• Tidak ada hasil yang ditemukan

uji kwalitatif dengan spekstro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "uji kwalitatif dengan spekstro"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

LABORATORIUM KIMIA FARMASI JURUSAN FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP SPEKTROFOTOMETERI UV-VIS

OLEH :

KELOMPOK III

EDWIND (N111 12 114)

IKA RESKIA (N111 12 221)

JENI RUSTAN (N111 12 009)

KRISMAWATI SIMON (N111 12 311)

NURUL FAJARYANTI (N111 12 344)

AYU ISTIQOMAH (N111 12 321)

ARMALA SAHID (N111 12 902)

ASISTEN PENANGGUNG JAWAB AMELIA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kita sering melihat benda-benda bercahaya seperti matahari atau

benda lainnya atau bola lampu listrik yang dapat memancarkan spektrum

luas yang terdiri dari banyak panjang gelombang. Panjang-panjang

gelombang itu yang berhubungan dengan cahaya tampak adalah mampu

untuk mempengaruhi retina mata manusia dan karenanya menyebabkan

kesan-kesan subyektif dari penglihatan. Tetapi banyak dari radiasi yang

dipancarkan oleh benda-benda panas terletak di luar daerah di mana

mata peka, dan kita mengatakan tentang daerah-daerah ultranya (ultra

ungu) dan spektrum yang terletak di kedua sisi sinar tampak.

Salah satu alat yang digunakan dalam analisis instrumen pada

prakteknya antara lain spektrofotometer. Sesuai dengan namanya,

spektrofotometer terdiri dari spektrometer dan fotometer. Metode analisis

dengan alat ini disebut juga spektrofotometri karena menggunakan

bantuan cahaya dalam pelaksanaannya.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara penentuan kadar suatu

(3)

I.2.2 Tujuan Percobaan

Menentukan paracetamol dengan cara mengukur absorbannya

pada panjang gelombang maksimal dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis.

I.3 Prinsip Percobaan

Penentuan kadar paracetamol dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis yang disinari dengan cahaya tampak pada

panjang gelombang maksimal. Sinar polikromatik yang ditangkap oleh alat

kromator diubah menjadi sinar monokromatik yang diteruskan ke sel yang

berisi larutan yang diuji kemudian diterima oleh detektor lalu amplifier dan

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri

dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar

dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah

alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.

Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika

energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai

fungsi sebagai panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dengan

fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih dideteksi

dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah

optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai

spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. (1:215)

Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah

cahaya. Suatu daerah akan diabsorpsi oleh atom atau molekul, dan

panjang gelombang cahaya yang diabsorpsi dapat menunjukkan struktur

senyawa yang diteliti. Spektruk elektromagnetik meliputi suatu daerah

panjang gelombang yang luas dari sinar gamma gelombang pendek

berenergi tinggi sampai pada pada panjang gelombang mikro dan panjang

gelombang sangat penting (2:345)

Sinar tampak dari 400 sampai 800 nm dan sinar UV yang

(5)

terliar molekul dan atom spektroskopi absorbsi dalam bidang ini disebut

spektroskopi elektron. Pada penentuan fotometer nyala logam alkali dan

alkali tanah, emisi cahaya juga diukur dalam daerah sinar tampak dan

sinar ultraviolet. (2:346)

Spektrum absorbsi dalam daerah-daerah ultra ungu dan sinar

tampak umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorpsi yang lebar,

semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak. Oleh

karena itu mereka mengandung elektron, baik yang dipakai bersama atau

tidak, yang dapat dieksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Panjang

gelombang pada waktu absorpsi terjadi tergantung pada bagaimana erat

elektron terikat di dalam molekul. Elektrton dalam satu ikatan kovalen

tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan energi tinggi, atau panjang

gelombang pendek, diperlukan untuk eksitasinya. (3:390)

