KONDISI VEGETASI DAN PRODUKSI SERESAH MANGROVE DI PESISIR TELUK CENDRAWASIH
Budi Irawan
Jurusan Biologi FMIPA UNPAD
PENDAHULUAN
Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alam yang produktif sebagai
penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan
laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral,
energi, kawasan rekreasi dan pariwista. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pesisir
dan laut merupakan aset yang tak ternilai harganya di masa yang akan datang.
Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun,
terumbu karang, ekosistem pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil.
Komponen-komponen yang menyusun ekosistem pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan
dilestarikan karena menyimpan sumber keanekaragaman hayati dan plasma nutfah.
Salah satu komponen ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove. Hutan
mangrove mempunyai fungsi ekologi yang penting, seperti peredam gelombang dan
angin, pelindung pantai dari abrasi, penahan lumpur dan penangkap sedimen yang
diangkut oleh aliran air, sebagai daerah asuhan dan tempat mencari makan serta
merupakan tempat pemijahan bermacam-macam biota perairan, sebagai penyubur
perairan karena menghasilkan detritus dari seresah daun yang diuraikan oleh bakteri
menjadi zat hara (Bengen 2001a). Selain itu produk dari mangrove dapat dihasilkan baik
secara langsung ataupun tidak langsung sebagai kayu bakar, bahan bangunan, keperluan
rumah tangga/perkakas, bahan kertas,bahan tekstil, alat perikanan, pupuk pertanian dan
TUJUAN PENELITIAN
Kawasan pesisir Teluk Cendrawasih merupakan salah satu kawasan yang
memiliki ekosistem hutan mangrove yang berperan dalam menyokong wilayah pesisir
laut, oleh karena itu pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman
jenis vegetasi mangrove, kondisi dan struktur komunitas vegetasi mangrove dan
kaitannya dengan daya dukung laut.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Untuk
mengetahui keanekaragaman tumbuhan mangrove digunakan metode eksplorasi dan
inventarisasi (Vogel 1987; Irawan 2003; Rugayah dkk. 2004). Koleksi tumbuhan
dilakukan dengan membuat specimen herbarium (Vogel 1987; Bridson and Forman 1992;
Rugayah dkk, 2004). Identifikasi tumbuhan dilakukan dengan menggunakan buku
identifikasi mangrove dan tumbuhan berbiji (Balgooy 1999; Noor, Khazali dan
Suryadipura 1999; Hsuan 1978; Backer and Bakhuizen 1968; Tomlinson 1986). Untuk
mengetahui struktur komunitas vegetasi mangrove dilakukan dengan membuat petak
kuadrat berukuran 10X10 m (Bengen 2001b) sebanyak 5 buah di setiap stasiun
penelitian. Analisis vegetasi dilakukan dengan menghitung jumlah jenis, jumlah
individu, dan DBH setiap jenis. Selanjutnya data-data tersebut dianalisis untuk
mengetahui kerapatan, dominansi, frekuensi dan nilai penting setiap jenis tumbuhan.
Untuk mengetahui produktivistas seresah dilakukan pemasangan trap dari kantung
polyetilen (kantung urea) berukuran 1 X 1 m untuk menampung seresah. Trap dipasang
pada 3 individu dominan di setiap lokasi, kemudian seresah tersebut dikeringkan pada
oven dengan suhu 100 0C selama 24 Jam ( Newbold 1976 dalam Arisandi 2004). Setelah
itu ditimbang untuk mengetahui biomassa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman dan Penyebaran Jenis Vegetasi Mangrove
Jenis mangrove yang terdapat di kawasan teluk cendrawasih (meliputi daerah
yang terdiri dari 26 mangrove sejati dan 16 mangrove ikutan (Tabel 1). Keanekaragaman
tertinggi secara berturut-turut adalah Yembekiri, Rumberpon (25 jenis), Sugai Wadio.
Nabire (20 jenis) dan Miei, Wasior (19 Jenis).
Jenis yang mempunyai penyebaran hampir merata adalah Sonneratia alba, Rhiophora mucronata, Avicennia alba, Aegiceras corniculatum dan Hibiscus tiliaceus (Tabel 2). Jenis yang mempunyai penyebaran terbatas dan jarang ditemui adalah
Acanthus ebracteatus, , Aegiceras floridum, Avicennia marina, Bruguiera parviflora, Bruguiera sexangula, Camptostemon schulzii dan Scyphiphora hydrophyllacea.
