• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR UDANG JAWA TIMUR KE AMERIKA ABSTRAKSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR UDANG JAWA TIMUR KE AMERIKA ABSTRAKSI."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

ACHMAD KURNIAWAN 05110100189/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Diajukan Oleh :

ACHMAD KURNIAWAN 0511010189/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

Disusun Oleh :

ACHMAD KURNIAWAN 0511010189/FE/IE

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 25 Februari 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji :

Ketua

Drs.Ec.Arief Bachtiar,Msi Dr. Syamsul Huda,MT Sekretaris

Drs.Ec.Arief Bachtiar,Msi Anggota

Drs. Ec. H. M. Taufik, MM Mengetahui

Dekan Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

(4)

Yang diajukan :

ACHMAD KURNIAWAN 0511010189/FE/IE

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Drs.Ec.Arief Bachtiar,Msi Tanggal :…………..

Mengetahui

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

(5)

Yang diajukan :

ACHMAD KURNIAWAN 0511010189/FE/IE

disetujui untuk ujian skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Drs.Ec.Arief Bachtiar,Msi Tanggal :…………..

Mengetahui

An Dekan Fakultas Ekonomi Wakil Dekan I

(6)

Usulan penelitian

Diajukan Oleh :

ACHMAD KURNIAWAN 0511010189/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(7)

Dengan memanjatkan syukur alhamdulilah atas kehadirat ALLAH SWT

dengan rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan, akhirnya penyusun dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul :

“ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI

EKSPOR UDANG JAWA TIMUR KE AMERIKA”

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian

persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional ”Veteran” Jawa Timur”.

Pennyusunan skripsi tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Drs.Ec.Arief Bachtiar, Msi, selaku Dosen Pembimbing Utama

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan

masukan-masukan yang berarti bagi penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran”

(8)

mahasiswa UPN.

6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah sabar mendidik dan membesarkan

dengan penuh kasih sayang baik moral, material, maupun spiritual.

Dan semua keluarga besar yang telah menemani dan memberi

dorongan penuh dalam terselesaikannya skripsi ini dan tak lupa

teman-teman semuanya. Semoga mendapatkan pahala yang besar dari Allah

SWT.

Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat

berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, semoga Allah

SWT memberikan balasan setimpal.

Wassallamu’alaikum Wr.Wb

Surabaya 16 - 02 - 2010

Penyusun

(9)

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumasan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ………... 6

2.2. Landasan Teori ………... 9

2.2.1 Pengertian Perdagangan Internasional ………... 9

2.2.1.1 Timbulnya Perdagangan Internasional ... 11

2.2.1.2 Sumber Manfaat Perdagangan ... 13

2.2.2 Teori-teori Perdagangan Internasional ………... 14

2.2.2.1 Teori Perbedaan Biaya Mutlak / Absolute Advantage ... 14

(10)

2.2.2.4 Permintaan dan Penawaran Dalam

Perdagangan ... 18

2.2.3 Pengertian Ekspor ... 21

2.2.3.1 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Nilai Ekspor ... 21

2.2.3.2 Jenis Ekspor ... 22

2.2.3.3 Cara Pemasaran Barang ke Luar Negeri ... 24

2.2.4 Teori Produksi ... 25

2.2.4.1 Pengertian Produksi ... 25

2.2.4.2 Arti dan Tujuan Produksi ... 27

2.2.4.3 Teori Produksi ... 28

2.2.5 Teori Kurs Valuta Asing ... 29

2.2.5.1 Pengertian Kurs Valuta Asing ... 29

2.2.5.2 Keseimbangan Kurs ... 29

2.2.5.3 Ketidakseimbangan Kurs... 30

2.2.6 Pengertian Gross Domestic Product ... 30

2.2.7 Teori Harga ... 32

2.2.7.1 Pengertian Harga ... 32

2.2.7.2 TujuanPenentuan Harga ... 32

(11)

2.2.8 Kurva-J ... 35

2.2.9 Purchasing Power Parity ... 37

2.2.9.1 Teori Purchasing Power Parity (PPP) ... 37

2.2.9.2 Sebab-sebab Gugurnya Purchasing Power Parity ... 39

2.2.10 Luas Lahan ... 40

2.3 Kerangka Pikir ……….……….... 41

2.4 Hipotesis ...………... 45

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……… 46

3.2 Teknik Penentuan Sampel ………. 48

3.3 Teknik Pengumpulan Data ……… 48

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ……… 49

3.4.1 Teknik Analisis ……….. 49

3.4.2 Uji Hipotesis ……….. 50

3.5 Pendekatan Asumsi BLUE ………....……… 53

(12)

di Jawa Timur ……….. 57

4.1.2 Keadaan Perekonomian di Jawa Timur ………... 58

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ………... 59

4.2.1 Perkembangan Ekspor Udang ke Amerika …………. 60

4.2.2 Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika ……… 61

4.2.3 Perkembangan Jumlah Produksi Udang Jatim …….... 62

4.2.4 Perkembangan Harga Rata-rata Ekspor Udang ……... 63

4.2.5 Perkembangan GDP Amerika ……….. 64

4.2.6 Perkembangan Luas Lahan Tambak ……… 64

4.3 Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik ………. 66

4.3.1 Analisis dan Pengujian Hipotesis ………. 70

4.3.2 Uji Hipotesis secara Simultan ……….. 73

4.3.3 Uji Hipotesis secara Parsial ……….. 75

4.3.4 Pembahasan ……….. 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... xiii

(13)

2. Kurva Penawaran ……….. 19

3. Kurva-J ……….. 36

4. Kerangka Pikir Konseptual Ekspor Udang Jawa Timur

ke Amerika …... 44

5. Distribusi Daerah Penerimaan / Penolakan Hipotesis

secara Simultan ..……….………... 52

6. Distribusi Daerah Penerimaan / Penolakan Hipotesis

secara Simultan ..……….………... 53

7. Statistik Durbin Watson ……….……... 56

8. Kurva Statistik Durbin Watson ………. 67

9. Distribusi Kriteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis secara simultan .. 74

10.Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Kurs Rupiah

terhadap Dollar Amerika (X1) terhadap Ekspor Udang ke Amerika …. 76

11.Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Jumlah Produksi

Udang Jatim (X2) terhadap Ekspor Udang ke Amerika ………. 78

12.Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Harga Rata-rata

Ekspor Udang (X3) terhadap Ekspor Udang ke Amerika ……….. 79

13.Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor GDP

Amerika (X4) terhadap Ekspor Udang ke Amerika ……… 81

(14)
(15)

Tahun 1999-2008 ... 60

Tabel 2 : Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Tahun 1999-2008 ... 61

Tabel 3 : Perkembangan Jumlah Produksi Udang Jatim Tahun 1999-2008 ... 62

Tabel 4 : Perkembangan Harga Rata-rata Ekspor Udang Tahun 1999-2008 ... 63

Tabel 5 : Perkembangan GDP Amerika Tahun 1999-2008 ... 64

Tabel 6 : Perkembangan Luas Lahan Tambak Tahun 1999-2008 ... 65

Tabel 7 : Tes Multikolinier ... 68

Tabel 8 : Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman Korelasi ... 69

Tabel 9 : Hasil Analisis Variabel Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (X1), Jumlah Produksi Udang Jatim (X2), Harga Rata-rata Ekspor Udang (X3), GDP Amerika (X4) dan Luas Lahan Tambak (X5) terhadap Ekspor Udang ke Amerika (Y) ... 70

Tabel 10 : Analisis Varian (ANOVA) ... 73

(16)

dan Luas Lahan Tambak (X5) terhadap Ekspor Udang

ke Amerika (Y) ... 75

Tabel 12 : Harga pakan udang ... 86

(17)

Program SPSS 13.00

Lampiran 2 : Variables Entered/Removed

Model Summary

Lampiran 3 : ANOVA

Coeffficients

Lampiran 4 : Coeffficients Correlations

Lampiran 5 : NonparametricCorrelations

Lampiran 6 : Data Input

(18)

Salah satu dari sekian banyak sektor non migas yang saat ini terus diusahakan dan diharapkan dapat merubah devisa bagi negara karena prospek yang menjanjikan adalah komoditi udang. Komoditi udang ini adalah komoditi andalan dari sektor pertanian. Jawa Timur telah lama dikenal sebagai daerah produksi udang, maka akan sangat menguntungkan apabila udang digunakan sebagai komoditas ekspor. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisa kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (X1), jumlah produksi udang Jawa Timur (X2), harga rata-rata ekspor (X3), GDP Amerika (X4), luas lahan (X5) terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika.

