Pikiran
Rakyat
o
Selasa
0
Rabu
.
Kamis
0
Jumat
4
5
6
7
8
9
10
11
20
21
22
23
24
25
26
o
Mar OApr
OMei
OJun
OJul
0
Ags
o
Sabtu
0
Mlnggu
12
13
14
@
16
27
28
29
30
31
OSep
eOkt
ONov
ODes
Ketika Tubuh Telah Mati
ETIKA manusia mati, pada
dasamya teIjadi dua fase
yaitu kematian somatis
yaitu kematian sel-sel organ
sehingga fungsi-fungsi
jan-tung, pemafasan, pergerakan, dan
akti-vitas otak berhenti; dan kematian
molekuler yaitu berlanjutnya
kehaneu-ran tubuh.
Organ-organ tubuh tidak mati secara
bersamaan, misalnya otak bisa bertahan
selama 3-7 menit setelah kematian,
jan-tung sekitar 15 menit, dan ginjal 30
menit. Karena inilah memungkinkan
di-lakukannya transplantasi.
Rambut dan
kuku mayat tidak terus tumbuh. Mereka
tampak seperti tumbuh karena kulit
mayat menyusut. Ketika seseorang
mati, berbagai tanda muneul. Awalnya
kulit memucat dan kehilangan
elastisi-tasnya, teIjadi perubahan pada mata,
dan otot-otot melembek sehingga
bagian-bagian tubuh tertentu yang
kon-tak dengan suatu permukaan, biasanya
sekitar belikat, betis, dan bokong
menja-di merata.
Selanjutnya teIjadi aligor mortis yaitu
mendinginnya tubuh karena ketika
mati, tubuh secara bertahap berhenti
menghasilkan panas sehingga tubuh
akan mendingin sampai meneapai suhu
yang sarna dengan suhu lingkungan.
Proses ini dipengaruhi beberapa faktor
di antaranya lingkungan (tubuh lebih
cepat mendingin di lingkungan yang
dingin, lembap, dengan udara yang
bergerak), dan suhutubuh
ketika mati,
misalnya mati saat menderita infeksi
be-rat dengan suhu tubuh di atas 400C
malahan bisa menaikkan suhu mayat
selama beberapa jam setelah kematian.
Ketika aliran darah terhenti, maka
gaya gravitasilah yang mengambil alih
sehingga darah cenderung bergerak dan
berakumulasi pada pembuluh kapiler
dan urat darah halus di permukaan
bawah tubuh dan muneul dalam bentuk
wama biru kemerahan pada kulit.
Tubuh mayat biasanya kaku. Inilah
yang disebut rigor mortis. Ketika hidup,
kontraksi dan relaksasi otot-otot teIjadi
karena mekanisme keIja dua protein
otot yaitu aktin dan miosin yang saling
mengunci dan membuka. Mekanisme
ini dapat bekeIja karena adanya
peme-cahan molekul adenosin triposfat (ATP)
yang menghasilkan energi. Ketika
kema-tian teIjadi, sel-sel tubuh tak lagi
men-dapat asupan oksigen sehingga kadar
ATP dipertahankan hanya melalui
pe-mecahan glikogen secara anaerobik
(tanpa oksigen). Ketika sumber energi
SHOWBIZ.VIVANEWS.COM
PARA
pelayat tengah mendoakanjenazah
penyanyi
'Tak Gendong" Mbah Surip
yang meninggal dunia
4
Agustus 2009. *
ini habis, miosin tetap terkunei dalam
aktin sehingga otot terus terkontraksi
dan rigor mortis pun teIjadi.
Rigor mortis biasanya teIjadi dalam
3-10 jam setelah kematian dan akan
menghilang dalam 36-48 jam setelah
ke-matian. Periode dan durasi ini
beIVaria-si dipengaruhi berbagai faktor di
an-taranya adalah suhu. Suhu tinggi
mem-pereepat teIjadinya rigor mortis dan
memperpendek durasinya. Faktor
lain-nya adalah pelain-nyakit dan kematian yang
tidak alami. Kematian karena
asphyxia
(sesak dada) eenderung menunda
ter-jadinya rigor mortis. Sejenis kekakuan
otot yang disebut ''kejang mayat"
(ca-daveric spasms)
bisa teIjadi pada mayat
yang meninggal karena kekerasan
seper-ti bunuh diri dengan pisau atau karena
dibunuh, atau bisa juga karena mati
tenggelam atau keraeunan.
