KEMAMPUAN TENURE AUDIT SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN PADA AUDIT REPORT LAG
SKRIPSI
Oleh :
IDA AYU EKA PURNAMA YUNI NIM :1215351033
PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
i
KEMAMPUAN TENURE AUDIT SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN PADA AUDIT REPORT LAG
SKRIPSI
Oleh :
IDA AYU EKA PURNAMA YUNI NIM :1215351033
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
ii
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada
tanggal :…………..
Tim Penguji: Tanda tangan
1. Ketua :Drs. I Ketut Suryanawa, M.Si., Ak ………..……
2. Sekretaris :Dr. Drs. AANB Dwirandra, SE.,M.Si., Ak ……….…….
3. Anggota : Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., M.Si., Ak. ………
Mengetahui
Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya sepanjang pengetahuan saya, di dalam
naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plaginasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Denpasar, April 2016
Mahasiswa
Ida Ayu Eka Purnama Yuni
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Kemampuan Tenure Audit Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1) Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana.
2) Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3) Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan dan Bapak Dr. I
Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4) Drs. I Ketut Suardika Natha, M.Si., selaku Ketua Program Ekstensi dan Drs. I
Made Jember, M.Si., selaku Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana.
5) Ni Gusti Putu Wirawati, SE., M.Si., selaku Koordinator Jurusan Akuntansi
Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6) Dr. Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak., CPA, selaku Pembimbing Akademik yang
membimbing dan selalu memberi dukungan untuk kemajuan penulis.
7) Dr. Drs. AANB Dwirandra, SE.,M.Si., Ak, selaku Dosen Pembimbing atas waktu,
bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.
8) Dr. Ni Ketut Rasmini., SE., M.Si., Ak, selaku Dosen Ketua Penguji atas waktu,
masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.
9) Drs. I Ketut Suryanawa, M.Si., Ak, selaku Dosen Penguji atas waktu, bimbingan,
masukan serta masukan selama penyelesaian skripsi ini.
10)Keluarga tercinta ajik, ibu, adik - adik atas dukungan dan doanya yang tulus dan
tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
v
11)Teman-teman setia Komang Wiana, Inten Pratiwi, Karina Pravita, Adi Kusuma,
Winda Pratiwi, Floriani Dimarcia, Rada Ariestantya, Rai Suryani, Yesi Diari,
Gusti Trian, Dame Prawira, Awi Paramartha, Rudi Alif, Fuad Haris serta
teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, atas dukungannya selama
perkuliahan dan penulisan skripsi.
12)Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan motivasi dan perhatian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab
terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi in bermanfaat bagi pihak
yang berkepentingan.
Denpasar, April 2016
vi
Judul : Kemampuan Tenure Audit Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag
Nama : Ida Ayu Eka Purnama Yuni NIM : 1215351033
Abstrak
Audit report lag diukur berdasarkan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang dihitung sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tenure audit sebagai pemoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 34 perusahaan dengan metode purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah Moderated Regression Analysis (MRA).
Berdasarkan analisis dan pengujian hipotesis, maka didapat simpulan bahwa (1) ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada audit report lag yang menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin pendek audit report lag, (2) tenure audit mampu memoderasi (memperkuat) pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag yang menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh auditor dengan tenure audit yang panjang memiliki tingkat audit report lag yang rendah. Penyelesaian audit akan lebih cepat apabila auditor mengaudit perusahaan dengan tenure audit yang panjang pada perusahaan besar.
vii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Kegunaan Penelitian... 8
1.5 Sistematika Penulisan ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 11
2.1.1 Teori Keagenan ... 11
2.1.2 Laporan Keuangan ... 14
2.1.3 Audit Report Lag ... 17
2.1.4 Ukuran Perusahaan... 19
2.1.5 Tenure Audit ... 21
2.2 Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 27
3.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian... 28
3.3 Obyek Penelitian ... 28
3.4 Identifikasi Variabel ... 29
3.5 Definisi Operasional Variabel ... 30
3.6 Jenis Data... 31
3.7 Sumber Data ... 32
3.8 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 32
3.9 Metode Pengumpulan Data ... 34
3.10 Teknik Analisis Data ... 35
3.9.1 Uji Statistik Deskriptif ... 35
3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 35
3.9.3 Uji Regresi ... 38
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian ... 40
viii
4.3 Uji Asumsi Klasik ... 43
4.4 Uji Regresi ... 46
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 50
4.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag ... 50
4.6.2 Kemampuan Tenure Audit Memoderasi Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag ... 53
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 56
5.2 Saran ... 56
ix
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1Ringkasan Perolehan Sampel Penelitian ... 40
4.2Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 41
4.3Hasil Uji Normalitas ... 44
4.4Hasil Uji Autokorelasi... 45
4.5Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 46
x
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1. Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel Penelitian ... 62
2. Tabulasi Data Perusahaan ... 63
3. Analisis Statistik Deskriptif ... 72
4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 72
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan perusahaan merupakan aspek penting untuk
menjalankan fungsi pasar modal (Owusu, 2006). Perusahaan go public di
Indonesia diwajibkan menyampaikan laporan keuangan perusahaan yang telah
diaudit oleh akuntan publik. Hal ini berdasarkan pada Keputusan Ketua Bapepam
dan LK peraturan Nomor X.K.6, bagi perusahaan yang go public, perusahaan
wajib mempublikasi laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen.
Laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik agar informasi ini bisa
dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan, yaitu dapat dipahami
(understandability), relevan (relevance), handal (reliable) dan dapat
diperbandingkan (comparability). Dalam proses akuntansi, laporan keuangan
merupakan proses akhir yang memiliki peranan penting sebagai penilai kinerja
perusahaan.
Penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang dibuat oleh pihak
manajeman harus bermanfaat serta dapat dipercaya bagi pengguna laporan
keuangan. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan keuangan
auditan menjadi prasyarat utama bagi peningkatan harga saham suatu perusahaan.
Perusahaan publik yang terlambat menerbitkan laporan keuangan auditnya
mengindikasikan bahwa perusahaan tidak dapat menyelesaikan laporan keuangan
2
berdampak pada terlambatnya pelaporan pajak, sehingga dikenakan sanksi
administratif berupa denda sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari.
Siaran pers hasil pemeriksaan tentang kasus laporan keuangan dan
perdagangan saham PT. Bank Lippo Tbk. yang disampaikan oleh Bapepam,
menyatakan bahwa diduga telah melanggar peraturan perundang-undangan di
bidang Pasar Modal. Kelalaian Akuntan Publik Drs. Ruchjat Kosasih yang
merupakan partner KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja, berupa keterlambatan
dalam menyampaikan peristiwa penting dan material mengenai penurunan nilai
Agunan Yang Diambil Alih-bersih (AYDA) PT. Bank Lippo Tbk. kepada
Bapepam. Akuntan Publik Drs. Ruchjat Kosasih dikenakan sanksi administratif
berupa kewajiban menyetor uang ke kas negara sebesar Rp 35.000.000,00 (tiga
puluh lima juta rupiah) atas keterlambatannya menyampaikan informasi penting
tersebut selama 35 (tiga puluh lima) hari.
Ikatan Akuntan Indonesia (2012) menyebutkan jika terdapat penundaan yang
tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan
kehilangan relevansinya. Hal ini menjelaskan pentingnya relevansi yang tidak
mugkin didapatkan tanpa adanya ketepatan waktu. Akan tetapi, ketepatan waktu
merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dengan audit report lag.
Audit report lag merupakan jangka waktu penyelesaian audit. Oleh karena itu,
auditor harus dapat mengestimasi waktu penyelesaian audit untuk dapat
mempublikasikan secara tepat waktu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ketepatan
waktu dalam penyajian laporan keuangan merupakan suatu konsekuensi yang
3
bahwa hasil audit memiliki konsekuensi yang besar karena hasil audit harus
dilaporkan secara tepat waktu.
Audit report lag adalah jangka waktu antara tanggal tahun buku perusahaan
berakhir sampai dengan tanggal laporan audit (Anastasia,2007). Menurut Iskandar
dan Trisnawati (2010) lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh
auditor dilihat dari perbedaan waktu tanggal pelaporan keuangan dengan tanggal
opini audit dalam laporan keuangan tersebut disebut audit report lag. Knechel dan
Payne (2001) menyatakan audit report lag merupakan periode waktu antara akhir
tahun fiskal dan tanggal audit perusahaan. Audit report lag yang berlebihan akan
membahayakan kualitas pelaporan keuangan dengan tidak memberikan informasi
yang tepat waktu kepada investor serta mengurangi tingkat kepercayaan investor
terhadap pasar (Hashim dan Rahman, 2011).
Faktor yang mempengaruhi audit report lag sangat banyak, salah satunya
adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan menunjukan besar kecilnya suatu
perusahaan. Suatu perusahaan dapat dikatakan besar atau kecil dilihat dari
beberapa sudut pandang seperti total nilai aset, total penjualan, jumlah tenaga
kerja, dan sebagainya. Sesuai keputusan ketua BAPEPAM Nomor:
Kep-11/PM/1997 menjelaskan bahwa perusahaan menengah dan kecil adalah badan
hukum yang memiliki jumlah kekayaan (total aset) tidak lebih dari seratus miliar
rupiah, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang memiliki jumlah
kekayaan (total aset) lebih dari seratus miliar.
Perusahaan besar umumnya lebih diperhatikan oleh masyarakat, mereka akan
4
perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat. Besar kecilnya
perusahaan akan mempengaruhi kemampuan dalam menanggung risiko yang
mungkin timbul dari berbagai situasi yang dihadapi perusahaan. Ukuran
perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki permintaan publik
akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil.