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya, Jawa Timur, selama sepuluh tahun mulai dari tahun 1999-2008. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil analisis tersebut kemudian dianalisis dengan uji-t dan uji-f statistik.

Hasil analisis menunjukkan perhitungan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dalam pengujian secara simultan antara variable bebas kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (X1), jumlah produksi udang Jawa Timur (X2), harga rata-rata ekspor (X3), GDP Amerika (X4), luas lahan (X5) terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika (Y) diperoleh f = 6,834> ftabel = 6,26, yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variable bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian secara parsial variable kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika dengan nilai t 2,216 < 2,376, jumlah produksi udang Jawa Timur tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika dengan nilai t -0,592 < -2,376, harga rata-rata ekspor tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika dengan nilai thitung -1,047 < -2,376, GDP Amerika tidak berpengaruh secara

nyata dan positif terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika dengan nilai thitung 1,661 < 2,376, luas lahan memiliki pengaruh yang nyata dan positif

terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika dengan nilai t -2,953 > -2,376.

hitung

hitung

hitung

hitung

Kata Kunci : Nilai ekspor (Y), kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (X1), jumlah produksi udang Jawa Timur (X2), harga rata-rata ekspor (X3), GDP Amerika (X4), luas lahan (X5)

(19)

Penerbit, PPM, Jakarta.

Anonim, 2009, Nilai Ekspor Udang Jawa Timur ke Amerika, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Timur, Surabaya.

---, 2003, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Udang jawa Timur Ke

Jepang, UPN “Veteran” Jawa Timur Surabaya

---, 2009, Jumlah Luas Tambak Menurut Luas Kotor / Luas Bersih Dan

Kabupaten Kabupaten / Kota, Dinas Pertanian dan Kelautan Propinsi

Jawa Timur, Surabaya

---, 2004, Strategi Memasuki Pasar Ekspor, Penerbit PPM Jakarta.

Boediono, 1991, Ekonomi Internasional, Edisi ketiga, Penerbit BPFE-UII Yogyakarta.

Ball A, Donald, Mc Culloch H, Wendell, 2000, Bisnis Internasional I, Penerbit : Salemba IV Mc. Grow Hill Book Co.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Edisi Pertama, Cetakan Keenam, Terjemhan Sumarmo Zain, Penerbit Erlangga.

Jamli, Ahmad, 1993, Keuangan Internasional, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta.

Kinnear, C Thomas, Taylor, R James, 1992, Riset Pemasaran, Penerbit : Erlangga, Jakarta.

Krugman, Paul R,1994, Keuangan Internasional, Edisi Kesatu, Cetakan Kesatu, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Levi, D Maurice, 1996, Keuangan Internasional Buku I, Penerbit : Mc Graw-Hill Book Co, Andi Yogyakarta.

Lipsey, 2001, Pengantar Makro Ekonomi, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta.

Lindert, Peter H, Kindleberger, Charles P, 1993, Ekonomi Internasional, Penerbit Erlangga, Jakarta.

(20)

xiv

Ekonomi Mikro dan Makro ), Penerbit Duta Jasa, Surabaya.

---, 2004, Pengantar Teori Ekonomi ( Pendekatan kepada Teori Ekonomi

Mikro dan Makro ), Penerbit Duta Jasa, Surabaya.

Samuelson, 2003, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Penerbit Media Global Edukasi

Salvatore, 1997, Ekonomi Internasional, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sobri, 2001. Ekonomi Internasional ( Teori Masalah dan Kebijakannya ), Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Soediyono, 2000, Pengantar Ekonomi Makro, Penerbit : Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Soekarwati, 2002, Prinsip DasarEkonomi Pertanian, Penerbit Rajawali

Sudrajat S.W, M, 1998, Mengenal Ekonometrika Pemula, Penerbit C.V. Armico, Bandung.

Sukirno, Sadono, 2002, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi Kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sulistiowati, 2005, Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Petani Tambak Di Kabupaten Gresik, Skripsi FE UPN Jawa Timur,

Surabaya.

(21)

1.1 Latar Belakang

Perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek penting dalam

setiap perekonomian negara. Pola perdagangan luar negeri cenderung

berubah-ubah dan diperkirakan berlangsung selama dasa warsa mendatang

yang ditandai semakin rumitnya perilaku ekonomi dunia serta terjadinya

krisis ekonomi yang berkepanjangan, berakibat tidak hanya pada

negara-negara maju, tetapi juga langsung mengenai pada negara-negara berkembang

seperti Indonesia.

Indonesia yang menganut sistem ekonomi terbuka, memasuki

konsep yang luas untuk mengadakan hubungan perdagangan dengan

negara lain baik ekspor maupun impor. Upaya tersebut tidak lain guna

peningkatan penerimaan devisa dan menciptakan kesempatan kerja yang

lebih besar, disamping untuk menunjang stabilitas ekonomi yang

merupakan prasyarat bagi kelangsungan pembangunan nasional. Hal ini

dapat dilihat pada sektor non migas kita yang mengalami peningkatan

yang cukup menggembirakan dalam beberapa waktu terakhir (Anonim

2000 : 1).

Salah satu dari sekian banyak sektor non migas yang saat ini terus

diusahakan dan diharapkan dapat merubah devisa bagi negara karena

prospek yang menjanjikan adalah komoditi udang. Komoditi udang ini

(22)

adalah komoditi andalan dari sektor pertanian. Jawa Timur telah lama

dikenal sebagai daerah produksi udang, hal ini dibuktikan dengan

banyaknya kuota jumlah kota atau daerah yang berada di kawasan Jawa

Timur yang menjadi daerah produksi udang misalnya Kodya Surabaya,

Sidoarjo, Gresik, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Tuban,

Lamongan, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Banyuwangi, Muncar,

Jember, Lumajang, Malang, Tulungagung dan Pacitan. Dengan banyaknya

daerah yang berpotensi besar sebagai penghasil udang maka akan sangat

menguntungkan apabila udang digunakan sebagai komoditas ekspor.

Penerimaan devisa dari komoditi udang setiap tahun meningkat.

Dengan adanya peningkatan tersebut dapat diketahui dari data yang

ada nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika periode 1999-2008. Pada

tahun 1999 nilai ekspor udang di Jawa Timur ke Amerika mencapai

$ 81.168.675. Pada tahun 2000 nilai ekspor udang meningkat menjadi

$ 115.335.942. Pada tahun 2001 nilai ekspor udang mengalami penurunan

menjadi $107.543.855. Pada tahun 2002 nilai ekspor udang mengalami

penurunan drastis menjadi $ 59.216.000. Pada tahun 2003 nilai ekspor

udang meningkat kembali mencapai $ 73.443.814. Pada tahun 2004 nilai

ekspor udang meningkat menjadi $ 106.785.458. Pada tahun 2005 nilai

ekspor udang mengalami penurunan menjadi $ 89.075.170. Pada tahun

2006 nilai ekspor udang mengalami peningkatan menjadi $ 92.572.526.

Pada tahun 2007 nilai ekspor udang mengalami penurunan menjadi $

(23)

mengalami peningkatan lagi menjadi $162.191.901. Dari data tersebut

dapat dilihat setiap tahunnya nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika

mengalami fluktuasi yang lebih pada peningkatan. ( Anonim, 2008 : 1)

Bila melihat kenaikan nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika

telah cukup menggembirakan, namun demikian perlu disadari bahwa

perdagangan udang di Indonesia masih mempunyai kendala yang cukup

berat yaitu sering mempunyai sisa produksi setiap tahunnya. Oleh karena

itu perlu didorong dengan upaya-upaya pengembangan ekspor, maka salah

satu alternatif untuk mengatasi dalam meningkatkan ekspor udang,

pemerintah menetapkan pada peningkatan mutu (kualitas) udang, dalam

membatasi meluasnya areal udang. Dengan kebijakan baru ini tampak

prospek ekonomi di Indonesia tampaknya akan menjadi cerah. Pertama

karena harga udang akan meningkat dan kedua jumlah produksi udang

meningkat pula.

Berikut ini adalah jumlah luas tambak Jawa Timur 5 tahun terakhir

( 2004-2008 ). Tahun 2004 luas tambak Jawa Timur adalah 57.343,89 Ha.

Tahun 2005 turun menjadi 56.550,08 Ha. Pada tahun 2006 juga

mengalami penurunan yaitu 55.046,52 Ha. Luas tambak pada tahun 2007

yaitu 51.609,37 Ha. Dan pada tahun 2008 menjadi 53.971,57 Ha.