Tabel 1. Keanekaragaman Jenis Vegetasi Mangrove di Teluk Cendrawasih
No Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Ket.
1 Acanthus ebracteatus Vahl. - Acanthaceae MS
2 Acanthus ilicifolius L. tamatara Acanthaceae MS
3 Achrosticum aureum L. - Pteridaceae MS
4 Aegiceras corniculatum (L.) Blanco - Myrsinaceae MS
5 Aegiceras floridum R. & S. - Myrsinaceae MS
6 Avicennia alba Bl. Parai Korowai Avicenniaceae MS
7 Avicennia lanata Ridl. Parai Korowai Avicenniaceae MS
8 Avicennia marina (Forsk.) Verh. Parai Korowai Avicenniaceae MS
9 Baringtonia asiatica (L.) Kurz. - Lechytidaceae MI
10 Bruguiera cylindrica (L.) Bl. Popotiri Rhizophoraceae MS 11 Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk. Popotiri Rhizophoraceae MS 12 Bruguiera parviflora (Roxb.) W.&
A.ex Griff.
Popotiri Rhizophoraceae MS
13 Bruguiera sexangula (Lour.) Poir. Popotiri Rhizophoraceae MS
14 Camptostemon schulzii Masters - Bombacaceae MS
15 Ceriops decandra (Grift.) Ding Hou - Rhizophoracaae MS
16 Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob. - Rhizophoracaae MS
17 Clerodendrum inerme Gaertn. - Verbenaceae MI
18 Derris trifoliata Lour. Serewiri Papilionaceae MI
19 Exoecaria agallocha L. - Euphorbiaceae MS
20 Hibiscus tiliaceus L. - Malvaceae MI
21 Ipomoea pes- casprae L. Karandani Convolvulaceae MI
22 Lumnitzera racemosa Willd. - Combretaceae MS
23 Morinda citrifolia L. Robon
manisan
Rubiaceae MI
24 Nypa fruticans L. Pare Araceaea MS
25 Passiflora foetida L. - Pasiifloraceae MI
27 Pandanus odoratissimus L. Sambesia Pandanaceae MI
28 Pongamia pinnata (L.) Piere Ama Papilionaceae MI
29 Rhizhopora apiculata Bl. Parai amau Rhizophoraceae MS
30 Rhizhophora mucronata Lamk. Parai amau Rhizophoraceae MS
31 Sarcolobus globosa R. & R. - Asclepiadaceae MS
32 Sesuvium portulacastrum L. - Aizoaceae MI
33 Scaevola taccada (Gaerth.) Roxb. Nanai Goodeniaceae MI
34 Scyphiphora hydrophyllacea Gaerth. - Rubiaceae MS
35 Sonneratia alba J.E Smith. - Sonneratiaceae MS
36 Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl. - Verbenaceae MI
37 Terminalia catappa L. Atari Combretaceae MI
38 Thespesia populnea (L.)Soland Ex Correa
- Malvacerae MI
39 Xylocarpus granatum Koen. Kabau Meliaceae MS
40 Xylocarpus mollucensis (lamk.) Roem. Kabau Meliaceae MS
41 Xylocarpus rumphii (Kostel.) Mabb. Kabau Meliaceae MS
42 Wedelia biflora (L.) DC. Kaninui Asteraceae MI
Tabel 2. Penyebaran Jenis Vegetasi Mangrove di Teluk Cendrawasih
Lokasi
No Nama Ilmiah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Acanthus ebracteatus Vahl. *