Permintaan publik akan informasi yang tinggi terhadap perusahaan
memungkinkan tumbuhnya kepercayaan akan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan tersebut. Kepercayaan tersebut dapat meningkatkan tingkat
keberlangsungan usaha dari perusahaan tersebut.
Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat
dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk
mengurangi audit report lag dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut
dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas modal dan pemerintah. Dyer dan
McHugh (1975) menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki
dorongan untuk mengurangi penundaan audit dan penundaan laporan keuangan
yang disebabkan oleh karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat
oleh investor. Ukuran perusahaan yang besar tentunya memiliki aset yang besar
pula, transaksi yang terjadi juga banyak. Semakin maksimal aktiva perusahaan
maka laba yang didapat menjadi maksimal pula, karena aktiva perusahaan
digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan yang tujuannya
5
pengendalian yang intern menjadi faktor pendukung perusahaan besar sehingga
dapat memudahkan di dalam melakukan proses audit. Kamarudin dan Ahmad
(2003) menyatakan perusahaan besar memiliki sumber daya untuk membayar
biaya audit lebih tinggi dan dapat membayar secepatnya setelah tahun berakhir.
Hal ini dapat menjadi motivasi bagi auditor sehingga berakibat pada penyelesaian
audit yang lebih tepat waktu.
Tanggung jawab auditor yang besar mendorong auditor untuk bekerja Standar
Profesional Akuntan Publik merupakan standar yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI). Prosedur ini mengatur perencanaan atas aktivitas yang
akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern dan
pengumpulan bukti-bukti yang kompeten diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan. Aktivitas pemenuhan dalam penyesuaian standar dan
prosedur yang berlaku di Indonesia membuat auditor membutuhkan waktu dalam
penyelesaian audit. Jika auditor tidak memiliki kecermatan, ketepatan dan
keahlian dalam mengaudit. Hal ini mempengaruhi lamanya penyelesaian audit
atau audit report lag (ARL) yang semakin panjang. Hal ini juga berdampak pada
publikasi laporan keuangan perusahaan yang mengakibatkan kualitas dari laporan
keuangan akan semakin turun terutama keandalan dan relevansi informasi.
Perolehan kecermatan, ketepatan dan keahlian audit akan semakin diperoleh
dengan lamanya masa perikatan audit dengan kliennya. Lamanya masa perikatan
kerja auditor dengan kliennya dalam pemeriksaan laporan keuangan disebut
6
suatu KAP sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Habib dan Bhuiyan
(2011). Menurut Lee et al. (2009) menyatakan bahwa semakin meningkat tenure
audit maka pemahaman auditor atas operasi, risiko bisnis, serta sistem akuntansi
perusahaan akan turut meningkat sehingga menghasilkan proses audit yang lebih
efisien. Sebaliknya jika auditor melakukan perikatan audit pada klien baru maka
jangka waktu penyelesaian audit akan lebih panjang. Hal ini disebabkan auditor
membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat beradaptasi dengan pencatatan,
kegiatan operasional, kendali internal, serta kertas kerja (working paper) periode
lalu perusahaan pada awal perikatan , Ashton et al. (1989) dan Lee et al. (2009).
Chi dan Huang (2010) menyatakan bahwa tenure audit dapat meningkatkan
pemahaman dan pengalaman dalam mempelajari karakteristik perusahaan. Geiger
dan Raghunandan (2002) menemukan bahwa kegagalan audit sering terjadi di
tahun pertama auditor dan perusahaan menjalin hubungan, dibandingkan dengan
auditor yang telah mengaudit klien untuk jangka waktu yang lebih panjang.
Penelitian Permata (2013) dalam Rustiarini dan Sugiarti (2013) menyatakan
bahwa tenure audit berpengaruh negatif pada penyampaian informasi laporan
keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan Giri (2010) menemukan hasil yang
sama bahwa tenure audit berpengaruh negatif pada kualitas audit. Adapun alasan
yang disimpulkan bahwa tenure yang panjang akan menciptakan pengetahuan
yang cukup bagi auditor/KAP untuk melaksanakan tugas audit secara
professional. Semakin lama masa penugasan antar KAP dengan perusahaan, maka
7
memperpendek masa penyelesaian audit dan dapat menyelesaikan laporan
keauditan secara tepat waktu.
Penelitian-penelitian yang terdahulu masih memiliki hasil yang berbeda.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2012) menemukan hasil pengujian pada
variabel tenure audit tidak sesuai dengan prediksi. Kesimpulan yang dihasilkan
dari pengujian yang dilakukan bahwa audit delay berpengaruh positif. Hal ini
dikarenakan semakin lama tenure maka akan menimbulkan kedekatan dengan
perusahaan. Dugaan ini kemudian memberikan kesempatan KAP untuk mengulur
waktu penyelesaian audit. Sejalan dengan penelitian Rahayu pada tahun 2012,
Rustiarini dan Sugiarti (2013) menemukan hasil, bahwa tenure audit tidak
berpengaruh pada audit delay, karena lamanya waktu penugasan auditor dengan
perusahaan klien justru menyebabkan auditor tidak bisa menyelesaikan
kewajibannya secara tepat waktu sehingga mengurangi ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan auditan.