( Anonim, 2008 : 27)

Dengan demikian meningkatnya jumlah produksi udang Jawa

(24)

udang yang secara langsung dapat meningkatkan nilai ekspor udang Jawa

Timur ke Amerika.

Disamping itu, dipasar dunia komoditi ekspor Indonesia mendapat

serangan atau hambatan sehingga perkembangannya pada umumnya di

pengaruhi oleh negara lain yang juga menghasilkan komoditi yang sama.

Sementara itu perbedaan nilai tukar mata uang antar negara merupakan

salah satu hambatan dari perdagangan internasional, sehingga perbedaan

nilai tukar mata uang asing inilah yang dapat menimbulkan keuntungan

dari adanya perdagangan internasional (Anonim 2000 : 3).

Turunnya nilai kurs valuta asing, karena secara teoritik akan

meningkatkan nilai ekspor di Jawa Timur, khususnya udang sehingga akan

menambah devisa negara yang nantinya dapat meningkatkan

perekonomian Indonesia yang sedang krisis. Karena harga komoditi

ekspor udang di Jawa Timur di nilai murah oleh konsumen diluar negeri.

Disisi lain dalam hubungannya dengan ekonomi nasional, apabila nilai

kurs valuta asing menurun maka inflasi akan naik. Oleh sebab itu

diharapkan Jawa Timur lebih meningkatkan ekspornya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan

suatu permasalahan sebagai berikut :

a. “Apakah ada pengaruh antara, nilai Kurs Rupiah terhadap

(25)

rata-rata ekspor, GDP Amerika, dan Luas lahan berpengaruh

terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika?”.

b. “Manakah dari keempat faktor yang paling dominan

pengaruhnya terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke

Amerika?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara nilai Kurs Rupiah

terhadap Dollar Amerika, jumlah produksi udang Jawa Timur,

harga rata-rata ekspor, GDP Amerika, dan Luas lahan berpengaruh

terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika.

b. Untuk mengetahui faktor apakah yang berpengaruh dominan

terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur ke Amerika.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan di

bidang ekspor dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam

berbagai sektor perikanan.

b. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait dalam pertimbangan

(26)

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Kegiatan pengembangan ekspor mempunyai potensi yang besar

bagi suatu negara, sebab hasil komoditi ekspor akan menambah sumber

devisa negara. Dari tahun ke tahun keuntungan ekspor semakin meningkat,

sehingga dapat mengetahui keadaan ekonomi negara dalam dunia

perdagangan internasional. Dengan melihat hasil ekspor komoditi non

migas meningkat, ternyata dapat dikatakan bahwa peranan ekspor dalam

perdagangan internasioanal membawa dampak positif. Hal ini telah

dibuktikan oleh beberapa peneliti yang telah membuktikan masalah ekspor

terbesar antara lain :

a. Sutanto, (2002)

Penelitian yang berjudul “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi

perkembangan ekspor non migas Indonesia”, memiliki tujuan untuk

mengetahui adanya pengaruh antara independent variabel terhadap

dependent variabel. Dimana hasil penelitian yang dicapai secara kualitaif

menunjukkan hasil pengaruh secara signifikan dari variabel kurs (X1) dan

variabel output total dari sektor industri (X2), sedangkan variabel inflasi

(X3) menunjukkan adanya pengaruh secara signifikan terhadap ekspor non

migas Indonesia, dengan hasil penelitian Fhitung = 142,188 > Ftabel = 4,35.

Sedangkan berdasarkan uji t menunjukkan thitung kurs dollar terhadap

(27)

rupiah sebasar 2,249, untuk output total dari sektor industri sebesar 14,

untuk inflasi sebesar 2,017. Sedangkan

t

tabel sebesar 2,365, dapat

disimpulkan untuk variabel kurs dollar terhadap rupiah dan output total

secara parsial berpengaruh terhadap sektor non migas di Indonesia, lain

halnya dengan variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap ekspor non

migas di Indonesia karena inflasi memungkinkan untuk berpengaruh

terhadap kurs dollar terhadap rupiah sehingga dari dua variabel bebas yang

saling berpengaruh akan menimbulkan gejala multikolinieritas.

b. Martha dan Suwarno, (2002)

Diambil dari jurnal yang berjudul “Usaha peningkatan ekspor udang di

Kabupaten Gresik”. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang

diperoleh dari studi kepustakaan yang berdasarkan laporan tahunan baik

Bank Indonesia, kantor Badan Statistik Jawa Timur, Dinas Perikanan dan

Perindustrian Kabupaten Gresik. Variable yang dipergunakan terdiri dari

variable terikat yaitu ekspor udang di Kabupaten Gresik (Y), sedangkan

variable bebasnya yaitu luas lahan tambak (X1), harga udang (X2) dan

fasilitas kredit (X3). Data dianalisis dengan menggunakan model regresi

linier berganda, pengujian dilakukan secara simultan dengan

menggunakan uji F dan secara parsial dengan menggunakan uji t. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ada hubungan yang nyata

dan positif antara variabel bebas lahan tambak (X1). Harga udang (X2),

(28)

Gresik. Sedangkan secara parsial variabel luas lahan (X1) dan variabel

harga udang (X2) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap

peningkatan ekspor udang di Kabupaten Gresik.

c. Sarwedi, (2003)

Jurnal ekonomi yang membahas tentang “Pengaruh Pembangunan

Ekonomi Terhadap Ekspor Non Migas Indonesia”. Dalam penelitiannya

jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari

berbagai instansi antara lain, Nota Keuangan Anggaran dan Belanja

Negara, Statsitik Ekonomi dan Keuangan BI, Statistik Indonesia, dan

International Financial Statistic. Data yang digunakan merupakan data

runtut waktu (time series) kuartalan 1983 kuartal 1 hingga 1997 kuartal

IV. Data yang tidak tersedia dalam bentuk kuartalan akan diinterpolasi.

d. Tajerin & Mohammad Noor, (2004 : 177-191)

Jurnal ekonomi yang membahas tentang “Daya Saing Udang Indonesia Di

Pasar Internasional”. Dalam penelitiannya jenis data yang digunakan

adalah time series dari tahun 1987-2000. Data diperoleh dari FAO,

Infofish dan BPS berbagai terbitan. Dari penelitian tersebut disimpulkan

bahwa persaingan pemasaran ekspor udang antara negara-negara produsen

di pasar impor ditemui di negara Jepang dan Amerika Serikat. Di kedua

pasar tersebut, udang Indonesia mendominasi pasar. Walaupun demikian

udang Thailand di Amerika Serikat mempunyai potensi untuk

berkembang. Sedangkan di Jepang, udang Sisa Dunia menjadi ancaman

(29)

Indonesia mempunyai potensi untuk menggeser udang Sisa Dunia (ROW).

Di Perancis, tuna juga berperan sebagai pesaing bagi udang.

e. Salomo dan Hutabarat, (2007)

Penelitian ini berjudul “Peranan Perdagangan Internasional Sebagai Salah

Satu Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Dalam penelitian ini

Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebagai variabel terikat (Y) dan

variabel bebas (X) antara lain real kspor (X1), real impor (X2), nilai tukar

real rupiah terhadap dollar (X3), jumlah pekerja (X4) dan krisis yang

melanda (X5). Penelitian ini menggunakan analisis kointegrasi. Dalam

jankga panjang ekspor, impor, nilai tukar real, jumlah pekerja dan krisis

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

f. Tingka, (1998)

“Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Jawa Timur ke Jepang”.

Menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel bebas harga

rata-rata ekspor (X1), income perkapita Jepang (X2), harga saing (X3),

kurs dollar Amerika terhadap Rupiah (X4). Hal ini diketahui dari uji F

yaitu diperoleh Fhitung = 215,007 > Ftabel = 19,25 sedangkan secara parsial

veriabel harga rata-rata ekspor berpengaruh secara positif terhadap ekspor

kopi dengan menggunakan uji T dimana

t

hitung = 19,89 <

t

tabel = 4,303.

Variabel income perkapita Jepang secara nyata terhadap ekspor kopi

sebesar

t

hitung = 7,082 >

t

tabel = 4,303. Sedangkan veriabel kurs Dollar

(30)

sebesar

t

hitung = 1,274 <

t

tabel = 4,303. Karena ini dapat meningkatkan

produksi kopi supaya dapat berkembang dengan baik.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Perdagangan Internasional

Perdagangan luar negeri merupakan suatu proses tukar menukar

yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak.

Pertukaran yang terjadi karena paksaan, ancaman perang dan sebagainya

tidak termasuk dalam arti perdagangan yang dimaksud dalam hal ini.