2 Acanthus ilicifolius L. * *
13 Bruguiera sexangula (Lour.) Poir. *
14 Camptostemon schulzii Masters *
15 Ceriops decandra (Grift.) Ding Hou * *
16 Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob. *
17 Clerodendrum inerme Gaertn. *
18 Derris trifoliata Lour. * *
19 Exoecaria agallocha L. *
20 Hibiscus tiliaceus L. * * * * * * *
21 Ipomoea pes- casprae L. * * * * *
23 Morinda citrifolia L. * * * * *
24 Nypa fruticans L. * * *
25 Passiflora foetida L. *
26 Pandanus tectorius L. * * *
27 Pandanus odoratissimus L. *
28 Pongamia pinnata (L.) Piere * * *
29 Rhizhopora apiculata Bl. * * * *
30 Rhizhophora mucronata Lamk. * * * * * * *
31 Sarcolobus globosa R. & R. * *
32 Sesuvium portulacastrum L. *
33 Scaevola taccada (Gaerth.) Roxb. * *
34 Scyphiphora hydrophyllacea Gaerth. *
35 Sonneratia alba J.E Smith. * * * * * * *
36 Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl. *
37 Terminalia catappa L. * * *
38 Thespesia populnea (L.)Soland Ex Correa
* *
39 Xylocarpus granatum Koen. *
40 Xylocarpus mollucensis (lamk.) Roem.
* * * *
41 Xylocarpus rumphii (Kostel.) Mabb. *
42 Wedelia biflora (L.) DC. * * *
Jumlah 13 13 25 19 6 3 9 20
Ket: 1=Sowi, 2=Oransbari pantai, 3=Yembekiri, 4=Miei,Wasior, 5= Moru, Wasior, 6=Kaebi, Wasior, 7= Sungai Wosimi, Wasior,8=Sungai Wadio, Nabire)
Kondisi Vegetasi
Jenis-jenis mangrove umumnya tumbuh pada substrat pasir, lumpur, karang mati
atau kombinasi diantara ketiga subtrat. Pada substrat pasir umumnya ditemui di lokasi
Wasior (Miei, Moru dan Kaebi), substrat lumpur terdapat di lokasi Wasior (Sungai
Wosimi) dan Nabire (Sungai Wadio), substrat pasir berlumpur ditemukan di Manokwari
(Oransbari pantai) dan Rumberpon (Yembekiri), sedangkan pasir-karang mati terdapat di
Manokwari (Pantai Sowi) .
Zonasi vegetasi umumnya diawali oleh jenis Aviccenia alba (di lokasi Miei, Moru, Kaebi dan Sungai Wosimi). Di Yembekiri zonasi diawali oleh Rhizphora mucronata,jika keadaan surut terendah tergenang dan Sonneratia alba, jika keadaan surut terendah tidak tergenang. Kondisi seperti ini sama dengan lokasi Oransbari Pantai dan
Jenis Avicennia alba merupakan jenis yang dominan di Wasior, dari keempat lokasi (Miei, Moru, Kaebi dan Wosimi) menunjukkan jenis tersebut memiliki kerapatan,
dominansi dan nilai penting yang tinggi, secara berturut-turut 92,77; 201,06; 163,81;
140,47. Keadaan ini didukung oleh tipe substrat berpasir dan jarak pasang tertinggi
dengan surut terendah sangat jauh, jika dibandingkan dengan lokasi lainnya. Jenis
Rhizophora apiculata merupakan jenis yang dominan dan mempunyai nilai penting yang tinggi (94,12) di Oransbari pantai sedangkan jenis Sonneratia alba mempunyai nilai penting yang tinggi di Pantai Sowi (200,3115). Jenis Sonneratia alba merupakan jenis yang mempunyai nilai penting tertinggi di Yembekiri (213,46), sementara di Wadio,
Nabire jenis Avicennia lanata merupakan jenis yang mempunyai nilai penting tertinggi (69,07).
Kerapatan individu di lokasi Oransbari pantai sebesar 19,2 individu/100m2 ,
Yembekiri sebesar 11 individu/100m2, Miei, Wasior sebesar 9,2 individu/100m2 ,
Moru, Wasior sebesar 10,4 individu/100m2, Wosimi, Wasior sebesar 10,29
individu/100m2, dan Wadio, Nabire sebesar 19,6 individu/100m2 . Lokasi Sungai Wadio,
Nabire merupakan lokasi yang mempunyai kerapatan cukup tinggi. Menurut penduduk
tumbuhan mangrove yang terdapat dilokasi tersebut merupakan generasi kedua dari
tumbuhan mangrove yang tumbuh pada generasi sebelumnya. Pada pengamatan juga
ditemukan banyak anakkan dan semai dari jenis Xylocarpus granatum dan Avicennia alba. Berarti daya regenerasi di tempat ini cukup tinggi. Walaupun demikian di lokasi tersebut dekat dengan lokasi tambak yang dulunya merupakan lahan mangrove. Daerah
ini direkomendasikan untuk dilindungi. Daerah Miei dan Moru memiliki kerapatan
individu yang relatif kecil, jika dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal ini diakibatkan
karena lokasinya yang sangat dekat dengan pemukiman penduduk. Walaupun demikian,
telah ada upaya dari masyarakat setempat untuk menyelamatkan mangrove, seperti
teramati pada petak kuadrat, rata-rata diameter setiap individu kurang dari 10 cm. Selain
itu penduduk di daerah ini umumnya mengenal mangrove sampai tingkatan marga dalam
diameter yang relatif besar (mencapai 50 – 100 cm atau lebih), sehingga
individu-individu yang berada dibawah kanopinya kalah bersaing dalam melakukan pertumbuhan.
