• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Pemberian Bayam Merah (Amaranthus gangeticus L.) Terhadap Kadar FE Serum Pada Tikus Wistar Betina.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Pemberian Bayam Merah (Amaranthus gangeticus L.) Terhadap Kadar FE Serum Pada Tikus Wistar Betina."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

EFEK PEMBERIAN BAYAM MERAH (Amaranthus gangeticus L.) TERHADAP KADAR FE SERUM PADA TIKUS WISTAR BETINA Gideon Hadwinata, 2015, Pembimbing 1 : Dr. Diana K.Jasaputra, dr., M.Kes

Pembimbing 2 : Adrian S., dr., Sp.PK, M.Kes

Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. Menurut SKDI 2007 menyebutkan bahwa angka kematian ibu periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007) 228 per 100.000 kelahiran hidup. Bedasarkan WHO 2008 menyebutkan penyebab kematian ibu akibat pendarahan sebanyak 20%, salah satu penyebab pendarahan adalah anemia. Anemia yang biasa terjadi pada ibu hamil adalah anemia defisiensi Fe. Bayam merah dipercaya dapat meningkatkan kadar Fe serum. Tujuan penelitian ini adalah menilai efek bayam merah terhadap Fe serum dengan hewan coba tikus betina galur Wistar

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre-post test design. Data yang diukur adalah Fe serum sebelum dan sesudah pemberian infusa bayam merah, dalam satuan mikrogram perdesiliter. Penelitian dilakukan selama 1 bulan. Bayam merah dibuat infusa 10% dengan dosis 3 cc per tikus.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan Fe serum pada tikus betina galur Wistar, dengan nilai Fe serum total rata-rata 106,7 μg/dL menjadi rata-rata 113,5 μg/dL. Analisis data dilakukan dengan uji “t” berpasangan dengan α=o,o5 dan kemaknaan p<0,05. Hasil pemberian bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) pada tikus Wistar betina dapat meningkatkan Fe serum sangat signifikan secara statistik (p=0,000), yaitu sebesar 6.8 μg/dL.

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah bayam merah meningkatkan Fe serum dengan hewan coba tikus betina galur Wistar.

(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

THE EFFECT OF RED AMARANTH (Amaranthus gangeticus L.) ON THE LEVEL OF Fe SERUM IN WISTAR FEMALE RATS

Gideon Hadwinata, 2015, Tutor 1st : Dr. Diana K.Jasaputra, dr., M.Kes Tutor 2nd : Adrian S., dr., Sp.PK, M.Kes

Maternal mortality is an important indicator of the public health. According SKDI 2007 said that the maternal mortality rate 5-year period prior to the survey (2003-2007) 228 per 100,000 live births. Based on the WHO 2008 20% maternal death due to bleeding, one of the causes of bleeding is anemia. The most common anemia in pregnancy is iron-deficiency anemia. Red amaranth are believed to increase the levels of Fe serum. The purpose of this study was to assess the effect of red amaranth to the level of Fe serum in Wistar female rats.

This study was an experimental study with pre-post test design. Data were measured is serum iron before and after infusion of red amaranth in μg/dL. The study wasdone in one month. The red amaranth was made as an infuse 10%, the dpse os 3 cc per rat

The results showed an increase of Fe serum in Wistar ironmale rats, with an average value of Iron serum 106,7 μg/dL to 113,5 μg/dL. Data analysis was performed with a paired “t” test, with α = 0,05 and p-value < 0,05. The result of the red amaranth (Amaranthus ganeticus L.) administration in Wistar ironmale rats could increase the levels of Iron serum which higly statistically significant (p=0.000), that is 6.8 μg/dL.

The conclusions derived from the results of this study are red amaranth increase the level of Fe serum in Wistar female rats.