Melainkan masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk

menentukan untung rugi pertukaran tersebut dari sudut kepentingan

masing-masing, dan kemudian menentukan apakah ia mau melakukan

pertukaran atau tidak (Boediono;1991;10).

Negara sebetulnya tidak berdagang dengan negara lain, melainkan

yang melakukan perdagangan adalah penduduk suatu negara dengan

penduduk negara lain. Penduduk ini bisa seorang warga biasa, bisa sebuah

perusahaan ekspor, bisa sebuah perusahaan impor, bisa sebuah perusahaan

industri, bisa sebuah perusahaan negara, dan bisa pula departemen

pemerintah.

Perdagangan luar negeri hanyalah istilah kependekatan bagi

kegiatan pertukaran antar penduduk suatu negara dengan penduduk di

negara lain. Jadi perdagangan internasional tidak berbeda dengan

(31)

adalah dalam perdagangan internasional orang satu kebetulan tinggal

dinegara lain.(Boediono,1991:19).

Perdagangan internasional menunjukkan suatu hubungan ekonomi

antar negara di dunia yang saling menimbulkan ketergantungan. Hal ini

sangat penting terhadap peningkatan kesejahteraan hidup hampir semua

negara didunia, sebagian besar negara didunia mengekspor sejumlah

barang, jasa serta faktor produksi untuk ditukarkan dengan impor barang,

jasa serta faktor produksi lain yang hanya dapat diproduksi dengan cara

kurang efisien atau tidak dapat diproduksi sama sekali (Salvatore 1992 : 1)

Perdagangan internasional dapat didefinisikan terdiri dari

kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu negara asal (Country Of Origin) yang

melintasi perdagangan menuju suatu negara tujuan (Country Of

Destination) dengan melakukan perpindahan barang dan jasa, perpindahan

modal, tenaga kerja, dan perpindahan teknologi (Waluyo 1995 : 3).

Dari ketiga definisi diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

perdagangan internasional merupakan pertukaran barang dan jasa antara

negara di dunia melalui kegiatan ekspor dan impor, dimana dalam lintas

perdagangan ini biasanya berdasarkan keunggulan komparatif yang

dimiliki negara-negara dalam menyediakan produk-produk tertentu, yang

memberikan dasar dari suatu pembagian kerja internasional.

2.2.1.1 Timbulnya Perdagangan Internasional

Timbulnya Perdagangan Internasional disebabkan oleh adanya

(32)

yang satu dengan negara yang lain perbedaan atau ketidaksamaan

faktor-faktor produksi itu. Dalam segi permintaan, permintaan itu dapat

disebabkan oleh jumlah dan jenis keperluan, jumlah pendapatan /

incoming, kegunaan / taste, dan sebagainya.

Dimana sebab-sebab timbulnya perdagangan internasional

disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. Perbedaan tingakat kejarangan/scarcity.

Apakah disuatu negara, tingkat scarcity lebih rendah dari pada negara

lain maka daerah ini akan mengalir barang-barang ke negara lain yang

scarcitynya lebih tinggi. Selama masih terdapat perbedaan scarcity

antara negara yang satu dengan negara yang lain. Selama itu pula akan

timbul hubungan ekonomi dari daerah yang kurang scarce ke daerah

yang lebih scarce.

b. Perbedaan Faktor Produksi

Perbedaan faktor produksi antara negara yang satu dengan negara yang

lain akan menyebabkan negara-negara itu menjadi negara surplus dan

negara yang minus, perbedaan-perbedaan faktor produksi itu

selanjutnya akan menimbulkan perbedaan tingkat produktivitas tiap

(33)

c. Perbedaaan Komperative Dari Harga Barang

Selama ada perbedaan komparatif dari pada harga barang-barang,

selama itu pula akan timbul arus ekonomi yang mengalir antar daerah.

Perbedaan harga komparatif merupakan perbedaan harga yang

diperbandingkan. (Sobri, 2001 : 6).

2.2.1.2 Sumber Manfaat Perdagangan

Dengan adanya perdagangan bisa memberikan keuntungan kepada

semua pihak, meskipun jumlah barang-barang yang tersedia secara

keseluruhan sama sekali tidak berubah. Dimana pembagian manfaat dari

perdagangan antara pihak-pihak yang melakukan pertukaran / perdagangan

ditentukan oleh kekuatan masing-masing dalam proses tawar menawar.

Keuntungan dari pertukaran timbul karena adanya :

a. Perbedaan selera antara konsumen-konsumen

b. Perbedaan dalam jumlah awal dan barang-barang yang dimiliki.

Perubahan pola konsumsi barang-barang bagi masing-masing

konsumen yang lebih sesuai dengan selera mereka meningkatkan kepuasan

semua pihak tanpa ada yang merasa dirugikan. Perubahan pola tersebut

bisa dicapai dengan dimungkinkannya pertukaran bebas antara kedua

belah pihak (Boediono : 1991 : 14)

Menurut Wolfgang Stolper dan Paul Samuelson mengemukakan

(34)

orang-orang yang benar-benar menerima manfaat dari perdagangan dan

dipihak lainnya terdiri dari orang yang dirugikan.

Dengan asumsi yang dikemukakan bahwa peralihan dari tidak

adanya perdagangan ke arah perdagangan bebas pasti akan meningkatkan

penghasilan yang diperoleh faktor produksi yang diasumsikan secara

intensif dalam industri yang harganya meningkat (yaitu lahan, alam) dan

menurunkan penghasilan faktor produksi yang digunakan secara intensif

dalam industri yang harganya menurun (yaitu tenaga kerja), tanpa

memandang barang mana yang lebih disenangi untuk dikonsumsi (Lindert

dan Kindleberger, 1993 : 77).

Oleh karena menghindari terjadinya perbedaan dalam penerimaan

manfaat dari faktor produksi yang dimiliki maka salah satu pola yang

dibutuhkan bahwa semakin suatu faktor produksi di spesialisasikan atau di

konsentrasikan dalam produksi untuk ekspor akan semakin besar

perolehan manfaat faktor tersebut dari perdagangan, sebaliknya faktor

yang dikonsentrasikan pada produksi barang-barang pengganti impor

maka akan semakin besar pula kerugian dari perdagangan.

2.2.2 Teori-teori Perdagangan Internasional

2.2.2.1 Teori Perbedaaan Biaya Mutlak / Absolute Advantage : Adam Smith Berdasarkan pokok pikiran Adam Smith dalam teori perdagangan

internasional bahwa hubungan perniagaan antara negara pada umumnya,

(35)

yang terjadi/ditimbulkan oleh faktor-faktor khusus yang dimiliki oleh

suatu negara dan tidak dimiliki oleh negara lain, misalnya faktor keadaan

dan kekayaan alam yang menguntungkan suatu negara.

Akibat perbedaan-perbedaan biaya mutlak tersebut, maka untuk

sejenis barang dapat dihasilkan dengan biaya lebih murah dari pada negara

lain. Perbedaan biaya mutlak itu kemudian memberikan keuntungan yang

mutlak (Absolute Advantage) kepada negara yang bersangkutan.

Jadi dapat disimpulkan keuntungan mutlak itu diperoleh karena

adanya perbedaaan-perbedaan yang mutlak sifatnya, yaitu perbedaan biaya

yang disebabkan karena adanya perbedaan faktor produksi antar negara

yang satu dengan negara yang lain, jadi keuntungan mutlak (Absolute

Advantage) timbul karena adanya perbedaan biaya mutlak, menurut

konsep perbedaan biaya mutlak, setiap negara akan mengkhususkan diri

(mengadakan spesialisasi) dalam memproduksi barang-barang yang

memberikan keuntungan mutlak. Dengan kata lain bahwa suatu negara

akan mengimpor barang-barang yang diproduksinya sendiri kurang

menguntungkan atau merugikan (Sobri, 2001 : 23).

2.2.2.2 Teori Perbedaan Biaya yang Dibandingkan / Law of Comparative Cost : David Ricardo

Menurut Ricardo berpendapat bahwa didunia ini, disuatu pihak

terdapat negara yang faktor produksinya, seperti tenaga kerja dan alam

lebih menguntungkan, dan di pihak lain ada negara yang faktor

(36)

pertama, sehingga dalam menghasilkan beberapa barang itu negara

pertama lebih unggul dan telah produktif daripada negara kedua, bahkan

negara kedua, itu tertinggal dalam menghasilkan beberapa barang tertentu.

Dengan demikian menurut Adam Smith dalam konsep perbedaan biaya

mutlak, kedua belah pihak Negara itu tidak dapat mengadakan hubungan

pertukaran atau perdagangan. Tetapi menurut David Ricardo sekalipun

suatu Negara itu tertinggal dalam segala rupa, ia dapat juga ikut serta

dalam perdagangan internasional asalkan Negara itu menghasilkan sejenis

barang yang paling produktif dibandingkan dengan Negara yang lainnya.

