januari2011/

Putra, W. S. 2015. Kitab Herbal Nusantara: Aneka Resep & Ramuan Tanaman Obat untuk Berbagai Gangguan Kesehatan. Yogyakarta: KATAHATI. Rueda, Leopoldo M. 2004. Pictorial Keys for The Identification of Mosquitoes

(Diptera: Culicidae) Associated with Dengue Virus Transmision. Auckland: Magnolia Press

Siswandi, M. P. 2015. Mengenal Tanaman Obat. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.

Siswanto, T. W. 2004. Penanganan Hasil Panen. Jakarta: Penebar Swadaya

Supartha, I. 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes alboticus (Skuse) (Diptera: Culicidae). Denpasar: Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Susilo, Patrysia A., Tjahjani, Susy., Tjokropranoto, Rita. 2013. Efek Ekstrak Daun Pepaya sebagai Larvisida Nyamuk Culex sp. Retrivied Oktober 18, 2015 from Jurnal Kedokteran Maranatha.

Udoh, P. B., Udoh, F. V., Umoren, E. B., James, U. W., Ukeke, C. P., & Agwu, B. 2009. Effect of Caricapryl-99 Seed Alkaloid Extract on the Serum Levels of Sex Hormones and Pituitary Gonadotrophins in Male Albino Rats. Niger: Physiol sci.

Utomo, M., Amaliah, S., & Suryati, F. A. 2010. Daya Bunuh Bahan Nabati Serbuk Biji Pepaya terhadap Kematian Larva Aedes aegypti. Salatiga: Depkes RI. Valiant, M., Soeng, S., Tjahjani, S. 2010. Efek Infusa Daun Peaya (Carica papaya

L.) terhadap Larva Naymuk Culex sp. Retrivied Oktober 17, 2015 from Jurnal Kedokteran Maranatha.

WHO. 2005. Guidelines for Laboratory and Field Testing of Mosquito

Larvacides. India: WHO

_______. 2009. Dengue: Guidelines for Diagnosis, Tretment, Prevention, and Control. Switzeland: World Health Organization.

_______. 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue

(16)

iv

and Dengue Haemorrhagic Fever. New Delhi: Regional Office for South-East Asia.

_______. 2013. Dengue and Severe Dengue. Retrieved Januari 20, 2014, from

World Health Organization (WHO):

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/

Widyono. 2008. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga

Zulkoni, A. 2011. Parasitologi untuk Keperawatan, Kesehatan Masyarakat dan Teknik Lingkungan. Yogyakarta: Mulia Medika.

Referensi

Dokumen terkait

(3) Apabila ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita ternyata dari kelompok keluarga miskin yang dibuktikan dengan bukti kepesertaan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat

Berdasarkan Tabel 6 dan Gambar 2, dapat dilihat nilai evapotranspirasi tanaman yang terbesar terdapat pada fase akhir penelitian atau usia bibit 6 bulan yaitu sebesar 0,98

[r]

purposive sampling, yaitu penarikan sampel yang dilakukan dengan cara memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti.. Pengumpulan data dalam

Ativitas guru yang diamati pada siklus 1 secara keseluruhan mendapat skor 46,75 dari skor ideal 70 dengan presentase 66,78% namun hal ini masih belum dapat dikategorikan

Registry dalam platform sistem operasi Microsoft Windows 32-bit, merupakan sebuah basis data yang disusun secara hierarkis yang mengandung informasi mengenai konfigurasi

Tabell 9-10 Netto driftseiendeler og netto driftskapital over budsjettperioden, fra 2016 til 2025, samt siste år i analyseperioden og første år i konstant vekst. Fri kontantstrøm

Wa h a i p a r a o r a n g t u a , bukankah kita akan menghargai dan bangga terhadap prestasi anak ketika itu sesuai dengan minat dan harapan kita? Bagaimana kalau