Berdasarkan paparan yang telah diuraikan di atas menunjukkan hasil yang
tidak konsisten, sehingga diduga terdapat pengaruh faktor kontinjensi yang
mempengaruhi audit report lag dan ukuran perusahaan salah satunya adalah
tenure audit. Terdapat perbedaan hasil penelitian antara beberapa peneliti dengan
variabel yang sama, hal ini menyebabkan ketertarikan penulis untuk meneliti lebih
lanjut mengenai ukuran perusahaan serta pengaruhnya pada audit report lag.
Perbedaannya dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel pemoderasi
yaitu tenure audit yang dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh ukuran
8
maka permasalahan dalam penelitian ini mengenai “Kemampuan Tenure Audit Sebagai Variabel Pemoderasi Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag”. Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur karena
perusahaan manufaktur jumlahnya banyak di Indonesia dan memiliki
kompleksitas dalam informasi laporan keuangan.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian teori pada latar belakang diatas, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada audit report lag?
2) Apakah tenure audit mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada
audit report lag?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag.
2) Untuk mengetahui kemampuan tenure audit dalam memoderasi pengaruh
ukuran perusahaan pada audit report lag.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat
9 1) Kegunaan Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan dan wawasan yang berupa bukti empiris bagi para akademisi
mengenai pengetahuan di bidang audit, khususnya tenure audit sebagai
pemoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit report lag.
2) Kegunaan Praktis
Penelitiaan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pimpinan
perusahaan dalam rangka menjaga meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan agar bermanfaat bagi para penggunanya serta sebagai bahan
evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan kinerja, kualitas dan
kompetensi auditor dalam melakukan proses audit laporan keuangan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun berurutan secara
sistematis, sehingga antara sub bab dengan bab yang lainnya mempunyai
hubungan yang sistematis. Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan
diuraikan secara ringkas meliputi 5 (lima) bab sebagai berikut.
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2 Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini memuat uraian sistematis tentang teori dan konsep yang berkaitan
10
tenure audit, ukuran perusahaan dan audit report lag. Selain itu, akan
dibahas hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini
serta hipotesis penelitian.
Bab 3 Metode Penelitian
Bab ini menguraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup
wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi
operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode
penentuan sampel, serta teknik analisis data.
Bab 4 Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan mengenai deskripsi sampel dan variabel penelitian,
hasil penelitian serta pada bab ini juga berisi tentang interpretasi dari hasil
penelitian yang memberikan jawaban atas permasalahan dari penelitian
ini.
Bab 5 Simpulan dan Saran
Bab ini akan menguraikan kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian
dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan serta saran kepada peneliti selanjutnya yang ingin
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori agensi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara pihak agen
(manajemen) dengan principal (pemegang saham). Menurut Jensen dan Meckling
(1976) hubungan manajer dan pemilik dalam kerangka hubungan keagenan.
Dalam hal ini pihak prinsipal sebagai pemilik akan memberikan informasi kepada
pihak agen sebagai manajer untuk melakukan pengolahan informasi. Hasil
pengolahan informasi dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bagi pihak
prinsipal.
Dalam hubungan prinsipal dan agen tidak selalu terjadi kesesuaian
informasi diantara kedua pihak tersebut. Ketidaksesuaian informasi ini disebut
informasi asimetri antara pihak agen dengan principal. Informasi asimetri yaitu
distribusi informasi antara pihak agen dengan prinsipal tidak seimbang. Menurut
Jensen and Meckling (1976) informasi asimetri dapat menyebabkan dua
permasalahan untuk perusahaan. Masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1) Moral Hazard merupakan permasalahan yang timbul karena agen tidak
melaksanakan hal yang telah disepakati dalam kontrak kerja bersama.
2) Adverse Selection merupakan suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil agen benar-benar
12
Pencegahan terhadap moral hazard maka dibentuk sebuah kontrak Antara
kedua belah pihak. Kontrak tersebut mengharuskan agen memberikan jasa kepada
pemilik. Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuat
pemindahan kepemilikan hak kepada manajemen dalam pengambilan keputusan
bisnis bagi kepentingan pemilik. Akan tetapi, kepentingan dua pihak ini tidak
selalu sejalan sehingga muncul agency problem diantara keduanya.