Jelasnya, menurut “Teori Perbedaan Biaya Mutlak” salah satu dari

Negara yang melakukan perdagangan internasional itu harus mutlak lebih

produktif dalam menghasilkan sejenis barang.

Selain itu David Ricardo juga berpendapat bahwa pelaksanaan

pertukaran barang yang satu dengan yang lain sudah barang tentu tidak

dapat dipisahkan dengan prisip-prinsip penawaran dan permintaan dari

pihak yang melakukan pertukaran itu. Spesialisasi yang timbul karena

alasan Absolute Advantage ataupun alasan yang bersifat Comparativee

Advantage, merupakan salah satu dalam pertukaran, yaitu pihak

penawarannya. Sedangkan permintaan barulah dikemukakan oleh J.S Mill

dalam teorinya yang terkenal dengan nama Law Of Recripocal Demand

(37)

2.2.2.3 Law Of Reciprocal Demand : John Stuart Mill (1806-1873)

Teori perdagangan internasional dan J.S Mill bersifat melanjutkan

teori comparative cost dari Ricardo, yaitu melanjutkan dengan jalan

mencari letak titik keseimbangan pertukaran antar dua barang yang saling

dipertukarkan oleh dua Negara.

Untuk mencapai keseimbangan, seharusnya ada keseimbangan

penawaran dan permintaan. Pada kenyataannya penawaran dan permintaan

menentukan jumlah barang yang diekspor dan barang yang diimpor,

sekaligus menentukan harga barang yang dipertukarkan.

Menurut J.S Mill mengemukakan pendapatnya tentang The

Equation Of Intenational Demand. Dimana pada prinsipnya,

keseimbangan pertukaran antara kedua barang itu terjadi bila jumlah

barang yang diminta oleh suatu negara (A) kepada negara lain (B), sama

dengan jumlah barang yang diminta oleh suatu negara B atas

barang-barang yang dihasilkan oleh negara A. Jadi antar dua negara A dan B itu

saling memerlukan. Permintaan atas suatu barang yang dihasilkan oleh

negara lain haruslah dapat dipenuhi, bila besarnya permintaan itu sama

dengan jumlah yang ditawarkan oleh negara tersebut dalam hal ini dapat

dinyatakan bahwa Ricardo mengemukakan faktor supply (penawaran), dan

J.S Mill mengemukakan faktor demand (permintaan) sehingga

(38)

2.2.2.4 Permintaan dan Penawaran Dalam Perdagangan

Perdagangan antar negara dapat dipandang dari segi permintaan

dan penawaran. Tegasnya perdagangan internasional terjadi karena adanya

perbedaaan Permintaan dan Penawaran. Sisi permintaan dan setiap pasar

ditentukan oleh selera dan pendapatan para konsumen. Dimana selera

konsumen sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, dan karenya

tingkat pendapatan perkapita suatu bangsa menentukan jenis

barang-barang yang akan diminta. Kendala selera dan pendapatan ini menentukan

bagaimana kuantitas barang yang diminta akan bereaksi terhadap

perubahan harga.

Gambar 1 : Kurva Permintaan

P1

Q1 Q1 Q P

P2

Sumber : Samuelson, (2003). Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Media

Global Edukasi

Sedangkan sisi penawaran dari setiap pasar ditentukan oleh biaya

produksi dan kualitas faktor-faktor produksi dalam negara satu dengan

(39)

Gambar 2 : Kurva Penawaran

P

S

Q1 Q2 Q3

P3

P2

P1

Q

Sumber : Samuelson, (2003). Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Media

Global Edukasi

Begitu mengetahui kurva permintaan yang menghubungkan jumlah

barang yang diminta terhadap harganya, dapat dikombinasikan dengan

kurva penawaran yang diturunkan dari kondisi biaya. Hal ini dimaksudkan

untuk memperlihatkan efek perdagangan internasional terhadap produksi,

konsumsi dan harga (Lindert dan Kindleberger, 1993:48).

Dalam perdagangan internasional, keinginan untuk

memperdagangkan suatu barang adalah perbedaan (horizontal) antara

permintaan dan penawaran dalam jalur perdagangan akan menentukan

harga barang dan kualitas yang dihasilkan, diperdagangkan, dan

dikonsumsikan. Harga akhir yang diciptakan oleh perdagangan dapat

ditentukan jika analisis mengandung kurva permintaan dan penawaran,

(40)

penawaran dunia berada dalam keseimbangan (Lindert dan Kindleberger,

1993:50).

Pergeseran atau perubahan permintaan luar negeri dapat terjadi

dimana permintaan hasil-hasil produksinya mengalami perubahan.

Perubahan permintaan luar negeri disebabkan antara lain oleh :

faktor-faktor penawaran saingan kita, perubahan pendapatan luar negeri itu

sendiri, dan faktor-faktor dalam penawaran kita sendiri.

Perubahan-perubahan itu misalnya perubahan harga penawaran,

perubahan kualitas atau mutu barang yang ditawarkan. Demikian pula bila

saingan-saingan kita menawarkan barang ekspornya dengan harga yang

lebih rendah, maka permintaannya akan bertambah dan permintaan barang

ekspor kita akan berkurang. Berubahnya pendapatan luar negeri dengan

sendirinya juga akan menyebabkan berubahnya permintaan barang-barang

ekspor kita (income elasticity of demand). Bila pendapatan luar negeri itu

bertambah, maka mereka akan berpindah pilihannya kepada barang-barang

yang lebih baik, sebaliknya bila pendapatan berkurang perubahan

permintaan itu akan menuju barang-barang yang kualitasnya lebih rendah.

Kedua hal tersebut menyebabkan permintaan barang kita berkurang.

Selanjutnya bila permintaan atas barang kita berkurang, ekspor kita pun

berkurang. Oleh sebab itu bila pengurangan ekspor kita ini menjadikan

(41)

Karena itu untuk terhindar dari tekanan permintaan ini, maka dapat

dilakukan dengan menjaga kestabilan harga komoditi serta peningkatan

akses dan mutu barang yang ditawarkan (Sobri, 2001:185)

2.2.3 Pengertian Ekspor

Pengertian Ekspor adalah suatu barang, jasa atau aset modal yang

dijual keluar negeri di pasar internasional, kemudian diperoleh penerimaan

dalam mata uang asing, jadi dalam hal ini ekspor merupakan bagian dari

kegiatan perdagangan internasional (Sobri, 2001:256).

Ekspor dapat didefinisikan kedalam dua klasifikasi yaitu : (1)

Ekspor barang merupakan penjualan produk riil kepada pembeli asing,

(2) Eskpor jasa merupakan pendapatan investasi yang diperoleh dari luar

negeri selama tenggang waktu tertentu (Levi 1996:293).

Ekspor merupakan suatu kegiatan menjual beberapa produksi

regular suatu negara kepada negara lain tanpa mengikatkan suatu sumber

daya manusia atau keuangan dalam jumlah besar (Ball dan Culloch

2000:91).

Dari ketiga definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

ekspor merupakan suatu kegiatan menjual produk-produk dalam negeri

kepasar internasional, dalam upaya peningkatan penerimaan devisa negara.

2.2.3.1 Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Nilai Ekspor

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai ekspor

(42)

a. Meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat.

b. Tingkat inflasi didalam negeri lebih rendah dari pada tingkat inflasi

yang terjadi di negara-negara yang banyak mengimpor barang-barang

ekspor kita.

c. Kurs devisa efektif yang berlaku bagi barang-barang ekspor

menguntungkan.

d. Peningkatan efisiensi produksi di dalam negeri dalam artian yang luas,

yang dapat mengakibatkan produsen-produsen barang ekspor dengan

harga yang sama dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.

e. Kegagalan produksi di negara-negara penghasil prduk yang bersaing

dengan produk ekspor kita di pasar dunia.

f. Kebijaksanaan fiskal dan moneter yang sesuai dengan kebijaksanaan

peningkatan ekspor.

Karena itu agar kegiatan ekspor kita dapat berjalan lancar maka

sangat tergantung pada sumber daya alam dan tenaga kerja (Sumber Daya

Manusia) dimana yang dapat dijadikan sebagai suatu keunggulan

komperatif dalam peningkatan produktifitas dari barang-barang ekspor

kita.