Suatu zat tertentu pada kadar 1 % diukur dengan

spektrtofotometer dalam kuvet sepanjang 1 cm harganya tetap, konstanta

ini disebut sebagai molar absortivitas E11cm

E11cm mempunyai kesalahan kira-kira 10 % sehingga harga yang

tercantum dapat sebagai pengarahan saja. Lagipula, kondisi peralatan

khusus (spektrofotometer, alat ukur) tidak selalu sama,

dianjurkan untuk meneranya kembali dengan tepat untuk

penentuan kuantitatif, atau sebelumnya ditentukan kembali harga E1cm

1

(6)

Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa

metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat

yang sangat kecil. Contoh-contoh spektrofotometer yang biasa digunakan

(6)

1. Spektrofotometer ultraviolet Unicamp SP 600. Spektrofotometer ini

meliputi jangka 220-1000 nm yakni ultraviolet, nampak dan merah

dekat

2. Spektrofotometer Unicamp SP500 Series 2. Ini merupakan

spektrofotometer dengan jangka penerapan yang luas mencakup

mengalurkan kurva absorpsi cairan lewat daerah nampak dan

ultraviolet, menetapkan absorpsi ataupun transmisi pada panjang

gelombang yang telah dipilih sebelumnya

3. Spektrofotometer Ultraviolet dan nampak Beckman DV.

Spektrofotometer ini meliputi jangka pengukuran 320 nm untuk yang

pertama dan yang kedua untuk pengukuran dalam daerah ultraviolet

dibawah 360 nm.

Adapun mekanisme kerja dari spektrofotometer adalah mula-mula

sumber radiasi dari berbagai macam sinar tanda (λ) yang berbeda-beda,

masuk ke dalam monokromator. Di monokromator ini cahaya diubah dari

cahaya polikromatik menjadi monokromatik, jadi sinar yang ada pada

monokromator sudah ada λ tertentu. Kemudian dari monokromator sinar

menembus kuvet atau sampel dimana sampel telah dilarutkan dengan

(7)

Di kuvet ini, ada cahaya yang diserap oleh sampel (absorban) dan ada

yang diteruskan disebut transmitan. (2)

Pengukuran absorbans atau transmittan dalam spektroskopi

ultraviolet daerah tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif

untuk beberapa senyawa kimia. (7)

Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode

ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang

sangat kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka

yang terbaca langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam bentuk

angka digital ataupun grafik yang sudah diregresikan.

Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut

spektrofotometer terdiri dari : (8)

(8)

Fungsi masing-masing bagian: (8)

1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis

dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk

sepktrofotometer

2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu

mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi

cahaya monaokromatis.

Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar

cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya

dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada

gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses

dispersi atau penyebaran cahaya seperti yang tertera pada gambar.

3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel

- UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel.

Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa

yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini

(9)

sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak

(VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.

- IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya

dioleskan pada dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam

bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida. Sel ini akan

dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang dianalisis, jika

sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal. (9)

4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan

mengubahnya menjadi arus listrik. Macam-macam detector yaitu

Detektor foto (Photo detector),Photocell, misalnya CdS, Phototube,

Hantaran foto, Dioda foto, Detektor panas (8)

5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya

isyarat listrik yang berasal dari detektorAdapun hal-hal yang harus

diperhatikan dalam spektrofotometri adalah :

a. Pada saat pengenceran alat alat pengenceran harus betul-betul

bersih tanpa adanya zat pengotor

b. Dalam penggunaan alat-alat harus betul-betul steril

c. Jumlah zat yang dipakai harus sesuai dengan yang telah

ditentukan

d. Dalam penggunaan spektrofotometri uv, sampel harus jernih dan

tidak keruh

e. Dalam penggunaan spektrofotometri uv-vis, sampel harus

berwarna. (8)

(10)

Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan

sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.

1. Aspek Kualitatif ;

Data spektra UV-Vis bila digunakan secara tersendiri, tidak dapat

digunakan unutk identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi,

bila digabung dengan cara lain seperti spektroskopi infra merah, resonansi

magnet inti, dan spektroskoppi massa, maka dapat digunakan untuk

maksud analisis kualitatif suatu senyawa tersebut.

Data yang diperoleh dari spektroskopi UV dan Vis adalah panjang

gelombang maksimal, intensitas, efek, pH, dan pelarut yang kesemuanya

dapat dibandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan.