Tabel 3. Kerapatan, Frekuensi, Dominansi dan Nilai Penting
MORU, WASIOR
Seresah merupakan materi organik telah mati yang terdapat dilantai hutan,
produksi seresah dapat didefinisikan sebagai berat material yang mati dalam luas area
tertentu per satuan waktu. Produksi seresah ini dipengaruhi oleh struktur vegetasi, umur
tegakan, kondisi geografi dan perubahan iklim musiman (Arisandi 2004). Produksi
jatuhan seresah di hutan mangrove akan masuk kedalam sistem estuari yang menjadi
dasar bagi jaring-jaring makanan kompleks.
Hasil produksi seresah di wilayah teluk cendrawasih (Tabel 3) tertinggi terdapat
di Wodia, Nabire (12,85 gr/m2 /hari ) dan Wosimi, Wasior (11,95 gr/m2 /hari). Kedua lokasi
ini mempunyai rata-rata biomassa daun dan ranting yang tinggi. Pada dua lokasi ini
memiliki struktur vegetasi yang rapat (19,6 individu/100m2 di Wodia), sedangkan di
Wasior (10,29 individu/100m2). Hal ini juga didukung oleh jenis vegetasi yang tumbuh di
kedua lokasi tersebut memiliki rata-rata tinggi pohon diatas 10 m dan diameter batang
ada yang mencapai 100 cm., sehingga produksi seresah yang dihasilkan cukup tinggi.
Keberadaan seresah yang tinggi merupakan sumber detritus yang berperan dalam rantai
makanan.
Tabel 4. Produksi seresah mangrove di wilayah pesisir teluk cendrawasih
Rata-rata BIOMASSA (gr/m2 /hari)
No LOKASI JENIS DOMINAN
Daun Ranting Total
1 Teluk Sowi Sonneratia alba 3,258 0,675 3,933
2 Oransbari Pantai Rhizophora apiculata 3,183 4,422 7,60
3 Yembekiri, Rumberpon Sonneratia alba 5,1 3,05 8,15
2. Jenis-jenis mangrove umumnya tumbuh pada substrat pasir, lumpur, karang mati
atau kombinasi diantara ketiga subtrat. Zonasi vegetasi umumnya diawali oleh
jenis Aviccenia alba.
3. Kondisi Vegetasi umumnya masih baik terutama di daerah Wadio, Nabire sebesar
individu/100m2, Yembekiri sebesar 11 individu/100m2, dan Wosimi, Wasior
sebesar 10,29 individu/100m2.
4. Hasil produksi seresah di wilayah teluk cendrawasih (Tabel 3) tertinggi terdapat
di Wodia, Nabire (12,85 gr/m2 /hari ) dan Wosimi, Wasior (11,95 gr/m2 /hari).
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi P. 2004. Produktivitas Mangrove di Pantai Timur Surabaya. www. Ecoton.co.id. [diakses Juni 2005]
Backer CA anad Bakhuizen v.d. B Jr. 1968. Flora of Java. Netherland: P. Noordoff.
Balgooy MMJ van. 1999. Malesian Seed Plants. Rijksherbarrium Leiden.
Bengen DG. 2001a. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut, Institut Pertanian Bogor
Bengen DG. 2001b. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut, Institut Pertanian Bogor
Bridson and Forman. 1992. Handbook of Herbarium. Kew: Royal Botanic Garden.
Hsuan K. 1978. Orders and Families of Malayan Seed Plants. Singapore University Press.
Irawan B. 2003. Kondisi Vegetasi Mangrove di Pulau Bintan, Kabupaten Kepulauan Riau dalam Burhanuddin dkk (ed.) Kondisi Ekosistem Pesisir Pulau Bintan.Pusriswilnon-BRKP-Dep. KP. ISBN 979-98165-0-5; hlm 50-58.
Noor YL,Khazali M dan Suryadipura INN. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor : Wetland International – Indonesia Programme
Rugayah T, Retnowati A, Indarti FI dan Hidayat A. 2004. Pengumpulan Data Taksonomi, dalam Rugayah (ed.). Metode Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. Puslit Biologi- LIPI, Bogor.
Tomlinson. 1986. The Botany of Mangrove. Cambridge University Press.