Oleh karena itu pihak ketiga dibutuhkan dalam memeriksa tanggung jawab
yang telah dilakukan manajemen. Solusi lainnya adalah dengan memberi insentif
kepada manajer seperti saham perusahaan. Pemberian insentif semacam itu,
manajer akan mempunyai rasa memiliki pada perusahaan sehingga tercipta
keselarasan preferensi antara prinsipal dan agen. Namun solusi yang paling tepat
adalah adanya pihak penengah yang independen dalam mengatasi permasalahan
yang terjadi diantara pihak prinsipal dan pihak agen. Hal ini dilakukan untuk
menjamin manajer sebagai agen bertindak sesuai kepentingan pemilik. Argumen
ini didukungan dengan penelitian Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan
setuju untuk mengatasi masalah-masalah antara prinsipal dan agen dibutuhkan
pihak ketiga yang independen.
Pihak ketiga yang independen yang dimaksud adalah auditor eksternal.
Dengan adanya auditor eksternal yang independen maka pihak prisipal tidak akan
disalahgunakan kepercayaannya. Prinsipal juga dapat memiliki keyakinan yang
lebih besar kepada agen dan dapat mengetahui sebaik apa kondisi perusahaan di
bawah pengambilan keputusan agen. Manajemen adalah pihak yang menunjuk
13
audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen, dan berguna bagi
pemegang saham.
Dalam proses audit dibutuhkan hubungan kerja yang erat dengan
manajemen perusahaan sebagai pihak klien. Hubungan perikatan audit dengan
manajemen perusahaan (klien) disebut dengan tenure audit. Jika jangka waktu
perikatan audit semakin panjang maka menimbulkan ketergantungan yang
menyebabkan auditor mulai kehilangan independensinya. Oleh karena itu auditor
harus menyadari bahwa ancaman terhadap independensi dan objektivitas
membutuhkan pengamanan yang sesuai. Reputasi adalah faktor yang dapat
meningkatkan kepercayaan dan independensi auditor. Auditor memiliki insentif
mempertahankan independensi untuk melindungi reputasi mereka, dengan
demikian membantu mereka untuk memberikan kualitas audit yang baik.
Selain itu dalam pengimplementasian teori agensi faktor penting yang
perlu diperhatikan adalah audit report lag. Audit report lag (ARL) dalam
penelitian ini merupakan variabel dependen yang mempunyai definisi jangka
waktu penyelesaian audit atas laporan keuangan. Audit report lag (ARL)
mempunyai hubungan erat dengan ketepatan waktu publikasi laporan keuangan,
karena manfaat laporan keuangan menjadi berkurang apabila tidak disampaikan
secara tepat waktu. Ketepatan waktu menunjukan rentang waktu antara informasi
yang ingin disajikan dengan pelaporan, apabila informasi tersebut tidak
disampaikan tepat waktu mengakibatkan nilai dari informasi menjadi berkurang.
Berkurangnya nilai informasi yang disampaikan kepada prinsipal menimbulkan
14
keagenan, dalam hal ini pihak agen lebih banyak mengetahui informasi internal
perusahaan secara detail dibandingkan pihak prinsipal yang hanya mengetahui
informasi perusahaan secara eksternal melalui hasil kinerja yang dibuat oleh
manajemen. Oleh karena itu, hal ini memerlukan ketepatan waktu mengurangi
adanya asimetris infomasi antara pihak agen atau manajemen dengan pihak
prinsipal atau pemegang saham, sehingga laporan keuangan dapat disampaikan
secara transparan kepada prinsipal.
2.1.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari siklus akuntansi yang
merupakan bagian dari pelaporan keuangan (Sunaningsih, 2014). Laporan
keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Laporan
keuangan dapat dikatakan sebagai data juga dapat dikatakan sebagai informasi.
Data dapat berubah menjadi informasi kalau diubah kedalam konteks yang
memberikan makna (Lillrank, 2003).
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu (Harahap, 2002). Menurut Ikatan Akuntan
Indonesia (2012) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
15
merupakan sarana utama dimana informasi keuangan dikomunikasikan dengan
pihak luar perusahaan, laporan ini memberikan sejarah kuantitatif perusahaan
dalam satuan uang.
Wardhani (2013) menjelaskan tujuan laporan keuangan menurut PSAK
(2009) adalah untuk menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi pengguna
laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang
baik harus memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan sebagai berikut.
1) Dapat dipahami
Kualitas informasi dalam laporan keuangan terlihat dari kemudahan untuk
dipahami oleh para pengguna yang diasumsikan memiliki pengetahuan
memadai mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, dan kemauan
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2) Relevan
Informasi dalam laporan keuangan dikatakan relevan ketika dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna. Informasi yang relevan harus
dapat membantu pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi laba
sekarang maupun laba masa datang (predictive value), serta memperbaiki
harapan yang dibuat sebelumnya (feedback value). Informasi juga harus
tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan
16 3) Keandalan
Informasi dikatakan handal (reliable) jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan salah saji yang material, serta dapat diandalkan pengguna
sebagai penyajian yang jujur dan wajar dari yang seharusnya disajikan atau
yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4) Dapat dibandingkan
Identifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan pada laporan
keuangan perusahaan antar periode hendaknya dapat diperbandingkan oleh
pengguna. Selain itu pengguna harus dapat membandingkan laporan
keuangan antar perusahaan pada setiap periode untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Implikasinya, pengguna mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi
yang digunakan dalam susunan laporan keuangan, perubahan kebijakan, serta
pengaruhnya. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk
pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan,
membantu pencapaian karakteristik daya banding.