(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Besi (Fe)... 5

2.1.1 Absorbsi Besi(Fe) ... 5

2.3 Metabolisme Besi (Fe) ... 6

2.4 Bayam (Amaranthus gangeticus L) ... 9

2.4.1 Taksonomi ... 10

2.5 Anemia ... 10

2.5.1 Prevalensi Anemia ... 11

2.5.2 klasifikasi Anemia ... 11

(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

2.6 Anemia Defisiensi Fe ... 13

2.6.1 Derajat anemia defisiensi Fe dan pathogenesis ... 14

2.7 Pemeriksaan Fe ... 16

BAB III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN ... 17

3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 17

3.1.1 Alat Penelitian ... 17

3.1.2 Bahan Penelitian ... 17

3.1.3 Hewan Coba ... 17

3.2 Metode Penelitian ... 18

3.2.1 Desain Penelitian ... 18

3.2.2 Variabel Penelitian ... 18

3.2.3 Definisi Operasional Variabel ... 18

3.2.4 Perhitungan Besar Sampel ... 18

3.3 Prosedur kerja ... 19

3.3.1 Pengumpulan Bahan ... 19

3.3.2 Persiapan Hewan Coba dan Persiapan Bahan Uji ... 19

3.3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 19

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.5 Metode Analisis ... 20

3.6 Aspek Etik Penelitian ... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Hasil dan pembahasan ... 21

4.2 Pembahasan ... 22

4.3 Uji Hipotesis ... 22

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 24

5.1 Simpulan ... 24

(5)

xi

(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

(8)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (Aki) juga menjadi salah satu indikator penting dari

derajat kesehatan masyarakat (Kemenkes,2012)

Tingginya angka kematian ibu di dunia pada tahun 2000 disebabkan

kehamilan persalinan dan nifas mencapai 529.000 yang tersebar di Asia 47,8%

(253.000), Afrika 47,4% (251.000), Amerika Latin dan karibia 4% (22.000), dan

kurang dari 1% (2.500) di negara maju (Abid, 2009). Menurut WHO tahun 2011

Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia 29

per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 48 per 100.000 Kelahiran hidup, Vietnam

59 per 100.000 Kelahiran hidup, serta Singapura 3 per 100.000 Kelahiran hidup.

Dibandingkan dengan negara-negara maju, angkanya sangat jauh berbeda seperti

Australia 7 per 100.000 kelahiran hidup dan Jepang 5 per100.000 kelahiran hidup

(WHO, 2011).

Data kematian ibu yang digunakan saat ini masih menggunakan Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007, menyebutkan bahwa AKI untuk

periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran

hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002-2003

yang sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes,2012).

Tujuan kelima dari milenium development goals (MDGs) adalah kesehatan ibu

dengan cara pengurangan angka kematian ibu dan target nya adalah meneurunkan

tiga perempat angka kematian ibu dari tahun 1990 (Stalker, 2007).

Berdasarkan laporan World Health Organization (2008) angka kematian ibu

di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat disebabkan oleh

25 % perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15 % infeksi, 13 % aborsi yang

tidak aman, 12 % eklampsi, 8 % penyulit persalinan, dan 7 % penyebab lainnya.

Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda disebut abortus sedangkan pada

(9)

2 Universitas Kristen Maranatha

Ibu hamil dengan anemia memiliki resiko untuk terjadi pendarahan post partum.

Hal ini disebabkan karena anemia mempengaruhi kadar Hb dalam darah sehingga

mempengaruhi jumlah oksigen yang diikat, sehingga dapat mempengaruhi jumlah

pengiriman oksigen ke organ-organ vital (Price & Wilson, 1994).

Sebagian anemia pada ibu hamil diakibatkan anemia kekurangan zat besi. Zat besi sangat diperlukan pada ibu hamil untuk pembentukan hemoglobin. Anemia defisiensi Fe juga menyumbang sekitar 841.000 angka kematian setiap tahunnya di seluruh dunia. Afrika dan sebagian wilayah asia menyumbang sekitar 71% dari angka morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan kekurangan zat besi (Fauci,

et al., 2008).