Proses rigor mortis biasanya dimulai
pada otot-otot lebih keeil seperti pada
kelopak mata, rahang bawah, dan leher
sebelum kemudian mencapai batang
dan anggota tubuh lainnya. Ketika rigor
mortis telah sepenuhnya teIjadi, tulang
sendi pada tubuh menjadi tetap
(fixed)
sehingga untuk mengubah posisi
anggota tubuh perlu kekuatan besar.
Gerakan spontan mayat dalam kasus
tertentu bisa teIjadi, seolah-olah mayat
tersebut bangkit dan hidup kembali.
Ka-ki mayat terlihat berkedut atau bergerak
beberapa jam setelah kematian. Ini
bukan karenaroh
hantu penasaran,
tetapi karena reaksi biokimia. Satu
pen-dapat menyebutkan hal ini teIjadi
kare-na adanya akumulasi gas
karbondioksi-da karbondioksi-dalam karbondioksi-darah karbondioksi-dan otot. Bahkan mayat
seperti mengeluarkan bunyi ketika gas
tersebut menggema pada pita suara.
Konfirmasi akhir bahwa kehidupan
telah berakhir adalah teIjadinya
pem-\
yaitu penguraian tubuh secara bertahap
busukkan
(putrefaksi)
atau dekomposisi
~e~jadi gas, cairan; dan garam karena
~vitas
enzim dan mikroorganisme
dalam tubuh kita.
~akah
mati itu nyeri? Nabi
Muhamma<tsaw ketika ditanya
menge-nai kematian, beliau menjawab,
"Kema-tian yang paling mudah adalah serupa
dengan sebatang pohon duri yang
menancap pada selembar kain sutra.
Apakah batang pohon duri itu dapat
di-ambil tanpa membawa serta bagian kain
sutera yang terkoyak?"***
Akhmad
Taqfik,
alumnus Unpad.
Kliplng
Humas
Unpad
2009
----Apakah
Mati Itu?
DAbanyak hal yang tidak pastidalam kehidupan manusia, namun ada satu hal yang mutlak pasti
ter-jadi, yaitu mati. Apa boleh buat, bagaimanapun kematian akan datang untuk merenggut kehidup-an, memutus ikatkehidup-an, dan meng-hancurkan kesenangan.
Apa pun pencapaian dalam hidup seseorang. yang mulia, yang tragis, yang berarti, dan yang tidak berarti-akan berakhir di tangan kematian. Namun, justru mengenai hal yang palingpasti dalam
hidup-nya inilah manusia hahidup-nya tahu sedikit dan bahkan untuk mendefinisikannya pun mengalami kesulitan.
Kematian didefinisikan sebagai berakhimya ke-hidupan. Tentu batasan ini sangat bergantung pada apa arti kehidupan. Kematian bisa dipandang seba-gai suatu momen saat kehidupan berakhir atau se-baliknya suatu momen saat kehidupan selanjutnya dimulai. Mendefinisikan kematian dengan menarik batas yang jelas antara kematian dan kehidupan ju-ga problematis karena belum ada kesepakatan bagaimana cara mendefinisikan kehidupan. Namun berkat kematianlah, sejak zaman kuno hingga sekarang, manusia berupaya memahami, memberi arti, dan menghargai kehidupan.
Sebagian kalangan mengaitkan kehidupan de-ngan kesadaran. Ketika kesadaran suatu makhluk hidup terhenti, ia bisa dikatakan telah mati. Na-mun, bagaimana dengan organisme-organisme bersel tunggal yang termasuk makhluk hidup na-mun dianggap tak memiliki kesadaran. Pengertian kesadaran sendiri masih merupakan lTIisteri bagi para ilmuwan, psikolog, dan filosof.
Definisi lain untuk menentukan kematian adalah berhentinya secara permanen fungsi-fungsi vital tubuh, seperti berhentinya fungsi jantung dan sis-tern pemafasan. Kata "permanen" penting karena ada banyak kasus ketika pernafasan atau detakan jantung yang telah terhenti bisa dipulihkan kembali
misalnya dengan apa yang disebut Cardiopu~ monary Resuscitation (CPR).
Kemajuan dalam ilmu dan teknologi kOOokteran, secara paradoks, justru membuat semakin sulit un-tuk menetapkan definisi mOOis dari kematian.
Alat-alat penyokong kehidupan, transplantasi or-gan, dan alat-alat artifisiallainnya digunakan untuk menyokong kehidupan orang yang sudah tak bemafas, tak bereaksi terhadap rangsangan luar, atau tidak ada detak jantung. Alat-alat artifisial ini dapat mempertahankan fungsi-fungsi vital tubuh meski tubuh sendiri sudah tak mampu.
