• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian Sosial di Sekolah pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian Sosial di Sekolah pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri "X" Bandung."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

i

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian Sosial di Sekolah pada Siswa kelas VII di SMP Negeri “X” Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial di sekolah pada siswa kelas VII di SMP Negeri “X” Bandung melalui 5 aspek penyesuaian sosial di sekolah, yaitu menerima dan menghargai otoritas; berpartisipasi dalam aktivitas sekolah’ membina relasi yang sehat dengan teman sebaya, guru, dan staf di sekolah; menerima batasan dan tanggungjawab; membantu merealisasikan tujuan dari sekolah yang dikaitkan dengan kecerdasan emosional melalui 5 aspek, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali perasaan orang lain (empati), dan membina hubungan.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Alat ukur yang digunakan oleh peneliti yaitu 2 buah kuesioner yang dikonstruksi oleh peneliti dan berlandaskan pada teori kecerdasan emosional (Daniel Goleman) sebanyak 60 item dan teori penyesuaian sosial di sekolah (Schneiders A) sebanyak 60 item. Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan rumus rank Spearman melalui SPSS Statistic 18.0, diperoleh 30 item valid untuk alat ukur kecerdasan emosional yang berkisar antara 0,308 – 0,692 dan 30 item valid untuk alat ukur penyesuaian sosial di sekolah yang berkisar antara 0,306 – 0,728.

(2)

ii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The study is titled "The Relationship between Emotional Intelligence and Social Adjustment in School in Grade VII Junior High School "X" Bandung. The purpose of this study was to determine how strong the relationship between emotional intelligence and social adjustment at school in class VII in Junior High School "X" through 5 Bandung aspects of social adjustment in the school, which accepts and respects authority; participate in school activities'fostering healthy relationships with peers, teachers, and staff at the school; accept the limitations and responsibilities; help realize the goals of the school associated with emotional intelligence through five aspects, namely recognizing emotions, managing emotions, motivating oneself, recognizing the feelings of others (empathy), and build relationships.

The design of the research is correlational method. Measuring instruments used by researchers is 2 pieces questionnaire constructed by the researcher and based on the theory of emotional intelligence (Daniel Goleman) as many as 60 items and the theory of social adjustment in school (Schneiders A) as many as 60 items. Based on test validity using Spearman rank formula through SPSS Statistics 18.0, obtained 30 valid items for emotional intelligence measuring instruments ranging from 0.308 to 0.692 and 30 items measuring instrument is valid for social adjustment in school ranged from 0.306 to 0.728.

(3)

v

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Lembar Judul

Abstrak……… Kata Pengantar ………

i iii Daftar Isi ……… Daftar Tabel ………...

v ix

Daftar Bagan ……….. x

Daftar Lampiran ………. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Identifikasi Masalah …..……….. 5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ……… 6

1.5 Kerangka Pemikiran ……… 6

1.6 Asumsi Penelitian ……… 13

1.7 Hipotesis Penulisan ……… 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecerdasan Emosional …... 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional ………... 2.1.2 Aspek-aspek Kecerdasan Emosional …...

(4)

vi

Universitas Kristen Maranatha 2.2 Penyesuaian Sosial di Sekolah……… 2.2.1 Pengertian Penyesuaian Sosial …... 2.2.2 Macam-Macam Penyesuaian Sosial …... 2.3 Remaja …... 2.3.1 Pengertian Remaja …... 2.3.2 Karakteristik Remaja …...

17 17 18 19 19 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ………..………... 22 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional …..……...

3.2.1 Variabel Penelitian …... 3.2.2 Definisi Konseptual …...

1 Kecerdasan Emosional …... 2 Penyesuaian Sosial di Sekolah …... 3.2.3 Definisi Operasional ………..

1 Kecerdasan Emosional ……… 2 Penyesuaian Sosial di Sekolah ………

23 23 23 23 23 24 24 25 3.3 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel …………

3.3.1 Populasi Sasaran …... 3.3.2 Teknik Penarikan Sampel ... 3.3.3 Karakteristik Sampel …..…...

26 26 26 26 3.4 Alat Ukur …...

3.4.1 Alat Ukur Kecerdasan Emosional …...

(5)

vii

Universitas Kristen Maranatha 3.4.2 Alat Ukur Penyesuaian Sosial di Sekolah …... 3.4.3 Data Sosio demografik …... 3.4.4 Validitas Alat Ukur …... 3.4.5 Reliabilitas Alat Ukur …...

28 30 31 32

3.5 Teknik Analisis Data …... 32

3.6 Hipotesis Statistik ………... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ……….. 35

4.1.1 Data Responden …..………. 35

4.1.1.1 Jenis Kelamin ……... 35

4.1.1.2 Pendidikan Ayah ………. 35

4.1.1.3 Pendidikan Ibu ………. 36

4.1.1.4 Tinggal dengan orangtua/bukan orangtua ………... 36

4.2 Hasil Penelitian ……… 4.2.1 Hasil Korelasi ……….. 4.3 Pembahasan ………. 37 37 38 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ………... 44

(6)

viii

Universitas Kristen Maranatha

5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan ……... 45

5.2.2 Saran Guna Laksana ………. 45

Daftar Pustaka ……….. 46

(7)

ix

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel Gambaran Alat Ukur Kecerdasan Emosional ... 27 Tabel Gambaran Alat Ukur Penyesuaian Sosial di Sekolah ... Tabel Data Responden Jenis Kelamin ……… Tabel Data Responden Pendidikan Ayah ……… Tabel Data Responden Pendidikan Ibu ……… Tabel Data Responden Tinggal dengan Orangtua/Bukan Orangtua ………

(8)

x

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(9)

xi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi alat ukur Kecerdasan Emosional

Lampiran 2. Kisi-kisi alat ukur Penyesuaian Sosial di Sekolah Lampiran 3. Kuesioner Kecerdasan Emosional

Lampiran 4. Kuesioner Penyesuaian Sosial di Sekolah

Lampiran 5. Perhitungan Validitas Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian Sosial di sekolah

Lampiran 6. Perhitungan Reliabilitas Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian Sosial di Sekolah

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan dasar formal di Indonesia setelah menyelesaikan sekolah dasar (SD), yang dilaksanakan dalam kurun waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Sekolah Menengah Pertama (SMP) termasuk dalam lingkup program wajib belajar bagi setiap warga negara Indonesia yang berusia 7-15 tahun yaitu pendidikan sekolah dasar (atau sederajat) selama 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) selama 3 tahun, dan pelajar SMP biasanya berusia 12-15 tahun (Kementerian Pendidikan Nasional).

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan transisi dari sekolah dasar (SD), transisi ini merupakan sebuah pengalaman normatif yang dialami oleh semua anak. Transisi tersebut dapat menimbulkan stres karena terjadi secara simultan dengan terjadinya sejumlah perubahan lain dalam diri individu, keluarga dan sekolah. Secara intelektual, siswa lebih tertantang oleh tugas-tugas akademik. Para siswa juga akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk meluangkan waktu bersama dengan teman-teman, dan memilih teman yang cocok serta menikmati kemandirian dari pengawasan orangtua secara langsung (Santrock, 2012).

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional banyak siswa yang sangat terbiasa dengan cara guru “X” mengajar, maka dengan cara tersebut ia dapat optimal menyerap materi pelajaran. Kenyataannya, saat naik kelas atau transisi dari SD ke SMP dan seterusnya siswa mendapatkan cara guru yang berbeda cara mengajarnya dengan guru yang sebelumnya, hal ini tentu memengaruhi sikap siswa. Fenomena seperti ini berlaku pada perbedaan aturan sekolah, guru, teman-teman, lingkungan, maka siswa yang memasuki kondisi sekolah yang baru, maka anak dituntut untuk melakukan penyesuaian. Penyesuaian merupakan kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga siswa merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungan. Penyesuaian merupakan hal yang sangat penting untuk dapat memenuhi kebutuhan siswa dengan segala macam kemungkinan yang ada di lingkungan.

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha kebutuhan, dorongan, tuntutan dan keinginan yang harus dipenuhi oleh individu termasuk juga saat menghadapi suatu masalah di sekolah yang harus diselesaikan (Schneiders, 1964).

Dalam kerangka menyesuaikan diri di sekolah, siswa harus memerhatikan pelbagai tuntutan, seperti harus menerima dan menghargai otoritas yaitu memosisikan guru-guru sebagai figur yang dihormati dan dihargai, menerima peraturan sekolah; bersedia berpartisipasi dalam aktivitas sekolah; membina relasi yang sehat dengan teman sebaya, guru dan staf di sekolah; menerima batasan dan tanggung jawab; serta membantu merealisasikan tujuan sekolah. Kehidupan sekolah hanyalah sebuah bagian dari realitas, dan faktor-faktor seperti kurangnya minat terhadap sekolah, bolos, hubungan emosional yang tidak sehat dengan guru, memberontak, dan menantang otoritas, merupakan hambatan bagi penyesuaian sosial di sekolah (Schneiders, 1964).

Menurut Scheneiders (1964) proses penyesuaian sosial di sekolah dapat menimbulkan berbagai masalah terutama masalah-masalah di sekolah yang terjadi pada diri sendiri, siswa yang berhasil memenuhi berbagai tuntutan tanpa gangguan, maka siswa tersebut dikatakan dapat melakukan penyesuaian sosial di sekolah, namun siswa yang tidak berhasil memenuhi tuntutannya dikatakan maladjusted. Siswa yang dapat melakukan penyesuaian sosial dengan ciri-ciri seperti memiliki rasa tanggung jawab, adaptabilitas, memiliki tujuan yang jelas, dapat mengendalikan diri, adanya penerimaan sosial.

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha pelanggaran terhadap beberapa aturan sekolah yaitu 5% siswa terlambat datang ke sekolah, 5% siswa yang membolos, 15% siswa tidak mengerjakan PR, 25% siswa merasa malu membina hubungan dengan teman sebaya dan guru. Siswa yang melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah, akan diberikan sanksi-sanksi yang berlaku.

Menurut Syamsu Yusuf (2011) ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah terlihat dari ketidakpuasan terhadap diri sendiri dan lingkungan sekolah, memiliki sikap-sikap yang menolak terhadap realitas dan lingkungan sekolah. Siswa yang mengalami perasaan ini akan merasa terasing dari lingkungan, akibatnya siswa tidak mengalami kebahagiaan dalam berinteraksi dengan guru, teman sebaya ataupun keluarganya.

Respon terhadap untutan dan realitas kehidupan sosial di sekolah akan diekspresikan secara berbeda-beda oleh masing-masing siswa, tergantung pada kemampuan penyesuaian sosial yang dimilikinya. Siswa dalam melakukan tuntutan-tuntutan penyesuaian sosial di sekolah membutuhkan keterampilan emosional yang tercermin melalui kemampuan mengelola emosi diri sendiri dan empati terhadap orang lain. Keterampilan emosional di atas merujuk pada kecerdasan emosional dari Goleman (2002).

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres, berempati dan berdoa. Kecerdasan emosional pada siswa akan terlihat melalui kecerdasan interpersonal, yaitu mampu untuk menyadari emosi diri sendiri, mampu untuk mengelola emosi diri sendiri, dan memotivasi diri sendiri, serta diimbangi oleh kecerdasan antarpersonal yang meliputi mampu berempati, bagaimana kemampuan siswa dalam memberikan kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengekspresikan emosi dengan cara-cara yang matang, melibatkan diri dengan permasalahan yang memiliki pandangan moral dan tanggung jawab, bersikap tegas, mudah bergaul, ramah, serta mampu menyesuaikan diri dengan beban stres.

Berdasarkan uraian fenomena di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian Sosial di Sekolah pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri “X” Bandung.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Seberapa kuat hubungan antara kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial di sekolah pada siswa kelas VII di SMP Negeri “X” Bandung.

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Maksud Penelitian

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha

1.3.2 Tujuan Penelitian

Memperoleh pemahaman mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial di sekolah pada siswa kelas VII di SMP Negeri “X” Bandung.

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN

1.4.1 Kegunaan Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu Psikologi Pendidikan dan psikologi sosial, khususnya mengenai kecerdasan emosional dalam kaitannya dengan penyesuaian sosial di sekolah pada siswa.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Memberikan masukan bagi siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan diri sendiri, lingkungan sekolah, maupun lingkungan sosialnya.

2) Memberikan masukan bagi pihak sekolah yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memberikan tuntutan bagi siswa.

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha untuk memenuhi tuntutan lingkungan, siswa harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan tersebut.

Kemampuan siswa untuk mengubah tuntutan menjadi tantangan adalah dengan cara beradaptasi terhadap tuntutan yang bersumber dari lingkungan eksternal, yaitu lingkungan sekolah. Penyesuaian siswa kelas VII terhadap lingkungan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sangat menyulitkan, karena Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan suatu jenjang pendidikan yang membutuhkan tanggung jawab dan kemandirian yang lebih tinggi dibandingkan jenjang pendidikan sebelumnya. Khusus bagi siswa kelas VII SMP Negeri “X” Bandung memiliki tuntutan untuk mematuhi aturan sekolah dan dapat membina relasi dengan orang lain, karena di SMP Negeri “X” Bandung ini lebih diutamakan pada kedisiplinan siswa terhadap aturan dan akademisnya.

Kemampuan penyesuaian sosial di sekolah dibutuhkan oleh siswa untuk dapat memenuhi tuntuan dalam lingkungan sekolah. Penyesuaian sosial yaitu kemampuan seseorang saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti di lingkungan. Proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, hanya untuk mencapai penyelesaian bagi masalah di kehidupannya, termasuk juga persoalan di sekolah (Schneiders, 1964).

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha menyesuaikan diri di lingkungan sekolah ditandai oleh respon siswa yang sesuai dengan keadaan diri sendiri, sesuai dengan hubungan dengan teman, guru maupun staf karyawan. Penyesuaian sosial di sekolah juga dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya secara fleksibel tanpa di warnai oleh konflik-konflik dalam dirinya.

Penyesuaian sosial yang dituntut dalam kehidupan sekolah, dengan tidak memertimbangkan kebutuhan akademik. Schneiders (1964) telah menyusun tuntutan lingkungan atau perilaku yang diharapkan dan berkaitan dengan realitas, situasi, relasi sosial, serta dihadapi oleh siswa di lingkungan sekolah, adapun tuntutan-tuntutannya yang akan menjadi suatu aspek-aspek, pada siswa kelas VII SMP Negeri “X” Bandung dituntut untuk menerima dan menghargai otoritas seperti kepala sekolah, guru, staf sekolah; mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku, serta memiliki kesadaran akan pentingnya peraturan sekolah. Tuntutan yang selanjutnya ialah berpartisipasi dalam aktivitas sekolah, siswa kelas VII SMP Negeri “X” Bandung wajib mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah dan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha menjaga sikap ketika bertemu dengan kepala sekolah, guru serta staf sekolah, bertanggung jawab sebagai siswa yaitu mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dengan baik. Tuntutan terakhir yaitu membantu merealisasikan tujuan dari sekolah, siswa kelas VII SMP Negeri “X” Bandung membantu sekolah untuk mencapai visi dan misi yang salah satu misinya membuat lingkungan sekolah yang sehat dan nyaman melalui kegiatan penghijauan dengan cara tidak membuang sampah sembarangan.

Goleman (2002) mengatakan bahwa salah satu faktor yang dapat membantu siswa untuk melakukan penyesuaian sosial di sekolah adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional merupakan suatu komponen mendasar yang dimiliki oleh siswa yang berangsur-angsur terbentuk ketika siswa menghadapi pelbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk membina hubungan dengan orang lain dalam pelbagai setting, sehingga membuat siswa untuk terus menerus belajar sehingga kecerdasan emoisonal ini terus berkembang.

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha berpikir. Aspek ketiga adalah memotivasi diri sendiri merupakan suatu keterampilan siswa untuk lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang dilakukan dan dikerjakan di sekolah, sehingga siswa kelas VII SMP Negeri “X” Bandung harus dapat memotivasi dirinya sendiri untuk menghindari dari rasa malas belajar, rasa jenuh untuk sekolah.

Aspek keempat adalah mengenali emosi orang lain (empati) merupakan suatu kemampuan siswa untuk menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan oleh orang lain sehingga siswa kelas VII SMP Negeri “X” Bandung lebih mampu untuk menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan pembicaraan orang lain. Aspek kelima adalah membina hubungan yaitu kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri “X” Bandung untuk dapat mengendalikan emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, cermat membaca situasi, berinteraksi dengan lancar, memahami dan bertindak bijaksana dalam hubungan antar manusia.

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha baik dengan guru dan teman-teman. Semakin siswa dapat mengenal dan mengendalikan emosi diri sendiri ataupun orang lain, maka siswa tersebut dapat menjalin suatu hubungan yang baik dengan anggota lain disekitar lingkungannya.

Sebagai kelengkapan, penulis akan mengumpulkan data sosio demografik responden. Data sosio demografik itu meliputi usia, jenis kelamin, urutan dalam keluarga, pekerjaan orang tua (Ibu & Bapak), pendidikan orang tua (Ibu & Bapak), tinggal dengan orang tua/bukan orang tua. Selanjutnya data sosio demografik di atas akan dimanfaatkan untuk memberikan gambaran tentang data utama.

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Siswa kelas VII

SMP Negeri “X” Bandung

Data sosio demografik

Penyesuaian Sosial di sekolah

1. Menerima dan

menghargai otoritas 2. Berpartisipasi dalam

aktivitas sekolah 3. Membina relasi yang

sehat dengan teman sebaya, guru dan staf di sekolah

4. Menerima batasan dan tanggung jawab 5. Membantu

merealisasikan tujuan dari sekolah

Kecerdasan Emosional 1. Mengenali Emosi

Diri

2. Mengelola Emosi 3. Memotivasi Diri

Sendiri

4. Mengenali Emosi Orang Lain

5. Membina Hubungan

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha

1.6 ASUMSI PENELITIAN

1) Siswa yang sedang berada dalam masa transisi pendidikan perlu melakukan penyesuaian diri secara sosial.

2) Proses penyesuaian diri secara sosial dapat menghindari terjadinya kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan.

3) Keadaan psikologis yang dapat membantu siswa melakukan penyesuaian diri di sekolah adalah kecerdasan emosional.

4) Kecerdasan emosional akan tercermin melalui kemampuan siswa untuk mengelola pemyesuaiannnya dan memanifestasikannya ke lingkungan.

1.7 HIPOTESIS

(23)

44

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dipaparkan simpulan hasil penelitian yang bertitik tolak dari paparan bab sebelumnya.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial di sekolah pada siswa kelas VII di SMP Negeri “X” Bandung, diperoleh simpulan sebagai berikut :

1) Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial di sekolah pada siswa kelas VII di SMP Negeri ”X” Bandung memiliki nilai korelasi sebesar 0,670 atau berkorelasi moderat. Artinya setiap penambahan skor kecerdasan emosional akan meningkatkan skor penyesuaian sosial di sekolah, begitu pula sebaliknya.

2) Kecerdasan emosional terdiri dari mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali perasaan orang lain dan membina hubungan yang menjadi kekuatan bagi siswa dalam melakukan penyesuaian sosial di sekolah.

5.2 Saran

(24)

45

Universitas Kristen Maranatha

5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan

Untuk melakukan penelitian serupa, disarankan peneliti menambahkan teori mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian sosial di sekolah, agar diperoleh data yang menyeluruh.

5.2.2 Saran Guna Laksana

1) Disarankan kepada pihak sekolah melakukan program pembinaan berkelanjutan dalam bentuk mengevaluasi aturan sekolah dan lebih mendisiplinkan siswa untuk mengasah kecerdasan emosional siswa dalam melakukan penyesuaian sosial di sekolah.

(25)

xii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Syaifuddin. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Balajar Offset.

Goleman, D. 2002. Emotional Intelligence : Mengapa EI lebih penting daripada IQ. Terjemahan: Hermaya, T. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Guilford, J.P and Fruchter B. 1997. Fundamental Statistic In Psychology and

Education, fifth Edition. Mc Graw-Hill, Kogakusha, Ltd. Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Santrock, John W. 2012. Adolescence. NewYork : Mc Graw-Hill Companies. Schneider, A. 1964. Personal Adjustment and mental health. NewYork : Holt

Rinehart and Winstion.

Segal, Sidney. 1990. Terjemahan oleh Hagul, Peter. Statistic Non-Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : PT. Gramedia.

Segal, Sidney. 2001. Raising Your Emotional Intelligence. Bandung : Kaifa. Sudjana, M.Sc. 2005. Metoda Statistik. Edisi keenam. Bandung : Tarsito.

Hadi, Sutrisno. (2000). Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset.

(26)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Sitepu, Nirwana SK. 1995. Analisis Korelasi. Bandung : Unit Pelayanan Statistika Jurusan Statistika, FMIPA, Universitas Padjajaran.

http://www.blogduniapsikologi.com

http://episentrum.com/artikel-psikologi/remaja/#more-213

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/1979071 22005011-NURDIN/KARYA_ILMIAH_8.pdf

http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=390

http://smpn29samarinda.wordpress.com/2009/01/22/mengenal-kecerdasan-emosional-remaja/

Referensi

Dokumen terkait

Kepemimpinan Wirausaha akan menjadikan berbagai Kompetensi dapat terpadu dalam suatu konteks kinerja kepemimpinan Kepala Sekolah, keterpaduan menjadikan

Puji syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan karunianya Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) yang telah

Sebuah sampel random sebesar n = 300 telah dipilih dari populasi yang terdiri dari penduduk kota yang telah dewasa dan ternyata 36 orang merokok paling sedikit satu bungkus per

Lembar validasi atau angket diberikan kepada guru dan siswa untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap media pembelajaran berupa flashcard. Angket oleh guru merupakan

Cookies lidah kucing ini merupakan modifikasi cookies pengganti sumber protein dan zat besi, juga beberapa keunggulan cookies lidah kucing ini antara lain

[r]

English Language Teaching and Research: Macquarie University.. Second language classroom: Research on teaching