Pemerintah Indonesia mengatasinya dengan mengadakan pemberian suplemen besi untuk ibu hamil mulai dari tahun 1974, dan hasilnya belum memuaskan (Depkes RI, 2003), karena dalam kehamilan, terjadi peningkatan absrobsi dan kebutuhan zat besi, dibutuhkan zat besi total sekitar 1000 mg. Kebutuhan tinggi dan cadangan zat besi yang kosong maka hal ini tidak dapat dipenuhi melalui suplemen besi. Pemberian suplemen besi pada ibu hamil dapat menyebabkan sembelit dan mual (Sulistiyonigtiyas, 2012).

Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk menurunkan prevalensi anemia kekurangan zat besi pada kehamilan Oleh karena itu di perlukan alternatif untuk memeuhi zat besi pada ibu hamil, dan salah satu tanaman obat yang di harapkan dapat meningkatkan kadar zat besi dalam darah adalah bayam merah.

Bayam merah mengandung banyak mikronutrient antara lain β-caroten, vit C,

zat besi, kalsium, daun bayam kaya akan serat dan asam folat, kandungan serat yang terkandung dalam bayam dapat melancarkan proses buang air besar (Sulistiowati, 2010).

(10)

3 Universitas Kristen Maranatha

1.2Identifikasi masalah

Apakah bayam merah dapat meningkatkan kadar Fe serum pada tikus Wistar betina.

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud: untuk menjadikan bayam merah untuk menjadi “obat” alternatif untuk mencegah peningkatan angka kematian ibu yang di akibatkan anemia dan pendarahan.

Tujuan: mengetahui efek bayam merah terhadap kadar Fe serum dengan hewan coba tikus betina galur wistar.

1.4Manfaat penelitian

Manfaat akademik untuk memberikan alternatif pada dunia medis mengenai bayam merah untuk meningkatkan kadar Fe dalam darah.

Manfaat praktis penelitian ini adalah memberikan pengetahuan pada masyarakat mengenai bayam merah sebagai makanan tambahan untuk meningkatkan Fe serum.

1.5 Kerangka Penelitian dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran

Anemia pada wanita hamil merupakan masalah kesehatan yang dialami oleh wanita di seluruh dunia.terutama di negara berkembang. Anemia adalah suatu keadaan yang mana terdapat penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau jumlah eritrosit di bawah normal (Muhamad Riswan, 2003). Zat besi salah satu fungsinya berperan dalam pembentukan hemoglobin.

(11)

4 Universitas Kristen Maranatha

hemosiderin, senyawa besi ini dipersiapkan bila masukan besi diet berkurang. Besi membutuhkan protein transferin, reseptor untuk dapat berfungsi bagi tubuh manusia.Transferin dan feritin berperan sebagai penyedia dan penyimpan besi dalam tubuh dan iron regulatory proteins (IRPs) untuk mengatur suplai besi (Ani, 2011).

Zat besi yang terdapat pada tumbuhan adalah non-heme, absorbsinya di

dalam lambung direduksi dari bentuk feri ke fero, kemudian diserap melalui kapiler usus (Bakta, 2006).

Bayam merah diyakini aman untuk ibu hamil. Selain aman, bayam merah juga terdapat mikronutrient yang diperlukan saat masa kehamilan, seperti zat besi

(Fe), vitamin C, vitamin B6, dan asam folat. Bayam merah kemungkinan memiliki

faktor-faktor yang dapat membantu terjadinya induksi zat besi, antara lain vitamin

C membantu mereduksi feri menjadi fero (Fajria, 2011), sehingga meningkatkan absorbsinya dan meningkatkan kadar Zat besi yang diikat oleh transferin.

1.5.2 Hipotesis Penelitian

(12)

24 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:

 Bayam merah meningkatkan kadar Fe serum pada tikus Wistar betina

5.2. Saran

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan untuk dilanjutkan dengan penelitian sebagai berikut :

 Penelitian mengenai dosis yang tepat untuk suplementasi bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) untuk meningkatkan Fe serum.