Dari spektra yang diperoleh dapat dilihat, misalnya :

a. Serapan (absorbansi) berubah atau tidak karena perubahan pH. Jika

berubah bagaimana perubahannya apakah batokromik ke hipsokromik

dan sebaliknya atau dari hipokromik ke hiperkromik, dsb.

b. Obat-obat yang netral misalnya kafein, kloramfenikol atau obat-obat

yang berisi ausokrom yang tidak terkonjugasi seperti amfetamin,

siklizin, dan pensiklidin. (7)

2. Aspek Kuantitatif ;

Suatu berkas radiasi dikenakan pada larutan sampel (cuplikan) dan

intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Intensitas atau

kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui

(11)

Serapan dapat terjadi jika foton/radiasi yang mengenai cuplikan

memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk

menyebabkan terjadinya perubahan tenaga. Jika sinar monokromatik

dilewatkan melalui suatu lapisan larutan dengan ketebalan db, maka

penurunan intesitas sinar (dl) karena melewati lapisan larutan tersebut

berbanding langsung dengan intensitas radiasi (I), konsentrasi spesies

yang menyerap (c), dan dengan ketebalan lapisan larutan (db). Secara

matematis, pernyataan ini dapat dituliskan :

-dI = kIcdb

bila diintergralkan maka diperoleh persamaan ini :

I = I0 e-kbc

dan bila persamaan di atas diubah menjadi logaritma basis 10, maka akan

diperoleh persamaan :

I = I0 10-kbc

dimana : k/2,303 = a ,

maka persamaan di atas dapat diubah menjadi persamaan :

Log I0/I = abc atau A = abc (Hukum Lambert-Beer)

Dimana :

A= Absorban

a= absorptivitas

b = tebal kuvet (cm)

(12)

Bila Absorbansi (A) dihubungkan dengan Transmittan (T) = I/I0 maka

dapat diperoleh A=log 1/T . Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta

yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas radiasi

yang mengenai larutan sampel. Tetapi tergantung pada suhu, pelarut,

struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi. (7)

Hukum lambeert-beer : (9)

Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan

cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan

dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi:

“Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan

sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.

Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk

menghitung banyaknya cahaya yang hamburkan:

T = IoIt atau %T = IoIt x 100 %

dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:

A= - log T = -log It

Io

dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah

(13)

Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:

A= a . b . c atau A = ε . b . c dimana:

A = absorbansi

b / l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)

c = konsentrasi larutan yang diukur

ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur

dalam molar)

a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam

ppm).

Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam

menggunakan spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:

1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan

penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang

akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.

2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau

kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.

3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi

sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan

pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat

(14)

Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber

Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga

semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau,

apapun.. selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk

ke dalam sinar tampak (visible). Sumber sinar tampak yang umumnya

dipakai pada spektro visible adalah lampuTungsten. Sample yang dapat

dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memilii warna. Hal ini

menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh

karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu

dibuat berwarna dengan menggunakan reagent spesifik. (7)

2.Spektrofotometri UV (ultraviolet)

Pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sample dengan

sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai

sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.

Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka

senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa

yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan. Oleh karena itu,

(15)

reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun

tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat

jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri

adalah sample harus jernih dan larut sempurna. (7)

3. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri

UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber

cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih

canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber

UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.

Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling

populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik

untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna. (7)

4.Spektrofotometri IR (Infra Red)

Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini

berdasar pada penyerapan panjang gelombang infra merah. Cahaya infra

merah terbagi menjadi infra merah dekat, pertengahan, dan jauh. Infra

merah pada spektrofotometri adalah infra merah jauh dan pertengahan

yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 μm. Pada spektro IR

meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, namun biasanya lebih

kepada analisa kualitatif. Umumnya spektro IR digunakan untuk

mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa

(16)

bentuk murni. Karena bila tidak, gangguan dari gugus fungsi kontaminan

(17)

II.2 Uraian Bahan 1. Etanol (5; 65)

Nama Resmi : Aethanolum

Nama Lain : Etanol

Rumus molekul : C2H5OH

Bobot molekul : 47,07

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih mudah

menguap, mudah bergerak, bau khas,

rasa panas, mudah terbakar, memberikan

nyala biru yang tak berasap.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis

bercampur dengan semua pelarut organik

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung

dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari

nyala api.