Terkait penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan yang baik dan berkualitas adalah laporan yang memiliki informasi ynag
dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan mempunyai daya banding. Salah
satu kendala dari informasi yang relevan dan dapat diandalkan adalah tepat waktu
(Harahap, 2011:134). Ketepatan waktu adalah atribut kualitatif informasi
17
secepat mungkin (Banimahd et al,2012), jika terdapat penundaan, maka informasi
yang dihasilkan akan kehilangan relevansi dan reliabilitasnya.
2.1.3 Audit Report Lag
Audit report lag merupakan aspek penting dalam menjaga relevansi dari
informasi yang dibutuhkan para pengguna laporan keuangan. Tujuan laporan
keuangan menurut IAI (2012) adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Untuk menjaga tingkat relevansi dari laporan keuangan, maka laporan
keuangan harus disampaikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Baridwan (2000) menyatakan bahwa tepat waktu
diartikan sebagai informasi yang harus sampai sedini mungkin untuk dapat
digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan ekonomi dan untuk
menghindari tertundanya keputusan-keputusan tersebut.
Menurut Dyer dan McHugh (1975) , audit report lag adalah interval terbuka
pada jumlah hari dari akhir tahun sampai tercatat sebagai tanggal signature opini
dalam laporan keuangan. Menurut Anastasia (2007) audit report lag adalah
jangka waktu penyelesaian audit antara tanggal tahun buku perusahaan berakhir
sampai dengan tanggal laporan audit. Perbedaan waktu antara tanggal laporan
keuangan dengan laporan auditor independen mengindikasikan tentang lamanya
waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Semakin panjang suatu
18
Terdapat 3 komponen audit report lag menurut Knechel dan Payne (2001)
yaitu :
1) Sceduling lag merupakan selisih waktu antara akhir tahun fiskal perusahaan
atau tanggal neraca dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor.
2) Fieldwork lag merupakan selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan
dan saat penyelesaiannya.
3) Reporting lag merupakan selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan
lapangan dengan tanggal laporan auditor.
Audit report lag termasuk dalam karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi
dalam laporan keuangan yaitu sifat relevan. Laporan keuangan dianggap tidak
relevan saat laporan keuangan tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi
keputusan yang diambil, yaitu memiliki ketepatan waktu (Kieso, 2010:57). Audit
report lag sangat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
perusahaan yang telah diaudit. Semakin panjang audit report lag, berarti
perusahaan akan semakin terlambat untuk menyampaikan laporan keuangan
kepada publik yang menunjukan semakin lamanya auditor menyelesaikan
pekerjaan audit.
Menurut Halim (2000) audit report lag berkaitan dengan rentang waktu
penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang dihitung sejak
tanggal tutup buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai dengan tanggal yang
tertera pada laporan auditor independen. Ketentuan waktu penyampaian laporan
keuangan tahunan telah diatur dalam peraturan Bapepam Nomor X.K.2 yang
19
keuangan tahunan yang harus disertai pendapat auditor independennya, harus
disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya akhir bulan ketiga (90 hari)
setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan.
Dyer dan McHugh (1975), menjelaskan tiga kriteria keterlambatan pelaporan
keuangan antara lain:
1) Preliminary lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.
2) Auditor’s report lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
3) Total lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
2.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi audit
report lag. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan.
Besar kecilnya perusahaan dapat diukur berdasarkan total nilai aset, total
penjualan, nilai pasar, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya (Bangun dkk,2012).
Semakin besar aset perusahaan maka semakin banyak modal yang ditanam,
semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin
besar nilai pasar maka semakin dikenal masyarakat luas.
Perusahaan yang lebih dikenal oleh publik memiliki tuntutan dalam hal
transparansi yang semakin luas pula. Untuk itu kebutuhan akan penyampaian
20
perusahaan berskala besar cenderung melaporkan laporan keuangan lebih cepat
dibanding perusahaan kecil karena perusahaan besar lebih diawasi oleh
pemerintah, investor, Bapepam, maka dari itu perusahaan besar lebih cepat
melaporkan karena adanya tekanan dari eksternal. Selain itu (Fadio et al,2015)
menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar dianggap menyelesaikan audit
mereka lebih awal dibandingkan dengan perusahaan kecil karena mereka memiliki
pengendalian yang kuat.