(13)

THE EFFECT OF RED AMARANTH (Amaranthus gangeticus L.) ON THE LEVEL OF Fe SERUM IN WISTAR FEMALE RATS

Gideon Hadiwinata1, Diana Krisanti Jasaputra2, Adrian Suhendra3 1Faculty of Medicine, Maranatha Christian University

2Department of Pharmacology Faculty of Medicine, Maranatha Christian University

3Department of Clinical Pathology, Faculty of Medicine, Maranatha Christian

University

ABSTRACT

Maternal mortality is an important indicator of the public health. According SKDI 2007 said that the maternal mortality rate 5-year period prior to the survey (2003-2007) 228 per 100,000 live births. Based on the WHO 2008 20% maternal death due to bleeding, one of the causes of bleeding is anemia. The most common anemia in pregnancy is iron-deficiency anemia. Red amaranth are believed to increase the levels of Fe serum. The purpose of this study was to assess the effect of red amaranth to the level of Fe serum in Wistar female rats.

This study was an experimental study with pre-post test design. Data were measured is serum iron before and after infusion of red amaranth in

μg/dL. The study wasdone in one month. The red amaranth was made as an infuse 10%, the dpse os 3 cc per rat

The results showed an increase of Fe serum in Wistar ironmale rats, with an average value of Iron serum 106,7 μg/dL to 113,5 μg/dL. Data analysis was performed with a paired “t” test, with α = 0,05 and p-value < 0,05. The result of the red amaranth (Amaranthus ganeticus L.) administration in Wistar ironmale rats could increase the levels of Iron serum which higly

statistically significant (p=0.000), that is 6.8 μg/dL.

The conclusions derived from the results of this study are red amaranth increase the level of Fe serum in Wistar female rats.

(14)

EFEK PEMBERIAN BAYAM MERAH (Amaranthus gangeticus L.) TERHADAP KADAR FE SERUM PADA TIKUS WISTAR BETINA

Gideon Hadiwinata1, Diana Krisanti Jasaputra2, Adrian Suhendra3 1Fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha

2Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

3Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. Menurut SKDI 2007 menyebutkan bahwa angka kematian ibu periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007) 228 per 100.000 kelahiran hidup. Bedasarkan WHO 2008 menyebutkan penyebab kematian ibu akibat pendarahan sebanyak 20%, salah satu penyebab pendarahan adalah anemia. Anemia yang biasa terjadi pada ibu hamil adalah anemia defisiensi Fe. Bayam merah dipercaya dapat meningkatkan kadar Fe serum. Tujuan penelitian ini adalah menilai efek bayam merah terhadap Fe serum dengan hewan coba tikus betina galur Wistar

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre-post test design. Data yang diukur adalah Fe serum sebelum dan sesudah pemberian infusa bayam merah, dalam satuan mikrogram perdesiliter. Penelitian dilakukan selama 1 bulan. Bayam merah dibuat infusa 10% dengan dosis 3 cc per tikus.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan Fe serum pada tikus betina galur Wistar, dengan nilai Fe serum total rata-rata 106,7 μg/dL menjadi rata-rata 113,5 μg/dL. Analisis data dilakukan dengan uji “t” berpasangan

dengan α=o,o5 dan kemaknaan p<0,05. Hasil pemberian bayam merah

(Amaranthus gangeticus L.) pada tikus Wistar betina dapat meningkatkan Fe serum sangat signifikan secara statistik (p=0,000), yaitu sebesar 6.8 μg/dL.

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah bayam merah meningkatkan Fe serum dengan hewan coba tikus betina galur Wistar.

(15)

PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu (Aki) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat1

Tingginya angka kematian ibu di dunia pada tahun 2000 disebabkan kehamilan persalinan dan nifas mencapai 529.000 yang tersebar di Asia 47,8% (253.000), Afrika 47,4% (251.000), Amerika Latin dan karibia 4% (22.000), dan kurang dari 1% (2.500) di negara maju2. Menurut WHO tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 48 per 100.000 Kelahiran hidup, Vietnam 59 per 100.000 Kelahiran hidup, serta Singapura 3 per 100.000 Kelahiran hidup. Dibandingkan dengan negara-negara maju, angkanya sangat jauh berbeda seperti Australia 7 per 100.000 kelahiran hidup dan Jepang 5 per100.000 kelahiran hidup3.

Data kematian ibu yang digunakan saat ini masih menggunakan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007, menyebutkan bahwa AKI untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002-2003 yang

sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup1.

Berdasarkan laporan World Health Organization (2008) angka kematian ibu di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat disebabkan oleh 25 % perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15 % infeksi, 13 % aborsi yang tidak aman, 12 % eklampsi, 8 % penyulit persalinan, dan 7 % penyebab lainnya. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda disebut abortus sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum4.

Ibu hamil dengan anemia memiliki resiko untuk terjadi pendarahan post partum. Hal ini disebabkan karena anemia mempengaruhi kadar Hb dalam darah sehingga mempengaruhi jumlah oksigen yang diikat, sehingga dapat mempengaruhi jumlah pengiriman oksigen ke organ-organ vital5.

(16)

suplemen besi pada ibu hamil dapat menyebabkan sembelit dan mual7.

Bayam merah mengandung banyak mikronutrient antara lain

β-caroten, vit C, zat besi, kalsium, daun bayam kaya akan serat dan asam folat, kandungan serat yang terkandung dalam bayam dapat melancarkan proses buang air besar8.

Penelitian yang dilakukan oleh Melati Azizka Fajria tentang pengukuran zat besi dalam bayam merah dan suplemen penambah darah serta pengaruhnya terhadap hemoglobin dan zat besi dalam darah menunjukan pemberian bayam merah meningkatkan kadar zat besi dalam darah lebih tinggi dari pada pemberian suplemen penambah darah9.

BAHAN DAN CARA

Pada penelitian ini, bahan baku yang digunakan adalah bayam merah sediaan kering dengan cara mengeringkan menggunakan sinar matahari secara tidak langsung, lalu dimasukkan ke dalam oven pengeringan dengan suhu 40 0C. Sediaan kering tersebut dibuat infusa di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Objek penelitian Tiga puluh ekor tikus betina galur wistar berumur 6 minggu, dengan berat badan 200-250 gram. Hewan coba diperoleh dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung.

• Kriteria inklusi: jenis kelamin betina,

umur tikus 6 minggu, keadaan tikus sehat atau normal ditandai dengan gerakan tikus

seperti makan, minum dan tidak terdapat luka, bobot tikus 200-250 gram

• Kriteria eksklusi: tikus sakit atau tikus mati

Hewan coba tikus dilakukan pengamatan awal dan pengambilan darah di vena orbita. Darah tikus didiamkan selama 30 menit kemudian dilakukan sentrifugasi 1500 rpm selama 5 menit. Serum dipisahkan dari sel darah kemudian dimasukkan ke dalam tabung aliquot dan dibawa dalam termos es dengan suhu 2-8 0C ke Laboratorium Klinik untuk

diperiksa kadar Fe serum tikus. Selama 4 minggu tikus diberi perlakuan infusa bayam merah 10% dengan dosis 3 cc per tikus

Selanjutnya tikus diambil darahnya kembali untuk memeriksa kadar Fe serum, dengan prosedur sama seperti pengamatan dan pengambilan data awal.

ANALISIS

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian efek dari bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) pada tikus Wistar betina adalah sebagai berikut

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata kadar Fe sebelum pemberian bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) adalah 106,7 μg/dL dan rata-rata kadar Fe setelah perlakuan pemberian bayam merah (Amaranthus gangeticus L.)

[image:17.595.89.307.191.322.2]

adalah 113,5 μg/dL.

Tabel 4.2 Hasil uji “t” Tes Berpasangan

Pada tabel 4.2 hasil uji “t”

berpasangan didapatkan pemberian

bayam merah (Amaranthhus

gangeticus L.) pada tikus betina

galur wistar meningkatkan kadar Fe

serum secara statistik(p=0,000)

yaitu sebesar 6.8 μg/dL

Pendarahan post partum

yang disebabkan karena anemia

mempengaruhi kadar Hb dalam

darah sehingga mempengaruhi

jumlah oksigen yang diikat,

sehingga dapat mempengaruhi

jumlah pengiriman oksigen ke

organ-organ vital5.

Pada penelitian pemberian

bayam merah (Amaranthus

gangeticus L) dapat meningkatkan

kadar Fe pada tikus. Penelitian

yang dilakukan oleh Ernawati

Santoso, Fakultas Farmasi,

(WIDMAN, 1986) infus daun

bayam merah 30% yang diberikan

per oral pada kelinci terjadi

peningkatan kadar besi serum,

hemoglobin dan hematokrit pada

kelinci yang dibuat kurang darah

atau anemia10.

Penelitian yang dilakukan

oleh Melati Azizka Fajria tentang

Paired Samples Correlations

N

Correlatio

n Sig.

Pair 1 Post Fe & Pre

(18)

pengukuran zat besi dalam bayam

merah dan suplemen penambah

darah serta pengaruhnya terhadap

hemoglobin dan zat besi dalam

darah menunjukan pemberian

bayam merah meningkatkan kadar

zat besi dalam darah lebih tinggi

dari pada pemberian suplemen

penambah darah, hal tersebut

kemungkinan disebabkan bayam

merah selain memiliki kandungan

zat besi yang cukup tinggi juga

memiliki faktor-faktor tanaman

yang berfungsi membantu

terjadinya induksi zat besi dalam

tubuh, faktor-faktor tersebut antara

lain vitamin C, vitamin B6, dan

folat. Vitamin C membantu proses

perubahan feri menjadi fero9.

SIMPULAN

Simpulan yang diperoleh dari hasil

penelitian adalah sebagai berikut:

Bayam merah meningkatkan kadar

Fe serum pada tikus Wistar betina

DAFTAR PUSTAKA

1 kementrian kesehatan indonesia.

(2012). HEALTH

STATISTICS. jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

2 Abid. (2009). Perdarahan post

partum dan penanganannya.diakses pada

tanggal 21 november 2011 3 WHO. 2011. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and

assessment of severity. Vitamin and Mineral Nutrition Information System. Diunduh juli 2,

2013, from http://www.who.int/vmnis/i

ndicators/haemoglobin 4 Chalik, T.M.A., 2008. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Dalam:

Prawirohardjo, Sarwono., 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan I. Jakarta: Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.pp: 492-502

5 Price, S. A., & Wilson, L. M. (1994). PATOFISIOLOGI : Konsep klinis Proses-Proses Penyakit. EGC.

6 Fauci, A. S., Kasper, D. L., Longo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S. L., Jameson,

(19)

York: The McGraw-Hill Companies.

7 Sulistiyonigtiyas, I. (2012). PEMBERIAN ZAT BESI (Fe) DALAM KEHAMILAN.

8 Sulistiowati. (2010, november 09). Khasiat Bayam Merah (Blitum Rubrum). Retrieved febuari 09, 2015, from

http://blog.stikom.edu/sulist/ 2010/11/09/khasiat-bayam-merah/

9 Fajria, M. A. (2011).

PENGUKURAN ZAT BESI DALAM BAYAM MERAH DAN SUPLEMEN

PENAMBAH DARAH SERTA PENGARUHNYA

TERHADAP PENINGKATAN HEMOGLOBIN DAN ZAT BESI DALAM DARAH

(20)

25 Universitas Kristen Maranatha

Daftar Pustaka

Bakta, I. M. 2006. Anemia Defisiensi besi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II 5th ed.. Jakarta: FKUI.

De Maeyer, E. M. 1989. Prevention and Controlling Iron Deficiency Anemia through Primary Health Care. WHO

Sacher, R. A., & McPherson, R. A. 2000. Widmann's Clinical Interpretation of Laboratory Tests. Philadelphia: F.A Davis Company.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2006. Textbook Of Medical Physiology. Philadelphia: Elsevier Saunders.

WHO. 2013. Diunduh from Anemia: http://www.who.int/topics/anaemia/en/

De Maeyer, E. M. 1989. Prevention and Controlling Iron Deficiency Anemia through Primary Health Care. WHO.

WHO. 2011. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity. Vitamin and Mineral Nutrition Information System.

Diunduh juli 2, 2013, from

http://www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin

Riskesdas. 2008. Laporan Nasional 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia

Fauci, A. S., Kasper, D. L., Longo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S. L., Jameson, J. L., & Loscalzo, J. 2008. Iron Deficiency and Other Hypoproliferative Anemias In Harrison's Principles Of Internal Medicine. New York: The McGraw-Hill Companies.

Abid. (2009). Perdarahan post partum dan penanganannya.diakses pada tanggal 21 november 2011

Chalik, T.M.A., 2008. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Dalam: Prawirohardjo, Sarwono., 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan I. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.pp: 492-502

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Buku Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta

(21)

26 Universitas Kristen Maranatha

WHO, 2005. World Health Report 2005. Jenewa

kementrian kesehatan indonesia. (2012). HEALTH STATISTICS. jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia .

Stalker, P. (2007). Kita Suarakan MDGs Demi Pencapaiannya di Indonesia.

Dipetik november 18, 2014, dari

http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/11613/3862/.

Sunarjono, H.H. (2009). Bertanam 30 Jenis Sayur. Cetakan ke 10. Jakarta:

Penebar Swadaya. Halaman 14-16

Khopkar, S.M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah

Saptorahardjo. A. Jakarta: UI Press. Halaman 288-298

Rosmarkam, A. dan Yuwono, N.W. (2002). Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta:

Kanisius. Halaman 73-75.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (1994). PATOFISIOLOGI : Konsep klinis Proses

-Proses Penyakit. EGC.

Sulistiyonigtiyas, I. (2012). PEMBERIAN ZAT BESI (Fe) DALAM KEHAMILAN.

Woolson, R. F., & Clarke, W. R. (1987). Statistical Methods for. New York: A

John Wiley & Sons,inc., publication.

Austin, D. F. (1995). Plant resources of South-East Asia. No. 8. Vegetables. J. S. and Kasem Piluek (eds.). Wagenigen: Pudoc Scientific Publishers.

Rumimper, E. A., Posangi, j., & Wuisan, J. (2014). UJI EFEK PERASAN DAUN BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor) TERHADAP KADAR

HEMOGLOBIN PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus). Jurnal e-Biomedik (eBM), 2.

Fajria, M. A. (2011). PENGUKURAN ZAT BESI DALAM BAYAM MERAH DAN SUPLEMEN PENAMBAH DARAH SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN HEMOGLOBIN DAN ZAT BESI DALAM DARAH.

Sulistiowati. (2010, november 09). Khasiat Bayam Merah (Blitum Rubrum).

Retrieved febuari 09, 2015, from

Gambar

Tabel 4.2 Hasil uji “t” Tes

Referensi

Dokumen terkait

Harap membawa segala kelengkapan yang diperlukan (dokumen asli dan stempel) untuk evaluasi kualifikasi (klarifikasi) tersebut. Ketidakhadiran penyedia barang/jasa pada

Untuk lebih menggali preferensi wisatawan terkait perubahan iklim yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang di Kawasan Pantai Pangandaran maka dilakukan

Penelitian ini dilakukan di Desa Torongrejo Kota Batu dan identifikasi arthropoda dilakukan di laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri

Hasil ini memberikan arti bahwa perusahaan BUMN yang memiliki dewan komisaris dan eksekutif lainya yang juga menjadi anggota partai politik atau karena pengaruh

Kategori saluran distribusi seperti ini adalah yang favorite untuk pemasangan di dalam kota, karena berada didalam tanah, maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah

Dari pengertian diatas penulis mengartikan sport club sebagai sebuah sarana yang mewadahi orang-orang yang memiliki minat yang sama terhadap suatu kegiatan olahraga ,

Berdasarkan pada tabel tersebut diperoleh nilai signifikansi t untuk variabel efektivitas pengendalian internal sebesar 0,257/2=0,128 yang nilainya &gt; 0,05 Artinya

[r]