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Paracetamol (5: 245)

Nama Resmi : Acetaminophenum

Nama Lain : Asetaminofen, Parasetamol

RM/BM : C8H9NO2 / 151,16

Pemerian : Hablur/serbuk hablur putih, tidak berbau,

(18)

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian

etanol (95%) dalam 40 bagian gliserol dan

dalam 9 bagian propilenglikol, larut dalam

larutan alkali hdroksida

Kegunaan : Sampel

Penyimpanan : Dalam wadah tertutupbaik, terlindung dari

cahaya

Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 98% dan

tidak lebih dari 101% C8H9NO2 dihitung

terhadap zat yang telah dikeringkan.

II.3 Prosedur Kerja

1. Sebanyak 0,2000 g sample paracetamol yang sebelumnya

dikeringkan pada suhu 100o C selama 1 jam, ditimbang dan

dilarutkan dalam 15 ml alcohol dan diencerkan dengan air 1 L cairan

5, 10, 15, 20 & 25 ml ditempatkan dalam botol dengan volume 100

ml, 5 ml, Larutan yang dihasilkan akan optimum pada pH antara 5-6.

absorban dari larutan spektrofotometri Beckman dengan panjang

gelombang 347 nm dan air sebagai blanko atau dengan tebal 1 cm.

hasil yang diperoleh diplotkan antara absorban dengan konsentrasi

yang cocok untuk 0,001; 0,002; 0,003; 0,004 dan 0,005%. (3)

2. Ditimbang 0,2 g sample paracetamol secara teliti, dilarutkan dalam

(19)

menunjukkan absorbansi maksimal pada 264 nm. Disaring kalau

perlu, 50 ml pertama dari filtrat dibuang. Larutan dari 2,5 ml larutan

bersih ditempatkan labu takar 100 ml, 5 ml larutan besi nitrat

ditambahkan larutan yang dibuat untuk volume tersebut dibaca pada

spektrofotometer dalam keadaan kurva yang dikalibrasi. (4)

3. Paracetamol menunjukkan absorbansi maksimum pada 237 nm

dalam larutan netral, kemaksimuman ini bergerak ke 245 nm oleh

jajak-jajak asam mineral. Ion tembaga sangat mempengaruhi

stabilitas paracetamol ; itu telah ditunjukkan bahwa efek ini bias di

eliminasi dengan penambahan KCN ke air sebagai pelarut dalam

penentuan spektrofotometri (65) metode-metode untuk estimosi dari

paracetamol dalam kehadiran dari absorbs kotoran berdasarkan

pembacaan absorban yang di ambil sebelum dan sesudah

penghancuran di paracetamol sehingga menghasilkan kotoran. (6)

BAB III METODE KERJA

(20)

Labu tentukur (labu ukur) 5,0 ml, 10,0 ml, 25,0 ml, 50,0 ml., pipet

volume 1,0 ml, 2,0 ml, 3,0 ml, 4,0 ml, 5,0 ml, spektrofotometer, timbangan

analitik, sendok tanduk, kertas timbang, kuvet, pipet tetes.

III.1.2 Bahan

Paracetamol, alkohol (etanol absolute), aluminium foil, dan

aquadest.

III.2 Cara Kerja

1. Pembuatan lariutan deret standar (Paracetamol) a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 50 mg paracetamol dilarutkan ke dalam labu ukur

50 ml dengan pelarut etanol absolute untuk mendapatkan

pengenceran 1000 ppm

c. Dipipet larutan tersebut sebanyak 1 ml ke dalam labu ukur

10 ml dan di ad hingga tanda meniscus dengan etanol (diperoleh

100 ppm)

d. Dipipet lagi larutan tersebut 5 ml ke dalam labu ukur 50 ml dan di

ad dengan etanol hingga tanda meniskus sehingga diperoleh nilai

ppm 10 ppm.

e. Dibuat deret standar dengan konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4

ppm, 5 ppm, dan 6 ppm dengan menggunakan etanol absolut

masing-masing 3 replikasi.

f. Diukur absorbansi deret standar pada alat spektrofotometer 2. Pembuatan larutan sampel dan pengukuran λ max

(21)

b. Dipipet 4 ml dari larutan 10 ppm. Dicukupkan volumenya hingga

10 ml dengan etanol. Dibuat tga replikasi

c. Dimasukkan larutan sampel 4 ppm dimasukkan dalam kuvet

dengan di ukur λ max menggunakan spektrofotometri uv-vis d. Dilakukan pengamatan nilai absorbansi pada

spektrofotometer dari λ max = 237 nm (studi pustaka untuk

sampel PCT)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan

Konsentrasi (ppm) Absorban (A)

4 0,243175

(22)

6 0,42104

Absorbansi sampel : y = 0,45567

IV.2 Skema Kerja

Pembuatan larytan standar

sampel 50 gram ad 50 ml (1000 ppm)

1 ml ad 10 ml (100 ppm)

5 ml ad 50 ml

1 ml 10 ml

2 ml 10 ml

3 ml 10 ml

4 ml 10 ml

5 ml 10 ml

3 ml 5 ml

IV.3.Perhitungan

Regresi : a = 0,0223

b = 0,0547

Persamaan : Y = a + bx

(23)

0,45567 = 0,0268 + 0,0654x

X

=

0,428570,0654

= 0,3476

Persentase kadar :

% kadar

=

bobot praktekbobot teori

=

konsentrasi acuanx (4ppm).100

x 100%

=

0,34764 x100

= 139,04 %

BAB V PEMBAHASAN

Istilah spektrofotometri mengingatkan pengukuran berapa jauh

(24)

gelombang dari radiasi, maupun pengukuran absorpsi terisolasi pada

suatu panjang gelombang tertentu.

Instrumen yang digunakan untuk maksud ini adalah

spektrofotometer, dan seperti tersirat dalam nama ini, instrumen ini

sebenarnya terdiri dari dua instrumen dalam satu kotak sebuah

spektrometer dan sebuah fotometer. Spektrofotometer adalah alat untuk

mengukur transmittans atau absorbans suatu contoh fungsi panjang

gelombang, pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada panjang

gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan. Alat demikian dapat

dikelompokkan baik sebagai manual atau perekam, maupun sebagai sinar

tunggal atau sinar rangkap.

Dalam percobaan ini, dilakukan penentuan kadar sampel

paracetamol .Sampel tersebut akan ditentukan kadarnya dengan

melarutkannya pada pelarut yang cocok, dengan konsentrasi tertentu,

yang kemudian akan diukur transmitannya dengan alat spektrofotometer

berdasarkan besar transmittan yang terbaca pada alat yang berasal dari

proses penyinaran sumber cahaya, monokromator yang melalui senyawa

tersebut menuju detektor dan diperkuat oleh amplifier sehingga dapat

terbaca pada recorder sebagai angka absorban.

Terlebih dahulu dibuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi

yaitu 1,2,3,4,5,dan 6 ppm. Setelah itu diukur absorban masing-masing

larutan pada spektrofotometer pada panjang gelombang maksimal. Dari

(25)

diperoleh dengan memplotkan nilai absorban dengan konsentrasi larutan

standar yang bervariasi menggunakan panjang gelombang maksimum.

Alasan kenapa harus menggunakan panjang gelombang maksimal adalah

pada panjang gelombang maksimal memiliki kepekaan maksimal karena

terjadi perubahan absorbansi yang paling besar

dan pada panjang gelombang maksimal bentuk kurva absorbansi

memenuhi hukum Lambert-Beer.

Untuk sampel paracetamol mula-mula dibuat dulu pengencerannya

yaitu ditimbang 50 mg paracetamol dalam 50 ml larutan etanol absolut,

diperoleh nilai ppm 1000 ppm, lalu dipipet 1 ml kedalam labu tentukur 10

ml dan diperoleh nilai ppm 100 ppm, lalu dipipet lagi 5 ml kedalam labu

tentukur 50 ml dan diperoleh nilai ppm 10 ppm, lalu masing-masing dipipet

3 ml, 4 ml, 5ml, dan 3 ml dan masing-masing di tambah larutan etanol

absolut 10 ml kemudian dimasukkan kedalam botol vial dan dibuat

masing-masing 3 replikasi karena agar mendapatkan nilai absorbansi

yang akurat. Setelah itu, larutan diukur absorbannya dengan alat

spektrofotometer.

Dari hasil percobaan, diperoleh nilai absorban (A) dengan panjang

gelombang maksimum 237 nm. Pada konsentrasi 4 ppm nilai

absorbannya 0,243175, pada konsentrasi 5 ppm nilai absorbannya adalah

0,397123 dan pada konsentrasi 6 ppm nilai absorbannya adalah 0,42104

(26)

Penetapan kadar sampel paracetamol 4 ppm diketahui % kadar

sebesar 163,94 %, sedangkan dalam farmakope III, kadar PCT

seharusnya mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari

101,0 %. Jadi sampel paracetamol tidak memenuhi persyaratan kadar.

Adapun faktor-faktor yang mengurangi ketelitian hasil yang

diperoleh adalah ketidaktelitian praktikan dalam menimbang sampel atau

cara kerja praktikan yang kurang baik, kurang bersihnya alat-alat yang

digunakan, atau mungkin juga karena adanya zat-zat pengotor dalam

sampel.

BAB VI PENUTUP

(27)

Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar

paracetamol adalah 163,94 % dan kadar sampel tidak memenuhi

persyaratan kadar dari PCT sesuai dengan literatur.

VI.2 Saran

Sebaiknya kelompok alat lebih memperhatikan kebersihan alat-alat

dalam praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :

(28)

2. Marzuki, Asnah. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Makassar : Dua

Satu Press

3. Wunas, Yeanny dan Susanti. 2011. Analisa Kimia Farmasi

Kuantitatif (revisi kedua). Makassar : Laboratorium Kimia Farmasi

Fakultas Farmasi UNHAS

4. Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta ; gadjah mada

university press.

5. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI

6. Higuchi, T., (1961), “Pharmaceutical Analysis”, Intersciens Publ,

New York

7. Hariadi.Arsyad.PRINSIP SPEKTROFOTOMETER-UV-VIS. Diakses tanggal 8 mei 2013 pukul 20.35.

8. Yahya.sripatundita. JURNAL SPEKTROFOTOMETER-UV-VIS. Diakses tanggal 8 mei 2013 pukul 21.00.

Gambar

gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi dengan Spektrofotometri UV untuk bercak satu diperoleh panjang gelombang 279,4 nm; 233,8 nm dan bercak dua diperoleh panjang gelombang 279,0 nm;

Hasil Pengukuran Absorban Larutan Standar Antimoni Pada Panjang Gelombang 425,4 nm Dengan Spektrofotometer UV- Visibel .... Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi

Hasil analisis dari setiap varietas yaitu Anjasmoro sakit A nilai absorban rata-rata 0.048, Anjasmoro sakit B nilai absorban rata-rata 0.051, Mahameru sakit A nilai absorban

Hasil yang diperoleh dari penentuan panjang gelombang maksimum (λ max ) yang menggunakan larutan standar besi(II) dengan konsentrasi 5 ppm dengan rentang 10 nm pada

Kondisi optimum yang telah diperoleh dari percobaan yaitu panjang gelombang maksimum 590 nm dan pH optimum 12 diaplikasikan pada larutan standar sianida 0-10 ppm untuk

Kondisi optimum yang telah diperoleh dari percobaan yaitu panjang gelombang maksimum 590 nm dan pH optimum 12 diaplikasikan pada larutan standar sianida 0-10 ppm untuk

Hasil penentuan panjang gelombang maksimum baku vitamin C dengan konsentrasi 6 µg/ml yang diukur pada rentang panjang gelombang 200-400 nm diperoleh panjang gelombang maksimun

Hasil running menunjukkan panjang gelombang maksimum standar baku kuersetin pada panjang gelombang 435 nm yang digunakan untuk mengukur serapan dari sampel ekstrak etanol kulit buah