2.2.3.2 Jenis Ekspor

Dalam melaksanakan kegiatan ekspor dapat dilakukan dengan

(43)

a. Ekspor Tidak Langsung

Mengekspor tidak langsung adalah mengekspor barang-barang dan

jasa melalui berbagai jenis eksportir yang berbasis didalam negeri.

Diantaranya para eksportir yang tersedia adalah (1) agen eksportir

pabrikan, yang menjual untuk pabrikan (2) agen komisi ekspor yang

membeli dan menjual untuk pelanggan-pelanggan mereka di luar

negeri (3) pedagang ekspor, yang membeli dan menjual untuk

rekening mereka sendiri (4) perusahaan internasional yang

menggunakan barang-barang itu diluar negeri.

Akan tetapi dalam jenis ekspor tidak langsung ini, para eksportir tidak

langsung membayar harga untuk jasa-jasa seperti (1) mereka akan

membayar komisi untuk tiga jenis eksportir yang pertama (2) bisnis

luar negeri bisa rugi apabila eksportir memutuskan untuk mengubah

sumber pasokan mereka dan (3) perusahaan memberikan sedikit

pengalaman dan transaksi-trnsaksi ini. Itulah sebabnya bagi para

eksportir yang memulai dengan cara ini pada umumnya berubah pada

jenis ekspor langsung, karena jenis ekspor tidak langsung dirasa

kurang efisien.

b. Ekspor Langsung

Mengekspor langsung adalah mengekspor barang-barang dan jasa

oleh perusahaan-perusahaan menunjuk karyawan yang

bertanggungjawab dalam kegiatan ekspor barang atau jasa tetapi jika

(44)

mendirikan perusahaan penjualan. Dimana perusahaan inilah yang

bertanggungjawab dalam proses/kegiatan ekspor, yang kemudian

menyalurkannya kepada instansi-instansi yang berkaitan (Ball dan

Culloch, 2000 : 92).

2.2.3.3 Cara Pemasaran Barang Keluar Negeri

Dalam melaksanakan pemasaran barang ke luar negeri dapat

ditempuh beberapa cara antara lain sebagai berikut : (Amir, 1993 : 108).

a. Ekpor Biasa

Dalam hal ini barang dikirm ke luar negeri sesuai dengan

peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli diluar

negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah

diadakan dengan importir diluar negeri. Dengan peraturan devisa yang

berlaku maka hasil devisa yang diperoleh dari ekspor ini dikuasai oleh

pemerintah, sebagian eksporitr menerima pembayaran dalam

pembayaran dalam mata uang Rupiah sesuai dengan kurs valuta asing

yang berlaku.

b. Barter

Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman

barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang-barang yang

dibutuhkan dalam negeri. Dalam hal ini berarti pengririman barang,

tidak menerima pembayaran dalam mata uang asing, tapi dalam bentuk

barang yang dapat dijual didalam negeri untuk mendapatkan kembali

(45)

c. Konsinyasi

Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang

ke luar negeri untuk dijual, sedangakan hasil penjualannya

diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa. Jadi dalam hal ini barang

dikirim keluar negeri bukan ditukarkan dengan barang lain seperti

dalam hal barter, dan juga bukan untuk memenuhi transaksi yang

sebelumnya sudah dilakukan seperti dalam hal ekspor biasa. Tegasnya

didalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada

pembeli yang tertentu diluar negeri.

d. Package / Deal

Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi, pemerintah ada

kalanya mengadakan perjanjian (trade agreement) dengan salah satu

negara yang mana ditentukan sejumlah barang ekspor ke negara itu

dan sebaliknya dari negara itu akan diimpor barang yang kiranya

dibutuhkan (Amir, 1993:113).

2.2.4 Teori Produksi 2.2.4.1 Pengertian Produksi

Produksi adalah setiap usaha yang menciptakan atau memperbesar

daya guna barang. Untuk bias melakukan produksi, organisasi

memerlukan tenaga kerja manusia, sumber-sumber alam, modal dalam

segala bentuknya, serta kecakapan. Jadi semua unsur yang menopang

(46)

produksi (Rosyidi, 1994 : 54). Jumlah produksi adalah besarnya hasil

produksi yang dapat dihasilkan oleh setiap satuan input untuk memenuhi

permintaan konsumen.

a. Faktor Produksi

Faktor Produksi adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia

atau yang disediakan alam dan dapat dipergunakan untuk

memproduksi berbagai jenis barang dan jasa yang mereka butuhkan.

Faktor produksi tersebut dibedakan dalam 4 golongan, yaitu :

1. Tanah atau Sumber Daya Alam (SDA)

2. Tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia (SDM)

3. Modal

4. Keahlian (skill) dan Kecakapan tata laksana (Rosyidi, 1994:54)

b. Fungsi Produksi

Masalah produksi untuk berbagai kegiatan produksi tidak lepas

dari beberapa faktor produksi yang digunakan. Pada dasarnya usaha

produksi merupakan usaha bagaimana input (masukan) atau lebih

dialokasikan melalui proses sehingga menghasilkan output (keluaran)

yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi.

Dari segi ekonomi pengalokasian faktor-faktor produksi sehingga

(47)

yang dimaksud dengan fungsi produksi adalah menunjukkan sifat

keterkaitan diantara faktor-faktor produksi dalam tingkat produksi

yang diciptakan (Sukirno, 1995 : 23)

2.2.4.2 Arti dan Tujuan Produksi

Seperti kita ketahui, di masyarakat terdapat rumah tangga keluarga

yang membutuhkan barang/jasa untuk keperluan konsumsi. Keperluan

tersebut diharapkan dapat mencapai kegiatan produksi yang dihasilkan

oleh dunia usaha.

Ditinjau dari kepentingan produsen, dapat dikatakan bahwa tujuan

untuk melakukan suatu kegiatan produksi adalah untuk mendapatkan laba.

Tujuan ini akan dapat tercapai kalau barang/jasa yang diproduksi sesuai

dengan kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

sasaran kegiatan produksi harus ditujukan ke arah pelayanan kebutuhan

masyarakat.

Pada jaman purba, barang-barang yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan hidup dapat diambil begitu saja dari alam

disekitarnya tanpa pengorbanan yang berarti. Hal itu antara lain karena

barang-barang yang tersedia di alam semesta jumlahnya melebihi yang

diperlukan penduduk. Kecuali itu kebutuhan hidup masyarakat masih

sederhana yang pada umunya dapat dipenuhi dengan barang-barang yang

langsung diambil di alam semsta.

Setelah mengalami pertambahan penduduk dan perkembangan

(48)

berubah. Di satu pihak persediaan sumber daya alam main terbatas, di lain

pihak jenis dan jumlah kebutuhan hidup menjadi makin terbatas.

Barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak dapat

diambil langsung dari alam, tetapi harus diproduksi terlebih dahulu

(Suradjiman, 1996 : 28)

2.2.4.3 Teori Produksi

Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisanya

kepada dua pendekatan sebagai berikut :

 Teori produksi dengan satu faktor berubah

Teori produksi yang sederhana yang menggambarkan tentang

hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah

tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat

produksi barang tersebut.

 Teori produksi dengan dua faktor berubah

Dalam analisis ini dimisalkan terdapat dua jenis faktor produksi

yang dapat berubah atau saling pertukaran penggunaannya, yaitu

tenaga kerja dapat menggantikan modal atau sebaliknya modal

(49)

2.2.5 Teori Kurs Valuta Asing 2.2.5.1 Pengertian Kurs Valuta Asing

Kurs valuta asing adalah banyaknya uang dalam negeri yang

diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu (Sadono Sukirno

1995 : 23).

Kurs mempunyai kecenderungan untuk selalu bergerak mengikuti

kondisi perekonomian secara global dan bersifat sangat peka terhadap

perubahan-perubahan yang ekstrim. Kurs bergerak naik turun disebabkan

oleh dua hal :

a. Bekerjanya mekanisme pasar (kurs mengambang)

b. Penetapan (kebijakan pemerintah) seperti devaluasi.

Naik turunnya kurs ini adalah jangka pendek yang mempunyai

pengaruh langsung berupa fluktuasi harga barang-barang ekspor maupun

barang-barang impor dalam negeri (yaitu bila harga tersebut dinyatakan

dengan mata uang dalam negeri, misalnya Rupiah). Dalam jangka waktu

pendek kita bisa mengharapkan melalui mekanisme harga bahwa volume

ekspor meningkat sedangkan volume impor menurun.

2.2.5.2 Keseimbangan Kurs

Pada umumnya harus ditentukan oleh kurva permintaan dan

penawaran dari mata uang asing tersebut. Permintaan valuta asing timbul

karena mengimpor barang dan jasa dari luar negeri. Penawaran valuta

asing timbul karena adanya ekspor barang dan jasa atau pinjaman luar

(50)

Menurut jumlah keseimbangan valuta asing yang stabil terjadi

apabila permintaan valuta asing sama dengan penawarannya dan tidak

tendensi bahwa kurs valuta asing akan berubah. Kelebihan penawaran

mata uang yang secara artificial dipertahankan menyebabkan overheed.

Dan keseimbangan eksternal dengan sistem kurs mengambang, dimana

tidak ada campur tangan pemerintah harus menyesuaikan.

2.2.5.3 Ketidakseimbangan Kurs

Otoritas moneter sering kali campur tangan dalam valuta asing

untuk membatasi atau mencegah penyesuaian kurs valuta. Efek dari hal ini

adalah untuk mempertahankan lebih rendah dari yang seharusnya (under

valued).

Ketidakseimbangan kurs valuta asing yang dihasilkan mata uang

yang disetujui secara internasional. Ketidakseimbangan eksternal dianggap

sebagai fenomena moneter yang diakibatkan ketidakseimbangan stok

permintaan dan penawaran (Ahmad, 1992 : 142)

2.2.6 Pengertian Gross Domestic Product

Berkat kemajuan perhubungan antar Negara, sekarang ini banyak

perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi dalam wilayah suatu

Negara, dan mungkin ada juga perusahaan-perusahaan Negara itu yang

beroperasi di negara-negara asing. Di Indonesia banyak sekali

(51)

menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa mereka ini dihitung juga dalam

perhitungan pendapatan nasional, sebagaian dari GDP.

GDP adalah hasil produksi barang-barang dan jasa-jasa

orang-orang dan perusahaan-perusahaan asing (Partadiredja 1997 : 37-38).

GDP adalah nilai semua barang jadi yang diproduksi oleh

faktor-faktor produksi dalam negeri (Dombusch 1993 : 30).

GDP adalah nilai barang dan jasa dalam suatu Negara yang

diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga Negara tersebut

dan Negara asing (Sukirno 1994 : 33).

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan

bahwa GDP merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh

faktor-faktor produksi dalam negeri.

Gross Domestic Product senantiasa dipakai sebagai alat pengukur

pendapatan nasional dan juga sebagai gambaran kemajuan perekonomian

suatu bangsa, penting untuk dipikirkan bahwa yang menghasilkan seluruh

barang dan jasa disuatu Negara itu bukanlah mutlak hanya warga Negara

itu sendiri, tetapi juga orang asing.

Semakin tinggi Gross Domestic Product suatu Negara

menunjukkan adanya tingkat ekonomi Negara tersebut telah maju dan

berkembang pesat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan

(52)

2.2.7 Teori Harga 2.2.7.1 Pengertian Harga

Pengertian harga adalah suatu tingkatan penilaian yang pada

tingkat itu barang yang bersangkutan dapat ditukarkan pada barang yang

lain apapun bentuknya. (Rosyidi, 2004:237)

Suatu barang dikatakan berharga bila barang tersebut :

a. Mempunyai kegunaan

Adalah kegunaan suatu barang akan menimbulkan permintaan

terhadap barang tersebut.

b. Jumlah terbatas

Adalah kelangkaan suatu barang akan mendorong beberapa orang

untuk memanfaatkan kelangkaan dengan menjualnya, dengan kata lain

akan menimbulkan penawaran pada barang tersebut. Kesimpulan

kelangkaan akan menimbulkan permintaan, sebagian barang

ditentukan oleh bertemunya 2 kekuatan yaitu permintaan dan

penawaran.

2.2.7.2 Tujuan Penentuan Harga

Harga barang untuk tujuan ekspor dapat ditentukan berdasarkan

tujuan-tujuan penentuan harga sebagai berikut : (Waluyo, 1995 : 79)

a. Memaksimalkan efesiensi ekonomi, dalam hal ini bertujuan untuk

memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya maka harga harus

sama dengan biaya. Dengan demikian dapat memperoleh laba yang

(53)

b. Mendistribusikan pendapatan. Harga dapat ditentukan untuk

menyebarluaskan produk hasil dalam negeri. Dengan demikian

penentuan harga sedemikian rupa agar semua lapisan pembeli dapat

memperoleh barang yang dibutuhkan.

c. Menutup biaya. Memperoleh kembali biaya investasi dan mampu

menutupi biaya operasi.

d. Membatasi permintaan. Hal ini dilakukan untuk membatasi produksi

yang langka, maka penentuan harga hanya dapat dijangkau oleh

pembeli golongan tertentu saja.

2.2.7.3 Mekanisme Harga

Problema ekonomi dasar adalah bagaimana menggunakan

sumber-sumber ekonomi yang terbatas jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat sebaik-baiknya. Problema tersebut bisa dijabarkan sebagai

berikut :

1. Apa (what) yang diproduksi dan dalam jumlah berapa.

2. Bagaimana (how) faktor-faktor produksi yang tersedia harus digunakan

untuk memproduksi barang-barang tersebut.

3. Untuk siapa (for whom) barang-barang tersebut diproduksi.

Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya (kekuatan)

tarik-menarik antara konsumen-konsumen dan produsen-produsen yang

bertemu di pasar. Hasil bersih dari kekuatan tarik-menarik tersebut adalah

terjadinya harga untuk setiap barang dan untuk setiap faktor produksi.

(54)

konsumen (karena sesuatu hal) menjadi lebih kuat, yaitu para konsumen

meminta lebih banyak barang tersebut. Sebaliknya, harga sesuatu barang

turun apabila permintaan para konsumen melemah.

2.2.7.4 Hukum Harga

Menurut Rosyidi (2004 : 312). Hukum harga (The law of Price)

yaitu perubahan permintaan dan penawaran dapat dipengaruhi oleh tingkat

harga. Disini menunjukkan hubungan yang sangat erat antara permintaan

dan penawaran.

Adapun hukum harga ada dua, yaitu :

a. Hukum harga yang pertama (the first law of price) menerangkan

pergeseran permintaan yang berbunyi “harga berubah-ubah secara

langsung (searah) dengan perubahan permintaan”.

b. Hukum harga yang kedua (the second law of price) menerangkan

pergeseran penawaran yang berbunyi “harga berubah-ubah secara

berlawanan (berlawanan arah) dengan perubahan penawaran”.

2.2.7.5 Teori Harga (Bertil Ohlin Theory)

Bertil Ohlin berpendapat bahwa perdagangan internasional itu

sebenarnya adalah masalah harga. Jelasnya, perbedaan hargalah yang

menyebabkan timbulnya kegiatan perdagangan internasional. Oleh karena

itu Bertil Ohlin membahas perdagangan internasional mengikuti jalur

proses mekanisme pembentukan harga, yang sudah sendirinya harus

menyelidiki faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi

(55)

yang menjadi dasar timbulnya perdagangan internasional, menurut Bertil

Ohlin adalah disebabkan oleh perbedaan komposisi dan proporsi faktor-

faktor produksi yang dimiliki oleh negara-negara di dunia ini.

Perbedaan faktor-faktor produksi dengan sendirinya akan

menimbulkan perbedaan pula dalam tingkat produkivitas, jumlah dan jenis

hasil produksi, jumlah penawaran faktor dan hasil serta perbedaan dalam

kebutuhan atau permintaan. Jadi, logis apabila suatu negara melakukan

spesialisasi produksi atas suatu barang atau jasa-jasa tertentu sesuai

dengan kondisi dan situasi faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh

negara tersebut, dalam artian bahwa dalam kombinasi faktor-faktor

produksi untuk spesialisasi produk itu lebih banyak dipergunakan

faktor-faktor produksi yang relatif banyak tersedia di negara tersebut, sehingga

barang-barang hasil spesialisasi tersebut mudah untuk dipertukarkan atau

diekspor ke negara lain.

2.2.8 Kurva –J

Analisa kurva J menerangkan bahwa keseimbangan suatu negara

akan memburuk terlebih dahulu sebelum akhirnya mengikuti suatu

depresiasi. Penjelasan dasar kurva J adalah bahwa elastisitas harga

(56)

Gambar 3 : Kurva J

... 0

Waktu

Sumber : Lipsey, (2001:383). Pengantar Makro Ekonomi Edisi Kedelapan,

Erlangga, Jakarta.

Kurva J memperlihatkan bahwa keseimbangan perdagangan suatu

negara menurun setelah nilai mata uangnya mendepresiasi namun dapat

naik dari waktu ke waktu. Pengertian posisi keseimbangan perdagangan

Brasil menyerupai huruf J, sehingga dinamakan kurva J. Pertama,

mengikuti depresiasi, ketika elastisitas rendah maka keseimbangan

perdagangan Brasil menurun sampai ke bagian bawah kurva J. Setelah satu

periode, warga Brasil mengatur secara lebih lengkap atau teliti untuk

meningkatkan nilai riil produk-produk luar negeri dan menurunkan

produk-produk Brasil. Apabila kita samakan dengan kurva J maka

keseimbangan perdagangan Brasil bergerak dari dasar menuju ke bagian

paling atas dari huruf J tersebut, sehingga depresiasi yang dilakukan telah

(57)

2.2.9 Purchasing Power Parity

2.2.9.1 Teori Purchasing Power Parity (PPP)

Teori paritas daya beli menyatakan bahwa kurs antara dua mata

uang dari dua negara sama dengan nisbah tingkat harga dari kedua negara

yang bersangkutan, dimana tingkat harga adalah harga uang dari

serangkaian barang atau jasa. Dengan demikian, teori paritas daya beli

(PPP) memprediksi bahwa penurunan daya beli masyarakat daya beli mata

uang domestik akan diiringi dengan depresiasi mata uangnya secara

proporsional dalam pasar valuta asing. Begitu sebaliknya, PPP

memprediksi bahwa kenaikan daya beli mata uang domestik akan

dibarengi dengan apresiasi secara proporsional. (Krugman,1994 :120)

Pada dasarnya teori paritas daya beli (PPP) adalah sebuah metode

estimasi jalan pintas atas kurs ekuilibrium ketika suatu negara mengalami

ketidakseimbangan neraca pembayaran. Kebutuhan atas pengukuran serba

cepat tersebut dikarenakan suatu negara biasanya tidak memiliki

pemahaman atau informasi yang cukup mengenai bentuk yang sebenarnya

atas kurva permintaan dan kurva penawaran valuta asing. Teori ini sengaja

dikembangkan dan dipraktekkan untuk memperkirakan kurs ekuilibrium

yang memungkinkan negara-negara kembali ke standar emas demi

menyelamatkan perdagangan internasional yang dirusak gejolak harga

berbagai komoditi dan kompetisi devaluasi setelah Perang Dunia Pertama.

(58)

Penjelasan dari teori paritas daya beli (PPP) didasarkan pada

hukum satu harga (law one price) yaitu hukum yang menyatakan bahwa

dalam pasar-pasar kompetitif yang bebas dari biaya transportasi dan

hambatan-hambatan resmi perdagangan (misal tarif, bea masuk, kuota dan

lain-lain) bagi barang-barang identik (yang sama jenisnya) jika dijual di

berbagai negara tentu memiliki harga yang sama apabila harganya

dinyatakan dalam dalam mata uang yang sama pula (biasanya

dikonversikan ke mata uang yang umum dipergunakan seperti dollar AS

dengan kurs spot). (Krugman, 1994 :119)

Hukum satu harga diformulasikan sebagai berikut : (Nopirin, 1993 : 183)

PRp x R = P$ dan R = PRp x P$

Dimana :

PRp = harga produk dalam rupiah

P$ = harga produk dalam dollar AS

R = kurs spot rupiah terhadap dollar

Doktrin paritas daya beli bermaksud menjelaskan penentuan kurs

valuta asing keseimbangan berdasarkan harga dalam negeri dan luar

negeri. Doktrin PPP menyatakan bahwa harga mata uang mencerminkan

daya beli umumnya, tingkat kurs antar mata uang seharusnya

mencerminkan daya beli internal relatif antar mata uang tersebut yang

(59)

2.2.9.2 Sebab-sebab Gugurnya Purchasing Power Parity

Apa saja yang mengakibatkan kenyataan empiris yang ada

bertentangan dengan PPP. Ada beberapa kelemahan mencolok dari logika

yang terkandung dalam teori PPP mengenai kurs yang didasarkan pada

dalil satu harga itu, yaitu :

a) Asumsi yang dianut oleh dalil satu harga bahwa biaya transpor dan

pembatasan perdagangan bisa diabaikan, ternyata tidak dapat

dipertahankan. Dalam kenyataan sesungguhnya, biaya transpor dan

pembatasan perdagangan tidak bisa diabaikan. Pembatasan ini

terkadang demikian tingginya sehingga menghambat sebagian

perdagangan barang dan jasa antar negara.

b) Praktek-praktek monopolistik dan oligopolistik di berbagai pasar

barang, bersama biaya transpor dan pembatasan perdagangan

semakain memperlemah keterkaitan harga atas barang yang sama

di berbagai negara.

c) Oleh karena data inflasi di berbagai negara didasarkan pada

komoditi acuan yang berlainan, maka perubahan kurs tidak bisa

diharapkan mampu mengimbangi selisih inflasi resmi (yang

dilaporkan pihak pemerintah), biarpun tidak ada pembatasan

perdagangan dan semua produk bisa diperdagangkan. (Krugman,

(60)

2.2.10 Luas Lahan

Luas lahan akan mempengaruhi skala usaha dan usaha ini pada

akhirnya akan mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha perikanan.

Seringkali dijumpai, meskipun lahan yang dipakai dalam suatu usaha

perikanan itu luas, akan semkain tidak efisien lahan tersebut. Hal ini

didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya

melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan berkurang,

karena :

1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor

produksi seperti benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga

kerja.

2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu

yang pada akhirnya akan mempengaruhi usaha perikanan

tersebut.

3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha

tersebut, dalam skala luas.

Sebaiknya pada luas lahan yang sempit, upaya pengusahaan

terhadap faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi

dan kebutuhan modal juga tidak terlalu besar, sehingga usaha perikanan

(61)

2.3 Kerangka Pikir

Indonesia tergolong Negara berkembang, yang sedang melakukan

berbagai prerkembangan yang berkelanjutan. Tentunya untuk

melaksanakan pembangunan ini memerlukan devisa Negara yang cukup

besar, dalam peningkatan devisa Negara ini dapat ditunjang dengan

peningkatan ekspor Indonesia. Salah satu komoditi ekspor Indonesia yang

perlu mendapatkan perhatian adalah ekspor komoditi udang Indonesia,

apalagi pada masa sekarang ini ekspor migas Indonesia mengalami

kemerosotan. Dalam perekonomian Indonesia, udang mempunyai peran

yang cukup strategis. Pertama : Kecenderungan masyarakat untuk

mengkonsumsi udang dalam kehidupannya sangatlah berarti. Sehingga

diperkirakan konsumsi udang akan terus meningkat. Kedua : bahan baku

udang merupakan salah satu komoditi hasil laut, maka komoditi ini

mempunyai prospek yang baik sebagai sumber devisa Negara dan

sekaligus meningkatkan pendapatan bagi masyarakat dan Negara. Ketiga :

Dalam proses produksi dan pengolahan mampu menciptakan kesempatan

kerja dan sekaligus menciptakan lapangan kerja baru bagi kesejahteraan

masyarakat.

Indonesia dikenal sebagai penghasil udang yang cukup besar di

dunia, karena dirasa pangsa pasarnya cukup luas baik domestik maupun

internasional. Nilai ekspor udang di Indonesia selama ini memang

mengalami peningkatan yang ditunjang pula dengan peningkatan jumlah

Gambar

Gambar 1 : Kurva Permintaan
Gambar 2 : Kurva Penawaran
Gambar 3 : Kurva J
Gambar 4 : Kerangka Pikir Konseptual Ekspor Udang Jawa Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui keabsahan kontrak beasiswa afirmasi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) berdasarkan hukum perikatan dan tahapan

Efek pada organ target Tidak ada efek yang diketahui pada kondisi penggunaan normal BISA BERBAHAYA BILA TERTELAN.. MATA Bisa menyebabkan iritasi mata pada orang

Dalam indicator society dalam corporate reputation khususnya pada poin tingkat pengetahuan tamu akan program kepedulian lingkuangn The Luxton Hotel Bandung masih

Mengenai dari pemaparan diatas, maka cukup beralasan penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji efektifnya penerapan model pembelajaran discovery

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah pertama, manfaat teoritis, yaitu penelitian ini bermanfaat untuk menguji, apakah model ini dapat dipakai dalam

Saat ini untuk anak usia sekolah dasar dari keluarga menengah, sudah sangat sering di jumpai anak anak sudah mendapatkan fasilitas gadget dari orang tua nya masing masing, itu

 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJP Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk

Penulis akan melakukan simulasi konfigirasi jaringan pada perusahaan “Sumber Rejeki” sehingga komputer Client setiap Lantai dan gedung komputer dapat terhubung