Keputusan ketua Bapepam Nomor: Kep-11/PM/1997 menjelaskan bahwa
perusahaan menengah dan kecil adalah badan hukum yang memiliki jumlah
kekayaan (total aset) tidak lebih dari seratus miliar rupiah, sedangkan perusahaan
besar adalah badan hukum yang memiliki jumlah kekayaan (total aset) lebih dari
seratus miliar rupiah. Menurut Machfoedz (1994) dalam Yulia (2013) ukuran
perusahaan terbagi dalam tiga kategori, yaitu:
1) Perusahaan besar
Total aset yang besar dapat mencerminkan bahwa perusahaan tersebut
memiliki ukuran yang besar pula. Perusahaan yang dikategorikan besar
biasanya merupakan perusahaan yang telah go public di pasar modal dan
memiliki aset sekurang-kurangnya 200 miliar.
2) Perusahaan menengah
Perusahaan yang digolongkan dalam kategori ini jika memili aset diantara 2
21 3) Perusahaan kecil
Perusahaan kecil merupakan perusahaan yang memiliki aset kurang dari 2
miliar dan biasanya belum terdaftar di pasar modal.
Penelitian ini menggunakan total aset untuk mengukur besar kecilnya
perusahaan. Total aset yang dimaksud adalah jumlah aset yang dimiliki
perusahaan yang tercantum pada laporan keuangan pada akhir periode yang telah
diaudit (Widosari, 2012). Menurut Modugu et al. (2012) total aset mencerminkan
seberapa besar aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan serta mencerminkan
ukuran dari perusahaan. Total aset dipilih karena penilaian ukuran perusahaan
dengan total aset lebih stabil dibandingkan dengan market value dan total
penjualan.
2.1.5 Tenure Audit
Tenure audit adalah Jangka waktu sebuah kantor akuntan publik melakukan
perikatan terhadap kliennya dalam memberikan jasa audit laporan keuangan.
Definisi lain tenure audit menurut Geiger dan Rughunandan (2002) adalah
lamanya hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahun. Regulasi
yang mengatur tenure audit berdasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 yakni mengenai pembatasan masa
pemberian jasa oleh Akuntan Publik dan KAP. Hal ini sesuai dengan yang tertera
pada pasal 3 ayat 1 yang menyatakan bhwa pemberian jasa audit umum atas
22
buku berturut-turut, serta 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh seorang Akuntan
Publik.
Penelitian mengenai tenure audit dalam berbagai proksi telah banyak
dilakukan, diantaranya adalah penelitian Geiger dan Raghunandan (2002)
mengenai, hubungan antara tenure audit terhadap kegagalan audit. Hasil dari
penelitian tersebut membuktikan bahwa kegagalan audit lebih tinggi pada tahun
awal masa audit. Penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh Carcello dan Nagy
(2004), yang menghasilkan temuan bahwa potensi penyimpangan pelaporan
keuangan lebih besar terjadi pada tenure kantor akuntan publik (KAP) yang
relatif pendek, yaitu kurang dari 3 tahun.
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di Indonesia, salah satunya
adalah penelitian yang dilakukan oleh penelitian Giri (2010) mengenai pengaruh
tenure KAP dan reputasi KAP terhadap kualitas laba yang diproksikan dengan
akrual lancar (current accrual). Penelitian khusus mengenai pengaruh tenure
audit terhadap jangka waktu penyelesaian audit, atau audit report lag (ARL),
sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti namun jumlahnya tidak banyak
yang meneliti mengenai topik ini. Berdasarkan referensi yang peneliti peroleh
penelitian Aston (1987), merupakan peneliti perintis mengenai pengaruh tenure
audit terhadap audit report lag (ARL). Dalam penelitian Lee et al. (2011)
kemudian menguji kembali penelitian Aston et al. (2011), mengenai pengaruh
tenure audit terhadap audit report lag (ARL), pada perusahaan yang menajadi
klien KAP di Amerika Serikat dengan menambahkan lingkup penelitian yang
23
bahwa tenure audit yang panjang terkait dengan efisiensi audit yang lebih tinggi,
yang berupa ARL yang lebih pendek.
Dalam penelitian ini hubungan tenure audit pada audit report lag memiliki
hubungan yang negatif. Hal ini dikarenakan auditor pada masa awal melakukan
perikatan audit dengan klien yang baru memiliki pemahaman dan pengetahuan
yang rendah dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi terhadap perusahaan
baru yang diauditnya. Hal ini mengakibatkan resiko dan kesulitan yang dihadapi
auditor lebih besar sehingga jangka waktu penyelesaian audit jauh lebih lama
atau audit report lag (ARL) semakin panjang.