Kini, ketika waktu kematian secara legal harus ditentukan, para dokter menggunakan diagnosis
mati otak
(brain
death)
yaitu ketika keseluruhanotak, termasuk batang otak (brain
stem)
telah kehi-langan seluruh fungsinya secara permanen (irre-versible).Ketika otak telah mati, organ-organ tubuh lainnya akan kolaps. Setelah ini tedadi, tidak ada yang bisa dilakukan, penggunaan alat-alat medis artifisial pun hanya sementara dan tak ada harapan tedadi pemulihan.
Orang dianggap mati ketika aktivitas listrik dalam otaknya telah terhenti. Berakhimya aktivitas listrik otak dianggap sebagai indikasi berakhirnya ke-sadaran. Hilangnya kesadaran ini harus permanen,
- -- -
-
-bukan sementara seperti yang tedadi saat tidur atau dalam keadaan koma.
Namun ide ini pun bukannya tanpa kritik. Para pengkritik menyatakan bahwa kesadaran terwujud dalam berbagai bagian tubuh dan berakhimya im-puls-impuls listrik dalam otak tidak harus selalu mengindikasikan berakhimya kesadaran. Selain itu, kembali muncul masalah mengenai arti kesadaran.
Definisi standar kematian pada berbagai agama adalah berhentinya sistem pernafasan secara menyeluruh. Ketika di awaI198O-an, komunitas mOOis dan hukum menerima definisi kematian se-bagai berhentinya secara permanen fungsi-fungsi otak, berbagai kalangan dalam agama kemudian ju-ga menerima definisi ini. Misalnya, di tahun 1986,
The Academy of Islamic Jurisprudence yang diben-tuk Organisasi Konferensi Islam (OKI) mengajukan pendapat yang menyatakan bahwa seseorang se-cara hukum dianggap telah mati bila penapasan dan jantungnya secara menyeluruh telah terhenti atau bila fungsi-fungsi otaknya secara menyeluruh telah terhenti. Dalam kOOuakasus ini, dokter ahli harus memastikan kondisinya permanen. Namun ini hanya rekomendasi bagi negara-negara anggota, bukan sebuah resolusi yang mengikat.
Satu contoh kasus menarik adalah kasus Motl Brody, bocah dua belas tahun yang telah dinya-takan meninggal oleh pihak rumah sakit. Meski fungsi-fungsi otaknya secara menyeluruh telah ter-henti, obat-obatan dan alat penyokong kehidupan membuatjantung dan paru-parunya masih bekeda. Menurut kepercayaan Yahudi Ortodoks yang dianut orangtuanya, ini berarti Motl masih hidup dan'kelu-, arganya bersikeras agar alat-alat penyokong kehidu-pan terus dipertahankan.
Tanda-tanda kematlan
Kematian bisa disebabkan oleh berbagai penya-kit, namun dalam setiap kasus penyebab fisiologis mendasamya adalah putusnya siklus oksigen tubuh. Tanpa oksigen, organ-organ tubuh dengan oopat mengalami kemunduran dan kemudian berhenti berfungsi. Tanpa oksigen, kehidupan tak bisa ber1anjut. Meski demikian, putusnya siklus ok-sigen tidak digunakan sebagai dasar dalam mengk-lasifikasikan penyebat}.penyebab kematian.
Ketika seseorang meninggal, berbagai jaringan dan organ tubuh tidak mati secara bersamaan, dalam rentang waktu tertentu mereka masih hidup. Karena inilah, organ-organ seperti jantung, ginjal, dan hati yang masih hidup pada orang yang telah meninggal memungkinkan untuk ditransplan-tasikan.
Tanda utama kematian biasanya adalah tidak adanya aktivitas sistem syaraf, keda jantung, dan pernapasan. Lalu tanda lain muncul seperti livor mortis yaitu timbulnya wama birupada kulit yang
disebabkan pengendapan gravitasional darah pada bagian-bagian tubuh; rigor mortis yaitu otot-otot menjadi kaku; dan pendinginan tubuh.
Ketika mati, eksistensi kita di dunia hapus. Tubuh fisik yang sewaktu hidup kita rawat dan kita banggakan akan hancur. Namun, mungkin bukan
kematian
ituyang
kita khawatirkan, tetapi kehidup-an setelah kematikehidup-an macamapa yang akan kits
jalani.
** *
Akhmad Taufik.Alumnus Unpad.