2.2 Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
audit report lag. Semakin besar perusahaan, maka semakin banyak pula informasi
yang terkandung di dalamnya. Manajemen harus mengolah informasi tersebut
untuk dilaporkan kepada stakeholders sehingga perusahaan membutuhkan waktu
lebih lama untuk menyerahkan laporan keuangannya ke auditor. Selain itu,
semakin besar perusahaan, auditor cenderung mengambil sampel semakin
banyak serta melakukan prosedur audit yang lebih luas. Akibatnya, audit
report lag cenderung lebih lama apabila ukuran perusahaan semakin besar
(Almilia dan Setiady, 2006). Hanipah (2001) menemukan bahwa waktu
24
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukan besar kecilnya
perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan Subekti dan Widiyanti (2004),
membuktikan bahwa total aset memiliki pengaruh yang besar terhadap audit
report lag. Perusahaan dengan ukuran besar cenderung lebih cepat dalam
menyelesaikan proses auditnya. Hal tersebut dikarenakan adanya internal control
yang baik dan mendorong auditornya menyelesaikan proses audit secara tepat
waktu. Semakin besar perusahaan maka perusahaan akan memiliki pengendalian
internal yang semakin baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam
penyajian laporan keuangan.
Perusahaan dengan sistem pengendalian internal yang telah berjalan secara
efektif dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan,
sehingga bukti audit yang diperoleh akan lebih dapat dipercaya daripada jika
pengendalian internalnya lemah (Tedja, 2011). Menurut Modugu et al (2012)
perusahaan besar dikatakan mampu menyelesaikan auditnya lebih cepat dari
perusahaan kecil karena perusahaan besar memiliki pengendalian internal yang
lebih baik. Pengendalian internal yang efektif dapat mengurangi salah saji dalam
laporan keuangan (Elder, 2013:273). Hal ini akan menyebabkan auditor tidak
perlu mencari bukti audit yang lebih banyak maupun membuat penyesuaian untuk
memperbaiki kesalahan penyajian dalam laporan keuangan (Prabandari dan
Rustiana, 2007).
Penelitian Dyer dan McHugh (1975), Almosa dan Alabbas (2007),
menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki insentif yang lebih besar untuk
25
ketat oleh investor, serikat buruh, dan regulator, akibatnya audit report lag pada
perusahaan besar akan cenderung lebih pendek selain itu perusahaan besar
cenderung lebih mampu dalam membayar audit fee lebih tinggi kepada auditor.
Penelitian yang dilakukan oleh Ponte et al (2008), Al Ajmi (2008), Nasution
(2013), dan Lestari (2014) juga memperoleh hasil bahwa ukuran perusahan
berpengaruh negatif terhadap audit report lag perusahaan. Berdasarkan hal
tersebut, maka hipotesis yang didapat adalah :
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada audit report lag
2.2.2 Kemampuan Tenure Audit Memoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag
Berdasarkan hasil penelitian Lee et al. (2009), tenure audit KAP
berpengaruh signifikan terhadap audit report lag (ARL). Penelitian menurut Lee
et al. (2009) variabel tenure audit dibagi menjadi 2 kategori yaitu pertama, tenure
pendek adalah apabila tenure auditor selama kurang dari atau sama dengan 9
tahun. Hasil statistik deskriptif bahwa rata-rata audit report lag (ARL) adalah
selama 59.36 hari sedangkan rata-rata tenure auditor perusahaan selama 10 tahun.
Hasil uji hipotesis menunjukan tenure audit dan pelayanan non audit memiliki
hubungan negatif pada audit report lag (ARL). Berdasarkan bukti empiris yang
telah didapatkan dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa koefisien tenure
pendek bersifat signifikan dan secara statistik bersifat positif selama 4 tahun
26
Habib dan Bhuiyan (2011), menghasilkan bukti bahwa tenure audit yang lebih
pendek menghasilkan audit report lag (ARL) yang lebih panjang.
Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai pengaruh tenure audit
terhadap audit report lag (ARL) menghasilkan perbedaan hasil penelitian.
Menurut Lee et al. (2009) mengargumentasikan bahwa variabel tenure audit yang
lebih panjang akan semakin meningkatkan efisiensi audit. Penelitian ini
mengindikasikan bahwa hubungan tenure audit dan audit report lag memiliki
hubungan secara negatif. Semakin panjang tenure audit mengakibatkan auditor
akan semakin banyak memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai
karakteristik klien serta operasional bisnis kliennya. Hal ini akan menciptakan
efisiensi yang semakin meningkat sehingga waktu yang dibutuhkan dalam
penyelesaian audit atas laporan keuangan akan semakin lebih cepat diselesaikan
dengan kata lain audit report lag (ARL) semakin pendek.
Perusahaan yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki tingkat tenure
audit yang panjang mampu mempercepat proses audit laporan keuangan
perusahaan. Hal ini merupakan berita baik (good news) sehingga perusahaan
dengan kondisi ini cenderung tepat waktu dalam penyampaian laporan
keuangannya. Sebaliknya jika perusahaan tersebut kecil dan memiliki tingkat
tenure audit yang pendek maka proses audit laporan keuangannya akan terhambat
dan menghambat pula proses penyampaian laporan keuangan. Berdasarkan hal
tersebut , maka hipotesis yang didapat adalah: